B. RUMUSAN MASALAH
Perawat perlu memahami secara mendalam dalam melaksanakan SP2KP agar kedepannya
dapat memberikan pelayanan yang lebih baik. Selain itu belum banyak penelitian yang telah
dilakukan berkaitan dengan persepsi perawat tentang pelaksanaan SP2KP di RSUP DR. M.
Djamil Padang. Diperlukan studi eksploratif untuk mendapatkan pemahaman perawat
mengenai sistem tersebut. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini
merumuskan pertanyaan : Bagaimana persepsi perawat tentang pelaksanaan SP2KP di
ruangan Ambun Pagi RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2016.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengeksplorasi, memahami dan mendapatkan makna dari persepsi perawat
tentang pelaksanaan SP2KP diruangan Ambun pagi RSUP DR.M.Djamil Padang tahun
2016.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
a. Diperolehnya gambaran pengetahuan dan keterampilan perawat tentang SP2KP di
ruangan Ambun Pagi.
b. Tereksplorasinya pengalaman perawat dalam melaksanakan SP2KP di ruangan
Ambun Pagi.
c. Tereksplorasinya gambaran tentang hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan SP2KP
di ruangan Ambun Pagi.
d. Diperoleh gambaran tentang dukungan dalam melaksanakan SP2KP di ruangan
Ambun Pagi.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan daapat bermanfaat bagi :
1. Bagi RSUP dr.M.Djamil Padang
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pihak manajemen rumah
sakit dalam melakukan evaluasi pelaksanaan SP2KP terutama oleh perawat pelaksana
dan mengidentifikasi pelaksanaan SP2KP untuk dapat menjadi acuan dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan khususnya keperawatan.
2. Bagi peneliti
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti mengenai
persepsi perawat tentang pelaksanaan SP2KP.
3. Bagi penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar pada penelitian selanjutnya
terutama hal terkait perkembangan dalam lingkup manajemen keperawatan terutama
yang berkaitan dengan pelaksanaan SP2KP
METODE PENUGASAN TIM DALAM
ASUHAN KEPERAWATAN
Prinsip pemilihan metode penugasan adalah : jumlah tenaga, kualifikasi staf dan
klasifikasi pasien. Adapun jenis-jenis metode penugasan yang berkembang saat ini adalah
sebagai berikut :
a. Metode Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan satu
sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal.
KEPALA RUANGAN
PASIEN
1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang jelas dan
pengawasan yang baik.
2) Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga.
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien
diserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman.
Kelemahan :
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan.
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja.
b. Metode Perawatan Tim
Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif & kolaboratif
(Douglas, 1992)
Kelebihan :
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3) Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan memberikan
kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :
1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu
sibuk (memerlukan waktu )
2) Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk bergantung/
berlindung kepada perawat yang mampu
3) Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur
KEPALA RUANGAN
c. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antarapembuat perencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dengan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan,
dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Kelebihannya :
1) Model praktek profesional
2) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
3) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat
4) Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya
Kelemahannya :
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang
tepat, menguasai keperawatan klinik, akontable serta mampu berkolaborasi dengan
berbagai disiplin.
2) Biaya lebih besar
PERAWAT PRIMER
d. Metode Kasus
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya
pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti : isolasi, intensive
care.
Kelebihan :
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangan :
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang Sama
KEPALA RUANGAN
PASIEN PASIEN PASIEN
Dari berbagai metode penugasan yang ada, setiap ruangan/unit perawatan dapat
mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari salah satu metode di atas berdasarkan
prinsip pemilihan penugasan yang tepat, efektif, dan efisien. Namun dalam mengembangkan
metode penugasan Tim, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut di bawah ini.
Tanggung Jawab Kepala Ruangan (Karu), Ketua Tim (Katim) dan Anggota Tim
Secara umum, masing-masing kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim memiliki tanggung
jawab yang berbeda-beda, antara lain :
1) Tanggung Jawab Karu :
a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b) Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan
c) Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinandan
managemen
d) Mengorientasikan tenaga baru
e) Menjadi narasumber bagi tim
f) Mendorong kemampuan staf untuk menggunakan riset keperawatan
g) Menciptakan iklim komunikasi terbuka
2) Tanggung Jawab Katim :
a) Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga
b) Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana keperawatan \(renpra),
menerapkan tindakan keperawatan dan mengevaluasi renpra
c) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui komunikasi yang konsisten
d) Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas asuhan keperawatan melalui
konfrens
e) Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh anggota tim
f) Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan
• Setiap pagi, karu bersama katim menilai langsung pada masing-masing tim yang menjadi
tanggung jawabnya, atau
• Setiap tim keperawatan (yang dinas malam) membuat klasifikasi pasien kemudian
diserahkan kepada karu/katim. Cara ini dapat lebih menghemat waktu
3) Katim menghitung jumlah kebutuhan tenaga
4) Karu dan katim membagi pasien kepada perawat yang bertugas sesuai
kemampuan perawat (pengetahuan dan keterampilan) Serah terima antar shift oleh karu,
katim dan semua perawat pelaksana yang dapat dilakukan melalui konfrens, atau keliling
langsung ke pasien (sebelum dan selesai dinas). Materi yang diserah terimakan yaitu
laporan hasil pengkajian,
permasalahan, implementasi dan evaluasi. Selain itu perencanaan yang harus dilanjutkan
oleh tim yang akan bertugas.
5) Selesai konfrens, seluruh anggota tim mulai melakukan asuhan keperawatan langsung
maupun tidak langsung
Kesimpulan
Metode Penugasan merupakan suatu alternative metode yang akan diterapkan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien/pasien dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas asuhan dan peningkatan derajat kesehatan pasien.
Pada dasarnya seluruh jenis metode penugasan masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan. Prinsip dalam pemilihan metode penugasan yaitu pertimbangan jumlah
tenaga, kualifikasi staf dan klasifikasi pasien.
Dengan demikian seorang manajer dapat menentukan jenis metode penugasan yang tepat
untuk diterapkan pada suatu unit keperawatan melalui kajian situasi yang memperhatikan
prinsip pemilihan metode penugasan.
DAFTAR PUSTAKA
Douglas, Laura Mae. (1992) The effective Nurse : Leader and Manager ., 4 Th. Ed,.
Mosby - year book, Inc.
Gillies , DA., (1994),. Nursing Management a System Approach, 2nd.ed., W. B.
Saunders.
Jurnal keperawatan Volume 1 tahun 2000 . , FIK UI.
Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (1998). Management Decision Making for Nurses
(3rd ed) Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher
Swanburg, R.C, (1993) Iintroduction leadership & nursing for Clinical nurses.,
Jones & Bartlett Publisher Inc;
2.2.1 Pengertian
SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang
merupakan pengembangan dari MPKP ( Model Praktek Keperawatan Profesional )
dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP)
dan perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya.
Apabila ditinjau dari 5 sub sistem yang diidentifikasi oleh Hoffart & Woods (1996),
secara sederhana dapat diartikan sebagai berikut :
2. Pendekatan Manajemen
Model ini memberlakukan manajemen SDM, artinya ada garis komunikasi yang
jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab
PP. PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan yang harus dibekali dengan
kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi manajer
yang efektif dan pemimpin yang efektif.
4. Hubungan professional
Ketua dalam tim betugas untuk membuat rencana asuhan keperawatan, mengkoordinir
kegiatan semua staf (PA) yang berada dalam tim, mendelegasikan sebagian tindakan-
tindakan keperawatan yang telah direncanakan pada renpra dan bersama-sama dengan
PA mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan.
Seorang PP harus memiliki kemampuan yang baik dalam membuat renpra untuk klien
yang menjadi tanggungjawabnya. Adanya renpra merupakan tanggung jawab
profesional seorang PP sebagai landasan dalam memberikan asuhan keperawatan yang
sesuai dengan standar. Renpra tersebut harus dibuat sesegera mungkin pada saat klien
masuk dan dievaluasi setiap hari.
Selain terkait dengan bimbingan keterampilan pada PA, sebagai bagian dari peran
kepemimpinan seorang PP, PP seharusnya juga memiliki kemampuan untuk mengatasi
konflik yang mungkin terjadi antar PA. PP harus menjadi penengah yang bijaksana
sehingga konflik bisa teratasi dan tidak mengganggu produktifitas PA dalam membantu
memberikan asuhan keperawatan.
Penting juga diperhatikan bahwa renpra yang dibuat PP harus dimengerti oleh semua
PA. Semua anggota tim harus memiliki pemahaman yang sama tentang istilah-istilah
keperawatan yang digunakan dalam renpra tersebut. Misalnya dalam renpra, PP
menuliskan rencana tindakan keperawatan ; " monitor I/O ( Intake/Output =
pemasukan / pengeluaran ) tiap 24 jam".
Maka harus dipahami oleh semua anggota tim yang dimaksud dengan monitor I/O,
contoh lain dalam perencanaan PP menuliskan "berikan dukungan pada pasien dan
keluarganya" , maka baik PP dan PA dalam timnya harus memiliki persepsi yang sama
tentang tindakan yang akan dilakukan tersebut. Oleh sebab itu PP harus menjelaskan
kembali pada PA tentang apa yang disusunnya tersebut.
Ronde keperawatan yang dilakukan dalam tim ini harus dibedakan dengan ronde
keperawatan yang dilakuan dengan clinical manager (ccm). Tujuan ronde keperawatan
dalam tim adalah agar PP dan PA bersama-sama melihat proses yang diberikan.
Tim kesehatan lain adalah dokter, ahli gizi, ahli farmasi, fisioterapi, staf laboratorium
dll. Peran PP dalam melakukan kerjasama dengan tim lain tersebut adalah :
1. Mengkolaborasikan.
2. Mengkomunikasikan.
3. Mengkoordinasikan semua aspek perawatan pasien yang menjadi tanggung
jawabnya.
4. PP dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai baik segi tingkat
pendidikan dalam pengalamannya.
PP bertanggung jawab untuk memberikan informasi kondisi pasien yang terkait dengan
perawatannya. PP dapat memberikan informasi yang akurat bagi tenaga kesehatan lain,
sehingga keputusan medis atau gizi misalnya akan membantu perkembangan pasien selama
dalam perawatan, agar PP melakukan komunikasi yang efektif dengan tim kesehatan lain
tersebut, maka haruslah disepakati waktu yang tepat untuk mengkomunikasikan pada tim
kesehatan yang lain, misalnya melalui ronde antar profesional.
Terciptanya komunikasi yang efektif dengan tim kesehatan dari profesi lain, seorang
PP harus memenuhi kepribadian yang baik serta keterampilan berkomunikasi,
misalnya memiliki sikap mampu menghargai orang lain, tidak terkesan memerintah
atau menggurui atau bahkan menyalahkan orang lain dalam hal ini tim kesehatan dari
profesi lain, merupakan kemampuan yang harus dimiliki PP. Melakukan komunikasi
antar profesi ini PP dituntut untuk selalu berpegang pada etika keperawatan.
Tim PP-PA dapat dipandang sebagai suatu kelompok. Masalah atau tantangan yang
dapat dialami dalam membina kerjasama profesional dalam kelompok dan antar
profesi. Tersebut diantaranya adalah :
Tugas Utama : menggantikan fungsi pengatur pada saat shift sore/malam dan hari libur.