ASURANSI SYARI'AH
Oleh Kelompok 2
ACHMAD ROMADHON
LIGAN
AGUS WIRIANDI
ADETYA SUPRAPTI
JULIAH
PIOLA SAPITRI
Assalamualaikum wr wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam
yang telah memberikan hidayah dan anugerahnya sehingga saya dapat menyusun
makalah asuransi syari'ah yang telah diberikan oleh dosen pengampu yaitu
(Novis Candra S.Hum) Selain itu, kami juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada pihak-pihak atau referensi yang ikut serta membantu dalam pembuatan
makalah Distribusi pendapatan ini sehingga makalah ini dapat tersusun.
Penyusun
Ttd
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................ii
PENDAHULUAN...................................................................................................ii
A. LATAR BELAKANG.......................................................................ii
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................iv
C. TUJUAN...........................................................................................iv
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
A . PENGERTIAN ASURANSI SYARIAH.......................................................2
B. SEJARAH ASURANSI SYARIAH...............................................................3
C. LANDASAN HUKUM ASURANSI SYARIAH..........................................6
1. AL-QURAN...................................................................................6
2. HADITS.........................................................................................7
D. PRINSIP DASAR ASURANSI SYARIAH...................................................9
1. SALING BERTANGGUNG JAWAB.........................................10
2. SALING MELINDUNGI SATU SAMA LAIN..........................10
E. PERBEDAAN MENDASAR ANTARA ASURANSI SYARIAH DENGAN
ASURANSI KONVENSIONAL SEBAGAI BERIKUT..................................11
F. DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ASURANSI SYARIAH. . 12
BAB III 14
KESIMPULAN......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian asuransi syariah
C. TUJUAN
1. mengetahui memahami pengertian asuransi syariah
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
iuran dan pihak yang lain bekewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada
pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai dengan
perjanjian yang dibuat.
7
Sistem tersebut tersebut telah berkembang pada masyarakat Arab sebelum
lahirnya Rasulullah, SAW., kemudian pada zaman Rasulullah SAW atau pada
masa awal Islam, sistem tersebut dipraktikkan di antara kaum Muhajirin dan
Anshar. Sistem aqilah adalah sistem menghimpun anggota untuk menyumbang
dalam suatu tabungan bersama yang dikenal sebagai “kunz”.Tabungan ini
bertujuan untuk memberikan pertolongan kepada keluarga korban yang terbunuh
secara tidak sengaja dan untuk membebaskan hamba sahaya.
Pada dekade 70-an di beberapa negara Islam atau negara Islam atau di
negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim bermunculan asuransi yang
prinsip operasionalnya mengacu kepada nilai-nilai Islam dan terhindar dari ketiga
unsur yang diharamkan Islam. Pada tahun 1979 Faisal Islamic Bank of Sudan
memprakarsai berdirinya perusahaan asuransi syarian islamic insurance Co. Ltd.
Di Sudan dan Islamic Insurance Co. Ltd. Di Arab Saudi. Keberhasilan asuransi
syariah ini kemudian diiukuti oleh berdirinya dar al mal al-islami di Genewa,
swiss dan takaful Islami di Luxemburg dll.Sampai akhirnya di Malaysia berdiri
Syariat Takaful Sendirian Berhad tahun 1983. Di Indonesia sendiri asuransi
takaful baru muncul pada tahun 1994 seiring dengan diresmikannya PT Syarikat
Takaful Indonesia yang kemudian mendirikan 2 anak perusahaan yaitu PT.
Syarikat Takaful Indonesia yang kemudian mendirikan 2 anak perusahaan yaitu
PT. Asuransi Takaful keluarga pada tahun 1994 dan PT. Asuransi Takaful Umum
pada tahun 1995.
8
setelah diresmikannya Bank Muamalat Indonesia tahun 1991.[30] Dengan
beroperasinya bank-bank syariah dirasakan kebutuhan akan dihadirkannya jasa
asuransi yang berdasarkan syariah pula. Berdasatkan pemikiran tersebut ikataan
cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) pada tanggal 27 Juli 1993 melalui
yayasan Abdi Bangsanya bersama Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan
perusahaan Asuransi Tugu Mandiri sepakat memprakarsai pendirian asuransi
takaful dengan menyusun Tim Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia
(TEPATI).
9
Perkembangan asuransi syariah di Indonesia termasuk hitungan terlambat
dibanding dengan perkembangan asurandi syariah di luar negeri. Pada akhir abad
ke 20 negara non muslim telah membuka perusahaan asuransi yang bernuansa
Islam seperti Turki dengan berdirinya perusahaan Ihlas Sigarta As (1993),.
Asutralia dengan berdirinya Takaful Australia (1993), Bahamas dengan berdirinya
perusahaan asuransi Islam Takaful & Re-Takaful (1993), Ghana dengan
berdirinya Asuransi Metropolitan Insurance Co. Ltd. (1993), dll.
Asuransi syariah mempunyai beberapa dasar hukum, yang akan diuraikan sebagai
berikut:
1. AL-QURAN
Praktik asuransi syariah tidak disebutkan secara tegas dalam al-Qur’an,
tidak ada sebuah ayat pun secara nyata menjelaskan tentang praktik asuransi. Al-
Qur’an hanya mengakomodasi beberapa ayat yang mempunyai muatan nilai-nilai
dasar yang ada dalam praktik asuransi seperti nilai dasar tolong-menolong, kerja
sama, atau semangat untuk melakukan proteksi terhadap peristiwa kerugian yang
diderita di masa yang akan datang. Dengan hal ini, praktik asuransi tidak dilarang
dalam syariat Islam, karena prinsip dalam praktik asuransi dalam Islam adalah
mengajak kepada kebaikan manusia.
10
(tabarru’) yang digunakan untuk menolong salah satu anggota asuransi yang
mengalami musibah.
2. HADITS
Hadits yang diriwayatakan oleh Abu Daud, Ibnu Majah dan Tirmidzi dari
Amir bin ‘Auf, sebagai berikut:
“Perjanjian itu boleh bagi orang Islam kecuali perjanjian yang
mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram dan orang Islam itu
wajib memenuhi syarat-syarat yang mereka kemukakan kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram”.
Hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah ra.Yang artinya “barangsiapa yang
melepaskan dari seseorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah SWT akan
melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat dan Allah SWT senantiasa
menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya”.
11
untuk membantu dan mempermudah urusan bagi orang/anggota yang
mendapatkan musibah dan bencana.
12
reasuransi dengan prinsip syariah, pasal 32 dan 33 mengenai pembukaan kantor
cabang dengan prinsip syariah.
Prinsip utama dalam asurabsi syariah adalah ta’awanu ‘ala birri wa al-
taqwa (tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa), dan al-ta’min (rasa
aman).Prinsip ini menjadikan para anggota atau peserta asuransi sebagai sebuah
keluarga besar yang satu dengan lainnya saling menjamin dan menanggung
resiko.Hal ini disebabkan transaksi yang dibuat dalam asuransi takaful adalah
akad takaful (saling menanggung) bukan akad tabaduli (saling menukar) yang
selama ini digunakan oleh asuransi konvensional, yaitu pertukaran pembayaran
premi dengan uang pertanggungan.
13
Para pakar ekonomi Islam mengemukakan bahwa asuransi syariah atau
asuransi takaful ditegakkan atas tiga prinsip utama:
Yang berarti para peserta asuransi takaful memiliki rasa tanggung jawab
bersama untuk membantu dan menolong peserta yang mengalami musibah atau
kerugian dengan niat ikhlas, karena memikul tanggung jawab dengan niat ikhlas
adalah ibadah. Hal ini dapat diperhatikan dari hadits-hadits berikut:
1. “setiap orang dari kamu adalah pemikul tanggung jawab dan setiap kamu
bertanggung jawab terhadap orang-orang di bawah tanggung jawab kamu”
(HR. Bukhari dan Muslim)
2. “kedudukan hubungan persaudaraan dan perasaan orang-orang beriman
antara satu dengan lain seperti satu tubuh (jasad) apabila satu dari
anggotanya tidak sehat, maka akan berpengaruh kepada seluruh tubuh” (HR.
Bukhari dan Muslim).
3. “seorang mukmin dengan mukmin lainnya (dalam satu masyarakat) seperti
sebuah bangunan dimana tiap-tiap bagian dalam banguna itu mengukuhkan
bagian-bagian yang lain” (HR Bukhari dan Muslim).
4. “seseorang tidak dianggap beriman sehingga ia mengasihi saudaranya
sebagaimana ia mengasihi dirinya sendiri” (HR. Bukhari).
Yang berarti di antara peserta asuransi takaful yang satu dengan lainnya
saling bekerja sama dan saling tolong-menolong dalam mengatasi kesulitan yang
dialami karena sebab musibah yang dideritanya. Sebagaimana firman Allah dalam
QS. Al-Maidah ayat 2 dan hadits Nabi yang mengajarkan bahwa orang yang
meringankan kebutuhan hidup saudaranya akan diringankan kebtuhannya oleh
Allah. Allah akan menolong hamba-Nya selagi ia menolong saudaranya.
14
2. SALING MELINDUNGI SATU SAMA LAIN.
Yang berarti bahwa para peserta asuransi takaful akan beroeran sebagai
pelingdung bagi peserta lain yang mengalami gangguan keselamatan berupa
musibah yang dideritanya. Sebagaimana firman Allah dalam QS al-Quraisy ayat 4
yang artinya “(Allah) telah menyediakan makanan untuk menghilangkan bhaya
kelaparan dan menyelamatkan/mengamankan mereka dari mara bahaya
ketakutan”, Firman Allah QS.Al- Baqarah ayat 126 yang artinya “ketika Nabi
Ibrahim berdoa ya Tuhanku jadikanlah negeri ini aman dan selamat”.
15
Kepemilikan dana pada asuransi syari’ah merupakan hak peserta.
Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya. Pada asuransi
konvensional, dana yang terkumpul dari nasabah (premi) menjadi milik
perusahaan.
Pembayaran klaim pada asuransi syari’ah diambil dari dana tabarru’ (dana
kebajikan) seluruh peserta. Sedangkan pada asuransi konvensional pembayaran
klaim diambilkan dari rekening dana perusahaan. Pembagian keuntungan pada
asuransi syari’ah dibagi antara perusahaan dengan peserta sesuai prinsip bagi hasil
dengan proporsi yang telah ditentukan.Sedangkan pada asuransi konvensional
seluruh keuntungan menjadi hak milik perusahaan.
16
Asuransi syariah sebagaimana bank dan lembaga keuangan syariah lain,
masih dalam proses mencari bentuk. Oleh karenanya diperlukan langkah-langkah
sosialisasi baik utnuk mendapatkan perhatian masyarakat maupun sebagai upaya
mencari masukan demi perbaikan sistem yang ada. Rendahnya profesionalisme
sumber daya manusia (SDM) menghambat lajunya pertumbuhan asuransi syariah.
Pengabdian sumber daya manusia dapat dilakukan dengan cara bekerja sama
dengan berbagai pihak terutama lembaga-lembaga pendidikan untuk membuka
dan memperkenalkan pendidikan asuransi syariah.
Sumber daya manusia dalam bidang asuransi syariah masih sangat rendah.
Masih sedikitnya minat masyarakat untuk mengkaji masalah-masalah yang
berhubungan dengan asuransi syariah, dibandingkan dengan kajian bank
syariah.Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang keberadaan
asuransisyariah sehingga kurangnya perhatian masyarakat tentang arti pentingnya
keberadaan asuransi syariah. Masih banyak masyarakat yang belum mengerti
apaitu asuransiyariah baik dari nama maupun operasionalnya.Masih terbatasnya
produk-produk yang ditawarkan oleh asuransi syariah.
17
BAB III
KESIMPULAN
18
Struktur Kelembagaan atau keorganisasian Asuransi Syariah secara garis
besar sama dengan Asuransi konvensional, hanya saja dalam Asuransi Syariah
terdapat DPS (Dewan pengawas Syariah) yang mempunyai tugas sesuai dengan
(Keputusan Dewan Pimpinan MUI tentang susunan pengurus DSN-MUI, No:
Kep-98/MUI/III/2001), sedangkan badan hukum yang digunakan adalah PT.
Perseroan Terbatas.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ali, AM. Hasan, Asuransi Dalam Prespektif Hukum Islam Suatu Tinjauan
Analisis Historis, Teoritis Dan Praktis, Jakarta: Kencana, 2004.
Barakatullah, Abdul Halim, Hukum Lembaga Ekonomi Islam di Indonesia,
Bandung: Penerbit Nusa Media, 2011.
Dahlan dkk. (editor), Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 2, 3 dan 5,
Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996.
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Proyek
Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 1985.
Dewi, Gemala, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasurasian Syariah
Di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Goup, 2007.
20