Disusun Oleh :
201410230311237
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
II. PEMBAHASAN
A. Psikologi Komunitas
1. Pengertian Psikologi Komunitas
2. Sejarah Psikologi Komunitas
3. Arti dan Fungsi Psikologi Komunitas
4. Sasaran Psikologi Komunitas
B. Sistem Kerja dan Objek Psikologi Komunitas
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia Psikologi Komunitas masuk dalam beberapa subbagian disiplin ilmu
terutama yang bertemakan Hubungan Sosial dan Kesehatan serta masuk dalam beberapa ilmu
sosial yang lainnya. Namun hal ini Psikologi Komunitas akan diuraikan sebagai suatu
kegiatan yang berkaitan dengan memberi bantuan kepada orang lain dalam hal emosional,
penyesuaian diri dan masalah-masalah psikologis lainnnya.
Perubahan - perubahan sering terjadi pada tatanan masyarakat yang menyebabkan
munculnya gejala-gejala sosial seperti kemiskinan, kekumuhan, polusi udara, pengungsian
penduduk terutama dalam hal gangguan emosional. Keadaan ini membutuhkan suatu
pendekatan yang tidak menggunakan cara tradisional dari psikologi klinis, tetapi
membutuhkan suatu pendekatan menyeluruh yakni pendekatan komunitas. Psikologi
komunitas adalah salah satu pendekatan yang dapat menyelesaikan masalah karena psikologi
komunitas pada dasarnya terkait dengan hubungan antar sistem sosial, kesejahteraan dan
kesehatan individu dalam kaitannya dengan masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud Psikologi Komunitas
2. Untuk mengetahui sejarah Psikologi Komunitas
3. Mengetahui Arti, Fungsi dan Sasaran Psikologi Komunitas
4. Mengetahui sistem kerja dan objek penelitian Psikologi Komunitas
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi Komunitas
Ketika mengkaji Psikologi Komunitas, akan dihadapkan dengan dua kata yaitu
“Psikologi” dan “Komunitas”. Psikologi sendiri menurut Jalaludin, dkk., (2004)
adalah ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa, dan beradab
dalam Arifin, Bambang Syamsul (2015). Sedangkan menurut Arifin (2015) Psikologi
diartikan sebagai ilmu yang meneliti dan mempelajari sikap dan tingkah laku manusia
sebagai gambaran dari gejala-gejala kejiwaan yang berada dibelakangnya. Selanjutnya
arti dari kata “Komunitas” sendiri menurut Soenarno (2002) adalah sebuah
identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan
fungsional. Jadi dapat disimpulkan bahwa psikologi komunitas adalah ilmu yang
mempelajari tentang sikap dan tingkah laku manusia dari interaksi sosial yang
dilakukannya.
Rappaport (1977) menyatakan bahwa psikologi komunitas merupakan bagian
dari usaha untuk menemukan alternatif untuk menghadapi suatu penyimpangan dari
norma dasar bermasyarakat. Psikologi komunitas kemudian dipandang perjalanannya
memberikan dukungan kepada setiap hak seseorang untuk menjadi berbeda tanpa
resiko menderita jasmani sanksi psikologis. Zax & Specter (1974) mengatakan bahwa
psikologi komunitas merupakan sebuah pendekatan bagi kesehatan mental yang
menekankan pada peran lingkungan sebagaimana kontribusi untuk mengarahkan
penggunaan tenaga potensialnya dalam meredakan permasalahan yang dialami
seseorang. Heller dkk, (1984) menjelaskan psikologi komunitas telah
mengembangkan bagaimana mempelajari dampak sosial dan lingkungan pada
perilaku sebagaimana hal itu terjadi pada individu, kelompok, organisasi dan
tingkatan bermasyarakat.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh beberapa para ahli dapat
disimpulkan bahwa psikologi komunitas adalah sebuah pendekatan untuk mengatasi
permasalahan kesehatan mental dengan menciptakan tindakan yang bersifat
memperbaiki, menciptakan pola interaksi individu dengan lingkungannya, serta
melibatkan Institusi atau lembaga untuk lebih memudahkan dalam menerapkan nilai-
nilai dari kelompok sosial yang secara dominan berpengaruh pada individu yang
memiliki masalah.
B. Sejarah Perkembangan Psikologi Komunitas
Sebagai suatu pendekatan dalam kesehatan mental, psikologi komunitas telah
melewati perkembangan seiring dengan berkembangnya ilmu psikologi itu sendiri
dalam mencari pendekatan untuk mengatasi permasalahan mental manusia. Pada akhir
1800an, Sigmund Freud (Walsh, 1987) mengembangkan perhatian yang teliti pada
penyakit mental dan cara penanganannya yang sesuai. Dasar dari pemikiran Freud
bahwa sebuah gangguan emosional berkaitan dengan kekuatan intrapsikis dalam diri
seseorang dan disebabkan perhatian ke alam bawah sadar.
Selanjutnya Freud memberikan warisan sebuah penanganan yang berfokus pada
individu dari pada masyarakat. Freud juga mengorientasikan penyembuh professional
untuk memeriksa setiap bagian individu daripada keadaannya saat ini sebagai
penyebab dari gangguan dan memandang kecemasan atau gangguan mendasar
sebagai suatu hal yang selalu muncul pada kehidupan sehari-hari. Freud dengan pasti
memusatkan perhatiannya kepada kelemahan seseorang daripada kekuatannya. Saat
ini, psikologi klinis merupakan bagian dibawah psikologi yang berurusan langsung
dengan diagnosis, pengukuran, dan perlakuan terhadap gangguan mental.
Strother (1987) menjelaskan titik penting lain dalam sejarah dari perkembangan
psikologi komunitas terjadi ditahun 1946 ketika kongres Amerika mengesahkan
aturan perundang – undangan nasionalnya terkait dengan kesehatan mental. Aturan
perundang – undangan memberikan kewenangan pihak-pihak terkait khususnya
kalangan masyarakat untuk menekan timbulnya gangguan mental dan memajukan
kesehatan mental. Dalam perjalanan waktu, aturan perundangan ini membangkitkan
minat terhadap gangguan mental khususnya yang timbul akibat perang. Sejak itulah
psikologi klinis mulai bertumbuh, yang selanjutnya disertai dengan berdirinya
Institusi Nasional yang menangani Kesehatan Mental.
Pada tahun 1950 membawa sebuah perubahan penting pada perlakuan penderita
gangguan mental. Salah satu yang mempengaruhi perkembangannya adalah ketika
adanya penemuan terkait dengan ilmu farmakologi, dimana ditemukannya obat yang
dapat digunakan untuk diberikan pada pasien psikotik dan bentuk lain dari gangguan
mental. Berbagai jenis obat anti psikotik, obat penenang, anti depresan, dan
pengobatan lainnya saat itu turut menciptakan perubahan besar dalam penanganan
gangguan mental saat itu. Perubahan besar yang terjadi adalah dimana pasien menjadi
lebih menurut, taat, atau patuh. Penggunaan berbagai obat ini semakin berkembang
walaupun terdapat pengaruh terhadap pasien secara keseluruhan. Meskipun demikian
tidak kurang pentingnya pada sejarah psikologi komunitas ketika dibahas dalam
konferensi yang dilakukan di Swampscott, Massachusetts, pada Mei 1965. Bennet et
all (1966) sebagai hasil dari konferensi Swampscott bahwa peserta menyetujui untuk
beralih dari cara pengobatan kepada suatu tindakan pencegahan termasuk adanya
pandangan berdasarkan pada nilai-nilai ekologi dimasing-masing pekerjaannya.
Rappaport, 1977 (dalam Heller et all, 1984) menyatakan bahwa pertemuan
tersebut sering diakui sebagai awal dikenalnya Psikologi Komunitas. Pada
permulaannya pertemuan ini dihadiri oleh psikolog klinis terkait dengan
ketidaksesuaian-ketidaksesuaian dilapangan dan mengorientasikan pandangannya
untuk membuat suatu perubahan sosial dan politis. Shinn (1987) kemudian
menyatakan bahwa psikologi komunitas dapat memperluas melewati kesehatan
mental seperti melewati komunitas di Sekolah, lingkungan kerja, situasi yang
berkaitan dengan keberagaman, dan pemerintahan. Akhirnya Psikologi Komunitas
masuk dalam bagian terapan ilmu psikologi. Bermula pada tahun 1955 yang
berkembang di Amerika. Awalnya psikologi komunitas diumumkan ketika
diumumkannya undang- undang tentang pengembangan konsep kesehatan mental
komunitas untuk mengurangi jumlah rumah sakit jiwa. Kemudian pada tahun 1965
terbentuklah Community Psychology dalam American Psychological Association
(APA).