Anda di halaman 1dari 72

MANAJEMEN KEPERAWATAN

Oleh :
KELOMPOK 1

1. Nur Saibah Herniati (2014314901029)


2. Nyak Keumala Dewi (2014314201031)
3. Ona Ajuan (2014314901032)
4. Silvia Widyatanti (2014314901037)
5. Suryajannah Setya H 2014314901038)
6. Suryani Djaelani (2014314901039)
7. Tomi Umbu Kora (2014314901040)
8. Vladitia Mareta (2014314901043)
9. Windi Triastutik (2014314901045)
10. Yani (2014314901046)

STIKES MAHARANI MALANG


PROGRAM STUDI NERS
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN KEPERAWATAN

Disusun Oleh : Kelompok 1

Program Studi : Profesi Ners

Institusi : STIKes Maharani Malang

Malang, 07 Juni 2021

Pembimbing

(Ns.Regista Trigantara ,M.Kep)


NIDN.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkatnya kami dapat

menyelesaikan proposal mengenai Manajemen Keperawatan di Ruang Mawar RS Mardi Waluyo

Blitar .

Masih banyak kekurangan dari makalah Satuan Pembelajaran yang kami buat baik isi maupun

format lainnya. Apabila ada kesalahan dalam proposal yang telah buat meminta maaf, dan

semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.Harapan penulis semoga proposal ini dapat bermanfaat

bagi pengembangan pembelajaran untuk program Profesi Ners STIKes Maharani Malang
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL.....................................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................

1. Latar Belakang...............................................................................................
2. Rumusan Masalah..........................................................................................
3. Tujuan............................................................................................................
4. Manfaat..........................................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................

BAB 3 HASIL ANALISA PENGKAJIAN KASUS.................................................

BAB 4 ANALISA SWOT DAN PRIORITAS MASALAH......................................

BAB 5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI...........................................................

BAB 6 PENUTUP......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan secaraumum
memiliki peran yang sangat penting dalam upaya menaikkan derajat kesehatan
masyarakat Indonesia. Rumah sakit merupakan bagian penting dari sistem kesehatan.
Rumah sakit menyediakan pelayanan kuratif komplek, pelayanan gawat darurat, pusat
alih pengetahuan dan teknologi dan berfungsi sebagai pusat rujukan. Rumah sakit harus
senantiasa meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan harapan pelanggan untuk
meningkatkan kepuasan pemakai jasa.

Dalam sebuah rumah sakit perawat merupakan salah satu bagian yang cukup
penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dimana dalam pelaksanaannya
salah satu tujuan perawat untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal dan
prima. Begitupun dengan Rumah Mardi Waluyo Blitar dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap klien menerapkan metode tim, dimana setiap ruangan dibagi
menjadi beberapa tim dan setiap tim terdiri dari beberapa perawat pelaksana, setiap
perawat pelaksana mempunyai tanggung jawab terhadap beberapa pasien. Dengan
metode tersebut Rumah Sakit Mardi Waluyo Blitar dapat memberikan pelayanan yang
maksimal sesuai dengan konsep manajemen keperawatan dalam rumah sakit.

Kualitas pelayanan Rumah Sakit adalah hal yang penting untuk diperhatikan,
karena hal tersebut akan dipersepsikan oleh konsumen setelah konsumen menggunakan
barang atau jasa. Persaingan yang semakin ketat akhir-akhir ini menuntut sebuah lembaga
penyedia jasa atau layanan untuk selalu memanjakan konsumen dengan memberikan
pelayanan terbaik. Kualitas pelayanan rumah sakit saat ini merupakan isu terpenting
dalam meningkatkan kepuasan pasien. Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan
yang dalam menjalankan tugas secara terus menerus mengadakan kontak baik dengan
pasien, kolega, atasan atau dengan anggota tim kesehatan lain. Agar terbina hubungan
yang efektif, seorang perawat dituntut untukmemiliki kemampuan komunikasi yang baik,
sikap atau etika yang professional.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integraldari pelayanan kesehatan yang
mempunyai kontribusi yang besar terhadap pelayanankesehatan, selain itu keperawatan
merupakan armada terbesar dalam pelayanan kesehatan disuatu rumah sakit sehingga
pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang sangat penting danstrategis dalam
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dan salah faktorutama untuk
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan adalah tenaga keperawatan yangefektif
dan efisien sebagai sumber daya manusia.Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam
keperawatan sangat ditunjang oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan
kompetensi perawat yang memadai. Olehkarena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan
yang strategis dan sistematis dalammemenuhi kebutuhan tenaga keperawatan. Dan
perencanaan yang baik mempertimbangkanklasifikasi klien berdasarkan tingkat
ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan,jumlah dan kategori tenaga
keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Untukitu diperlukan
kontribusi dari manager keperawatan dalam menganalisis dan merencanakankebutuhan
tenaga keperawatan di suatu unit rumah sakit.

Peralatan medis memegang peranan penting dalam menyelenggarakan


pelayanan kesehatan kepada masyarakat, baik di rumah sakit maupun di fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya. Guna mencapai kondisi maupun fungsi peralatan
kesehatan yang baik serta dapat mendukung pelayanan kesehatan maka perlu adanya
pengelolaan peralatan kesehatan yang terpadu. Agar peralatan kesehatan dapat dikelola
dengan baik diperlukan adanya kebijakan pemerintah dalam pengelolaan peralatan
kesehatan di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. Oleh sebab itu Rumah sakit
harus memastikan bahwa perangkat medis mereka aman, akurat, handal, dan dapat
bekerja secara optimal yaitu dengan melakukan inspeksi dan pemeliharaan. Peralatan
medis merupakan investasi yang besar di dalam fasilitas pelayanan kesehatan, peralatan
medis memerlukan perhatian berkala untuk memastikan agar tetap beroperasi dengan
baik dan aman. oleh sebab itu penting bagi fasilitas pelayanan kesehatan memiliki
program pemeliharaan terencana untuk menjaga peralatan medis agar aman, bermutu
dan layak pakai . Pemeliharaan peralatan medis yang baik dan terfokus serta dijalankan
secara terencana, terorganisir, dan teraktualisasi secara sistematis sesuai dengan
prosedur yang dibuat oleh rumah sakit maupun standar kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah, dapat mengurangi resiko terhambatnya pelayanan di rumah sakit akibat
ketidaksiapan sarana dan prasarana yang dipergunakan.

Sering kita mendengar kritik dan keluhan dari berbagai lapisan masyarakat
terhadap sistem pelayanan kesehatan yang kurang bermutu dan tidak profesional atau
kurang empati dalam melakukan program pelayanan kesehatan terutama di rumah sakit.
Bertambahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan mengakibatkan tuntutan untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan. Salah satu upaya mengantisipasi keadaan tersebut
dengan menjaga kualitas pelayanan, sehingga perlu dilakukan upaya terus menerus agar
dapat diketahui kelemahan dan kekurangan jasa pelayanan kesehatan. Semakin
meningkatnya tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan kesehatan, maka fungsi
pelayanan perlu ditingkatkan untuk memberi kepuasan pasien. Kemampuan rumah sakit
memenuhi kebutuhan pasien dapat diukur dari kepuasan pasien. Pelanggan umumnya
mengharapkan produk berupa barang dan jasa yang dikonsumsi dapat di terima dan
dinikmatinya dengan pelayanan yang baik dan memuaskan.

Manajemen di ibaratkan sebagai suatu mesin. Penekanan utamanya adalah


produksi yang efisien dan cepat. Motivasi pekerja dan manajemen dipengaruhi dalam
bekerja sama untuk meningkatkan produksi. Manajemen ilmiah ini membutuhkan
revolusi mental dan tanggung jawab moral yang tinggi dalam upaya mencapai tujuan
organisasi. Dengan kata lain semua kegiatan harus direncanakan sebaik mungkin baik
dari segi keuntungan maupun kerugian berdasarkan parameter-parameter ilmiah yang
ditetapkan (Nursalam, 2014). Kita ketahui disini bahwa manajemen keperawatan adalah
suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber –sumber
yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyrakat.

Hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa S1 Keperawatan STIKes Maharani


di Ruang Mawar RSUD Mardi Waluyo Blitar didapatkan hasil bahwa Jumlah
Ketenagaan yang bertugas di ruang tersebut sejumlah 22 Orang dengan jenis ketenagaan
yaitu: a) S1 Keperawatan berjumlah 6 orang, b) D3 Keperawatan berjumlah 14 orang, c)
Pekarya Kesehatan berjumlah 1 orang, dan d) administrasi berjumlah 1 orang. Dari hasil
wawancara yang dilakukan kepada 20 orang perawat di ruang tersebut, sebanyak 98%
mendapatkan kesempatan megikuti Program Pengembangan staf berupa pelatihan, yaitu
BLS, PPI, PMKP,K3, dan BTCLS yang diikuti terakhir 5 tahun yang lalu yaitu pada
tahun 2015. Beberapa pelatihan yang diikuti oleh perawat di ruang tersebut setelah
dilakukan observasi oleh mahasiswa ada beberapa temuan yaitu, masih banyak perawat
yang tidak disiplin dalam melakukan Hand Hygiene, dan pelatihan kegawatdaruratan
hanya sebatas kegawatan di lingkungan RS tetapi untuk penanggulangan bencana masih
banyak perawat yang belum mengikuti pelatihan tersebut. Meskipun pihak RS
memberikan kesempatan berupa pelatihan untuk pengembangan staf, tetapi RS tidak
memfasilitasi perawat yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi berupa
beasiswa, hanya saja RS memberikan ijin kepada staf keperawatan yang ingin
melanjutkan sekolah. Selain itu dari 20 perawat yang mempunyai masa kerja < 10 tahun
berjumlah 6 orang, sedangkan < 5 tahun sebanyak 14 orang.

Hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa S1 Keperawatan STIKes Maharani


di Ruang Mawar RSUD Mardi Waluyo Blitar didapatkan hasil untuk sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh ruangan tersebut sudah termasuk dalam kategori lengkap,
terlihat dari beberapa daftar inventaris yang dibuat oleh ruangan tersebut. Selain melihat
data inventaris mahasiswa juga melakukan wawancara dan observasi secara langsung di
ruang mawar. Dari hasil observasi fasilitas dan sarana memang sudah lengkap tetapi
karena banyaknya jenis alat sehingga proses pemeliharaan alat ada beberapa yang rusak,
penempatan sarana dan prasarana peralatan steril kurang sesuai, dan beberapa alat tidak
ditata dengan teratur.

Hasil observasi yang dilakukan oleh mahasiswa bahwa Ruang Mawar RSUD
Mardi Waluyo Kota Blitar menggunakan Model Asuhan Keperawatan Profesional yaitu
Metode Tim. dari 20 perawat yang bertugas diruang tersebut di bagi menjadi 2 tim yaitu
Tim A, dan Tim B yang di bagi menjadi 3 shift, tetapi kurangnya sosialisasi tentang
MAKP tersebut dirasa kurang oleh beberapa staf sehingga menyebabkan adanya
ketidakpuasan dalam melaksanakan kerja. Seluruh perawat yang bertugas sudah
menggunakan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh RS, kesesuaian dalam
melakukan tindakan keperawatan dengan SOP yang berlaku masih ada beberapa
perawat yang tidak sesuai, serta terlaksananya komuniksi yang adekuat antara perawat
satu dengan yang lain, dan tugas kepala ruang dalam melakukan supervise sudah
berjalan sebagaimana mestinya.

Hasil pengkajian di bagian keuangan, RS Mardi Waluyo Blitar dikelola oleh


Pemerintah Daerah Blitar. Pengadaan dana bagi ruangan dan operasional ruangan
didapatkan dari RS Mardi Waluyo Blitar, kerja sama dengan asuransi (BPJS
Kesehatan). Pembiayaan pasien sebagian besar dari BPJS, PT, KAI, PERHUTANI,
JAMSOSTEK, TELKOM, TNI, POLRI dan instalasi lain yang memiliki IKS dan umum
(biaya sendiri). Pasien yang akan pulang pada pagi hingga sore hari akan membayar
pada administrasi RSUD Mardi Waluyo Blitar, sedangkan pasien yang akan pulang
pada malam hari biaya perawatan selama sakit akan disetorkan pada ruang kemudian
dikeesokan harinya uang menyetorkan pada administrasi RSUD Mardi Waluyo Blitar,
disini terlihat bahwa administrasi masih belum terpusat sehingga banyak keluhan pasien
yang mengatakan bahwa proses administrasi masih memerlukan waktu yang lama. Hasil
wawancara dengan perawat yaitu mengatakan bahwa pasien yang ada pendapatan dari
jasa medik, untuk pasien dengan biaya BPJS yang dapat diklaim setelah perawatan, ada
pendapatan dari jasa pelayanan rumah sakit berupa remunerasi, ada pendapatan dari jasa
pelayanan IRNA medis, tiap perawat memperoleh pendapatan dari rumah sakit berupa
LP (lauk pauk), pengelolaan RSUD Mardi Waluyo Blitar dikelolaoleh pemerintah
daerah, dan pengadaan dana operasional ruangan di dapatkan dari RSUD Mardi Waluyo
Blitar bekerja sama dengan asuransi (ASTEK,ASKES,BPJS,dll).

Berdasarkan pengkajian dalam hal mutu pelayanan RSUD Mardi Waluyo cukup
baik. Warga menyatakan memilih RSUD Mardi Waluyo sebagai tempat berobat, dengan
alasan karena letak RSUD Mardi Waluyo yang strategis yaitu dekat dengan kota dan
sangat menguntungkan, selain itu masyarakat bisa menggunakan jasa BPJS dan bangunan
RSUD Mardi Waluyo yang megah menjadi daya tarik bagi masyarakat.
1.2.1 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana manajemen keperawatan 5 M (Man, Material, Methode,
Money dan Mutu) di RS.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui definisi manajemen keperawatan
2. Untuk mengetahui fungsi manajemen keperawatan
3. Untuk mengetahui analisa SWOT
4. Untuk mengetahui manajemen 5M (Man, Material, Methode, Money dan Mutu)

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
1. Sebagai salah satu acuan analisis situasi dari sebuah manajemen ruangan di
rumah sakit, diharapkan dapat memberikan suatu diskripsi baru mengenai studi
Manajemen keperawatan.
2. Data ini diharapkan mampu memberi kontribusi untuk mengembangkan ilmu
keperawatan menambah referensi, wawasan dan informasi
1.3.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Mahasiswa
Data ini dapat digunakan sebagai sasaran acuan dalam meningkatkan dan
menambah wawasan tentang manajemen keperawatan.
2. Bagi Masyarakat
Data ini dapat memberikan informasi penting bagi masyarakat agar masyarakat
mengetahui secara jelas bentuk pelayanan keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manjemen Keperawatan

2.1.1 Definisi
Manajemen adalah suatu proses bekerja dengan individu dan group serta sumber
lain untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen tersebut mencakup planning,
organizing, actualing, controlling, (POAC) terhadap staf, sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi (Nursalam 2013).

Manajemen keperawatan aadalah suatu proses bekerja melalui anggota staf


keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Proses
manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode
pelaksananaan asuhan keperawatan professional, sehingga diharapkan keduanyan dapat
saling mendukung. Proses keperawatan sebagaimana manajemen keperawatan terdiri atas
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil
(Nursalam 2013)

2.1.2 Prinsip-Prinsip Yang Mendasari Manajemen Keperawatan

Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :

1. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi


perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan,
pemecahan masalah yang afektif dan terencana.

2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif.

3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan berbagai


situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan
memerlukan pengambilan keputusan di berbagai tingkat manajerial.

4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus


perhatian manajer keperawatan dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat,
fikir, yakini dan ingini .
5. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai
dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.

6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang


meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.

7. Manejer keperawatan yang baik adalah manajer yang dapat memotivasi staf
untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik.

8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.


Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan
persamaan pandangan arah dan pengertian diantara bawahan.

9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya mempersiapkan


perawat pelaksana untuk menduduki posisi yang lebih tinggi ataupun upaya
manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.

10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang


meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat.

2.1.3 Fungsi manajemen


1) Perencanaan (planning)
Perencanaan (planning) merupakan suatu pendekatan yang terorganisir
untuk menghadapi problema-problema dimasa yang akan datang. Perencanaan
yang efektif didasarkan pada fakta dan informasi, bukan atas dasar emosi dan
keinginan. Perencanaan merupakan suatu dasar dari fungsi lain dalam
manajemen untuk melakukan penyusunan langkah-langkah untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
Sebagian besar perencanaan (planning) dapat dibagi menjadi fase atau
tahapantahapan waktu pelaksanaan kegiatan agar dapat membantu untuk:
a) Membagi rencana kedalam serangkaian tindakan yang sederhana.
b) Mempertahankan pelaksanaan rencana sesuai jadwal.
c) Mengkoordinir kegiatan-kegiatan yang terpisah kedalam perencanaan.
d) Rencana tersebut dapat diterima oleh semua pihak yang berkepentingan.
(Gillies,2004)
2) Pengorganisasian (organization)
Pengorganisasian (organization) merupakan kegiatan dasar dari
manajemen yang dilaksanakan untuk mengatur seluruh sumbersumber yang
dibutuhkan termasuk manusia, sehingga pekerjaan apat diselesaikan dengan
sukses.
Tugas dari pengorganisasian (organization) ialah untuk membimbing
manusia-manusia untuk bekerjasama secara efektif. Pengorganisasian adalah
langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam
kegiatan, menetapkan tugas pokok dan wewenang serta pendelegasian
wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan
(Muninjaya 2004)
3) Pengarahan (actuating)
Pengarahan yang baik bukanlah suatu bentuk kediktatoran. Manajer
mempunyai pengaruh yang besar untuk mempengaruhi sikap anggota
kelompok. Sifat, kepercayaan, dan sikap dari manajer terhadap anggota
kelompok akan dinilai oleh bawahannya dan akan mempengaruhi efektifitas
manajer dalam memberikan pengarahan kepada mereka.
Memberi pengarahan yang efektif dapat dilaksanakan oleh seorang untuk
satu kelompok. Biasanya manajer melakukannya karena:
a) Mengetahui bawahan
b) Mengetahui keahlian dan kemampuannya
c) Mengerti akan kapasitas dan keinginan-keinginannya
d) Mengetahui apa yang dapat dihasilkan
e) Telah mengamati sikap hidupnya Dengan semua latar belakang tersebut,
manajer akan mampu untuk memilih tehnik memberikan pengarahan untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan dengan cara yang terbaik.
4) Pengendalian (controlling)
Sementara itu pengendalian merupakan tahap akhir dalam fungsi
manajemen yaitu mengendalikan segala tindak tanduk dari pergerakkan
organisasi tersebut. Serta memastikan apa organisasi sudah melakukan sesuai
perencaan yang telah dilakukan sebelumnya. Selain itu pengendalian juga
berfungsi mengawasi segala pemakaian sumber daya, sehingga secara tidak
langsung pengendalian juga memerintahkan untuk menggunakan sumber daya
seefektif dan seefisien mungkin.

2.1.4. Tujuan Manajemen Keperawatan

1. Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan

2. Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial

3. Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan melibatkan


seluruh komponen yang ada

4. Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan bekerja


lebih efektif dan efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-sia, mengurangi duplikasi
tenaga dan upaya.

Hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen keperawatan


adalah:

1.Terselenggaranya pelayanan

2.Asuhan keperawatan yang berkualitas.

3. Pengembangan staf

4. Budaya riset bidang keperawatan

2.1.5 Proses Manajemen Keperawatan


Proses manajemen keperawatan adalah rangkaian pelaksanaan kegiatan yang
saling berhubungan, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Setiap sistem
terdiri atas lima unsur, yaitu input, prosces, output, control dan mekanisme umpan
balik (feedback).Input dalam proses manajemen keperawatan berupa informasi,
personel, peralatan dan fasilitas. Proses pada umumnya melibatkan kelompok
manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai pada perawat
pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang dalam melakukann perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan (Parmin 2010)
a) Proses merupakan kegiatan yang sangat penting dalam suatu sistem sehingga
dapat mempengaruhi hasil yang diharapkan oleh suatu tatanan organisasi.
b) Output atau keluaran dari proses manajemen keperawatan merupakan hasil
atau kualitas pemberian asuhan keperawatan, pengembangan staf, serta
kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran.
c) Control dalam proses manajemen keperawatan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hasil. Kontrol dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang
proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur yang
sesuai standar dan akreditasi.
d) Mekanisme umpan balik (feedback) diperlukan untuk menyelaraskan hasil
dan perbaikan kegiatan yang akan datang. Mekanisme umpan balik dapat
dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan, dan survei kendali
mutu, serta penampilan kerja perawat (Parmin 2010)

2.2 Unsur 5M

2.2.1 Man( M1)


Salah faktor utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan
adalah tenaga keperawatan yang efektif dan efisien sebagai sumber daya manusia
a. Sumber Daya Manusia
- Umur

Semakin tua usia seseorang karyawan semakin kecil kemungkinan keluar


dari pekerjaan, karena semakin kecil alternatif untuk memperoleh kesempatan
pekerjaan lain. Di samping itu karyawan yang bertambah tua biasanya telah
bekerja lebih lama, memperoleh gaji yang lebih besar dan berbagai keuntungan
lainnya. Hubungan usia dengan kinerja atau produktivitas dipercaya menurun
dengan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan karena ketrampilan-ketrampilan
fisiknya sudah mulai menurun(Mangkunegara, 2006).
- Jenis Kelamin

Secara umum diketahui ada perbedaan yang signifikan dalam produktifitas


kerja maupun dalam kepuasan kerja, tapi dalam masalah absen kerja karyawati
lebih sering tidak masuk kerja daripada laki-laki (Anonim, 2005). Alasan yang
paling logis adalah karena secara tradisional wanita memiliki tanggung jawab
urusan rumah tangga dan keluarga.

- Masa Kerja

Masa kerja yang diekspresikan sebagai pengalaman kerja, tampaknya


menjadi peramal yang baik terhadap produktivitas karyawan. Studi juga
menunjukkan bahwa senioritas berkaitan negatif dengan kemangkiran. Masa kerja
berhubungan negatif dengan keluar masuknya karyawan dan sebagai salah satu
peramal tunggal paling baik tentang keluar masuknya karyawan (Mangkunegara,
2006).

- Pendidikan

. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya keperawatan adalah


melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengikuti pelatihan perawatan
keterampilan teknis atau keterampilan dalam hubungan interpersonal. Sebagian
besar pendidikan perawat adalah vokasional (D3 Keperawatan).Untuk menjadi
perawat profesional, lulusan SLTA harus menempuh pendidikan akademik S1
Keperawatan dan Profesi Ners. Tetapi bila ingin menjadi perawat vokasional,
(primary nurse) dapat mengambil D3 Keperawatan/Akademi Keperawatan.
Lulusan SPK yang masih ingin menjadi perawat harus segera ke D3 Keperawatan
atau langsung ke S1 Keperawatan. Selanjutnya, lulusan D3 Keperawatan dapat
melanjutkan ke S1 Keperawatan dan Ners. Dari pendidikan S1 dan Ners, baru ke
Magister Keperawatan/spesialis dan Doktor/Konsultan

-   Pelatihan Kerja

Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tak dapat


dipisahkan dalam sistem pengembangan sumberdaya manusia, yang di dalamnya
terjadi proses perencanaan, penempatan, dan pengembangan tenaga manusia.
Dalam proses pengembangannya diupayakan agar sumberdaya manusia dapat
diberdayakan secara maksimal, sehingga apa yang menjadi tujuan dalam
memenuhi kebutuhan hidup manusia tersebut dapat terpenuhi(Mangkunegara,
2006).

b. Pembagian Kerja

Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi yaitu pekerjaan dibagi-bagi


sehingga setiap orang memilik tugas tertentu. Untuk ini kepala bidang
keperawatan perlu mengetahui tentang :
a. Pendidikan dan pengalaman setiap staf
b. Peran dan fungsi perawat yang diterapkan di RS tersebut
c. Mengetahui ruang lingkup tugas kepala bidang keperawatan dan
kedudukan dalam organisasi

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengelompokkan dan pembagian


kerja, yaitu :
a. Jumlah tugas yang dibebankan seseorang terbatas dan sesuai dengan
kemampuannya
b. Setiap bangsal / bagian memiliki perincian aktivitas yang jelas dan
tertulis
c. Tiap staf memiliki perincian tugas yang jelas
d. Variasi tugas bagi seseorang diusahakan sejenis atau erat hubungannya
e. Mencegah terjadinya pengkotakkan antar staf/kegiatan
f. Penggolongan tugas berdsasarkan kepentingan mendesak, kesulitan dan
waktu.

2.2.2 Material
A. Pengertian Peralatan Kesehatan
Instrumen, apparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada
manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
(Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan 2015)
B. Peralatan Medis
Peralatan medis sebagai bagian peralatan kesehatan pada pedoman ini
adalah yang memerlukan kalibrasi, pemeliharaan, perbaikan, pelatihan
pengguna, dan dekomisioning. kegiatan biasanya dikelola oleh para
tenaga teknis (elektromedis/clinical engineer). Peralatan medis digunakan
untuk tujuan diagnosis tertentu dan pengobatan. (Direktorat Jenderal Bina
Upaya Kesehatan 2015)
Dalam pemenuhan aspek yang diperlukan dalam unsur Material maka
dibutuhkan hal-hal sebagai berikut :
1. Perencanaan
Merupakan suatu proses untuk menentukan kebutuhan terkait jenis,
spesifikasi dan jumlah peralatan medis sesuai dengan kemampuan
pelayanan/klasifikasi rumah sakit yang terdiri dari :
 Penilaian kebutuhan
Proses untuk menentukan dan mengatasi kesenjangan antara situasi
atau kondisi saat ini dengan situasi atau kondisi yang diinginkan. Data
yang dibutuhkan yaitu inventori peralatan medis, kualitas peralatan,
kinerja peralatan, keamanan peralatan, sumber daya manusia, informasi
harga peralatan, data dan informasi penunjang lainnya
 Penganggaran
Yaitu Anggaran dan keuangan untuk pemenuhan, penggantian
atau pengembangan, peralatan medis disesuaikan dengan kebutuhan
peralatan medis. Sumber : APBN, APBD, BLU, dll
 Prioritas pemenuhan kebutuhan
Faktor – factor yang mempengaruhi prioritas pemenuhan kebutuhan
yaitu tingkat utilitas, brand image rumah sakit, pelayanan unggulan,
peralatan life, kesiapan bangunan/ruangan dan prasarana
2. Pengadaan
Pengadaan peralatan medis dilakukan sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Yang perlu diperhatikan dalam pengadaan peralatan medis
penyusunan spesifikasi alat kesehatan, Spesifikasi harus sesuai kebutuhan
user/pelayanan. Spesifikasi yang terlalu tinggi akan mengakibatkan biaya
yang cukup tinggi. Spesifikasi terlalu rendah bisa mengakibatkan
pelayanan tidak bisa berjalan optimal.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
 Ketersediaan suku cadang.
 Biaya operasional (listrik, bahan habis pakai).
 Kebutuhan praMinstalasi (pekerjaan sipil, listrik khusus, perpipaan dan
komponen pengaman/keselamatan).
 Kebutuhan sarana (bangunan/ruangan).
 Kebutuhan prasarana (listrik, air, gas)

3. Pengoperasian
Pemahaman cara pengoperasian peralatan medis harus benar-benar di
pahami dan pelajari, sehingga alat dapat digunakan secara benar dan
mengurangi keluhan kerusakan alat.

4. Pemeliharaan
 Inspeksi dan Pemeliharaan Preventif (IPM), mencakup semua kegiatan
yang dijadwalkan untuk memastikan fungsi peralatan dan mencegah
kerusakan atau kegagalan.
 Pemeliharaan Korektif / Corrective Maintenance (CM) meruapakan
kegiatan perbaikan terhadap peralatan dengan tujuan mengembalikan
fungsi peralatan sesuai dengan kondisi awalnya.
5. Inventori
Inventarisasi logistic merupakan kegiatan untuk memperoleh data atas
keseluruhan logistic yang dimilikai atau diurus oleh organisasi, berkaitan
dengan jenis dan spesifikasinya, jumlah, sumber waktu pengadaan, dan harga.
Ruang lingkup inventori yaitu dalam pengelolaan peralatan medis tidaklah
harus semua peralatan medis dimasukan ke dalam inventori, tetapi
sebaiknya dilakukan pembatasan/prioritas item. Prioritas tersebut dapat
dilakukan dengan cara berdasarkan nilai investasi peralatan medis, usia
teknis, berdasarkan risiko atau kombinasi dari kriteria tersebut (Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan 2015)

2.2.3 Methode
A. Definisi MAKP (Model Asuhan Keperawatan Profesional)
Model asuhan keperawatan professional (MAKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses) yang memungkinkan perawat professional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang
pemberaian asuhan tersebut (Hoffart dan Woods, 1996) dalam Nursalam
(2007).
Dasar pertimbangan pemilihan model asuhan keperawatan professional
(MAKP). Menurut Mc. Launghin Thomas dan Barterm (1995) dalam Nursalam
(2007) mengidentifikasikan delapan model pemberian asuhan keperawatan,
tetapi model yang umum dilakukan dirumah sakit adalah keperawatan tim dan
keperawatan primer.

B. Unsur-Unsur dalam Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional


(MAKP)
Terdapat 4 (empat) unsur MAKP antara lain :
1. Standart kebijakan institusi atau nasional
2. Proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi, evaluasi, dan dokumentasi
3. Pendidikan klien meliputi pencegahan penyakit, mempertahankan
kesehatan, informed concent, dan discharge planning
4. Sistem Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
a. Fungsional
b. Kasus
c. Tim
d. Primer
e. Modifikasi tim-primer

C. Tujuan Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawatan
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap tim keperawatan

2.2.4 Money
Money atau modal merupakan dana yang diperlukan untuk membiayai
operasi bisnis. Investasi oleh pemilik atau pemegang saham, pinjaman bank atau
keuntungan yang ditahan perusahaan digunakan untuk membeli bahan baku,
menggaji pegawai, membeli peralatan dan membangun rumah sakit. Money atau
modal ini digunakan untuk membiayai anggaran yang dibutuhkahkan oleh RS
untuk menjalankan seluruh kegiatan perusahaan sepanjang masa operasionalnya.
Ketersediaan uang yang mencukupi akan mendukung manajemen berjalan dengan
lancar dan leluasa demi mencapai targe keuntungan yang optimal.
A. Kompensasi
Kompensasi merupakan terminologi luas yang berhubungan dengan
imbalan finansial. Terminologi dalam kompensasi adalah:
1. Upah dan Gaji. Upah (wages) biasanya berhubungan dengan tarif gaji per
jam. Gaji (salary) umumnya berlaku untuk tarif bayaran mingguan,
bulanan, atau tahunan
2. Insentif. Insentif (incentive) adalah tambahan kompensasi di atas atau di
luar gaji atau upah yang diberikan organisasi
3. Tunjangan
4. Fasilitas.
B. Reward
Reward adalah penghargaan/hadiah untuk sesuatu hal yang tercapai.
Francisca (2006) memfokuskan definisi reward sebagai hadiah atau bonus
yang diberikan karena prestasi seseorang. Reward  dapat berwujud banyak
rupa. Paling sederhana berupa kata-kata seperti pujian adalah salah satu
bentuknya. Reward biasanya digunakan untuk mengendalikan jam kerja
seseorang dalam organisasi.
Artinya, dengan reward seseorang bekerja dapat dilakukan tanpa ada
kendali langsung dari pimpinan, melainkan dapat berjalan apa adanya sesuai
evaluasi kinerja sebelumnya. Selebihnya, dengan reward seseorang dapat
meningkatkan cara kerjanya tanpa harus dikendalikan pimpinan.
Reward yang diperoleh atau diharapkan akan diperoleh sebagai konsekwensi
dari apa yang mereka kerjakan akan merubah perilaku manusia secara
fundamental.

C. Punishment
Punishment adalah hukuman atas suatu hal yang tidak tercapai/
pelanggaran. Hukuman seperti apa yang harus diberikan.
Punishment merupakan penguatan yang negatif, tetapi diperlukan dalam
perusahaan. punishment yang di maksud disini adalah tidak seperti hukuman
dipenjara atau potong tangan, tetapi punishment yang bersifat mendidik.
Selain itu punishment juga merupakan alat pendidikan regresif,
artinya punishment  ini digunakan sebagai alat untuk menyadarkan karyawan
kepada hal-hal yang benar.
Macam-macam punishment yaitu:
1. Hukuman prefentif, yaitu hukuman yang dilakukan dengan maksud atau
supaya tidak terjadi pelanggaran. Hukuman ini bermaksud untuk
mencegah agar tidak terjadi pelanggaran, sehingga hal ini dilakukannya
sebelum terjadi pelanggaran dilakukan. Contoh perintah, larangan,
pengawasan, perjanjian dan ancaman
2. Hukuman refresif yaitu hukuman yang dilakukan, oleh karena adanya
pelanggaran, oleh adanya dosa yang telah diperbuat. Jadi hukuman itu
terjadi setelah terjadi kesalahan.

2.2.5 Mutu
Mutu adalah nilai kepatutan yang sebenarnya (proper value) terhadap unit
pelayanan tertentu, baik dari aspek technical (ilmu, ketrampilan, dan teknologi
medis atau kesehatan) dan interpersonal (tata hubungan perawat, pasien, dokter,
pasien: komunikasi, empati dan kepuasan pasien) (Widayat, 2009).
A. Standar Mutu Pelayanan Kesehatan
1. Standar Pelayanan Minimal
Standar persyaratan minimal adalah keadaan minimal yang harus
dipenuhi untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan
yang bermutu. Standar persyaratan minimal terdiri dari :
a. Standar Masukan (stuktur)
Dalam standar masukan ditetapkan persyaratan minimal unsur
masukan yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang bermutu terdiri dari :
1) Jenis, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana;
2) Jenis, jumlah dan spesifikasi sarana;
3) Jumlah dana (modal);
Jika standar masukan merujuk pada tenaga pelaksana disebut
dengan nama standar ketenagaan (standard of personnel). Sedangkan
jika standar masukan merujuk pada sarana dikenal dengan nama
standar sarana (standard of facilities). Untuk dapat menjamin
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, standar masukan
tersebut haruslah dapat ditetapkan.
b. Standar Lingkungan
Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur
lingkungan yang diperlukan untuk dapat meyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang bermutu, terdiri dari :
1) Garis-garis besar kebijakan (policy);
2) Pola organisasi (organization);
3) Sistem manajemen (management) yang harus dipatuhi oleh setiap
pelaksana pelayanan kesehatan;.
c. Standar Proses
Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur
proses yang harus dilakukan untuk dapat menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang bermutu, terdiri dari :
o Tindakan medis
o Tindakan non medis
Standar proses dikenal dengan nama standar tindakan (standar of
conduct). Pada dasarnya baik tidaknya mutu pelayanan kesehatan
sangat ditentukan oleh kesesuaian tindakan dengan standar proses,
maka haruslah dapat diupayakan tersusunnya standar proses.

2. Standar Penampilan Minimal


Standar penampilan minimal merujuk pada penampilan layanan
kesehatan yang masih dapat diterima. Standar ini, karena merujuk pada
unsur keluaran, disebut  dengan nama standar keluaran, atau populer
dengan sebutan standar penampilan (standar of performance). Standar
keluaran merupakan hasil akhir atau akibat dari layanan kesehatan. Standar
keluaran akan menunjukkan apakah layanan kesehatan berhasi atau gagal.
Keluaran (outcome) adalah apa yang diharapkan akan terjadi sebagai hasil
dari layanan kesehatan yang diselenggarakan dan terhadap apa
keberhasilan tersebut akan diukur. Standar keluaran berupa penampilan
aspek medis dan  penampilan aspek non medis.standar mutu dalam
pelayanan keperawatan yang terdiri dari :
a. Struktur
1) Adanya kebijakan program pengendalian mutu pelayanan
keperawatan di sarana kesehatan.
2) Adanya program pengendalian mutu pelayanan keperawatan.
3) Adanya standar pelayanan keperawatan.
4) Adanya mekanisme pelaksanaan program pengendalian mutu.
5) Adanya tim pengendalian mutu dalam Organisasi Pelayanan
Kesehatan.
6) Adanya sumber daya yang menandai dalam jumlah dan kualitas.
b. Proses
1) Menyusun alat pengendalian mutu sesuai dengan metoda yang
dipilih.
2) Melaksanakan upaya pengendalian mutu antara lain : audit
keperawatan/ supervise keperawatan, Gugus Kendali Mutu, survey
kepuasan pasien, keluarga/petugas, presentasi kasusdan ronde
keperawatan.
3) Menganalisa dan menginterpretasikan data hasil evaluasi
pengendalian mutu.
4) Menyusun upaya tindak lanjut.
c. Hasil
1) Adanya dokumen hasil pengendalian mutu.
2) Adanya dokumen umpan balik dan upaya tindak lanjut.
3) Adanya dokumen hasil survey kepuasan pasien, keluarga dan
petugas.
4) Adanya penampilan klinik tenaga keperawatan sesuai dengan standar
pelayanan keperawatan.
5) Menurunya angka kejadian komplikasi sebagai akibat pmberian
asuhan keperawatan antara lain : dekubitus, jatuh, pneumia, pneumia
orthostatic, infeksi nasokomial, drop foot.
2.3 Analisis SWOT

2.3.1 Definisi SWOT


Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi
bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths,
weaknesses, opportunities, dan threats).

2.3.2 Komponen SWOT


1. Strength (Kekuatan) atau disingkat dengan “S”, yaitu karakteristik
organisasi ataupun proyek yang memberikan kelebihan / keuntungan
dibandingkan dengan yang lainnya.
2. Weakness (Kelemahan) atau disingkat dengan “W”, yaitu karakteristik
yang berkaitan dengan kelemahan pada organisasi ataupun proyek
dibandingkan dengan yang lainnya.
3. Opportunities (Peluang) atau disingkat dengan “O”, yaitu Peluang yang
dapat dimanfaatkan bagi organisasi ataupun proyek untuk dapat berkembang
di kemudian hari.
4. Threats (Ancaman) atau disingkat dengan “T”, yaitu Ancaman yang akan
dihadapi oleh organisasi ataupun proyek yang dapat menghambat
perkembangannya.

2.3.3 Pendekatan Dalam Analisis SWOT


a. Pendekatan Kuantitatif dalam Matrik SWOT
Data SWOT kualitatif diatas dapat dikembangkan secara kuantitatif
melalui perhitungan analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan
Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang
sesungguhnya.
Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu :
1. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta jumlah
total perkalian skor dan bobot (c = a×b) pada setiap faktor S-W-O-T
2. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan
faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai
atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya
menjadi nilai atau titik pada sumbu Y;
3. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran.

Keterangan :
1. Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah progresif, artinya organisasi dalam
kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan
ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
2. Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi
tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi
Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah
tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan
untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh
karenya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi
taktisnya.
3. Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat
berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya
organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang
lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus
memperbaiki kinerja organisasi.
4. Kuadran IV (negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi
tantanganbesar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan,
artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya
organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan,
mengendalikankinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini
dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.
BAB 3
HASIL ANALISA PENGKAJIAN KASUS

3.1 MAN
Hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa S1 Keperawatan STIKes Maharani di
Ruang Mawar RSUD Mardi Waluyo Blitar didapatkan hasil bahwa perawat yang
bertugas pada ruangan ini sebanyak 20 orang dengan jumlah D3 sebanyak 14 orang dan
S1 sebanyak 6 orang. Pekarya kesehatan 1 orang dan administrasi 1 orang. Perawat yang
bertugas sebanyak 20 orang mempunyai masa kerja < 10 tahun berjumlah 6 orang,
sedangkan < 5 tahun sebanyak 14 orang. Setelah dilalkukan wawancara didapatkan hasil
bahwa 98% perawat telah mengikuti banyak sekali pelatihan antara lain BLS, PPI,
PMKP,K3, dan BTCLS yang diikuti terakhir 5 tahun yang lalu yaitu pada tahun 2015,
dan ada jua pelatihan mengenai kegawatdaruratan rumah sakit, sayangnya untuk
pelatihan kegawatdaruratan bencana diluar rumah sakit perawat belum ada yang
mnegikuti pelatihan ini. Masalah lain yang ditemukan yaitu mengenai hand hygine,
perawat masih banyak yang belum professional dalam melakukan hand hygine. Serta
rumah sakit juga tidak memfasilitasi perawat yang ingin melanjutkan pendidikan ke
jenjang lebih tinggi berupa beasiswa.
3.2 MATERIAL
Hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa S1 Keperawatan STIKes Maharani di
Ruang Mawar RSUD Mardi Waluyo Blitar didapatkan hasil untuk sarana dan prasarana
yang dimiliki oleh ruangan tersebut sudah termasuk dalam kategori lengkap, terlihat dari
beberapa daftar inventaris yang dibuat oleh ruangan tersebut. Selain melihat data
inventaris mahasiswa juga melakukan wawancara dan observasi secara langsung di ruang
mawar. Dari hasil observasi fasilitas dan sarana memang sudah lengkap tetapi karena
banyaknya jenis alat sehingga proses pemeliharaan alat ada beberapa yang rusak,
penempatan sarana dan prasarana peralatan steril kurang sesuai, dan beberapa alat tidak
ditata dengan teratur. Bahkan beberapa fasilitas seperti AC di kelas 1 banyak yang sudah
tidak berfungsi, ditambah lagi beberapa almari pasien yang juga rusak. Banyak alat
kesehatan dengan kondisi rusak ringan sampai berat, salah satu contohnya kursi roda,
flowmeter, ECG monitor, dsb.
Data Inventaris alat dan fasilitas yang dimiliki oleh Ruang Mawar adalah sebagai berikut:
a. Denah Ruangan Mawar
Lokasi dari Ruang Mawar berada dilantai 2, Ruang Mawar memiliki berbagai
ruangan dengan memiliki fungsi masing-masing. Gambaran umum tentang ruang Mawar
RSUD Mardi Waluyo Blitar sebagai berikut:
a) Batasan Ruang Mawar:
1) Sebelah timur : Ruang Melati
2) Sebelah selatan : Lorong/jalan
3) Sebelah barat: Koridor/lalu lalang pasien
4) Sebelah utara: Lorong/jalan
b) Jenis ruangan di ruang Mawar RSUD Mardi Waluyo Blitar sebagai berikut:
1) Ruang perawat
2) Ruang OK Paru
3) Dapur/pantry + Ruang oplos obat
4) Ruang perawatan non TBC: Kelas I, II, dan III, Isolasi B24
5) Ruang perawatan TBC: Kelas I, kelas II, dan Kelas III
6) Gudang I dan Gudang II
7) Ruang pemeriksaan Faal Paru
b. Lingkungan Kerja
Gambaran Umum Tempat Tidur di Ruang Mawar
1) Kelas I kamar 1 : 2 tempat tidur
2) Kelas I kamar 2 : 2 tempat tidur
3) Kelas II kamar 3 : 2 tempat tidur
4) Kelas II kamar 4 : 4 tempat tidur
5) Kelas III kamar 5 : 5 tempat tidur
6) Kelas I kamar 6 : 2 tempat tidur
7) Kelas III kamar 7 : 9 tempat tidur
8) Kelas II kamar 8 : 2 tempat tidur
9) Kelas I kamar 9 : 1 tempat tidur
10) Kelas III kamar 10 : 2 tempat tidur
c. Fasilitas dan Peralatan Pasien
a) Kelas 1 Kamar 1
TV, Lampu, kamar mandi dan WC, tiang infuse, O2 manumeter, Bad/
Tempat tidur, kursi, bedsite pasien, jam dinding, AC tidak berfungsi, tempat sampah,
Kaca Rias dan Wastafel, sampiran, kursi penunggu.

b) Kelas 1 Kamar 2
TV, Lampu, kamar mandi dan WC, tiang infuse, O2 manumeter, Bad/Tempat
tidur, kursi, bedsite pasien, jam dinding, AC tidak berfungsi, sampiran, tempat
sampah, Kaca Rias dan Wastafel, kursi penunggu.
c) Kelas 1 Kamar 3
ECG Monitor, TV, Lampu, kamar mandi dan WC, tiang infuse, O2
manumeter, Bad/Tempat tidur, kursi, bedsite pasien, jam dinding, AC berfungsi,
tempat sampah, Kaca Rias dan Wastafel, sampiran, kursi penunggu.
d) Kelas 2 Kamar 4
Lampu, kamar mandi dan WC, tiang infuse, O2 manumeter, Bad/ Tempat
tidur, kursi, bedsite pasien, jam dinding, AC tidak berfungsi, tempat sampah, Kaca
Rias dan Wastafel, sampiran, kursi penunggu.
e) Kelas 3 Kamar 5
Lampu, kamar mandi dan WC, tiang infuse, manometer dinding, Bed/Tempat
tidur, kursi, bedsite, jam dinding, sampiran, tempat sampah, Kaca Rias dan Wastafel,
kursi penunggu.
f) Kelas 1 Kamar 6
TV, Lampu, kamar mandi dan WC, tiang infuse, O2 manumeter, Bad-
Tempat tidur, kursi, bedsite pasien, jam dinding, AC tidak berfungsi, tempat sampah,
Kaca Rias dan Wastafel, sampiran, kursi penunggu.
g) Kelas 3 Kamar 7
Lampu, kamar mandi dan WC, tiang infuse, O2manumeter, Bad- Tempat
tidur, kursi, bedsite, jam dinding, AC tidak berfungsi, tempat sampah, Kaca Rias dan
Wastafel, sampiran, kursi penunggu.
h) Kelas 2 Kamar 8
Lampu, kamar mandi dan WC, tiang infuse, O2manumeter, Bad- Tempat
tidur, kursi, bedsite, jam dinding, AC tidak berfungsi, tempat sampah, Kaca Rias dan
Wastafel, sampiran, kursi penunggu.
i) Kelas 1 Kamar 9
Lampu, kamar mandi dan WC, tiang infuse, O2manumeter, Bad- Tempat
tidur, kursi, bedsite, jam dinding, AC tidak berfungsi, tempat sampah, Kaca Rias dan
Wastafel, sampiran, kursi penunggu.
j) Kelas 2 Kamar 10
Lampu, kamar mandi dan WC, tiang infuse, O2 central, Bad- Tempat tidur,
kursi, ferbad kabinet, jam dinding, AC tidak berfungsi, tempat sampah, Kaca Rias
dan Wastafel, kursi tamu dan kursi penunggu.
d. Fasilitas Untuk Perawat (Nurse Station)
a) Ruang Kepala Ruangan menjadi satu dengan Nurse Station
b) Kamar mandi perawat/WC ada 1 di dekatNurse Station
c) Nurse Station berada dibagian tengah diantara ruangan kelas 1, kelas 2 dan kelas 3
untuk mempermudah perawat masuk ke ruangan.

e. Fasilitas Alat-alat Keperawatan


a) Alat – Alat Kesehatan Keperawatan Ruang Mawar (Bulan Desember 2019) :
KONDISI
JUM
NO NAMA ALAT RUSAK RUSAK KET
LAH BAIK
RINGAN BERAT
1 Arteri klem bengkok kecil 1 1
2 Bak instrument besar 1 1
3 Bak instrument kecil 9 9
4 Bengkok besar 25cm 3 3
5 Bengkok Sedang 23 cm 9 9
6 Bengkok kecil 20cm 1 1
7 Blass Spuit 1 1
8 Es Kap 8 1 7
9 Gliserin Spuit 2 1 1
10 Gunting Verband 8 8
11 Heacting set 1 1
12 Gunting bedah 4 4
13 Gunting angkat bedah 1 1
14 Pinset anatomi 4 4
15 Pinset sirugis 3 3
16 Klem arteri panjang 1 1
17 Klem arteri kecil 2 2
18 Irrigator 2 1 1
19 Korentang + deptum 4/2 4/2
20 Pispot 10 2 8
21 Urinal plastic 10 10
22 Urinal stenless 7 7
23 Set rawat luka 3 1 2
24 Standar infuse 35 16 19
25 UV Sterilisator 2 1 1
26 Stethoscope 12 12
27 Tensi meter beroda 4 4
28 Tensi meter 3 3
29 Flow meter dinding 22 14 9 DI IPS
30 Flow meter tabung 13 13
31 Thermometer digital/biasa 2 2
32 Termometer infrared 2 2
33 Timbangan BB 3 2 1
34 WWZ 1 1
35 Eskrak 2 2
36 Tromol besar 2 2
37 Tromol kecil 2 2
38 Cucing kecil 2 2
39 Cucing sedang tutup 2 2
40 Cucing besar tutup 1 1
41 Kursi bulat 1 1
42 Rak urinal 7 7
43 Tourniquet 35 32 2 1
44 Tong spatel 5 3 2
45 Celemek plastic 3 3
46 Lampu senter 2 2
47 Senter periksa (penlight) 2 2
48 Hand towel box 3 3
49 Tempat hamdrub 24 20 4
50 Baskom 9 9
51 Gayung 14 14
52 Timba 14 14
53 Kaca mata goggle 4 4
54 Sarung tangan panjang 3 3
55 Tempat alcohol plastic 2 1 1
56 Sepatu bot 3 3
57 Troli kaca 1 1
58 Troli rawat luka 6 6 1
Gudang
59 Trolly tindakan 4 4
60 Gunting nikorotomi 2 2
61 Gunting angkat jahitan 3 3
62 Gunting lurus 2 2
63 Senter periksa (penlight) 2 2
64 Cucing kecil 6 4 2
65 Cucing sedang 5 3 2
66 Cucing besar 2 2
67 Nalpuder 2 2
68 Alat cukur 1 1
69 Reflex hamer 1 1
70 Kasur angina 3 1 1
71 Bak Instrumen sedang 3 3
72 Sandal crocs 2 2
b) Alat – Alat Medis Ruang Mawar

KONDISI
JUML
NO NAMA ALAT RUSAK RUSAK KET
AH BAIK
RINGAN BERAT
1 Nebulizer 5 4 1
2 Suction 6 5 1
3 Infuse Pump 5 5
4 WSD (water seal drainage) 1 1
Suction pump mobile 6 6
Suction thorax 2 2
5 ECG 3 3
6 Syringe Pump 14 14
7 Spirometry 2 2
8 Bedside ECG monitor 3 2 1 Km 3,6,8
9 Sentral ECG monitor 1 1
10 Bronchoscopi (FOB) 1 1 R.
Bronkos
11 ECG monitor /oxymetri 1 1 R.
Bronkos
12 Almari FOB 1 1 R.
Bronkos
13 Tranfering bed 1 1
14 Lampu UV 2 2
15 Almari kaca 1 1
16 Instrument cabinet 3 3
17 Troli nebulizer 2 2
18 Emergency troly 1 1
19 Medicine troly 2 2
20 Lampu periksa 1 1
21 Kursi roda 4 3 1 rusak
berat di
gudang
belakang
22 Ambubag 3 3
23 Oksigen transport 4 4 1 di
gudang
24 Sutamac bed 11 11
25 Paramount bed 15 15
26 Mediglob 2 crank 2 2
27 Comfort bed 1 crank 1 1
28 Comfort bed 2 crank 1 1
29 Comfort bed 3crank 5 5
30 Paramount bed 14 14
31 Meja Operasi 1 1
32 X-ray film viewer 2 2
33 Almari obat 1 1
34 Mac cabinet patient 6 6
35 Paramount cabinet patient 17 17
36 Globe cabinet patient 7 7
37 Almari kayu pasien 7 7
38 Onemed cabinet patient 3 3

f. Fasilitas Alat-alat Pencatatan dan Pelaporan


KONDISI
NO NAMA ALAT JUMLAH RUSAK RUSAK KET
BAIK
RINGAN BERAT
1 Buku folio 2
2 Buku kematian 1
3 Buku permintaan laborat 2
4 Buku permintaan resep 1
5 Buku register pasien 1
6 Buku sensus cairan 1
7 Buku TTV 1
8 Pensil 1
9 Pensil merah biru 2
10 Perforator 2
11 Spidol permanent 3

3.3 METHODE
3.4 MONEY
RSUD Mardi Waluyo Blitar di kelola oleh Pemerintah Daerah Blitar, RS
juga bekerjasama dengan beberapa asuransi seperti BPJS, ASKES, ASTEK, dll.
Pembiayaan pasien sebagian besar dari BPJS, PT, KAI, PERHUTANI,
JAMSOSTEK, TELKOM, TNI, POLRI dan instalasi lain yang memiliki IKS dan
biaya umum (biaya sendiri). Di RS Mardi Waluyo Blitar pasien yang akan pulang
di pagi hingga sore hari akan membayar pada bagian administrasi RSUD Mardi
Waluyo Blitar, sedangkan pasien yang akan pulang pada malam hari biaya
perawatan selama sakit akan disetorkan pada ruangan kemudian di keesokan
harinya ruangan akan menyetorkan pada bagian administrasi RSUD Mardi
Waluyo Blitar. Dalam hal ini terlihat administrasi disini masih belum terpusat
sehingga banyak keluhan pasien yang mengatakan bahwa proses administrasi
masih memerlukan waktu yang lama. Sumber pendapatan perawat di RSUD
Mardi Waluyo Blitar berasal dari jasa medik, BPJS, remunerasi, IRNA medis, dan
LP (lauk pauk). Daftar harga dan jenis pelayanan juga sudah terperinci dengan
jelas seperti tarif visite dokter non pavilium, tarif akomodasi perawatan, dan tarif
tindakan pelayanan sehingga meminimalkan adanya komplain mengenai masalah
keuangan. Namun meski begitu ada juga obat-obatan dan pelayanan medis yang
tidak termasuk ke dalam asuransi seperti pengambilan darah di bank darah yang
menggunakan biaya umum.
3.5 MUTU
Berdasarkan pengkajian dalam hal mutu pelayanan RSUD Mardi Waluyo cukup baik.
Warga menyatakan memilih RSUD Mardi Waluyo sebagai tempat berobat, dengan alasan karena
letak RSUD Mardi Waluyo yang strategis yaitu dekat dengan kota dan sangat menguntungkan,
selain itu masyarakat bisa menggunakan jasa BPJS dan bangunan RSUD Mardi Waluyo yang
megah menjadi daya tarik bagi masayarakat.
Dalam sistem pemasarannya, upaya promosi yang di lakukan RSUD Mardi Waluyo
antara lain bekerja sama dengan Stasiun Radio dan poli klinik milik RS yang melakukan siaran
lewat Boardcasting. Penyebaran brosur-brosur RS juga dilakukan sebagai bagian dari upaya
promosi.
Selain itu dilihat dari data tingkat efisiensi dan pemanfaatan di Ruang Mawar RSUD
Mardi Waluyo Kota Blitar dalam 6 bulan terakhir di tahun 2019, didapatkan data pengkajian
sebagai berikut:
a. Data Tingkat Pemanfaatan Tempat Tidur dalam Periode 1 Bulan
Bulan Jumlah Hari Perawatan RS
Juli 2019 352
Agustus 2019 401
September 2019 398
Oktober 2019 410
November 2019 325
Desember 2019 454
*Jumlah tempat tidur yang tersedia 31 TT
b. Data Tingkat Efisiensi Pelayanan dalam Periode 1 Bulan
Bulan Jumlah Hari Perawatn Total Pasien Keluar
RS (Hidup+Mati)
Juli 2019 352 78
Agustus 2019 401 119
September 2019 398 81
Oktober 2019 410 70
November 2019 325 69
Desember 2019 454 105
BAB 4 ANALISA SWOT DAN PRIORITAS MASALAH

MAN
INTERNAL FAKTORS (IFAS)
Bobot x
NO Analisis SWOT Bobot Rating
Rating
1. (STRANGE)
1) Sebagian besar
perawat memiiliki
pengetahuan yang 0,2 3 0,6
cukup mengenai
kegawat daruratan
pada lingkungan
rumah sakit
2) Jumlah perawat di
Ruang Mawar
RSUD Mardi
Waluyo Blitar 0,4 4 1,6
tersebut sejumlah
20 Orang
3) Sebanyak 98%
mendapatkan
kesempatan
megikuti Program
Pengembangan 0,3 3 0,9
staf berupa
pelatihan, yaitu
BLS, PPI,
PMKP,K3, dan
BTCLS
4) RS memberikan
ijin kepada staf
keperawatan yang
ingin melanjutkan
sekolah 0,1 2 0,2

(WEAKNES) 1 3,3
1) RS tidak
memfasilitasi
perawat yang
ingin melanjutkan
pendidikan ke
jenjang lebih
tinggi berupa
beasiswa 0,1 2 0,2
2) Masih banyak
perawat yang
tidak disiplin
dalam melakukan
Hand Hygiene
3) Dari 20 perawat
yang mempunyai 0,4 4 1,6
pendidikan D3
sebanyak 14
orang dan S1
sebanyak 6 orang
4) Pelatihan
kegawatdaruratan 0,3 3 0,9
hanya sebatas
kegawatan di
lingkungan RS
tetapi untuk
penanggulangan
bencana masih
banyak perawat
yang belum 0,2 2 0,4
mengikuti
pelatihan tersebut
1 3,1

Total S-W = X

3,3 – 3,1= 0,2

EKSTERNAL FAKTORS (EFAS)

(OPPORTUNITY)
1) Adanya peluang
dalam meningkatnya 0,4 4 1,6
kinerja perawat
karena adanya
program pelatihan
2) Terdapatnya sumber
daya manusia yang 0,2 3 0,9
memadai di RS
Mardi Waluyo
3) Adanya SOP dan
sarana yang 0,2 3 0,9
mendukung
4) Melakukan
pelatihan-pelatihan
seperti BLS,BTCL 0,2 3 0,6
dan lain-lain
sekurang kurangnya
1tahun sekali 1 4

(THREATS)
1) Adanya persaingan
mutu pelayaan antar 0,4 4 1,6
rumah sakit
2) Pada era globalisasi
dimana akan
semakin banyak 0,1 2 0,2
perawat berkualitas
dari luar negeri yang
bekerja di dalam
negeri
3) Adaya tuntutan dari
masyarakat untuk 0,2 2 0,4
mendapatkan
pelayanan yang lebih
professional
4) Adanya rumah sakit
lain yang berada di 0,3 3 0,9
Blitar yang memiliki
pelayanan yang 1 3,1
sama

Total O-T = Y
4 – 3,1 = 0,9
Klasifikasi Pasien Tingkat Keterhantungan Klien
1. (07 Januari 2021)
Perawatan Langsung
Minimal : 15 x 2 Jam = 30 Jam
Parsial : 5 x 35 Jam = 15 Jam
Total : 0 x 6 Jam = 0 Jam
Perawatan Tidak Langsung
20 Orang klien x 1 Jam = 20 Jam
Penyuluhan Kesehatan = 20 Orang klien x 0,25 Jam = 5 Jam
Total Keseluruhan Jam = 70 Jam
Menentukan Jumlah Total Jam Keperawatan yang dibutuhkan per klien per
hari = 70 Jam : 20 Pasien = 3,5 Jam
Jumlah Kebutuhan Tenaga Pada Ruangan Tersebut
3,5 jam/klien/hari x 20 orang/hari x 365 hari = 25,550 = 15org
(365 hari – 128 hari/thn) x 7 jam 1,659
Perawat Cadangan = 15 + 20% = 3 Perawat
Total Perawat dan Perawat Cadangan = 15+3 = 18 Perawat
Jadwal Sift Perawat :
a. Pagi = 0,47 x 18 = 8
b. Siang = 0,36 x 18 = 6
c. Malam = 0,17 x 18 = 3
2. (08 Januari 2021)
Perawatan Langsung
Minimal : 19 x 2 Jam = 38 Jam
Parsial : 5 x 35 Jam = 15 Jam
Total : 0 x 6 Jam = 0 Jam
Perawatan Tidak Langsung
24 Orang klien x 1 Jam = 24 Jam
Penyuluhan Kesehatan = 24 Orang klien x 0,25 Jam = 6 Jam
Total Keseluruhan Jam = 83 Jam
Menentukan Jumlah Total Jam Keperawatan yang dibutuhkan per klien per
hari = 83 Jam : 24 Pasien = 3 Jam
Jumlah Kebutuhan Tenaga Pada Ruangan Tersebut
3 jam/klien/hari x 24 orang/hari x 365 hari = 26,280 = 16 org
(365 hari – 128 hari/thn) x 7 jam 1,659
Perawat Cadangan = 16 + 20% = 3 Perawat
Total Perawat dan Perawat Cadangan = 16+3 = 19 Perawat
Jadwal Sift Perawat :
a. Pagi = 0,47 x 19 = 9
b. Siang = 0,36 x 19 = 7
c. Malam = 0,17 x 19 = 3
3. (9 Januari 2020)
Perawatan Langsung
Minimal : 15 x 2 Jam = 30 Jam
Parsial : 5 x 35 Jam = 15 Jam
Total : 0 x 6 Jam = 0 Jam
Perawatan Tidak Langsung
20 Orang klien x 1 Jam = 20 Jam
Penyuluhan Kesehatan = 20 Orang klien x 0,25 Jam = 5 Jam
Total Keseluruhan Jam = 70 Jam
Menentukan Jumlah Total Jam Keperawatan yang dibutuhkan per klien per
hari = 70 Jam : 20 Pasien = 3,5 Jam
Jumlah Kebutuhan Tenaga Pada Ruangan Tersebut
3,5 jam/klien/hari x 20 orang/hari x 365 hari = 25,550 = 15org
(365 hari – 128 hari/thn) x 7 jam 1,659
Perawat Cadangan = 15 + 20% = 3 Perawat
Total Perawat dan Perawat Cadangan = 15+3 = 18 Perawat
Jadwal Sift Perawat :
a. Pagi = 0,47 x 18 = 8
b. Siang = 0,36 x 18 = 6
c. Malam = 0,17 x 18 = 3
4. (10 Januari 2020)
Perawatan Langsung
Minimal : 17 x 2 Jam = 34 Jam
Parsial : 3 x 3 Jam = 9 Jam
Total : 0 x 6 Jam = 0 Jam
Perawatan Tidak Langsung
20 Orang klien x 1 Jam = 20 Jam
Penyuluhan Kesehatan = 20 Orang klien x 0,25 Jam = 5 Jam
Total Keseluruhan Jam = 68 Jam
Menentukan Jumlah Total Jam Keperawatan yang dibutuhkan per klien per
hari = 68 Jam : 20 Pasien = 3,4 Jam
Jumlah Kebutuhan Tenaga Pada Ruangan Tersebut
3,4 jam/klien/hari x 20 orang/hari x 365 hari = 24,820 = 15org
(365 hari – 128 hari/thn) x 7 jam 1,659
Perawat Cadangan = 15 + 20% = 3 Perawat
Total Perawat dan Perawat Cadangan = 15+3 = 18 Perawat
Jadwal Sift Perawat :
a. Pagi = 0,47 x 18 = 8
b. Siang = 0,36 x 18 = 6
c. Malam = 0,17 x 18 = 3
5. (11 Januari 2020)
Perawatan Langsung
Minimal : 20 x 2 Jam = 40 Jam
Parsial : 5 x 3 Jam = 15 Jam
Total : 0 x 6 Jam = 0 Jam
Perawatan Tidak Langsung
25 Orang klien x 1 Jam = 25 Jam
Penyuluhan Kesehatan = 25 Orang klien x 0,25 Jam = 6 Jam
Total Keseluruhan Jam = 86 Jam
Menentukan Jumlah Total Jam Keperawatan yang dibutuhkan per klien per
hari = 86 Jam : 25 Pasien = 3 Jam
Jumlah Kebutuhan Tenaga Pada Ruangan Tersebut
3 jam/klien/hari x 25 orang/hari x 365 hari = 27.375 = 17 org
(365 hari – 128 hari/thn) x 7 jam 1,659
Perawat Cadangan = 17 + 20% = 3 Perawat
Total Perawat dan Perawat Cadangan = 17+3 = 20 Perawat
Jadwal Sift Perawat :
a. Pagi = 0,47 x 20 = 9
b. Siang = 0,36 x 20 = 7
c. Malam = 0,17 x 20 = 3
6. (12 Januari 2020)
Perawatan Langsung
Minimal : 12 x 2 Jam = 24 Jam
Parsial : 1 x 3 Jam = 3 Jam
Total : 1 x 6 Jam = 6 Jam
Perawatan Tidak Langsung
14 Orang klien x 1 Jam = 14 Jam
Penyuluhan Kesehatan = 14 Orang klien x 0,25 Jam = 3,5 Jam
Total Keseluruhan Jam = 50,5 Jam
Menentukan Jumlah Total Jam Keperawatan yang dibutuhkan per klien per
hari = 50,5 Jam : 14 Pasien = 3,6 Jam
Jumlah Kebutuhan Tenaga Pada Ruangan Tersebut
3,6jam/klien/hari x 14 orang/hari x 365 hari = 18,396 = 11 org
(365 hari – 128 hari/thn) x 7 jam 1,659
Perawat Cadangan = 11 + 20% = 2 Perawat
Total Perawat dan Perawat Cadangan = 11+ 2 = 13 Perawat

Jadwal Sift Perawat :


a. Pagi = 0,47 x 13 =6
b. Siang = 0,36 x 13 =5
c. Malam = 0,17 x 13 =2
MATERIAL
INTERNAL FAKTORS (IFAS)
Bobot x
NO Analisis SWOT Bobot Rating
Rating
1. (STRANGE)
1) Sarana dan prasarana
di Ruang Mawar
RSUD Mardi Waluyo 0,4 4 1,6
Blitar sudah termasuk
dalam kategori
lengkap, terlihat dari
hasil observasi dan
beberapa daftar
inventaris yang dibuat
oleh ruangan tersebut.
2) Nurse station letak
tempatnya strategis 0,25 3 0,75
berada ditengah yang
mempermudah masuk
ke masing-masing
ruangan 1,2,3.
3) Terdapat toilet di
setiap ruangan.
0,35 2 0,7

1 3,05
(WEAKNES)
1) Pemeliharaan dan
perawatan dari
sarana dan prasarana
(alat- alat kesehatan)
kurang baik karena
banyaknya jenis alat 0,25 2 0,5
sehingga proses
pemeliharaan alat
ada beberapa yang
rusak, penempatan
sarana dan prasarana
peralatan steril juga
kurang sesuai.
2) Beberapa alat tidak 0,2 2 0,4
ditata dengan teratur
3) Fasilitas di beberapa
kamar pasien
terutama pada kelas 0,25 3 0,75
1 banyak AC yang
tidak lagi berfungsi,
dan beberapa almari
pasien yang rusak
4) Banyaknya alat
0,3 4 1,2
kesehatan dan
fasilitas kesehatan
yang mengalami
kerusakan baik
ringan maupun
1 2,85
berat, salah satunya
adalah flowmeter,
ECG monitor, kursi
roda, AC, dsb.

3,05-2,85=0,2
Total S-W = X

EKSTERNAL FAKTORS (EFAS)


(OPPORTUNITY)
1) Kebijakan adanya
regenerasi untuk
penggantian alkes 0,35 4 1,4
(alat kesehatan) yang
rusak atau tidak layak
pakai karena Rumah
Sakit bekerjasama
dengan asuransi
(ASTEK, ASKES,
BPJS, dll)
2) Kebijakan untuk 0,22 4 1
meningkatkan
pemeliharaan dan
perawatan alat
kesehatan yang lebih
baik
3) Adanya sistem
pengaturan penataan 0,15 3 0,45
alat yang lebih baik.
4) Adanya pembaruan
fasilitas pada kamar
pasien khususnya AC 0,25 4 1
untuk meningkatkan
kepuasan pasien/
masyarakat dalam
meningkatkan mutu 1 3,85
pelayanan kesehatan.

(THREATS)
1) Adanya tuntutan dari
pasien dari fasilitas
yang rusak terutama
kursi roda untuk
mobilitas pasien, dan 0,4 2 0,8
AC ruangan untuk
kenyamanan
lingkungan pasien.
2) Persaingan RS lain
dengan mutu 0,2 2 0,4
pelayanan yang lebih
baik.
3) Resiko tinggi
terjadinya insiden 0,4 1 0,4
yang tidak diinginkan
akibat rusaknya
beberapa fasilitas
1 1,6

Total O-T = Y 3,85-1,6=2,25


METHODE
MAKP
INTERNAL FAKTORS (IFAS)
Bobot x
NO Analisis SWOT Bobot Rating
Rating
1. (STRANGE)
1) Mempunyai Standar 0,2 4 0,8
Asuhan Keperawatan
2) Terletaknya
Komunikasi yang
adekuat antara 0,3 4 1,2
perawat satu dengan
yang lain
3) Perawat mau
menerapkan tim 0,2 4 0,8
4) Seluruh perawat yang
bertugas sudah 0,3 3 0,9
menggunakan standar
asuhan keperawatan
yang ditetapkan oleh 1 3,7
RS

(WEAKNES)
1) Kurangnya sosialisasi
tentang MAKP 0,6 4 2,4
(Model Asuhan
Keperawatan
Profesional) sehingga
beberapa staf
mengalami
ketidakpuasan dalam
melaksanakan kerja
2) Kesesuaian dalam
melakukan tindakan 0,4 3 1,2
keperawatan dengan
SOP yang berlaku
masih ada beberapa
perawat yang tidak 1 3,6
sesuai
Total S-W = X 3,7 – 3,6 = 0,1

EKSTERNAL FAKTORS (EFAS)


(OPPORTUNITY)
1) Adanya kerja sama 0,4 3 1,2
yang baik antara
rumah sakit dengan
institusi
2) Ada kebijakan 0,1 2 0,2
pemerintah tentang
profesionalisme
3) Kepercayaan pasien 0,3 3 0,9
dan masyarakat cukup
baik terhadap rumah
sakit
4) Ada kerjasama antara 0,2 2 0,4
FKP UNAIR dengan
Rumah sakit dalam 1 2,7
penerapan MAKP

(THREATS)
1) Persaingan antara 0,2 3 0.6
rumah sakit swasta
yang semakin ketat
2) Adanya tuntutan 0,4 4 1,6
masyarakat yang
semakin tinggi
terhadap peningkatan
pelayanan kesehatan
professional
3) Persaingan masuknya 0,2 2 0,4
perawat asing
4) Makin tinggi
kesadaran masyarakat 0,2 2 0,4
akan hokum

1 3
Total O-T = Y
2,7-3 = 0,3
METHODE
SUPERVISI
INTERNAL FAKTORS (IFAS)
Bobot x
NO Analisis SWOT Bobot Rating
Rating
1. (STRANGE)
1) Kegiatan supervise 0,2 3 0,3
yang dilakukan
diruang mawar
langsung dilakukan
oleh kepala ruangan
2) Ketua tim berperan 0,2 2 0,4
aktif dalam
melaksanakan
supevisi
3) Shif siang dan malam 0,2 2 0,4
sepervisi juga
dilaksanakan oleh
ketua tim
4) RS telah mengikut 0,4 4 1,6
sertakan seluruh staf
perawat untuk
mengikuti pelatihan 1 2,7
serta memberikan
sosialisasi tentang
kegiatan tersebut

(WEAKNES)
1) Meskipun supervise
sudah dilaksanakan 0,3 2 0,6
tetapi masih belum
ada jadwal yang
terstruktur
2) Belum ada 0,3 3 0,9
dokumentasi
3) Dan tidak ada format 0,4 4 1,6
baku untuk
penilaiannya
1 3,1
TOTAL : S-T = X 2,7-3,1= 0,4

EKSTERNAL FAKTORS (EFAS)


(OPPORTUNITY)
1) Terbuka kesempatan
pada perawat atau 0,5 4 2
tenaga kesehatan lain
untuk melanjutkan
pendidikan atau
pelatihan
2) Adanya kerja sama 0,5 2 1
yang baik antara ketua
tim dan staf

1 3

(THREATS)

1) Tuntutan pasien 0,5 4 2


sebagai kunsumen
untuk mendapatkan
pelayanan yang
professional dan
bermutu sesuai
dengan peningkatan
biaya keperawatan
2) Peningkatan
pelayanan makin 0,2 2 0,4
tingginya kesadaran
masyarakat tentang
pentingnya kesehatan
3) Kurangnya
kepercayaan dari 0,3 1 0,3
pasien

1 2,7
Total O-P = Y 3- 2,7 = 0,3
METHODE
TIMBANG TERIMA
INTERNAL FAKTORS (IFAS)
Bobot x
NO Analisis SWOT Bobot Rating
Rating
1. (STRANGE)
1) Tahap dari proses 0,1 2 0,2
timbang terima sudah
dijalankan secara
lengkap yaitu pre
conference,
dokumntasi timbang
terima dengan
mengunakan buku
status dan laporan
2) Evaluasi proses 0,4 3 1,2
operan pre conference
pada ruang mawar
menunjukan data
bahwa 80,35% proses
operan dilakukan
secara optimal
3) Pelaksanaan timbang
terima dilakukan 0,1 3 0,3
seluruh perawat
4) Cara penyampaian
dilakukan secara lisan 0,4 2 0,8
dengan laporan
timbang terima pasien
sehingga rencana 1 2,5
tindakan yang belum
dan sudah
dilaksanakan dapa
diketahui

(WEAKNES)
1) Perlu diperhatikan
agar efektif operan 0,4 3 1,2
dilaksanakan tepat
waktu pada saat
pegantian dinas yang
telah disepakati
(perawat kurang
disiplin waktu)
2) Tidak menjelaskan
masalah teratasi 0,2 4 0,8
sebagian belum dan
muncul masalah baru
3) Jarang berdoa
bersama yang 0,2 2 0,4
dipimpin oleh kepala
ruangan/katim
4) Jarang mengucapkan
salam 0,1 2 0,2

1 2,6

TOTAL : S-T = X
2,5-2,6 =0,1
EKSTERNAL FAKTORS (EFAS)
(OPPORTUNITY)
1) Sarana dan prasarana 0,4 3 1,2
penunjang cukup
tersedia
2) Adanya kerja sama 0,3 3 0,9
yang baik antara
mahasiswa PSIK
denagn perawat
ruangan
3) Adanya mahasiswa 0,3 2 0,6
PSIK yang praktik
profesi diruangan

1 2,7

(THREATS)

1) Adanya tuntutan yang


lebih tinggi dari 0,5 3 1,5
masyarakat untuk
mendapatkan
pelayanan
keperawatan yang
professional
2) Meningkatkan 0,5 2 1
kesadaran masyarakat
tentang tanggung
jawab dan tanggung
gugat perawat sebagai
pemberi asuhan
keperawatan

1 2,5

Total O-P = Y
2,7 – 2,5 = 0,2
MONEY
INTERNAL FAKTORS (IFAS)
Bobot x
NO Analisis SWOT Bobot Rating
Rating
1. (STRANGE)
1) Pengelolaan RSUD
Mardi Waluyo Blitar
dikelola oleh 0,1 3 0,3
pemerintah daerah
2) Sumber dana jelas yaitu
dana operasional
ruangan di RSUD
Mardi Waluyo Blitar
berasal dari RSUD 0,2 2 0,4
Mardi Waluyo Blitar
yang bekerja sama
dengan asuransi
(ASTEK,ASKES,BPJS,
dll)
3) Adanya macam-macam
pelayanan pembiayaan
kesehatan yang dapat
digunakan pasien 0,4 4 1,6
seperti BPJS, PT, KAI,
PERHUTANI,
JAMSOSTEK,
TELKOM, TNI,
POLRI dan instalasi
lain yang memiliki IKS
dan umum (biaya
sendiri)
4) Sumber pendapatan
perawat jelas seperti
dari jasa medik, BPJS, 0,1 3 0,2
remunerasi, IRNA
medis, dan LP (lauk
pauk)
5) Daftar harga dan jenis
pelayanan sudah
terperinci dengan jelas
seperti tarif visite 0,2 2 0,6
dokter non pavilium,
tarif akomodasi
perawatan, dan tarif
tindakan pelayanan
sehingga
meminimalkan adanya 1 3,1
complain mengenai
masalah keuangan

(WEAKNES)
1) Sistem administrasi
belum terpusat sehingga
banyak keluhan dari 0,5 3 1,5
pasien
2) Proses administrasi
masih memerlukan 0,2 2 0,4
waktu yang lama
3) Sumber dana yang
dikeluarkan oleh
pemerintah melalui 0,1 1 0,1
berbagai proses sampai
dana itu cair
4) Ada jenis obat-obatan
yang tidak termasuk
dengan asuransi
kesehatan seperti 0,1 1 0,1
pengambilan darah di
bank darah, sehingga
menggunakan dana
pribadi pasien
5) Ada pelayanan medis
yang tidak termasuk
dalam tanggungan BPJS 0,1 1 0,1
dan JAMKESMAS
1 2,2

Total S-W = X 3,1 – 2,2 = 0.9


EKSTERNAL FAKTORS (EFAS)

(OPPORTUNITY)
1) RSUD Mardi Waluyo
Blitar merupakan rumah 0,25 2 0,5
sakit rujukan milik
pemerintah daerah kota
Blitar dengan status tipe
B
2) RSUD Mardi Waluyo 0,3 3 0,9
Blitar sepenuhnya
mendapat dukungan
dari pemerintah daerah
dalam pengelolaan RS
3) Adanya kerjasama 0,25 3 0,75
dengan pihak ketiga
dalam hal pembiayaan
kesehatan (BPJS,
ASKES dll)
4) Adanya kerjasama
dengan pihak institusi
pendidikan, sebagai 0,2 3 0,6
lahan praktik
mahasiswa
keperawatan, 1 2,75
kedokteran atau lainnya

(THREATS)
1) Adanya persaingan
0,2 2 0,4
dengan rumah sakit
lainnya dalam
memberikan pelayanan
keperawatan
2) Adanya banyak rumah
sakit umum dengan tipe 0,2 2 0,4
A dan tipe B yang lain
3) Adanya tuntutan
masyarakat
terhadappeningkatan 0,3 2 0,6
mutu kualitas pelayanan
rumah sakit terutama
dalam pelayanan
administrasi yang cepat
4) Daftar tarif tiap
tindakan dari rumah 0,2 2 0,4
sakit lain yang lebih
terjangkau
5) Pendapatan remunerasi
perawat yang lebih 0,1 2 0,2
tinggi dari RS lain
1 2

2.75-2 = 0,75
Total O-T = Y
MUTU
INTERNAL FAKTORS (IFAS)
Bobot
N Bobo Ratin x
Analisis SWOT
O t g Ratin
g
1. (STRANGE)
1. Dalam hal mutu pelayanan RSUD Mardi Waluyo 0,1 3 0,3
cukup baik.
2. RSUD Mardi Waluyo berada diwilayah yang 0,3 2 0,6
strategis yaitu dekat dengan kota dan sangat
menguntungkan bagi masyarakat yang berada blitar
3. Masyarakat bisa menggunakan jasa BPJS 0.1 2 0,2
4. Keunikan dari bangunan RSUD Mardi Waluyo yang 0,1 3 0,3
megah menjadi daya tarik tersendiri bagi
masyarakat.
5. Pengelolaan : Memiliki keterampilan manajemen 0,4 2 0,8
yang sudah mempuni seperti, bekerjasama dengan
Stasiun Radio, melakukan siaran lewat Boardcasting
dan melakukan Penyebaran brosur-brosur.

1 2,2

(WEAKNES)
1. Pada prasarana tingkat pemanfaatan tempat tidur
RSUD Mardi Waluyo Seperti : Tempat tidur 0,5 2 1
didapatkan hasil BOR paling terendah 37% dan
yang tertinggi 47%, Masih jauh dari BOR
Maksimal.

BOR ideal :
b. Standard Internasional: 80% - 90%
c. Standard Nasional : 70% - 80%
d. Depkes RI : 60% - 80%

0,4 1 0,4
1. Dan pada data tingkat efesiensi tingkat pelayanan
belum optimal

Nilai ALOS (Average Length of Stay) ideal,


berdasarkan perhitungan:

Nilai ideal ALOS : 6-9 hari 0,1 3 0,3


2. Nilai BTO (Bed Turn Over) ideal, berdasarkan
perhitungan:

1 1,7

Nilai ideal BTO : 40-50 kali dalam satu


tahun
2,2 -
1,7 =
S-W = X 0,5

EKSTERNAL FAKTORS (EFAS)

(OPPORTUNITY)
1) Perkembangan RSUD Mardi Waluyo tercatat
sebagai salah satu kawasan yang strategis dan
mempunyai perkembangan yang dinamis dalam
dkd pembangunan dan pengembangan pelayanan di 0,1 3 ,3
RSUD Mardi Waluyo menggeliat sangat cepat.
2) Pembangunan RSUD Mardi Waluyo mulai bisa
dirasakan sejak tahun 2007 tepatnya setelah tahap
pembangunan pertama selesai, dan setelah 0,2 2 0,4
melakukan pemindahan ditempat rumah sakit yang
baru tepatnya dijalan kalimantan membuat
pemerintah kota blitar dan rumah sakit mardi
waluyo semakin komit untuk memberikan
pelayanan yang semakin baik pada masyarakat.
3) RSUD Mardi Waluyo melakukan kerja sama
dengan stasiun radio dan poli klinik RS yang 0,1 3 0,3
melakukan siaran lewat boardcasting.
4) Penyebaran brosur-brosur RS juga dilakukan 0,2 3 0,6
sebagai bagian dari upaya promosi
5) Minat berobat masyarakat yang tinggi 0,2 2 0,4
6) Pertumbuhan jumlah penduduk setiap tahun
semakin bertambah 0,1 3 0,3
7) Berkembangnya lembaga pendidikan dan tenaga
kerja yang semakin meningkat setiap tahunya 0,1 2 0,2

1 2,5

(THREATS)
1. Adanya tuntunan dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan yang profesional 0,2 2 0,4
2. Indeks kepuasaan masyarakat terhadap mutu
pelayanan di RSUD Mardi Waluyo masih rendah. 0,1 3 0,3
3. Adanya rumah sakit lain yang berada di kota Blitar
yang memiliki pelayanan yang sama serta sistem 0,3 2 0,6
pelayanan asuransi kesehtan (BPJS) yang
berjenjang.
4. Banyaknya rumah sakit yang juga berada didekat
RSUD Mardi Waluyo membuat tingginya 0,1 3 0,3
persaingan karena berada di dekat RSUD Mardi
Waluyo
5. Apabila nilai BOR, ALOS dibawah nilai edeal
maka ini sangat mempengaruhi sekali karena akan 0,1 3 0,3
menurunkan nilai mutu pelayanan rumah sakit.
6. Munculnya opini masyarkatat untuk melakukan
pengobatan alternatif 0,1 3 0,3
7. Situasi dan keadaan ekonomi yang tidak stabil.
0,1 2 0,2

1 2,4

Total O-T = Y
2,5–
1 2,4=
0,1
DIAGRAM LAYANG

2.5

1.5

0.5

0
0 1 2 3 4
progression 5 6 7 8 9
N Masalah MG SV MN NC AF SKOR PRIORITAS
O
1.
Kurang optimalnya
perawat dalam 5 5 4 4 5 2000 I
melakukan hand hygine
2. Kurangnya pelatihan
tambahan bagi perawat
mengenai 5 3 4 4 4 960 II
kegawatdaruratan pada
lingkungan rumah sakit
3. Belum ada kebijakan RS
untuk memfasilitasi
perawat yang ingin
4 3 4 4 4 768 III
melanjutkan pendidikan
ke jenjang lebih tinggi
berupa beasiswa
M1 MEN

M2 MATERIAL

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas


1. Belum optimalnya
sarana
pemeliharaan dan
perawatan dari 5 5 5 4 4 2000 2
sarana dan
prasarana

2. Belum optimalnya
penataan alat alat
yang tersedia
5 4 5 4 4 1600 3

3. Banyak alat
kesehatan yang
mengalami
kerusakan baik
ringan, sedang, 5 4 4 5 5 2000 1
maupun berat
M3 METHODE
a. MAKP
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas
1 kurangnya sosialisasi 5 4 4 4 5 1600 III
tentang MAKP (Model
Asuhan Keperawatan
Profesional) sehingga
beberapa staf
mengalami
ketidakpuasan dalam
melaksanakan kerja

2 kesesuaian dalam 4 5 5 4 3 1200 VI


melakukan tindakan
keperawatan dengan
SOP yang berlaku
masih ada beberapa
perawat yang tidak
sesuai

B. supervisi
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas
1 Belum ada jadwal 4 5 4 5 5 2000 II
supervise yang
terstuktur

2 Belum ada 5 4 4 3 3 720 XI


dokumentasi

3 tidak ada format 4 5 3 4 4 960 VIII


baku untuk
dokumen

c. timbang terima
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas
1 Perawat kurang 3 3 4 5 5 900 IX
disiplin waktu saat
dilaksanakan operan

2 Tidak menjelaskan 5 5 4 5 5 2500 I


masalah teratasi
sebagaian dan muncul
masalah baru

3 jarang berdoa bersama 4 2 4 3 5 480 XIII


yang dipimpin oleh
kepala ruang/katim

4 Jarang mengucapkan 4 3 3 3 4 432 XIV


salam

d. penerimaan pasien baru


No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas
1 Katim/perawat pelaksana 4 4 4 5 4 1280 V
jarang mengantarkan
langsung pasien kekamar
rawatnya/bed apabila
pasien datang dengan
kedaan umum yang tidak
menghawatirkan

2 Karu/katim/perawat 4 4 4 3 4 768 X
pelaksana juga jarang
melakukan pengenalan
diri kepada pasien dan
keluarganya

3 Perawat tidak 3 4 4 3 4 576 XII


mengajarkan hand
hygiene

4 Perawat tidak 4 3 3 3 4 432 XIV


menjelaskan pemilahan
tempat sampah
e. dokumentasi keperawatan
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas
1 Dokumentasi 3 3 4 4 5 720 XI
keperawatan belum
optimal karena evaluasi
respon pasien dan
analisis masalah jarang
dilakukan

2 Kurang tindakan 4 4 4 4 4 1024 VII


kerjasama dengan tim
kesehatan lain

3 Jarang data dikaji sejak 4 5 5 5 3 1500 IV


pasien masuk sampai
pulang

4 Pengawasan tentang 3 4 4 5 3 720 XI


sistem
pendokumentasian
belum dilaksanakan
secara optimal

M4 MONEY
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas
Belum optimalnya sistem
1 administrasi sehingga banyak 5 5 3 3 5 1125 I
keluhan pasien
Belum optimalnya proses
2 administrasi sehingga 5 5 3 2 4 600 II
memerlukan waktu yang lama
Belum optimalnya proses
pengeluaran dana oleh
3 pemerintah sehingga masih 2 2 2 3 3 72 IV
melalui berbagai tahap sampai
dana cair atau keluar
Belum optimalnya sistem
asuransi kesehatan sehingga
masih ada beberapa pelayanan
4 4 3 3 4 3 432 III
medis dan jenis obat-obatan
yang menggunakan dana
pribadi pasien

M5 MUTU

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas


1. Belum
optimalnya
sarana dan
prasarana
seperti tempat
tidur yang
5 5 5 4 4 2000 I
tersedia
presentase
teringgi cuma
47 %, Nilai
Bornya nya
masih kurang.
2. Data tingkat
efesiensi tingkat
pelayanan
belum optimal 5 4 4 5 4 1600 2

3. Nilai BTO (Bed


Turn Over) di
dapatkan total
34 (1 Tahun)
Nilai ideal BTO
: 40-50 kali 5 3 4 4 3 720 3
dalam satu
tahun
Prioritas keseluruhan m1 –m5
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas
1. Kurang
optimalnya
perawat dalam
melakukan
5 5 4 4 5 2000 2
hand hygine

2. Belum
optimalnya
sarana
pemeliharaan 5 5 5 4 4 2000 3
dan perawatan
dan sarana dan
prasarana
3. Banyak alat
kesehatan yang
mengalami
kerusakan baik
ringan, sedang, 5 4 4 5 5 2000 4
maupun berat

4 Belum ada
jadwal supervisi
yang terstruktur
4 5 4 5 5 2000 5

5 Tidak
menjelaskan
masalah teratasi
sebagian dan
muncul masalah 5 5 4 5 5 2500 1
baru

6 Belum
optimalnya
sarana dan
prasarana
seperti tempat
tidur yang
tersedia 5 5 5 4 4 2000 6
presentasi
tertinggi Cuma
47%, nilai
bornya masih
kurang
BAB 5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
BAB 6 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai