Disusun oleh
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung disebabkan
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi
2. Etiologi
Menurut Smeltzer (2012) dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, gagal
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya
kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung
mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi
misalnya kardiomiopati.
Peradangan dan penyakit miocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena
kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun .
darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Infark
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot
jantung. Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme, termasuk
hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri
sistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko terjadinya infark miokard, serta memudahkan
untuk terjadinya aritmia baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel.
metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan tugasnya sebagai organ pemompa, sehingga
terjadi yang namanya gagal jantung. Pada tingkat awal disfungsi komponen pompa dapat
mengakibatkan kegagalan jika cadangan jantung normal mengalami payah dan kegagalan respon
fisiologis tertentu pada penurunan curah jantung. Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme respon primer yaitu meningkatnya
aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya beban awal akibat aktifitas neurohormon, dan
hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.
Mekanisme-mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat
normal atau hampir normal pada gagal jantung dini pada keadaan normal.
Mekanisme dasar dari gagal jantung adalah gangguan kontraktilitas jantung yang
menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Bila curah jantung berkurang,
sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung.
Bila mekanisme ini gagal, maka volume sekuncup yang harus menyesuaikan. Volume sekuncup
adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
preload (jumlah darah yang mengisi jantung), kontraktilitas (perubahan kekuatan kontraksi yang
terjadi pada tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar
kalsium), dan afterload (besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah
melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol). Apabila salah satu
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan
miokardium karena terganggu alirannya darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja
jantung pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek (hipertrofi miokard)
dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena
kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling
sering mendahului gagal jantung ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan
edema paru akut. Karena curah ventrikel brpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu
paroksismal (PND).
hari)
jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak
dapat mengakomondasikan semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi
vena.
5) Kelemahan
a) Terapi farmakologi :
Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan diuretik, angiotensin converting enzym
inhibitor (ACEI), beta bloker, angiotensin receptor blocker (ARB), glikosida jantung ,
antagonis aldosteron, serta pemberian laksarasia pada pasien dengan keluhan konstipasi.
Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah baring, perubahan gaya hidup, pendidikan
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan kasus gagal jantung
c. Ekokardiografi
membedakan gagal jantung kanan dan kiri dan stenosis katup atau insufisiensi
f. Bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh
darah abnormal
i. Analisa gas darah : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratory
penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas :
1) Identitas pasien :
diagnosa medik.
b. Keluhan utama
2) Lelah, pusing
3) Nyeri dada
6) Urine menurun
mengganggu pasien.
f. Pengkajian data
saat beraktifitas.
2) Sirkulasi : riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites,
penyakit paru.
muntah.
kulit/dermatitis
g. Pemeriksaan fisik
2) Tanda-tanda Vital :
a) Tekanan Darah
Nilai normalnya :
b) Nadi
atau takikkardi)
c) Pernapasan
istirahat / aktivitas
d) Suhu Badan
tidak, kesimetrisan
kosta kanan
kanan.
4) Pemeriksaan penunjang
diagnosa CHF
ekokardiogram
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap masalah
kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa berdasarkan SDKI adalah :
karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektif : Dispnea
menurun.
adekuat
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektf : Dipsnea
Kriteria minor :
1) Subjektif : Ortopnea
kontraktilitas
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektif : Lelah
Kriteria minor :
1) Subjektif : -
bulan.
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
Kriteria minor :
1) Subjektif : -
5) Hipervolemia (D.0022)
intraseluler.
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
dyspnea (PND)
Kriteria minor :
1) Subjektif : -
Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kalpiler yang dapat menggangu
metabolisme tubuh
Kriteria mayor :
1) Subjektif : -
Kriteria minor :
kondisi istirahat
Kriteria minor :
iskemia,sianosis
8) Ansietas (D.0080)
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
ancaman.
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektif : Merasa bingung, merasa khawatir dengan
tidak berdaya
adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien,
evaluasi :
komponen yang dikenal dengan istilah SOPA, yakni subjektif (data keluhan
yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara
ASUHAN KEPERAWATAN
DI RUANG Melati
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
a. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Alamat : Jl. Kemuning
Umur : 62 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SLTA/ Sederajat
Pekerjaan : Petani
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 55 tahun
Pendidikan : SLTP/Sederajat
Pekerjaan : Petani
Alamat : Jl. Kemuning
Hubungan dengan Klien : Istri
I. RIWAYAT KESEHATAN
A. Keluhan Utama
Sesak Nafas
B. Riwayat Pengkajian Sekarang
Pasien masuk melalui IGD 16 Mei 2021 pukul 21.30 WIB. Saat dilakukan pengkajian tentang
riwayat kesehatan, Sesak nafas di rasakan sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit,
semakin sesak saat beraktivitas,nyeri pada dada sebelah kiri, durasi 20 menit, skala nyeri 5
,tubuh terasa lemah, edema pada ekstremitas bawah. Hasil pemeriksaan Tanda-tanda vital: TD :
140/70 mmHg HR : 92 x/i RR : 28 x/i suhu : 36,5 0C Saat dilakukan pengkajian pada pada
tanggal 18 Mei 2017 pukul 08.49 WIB pasien mengeluh sesak nafas, sesak di rasakan meningkat
saat beraktifitas, tubuh terasa lemah dan edema pada ektremitas bawah. Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital yaitu, TD : 90/80 mmH HR : 58 x/i RR : 25 x/ i Suhu 36, 5 0C
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan pernah di rawat 11 tahun yang lalu karena penyakit stroke. Pasien memiliki
riwayat hipertensi sejak 13 tahun yang lalu
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien. tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti jantung,
hipertensi, DM, asma.
Genogram :
II. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON
1. Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan memiliki kebiasaan merokok sejak SLTA. Pasien mengatakan sering
mengkonsumsi gorengan dan makanan bersantan.
5. Pola Eliminasi
a. BAB
Sebelum Sakit
1) Frekuensi BAB : 1 x sehari
2) Konsistensi : Lunak
3) Warna : Coklat
4) Keluhan Dan Kesulitan BAB :Tidak ada
5) Penggunaan Obat Pencahar : Tidak ada
Selama Sakit
b. BAK
Sebelum Sakit
1) Frekuensi BAK : 6x sehari
2) Jumlah Urine : Klien mengatakan tidak tahu
3) Warna : Kuning
4) Keluhan/ Kesulitan BAK : Tidak ada
Selama Sakit
8. Pola koping
a. Masalah utama selama masuk RS ( keuangan, dll)
Klien tampak tenang dan mengatakan berharap kesembuhan penyakitnya.
b. Kehilangan/ perubahan yang terjadi sebelumnya
Klien mengatakan tidak bisa bekerja karena sakitnya.
c. Pandangan terhadap masa depan
Klien mengatakan optimis akan sembuh dan sama sekali tidak berfikiran negative terntang
penyakitnya.
d. Koping makanisme yang digunakan saat terjadi masalah
Klien mengatakan jika ada masalah selalu berusaha untuk berpikir tenang dan mencari jalan
keluar dengan berdiskusi bersama istrinya
b. Muka
1) Mata
a) Kebersihan : Bersih, tidak ada kotoran dan lesi
b) Fungsi penglihatan : Baik.
c) Palpebral : Tidak ada masa dan nyeri tekan tidak ada
d) Konjungtiva : Tidak anemis
e) Sclera : Tidak ikterik
f) Pupil : Merespon terhadap cahaya
g) Reflek Terhadap Cahaya : Merespns
h) Pengunaan alat bantu penglihatan : Tidak mengunakan alat bantu
2) Hidung
a) Fungsi penghidu : Klien mengatakan dapat mencium bai
b) Sekret : Tidak ada
c) Nyeri sinus : Tidak ada
d) Polip : Tidak ada
e) Napas Cuping Hidung : Tidak ada
3) Mulut
a) Kemampuan bicara : Kemampuan biara klien baik dan jelas
b) Keadaan bibir : Kering
c) Selaput mukrosa : Lembab
d) Warna lidah : putih pucat
e) Keadaan gigi : tidak ada karies gigi, gig geraham sudah tidak ada yang bawah
f) Bau nafas : Nafas klien tidak berbau
g) Dahak : tidak ada dahak
4) Gigi
a) Jumalah : Jumlah gigi klien tinggal 25
b) Kebersihan : Bersih, tidak ada karies gigi.
c) Masalah : Tidak ada masalah
5) Telinga
a) Fungsi pendengaran : Baik.
b) Bentuk : Simetris
c) Kebersihan : Baik.
d) Serumen : Tidak ada serumen, bersih
e) Nyeri Telinga : Tidak ada nyeri tekan
c. Leher
1) Bentuk : Simetris tidak ada bengkak
2) Pembesaran tyroid : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
3) Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan dan nyeri tekan
4) Nyeri waktu menelan : Tidak ada nyeri.
5) JVP : Tidak ada pembengkakan JVP
d. Dada (Thorax)
1) Paru-paru
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Fermitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Terengar sonor
Auskultasi : bronkovesikuler
2) Jantung
Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba di IC ke 5
Perkusi : Pekak, batas jantung dibawahh IC 6
Auskultasi : Reguler, tidak ada bunyi tambahan
e. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi dan massa
Aukultusi : Bising usus 14 x menit
Perkusi : Thympani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
f. Genetalia : tidak ada pembesaran prostat
g. Anus dan rectum : tidak ada nyeri dan massa dan tidak ada pembengkakan
h. Ekstremitas
1) Atas
Kekuatan otot kanan dan kiri : Kekuatan otot penuh
ROM kanan dan kiri : ROM Aktif
Perubahan bentuk tulang : tidak ada perubahan bentuk tulang
Pergerakan sendi bahu : Bebas tidak ada dislokasi
Perabaan Akral : akral teraba dingin
Terpasang infus : terpasang IVFD Eas Pfrimmer 500cc/24 jam
2) Bawah
Kekuatan otot kanan dan kiri : Kekuatan otot penuh
ROM kanan dan kiri : Rom kanan dan kiri aktif
Perubahan bentuk tulang : tidak adan perubahan bentuk tulang
Varises : Tidak ada varises hanya ada bengkak
Perabaan Akral : akral teraba dingin
Pitting edema : Ada edema pada ekstermitas bawah derajat 1 kedalaman 3 mm
i. Intergumen : Baik tidak ada lesi
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal pemeriksaan
2. Pemeriksaan diagnostik
Tanggal pemeriksaan
V. TERAPI MEDIS
ANALISA DATA
lemah
Data Objektif :
90/80mmHg - N : 58X/menit
Data objektif :
Wheezing (-)
c. PCO2 : 30 mmol/L,
e. Ph : 7,43
Data subjektif : pasien Kelebihan volume cairan Retensi natrium dan air
Data objektif :
b. derajat I kedalaman 3 mm
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Data Objektif :
Data objektif :
c. PCO2 : 30 mmol/L,
e. Ph : 7,43
Data objektif :
b. derajat I kedalaman 3 mm
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
i dan Keperawatan
Tangga
l
1/ 16 Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan
1. Evaluasi adanya nyeri dada
agustus jantung b.d keperawatan selama 3 x 24
(intensitas, lokasi, durasi,
2021 penurunan kontraksi jam masalah teratasi dengan
frekuensi)
vertikel kriteria hasil :
2. Catat adanya disritmia
1. Tekanan darah dalam
jantung
rentang normal
3. Catat adanya tanda dan
2. Tidak ada disritmia gejala penurunan cardiac
antiaritmia
menghindari kelelahan
11. Monitor adanya
takipnea
normal tambahan
dalam rentang O2
perfusi ventilasi 8.
sedang melakukan
aktivitas
6. Tidak ada retraksi
dinding dada
2021 natrium dan air jam masalah teratasi dengan 2. Monitor hasil Hb yang
edema
ggal Keperawatan
Senin 16 Penurunan curah 1. Memonitor tanda-tanda S : pasien mengatakan tubuh
4. Mengevaluasi adanya
nyeri dada
5. Memonitor balance
cairan
6. Memberikan
okigen tambahan
sesuai kebutuhan
dengan
memberikan O2
5lpm
7. Memonitor
adanya dipseneu,
ortopneu, dan
takipneu
Senin 16 Gangguan 1. Memberikan S : pasien mengatakan nafas
nafas paten
4. Memberikan nutrisi
yang mengalami
asidosis metabolic
Senin 16 Kelebihan volume 1. Menilai status S : pasien mengatakan
agustus cairan b.d retensi fisiologis pasien kaki masih bengkak dan
2. Anjurkan
mengungkapkan
yang dirasakan
tentang
keterbatasan
3. Monitor intake
nutrisi untuk
memastikan
sumber energy
yang adekuat
memenuhi ADL
menerima kebutuhan
ketergantungan
Selasa , Penurunan curah 1. Memonitor tanda-tanda S : pasien mengatakan tubuh
masih terasa lemah
17 jantung b.d vital O : pasien tampak pucat, akral
teraba dingin, TD : 100/70,
agustus penurunan 2. Memonitor adanya N: 60x/i A : masalah blm
teratasi
2021 kontraksi vertikel perubahan tekanan P : intervensi dilanjutkan
darah
3. Memonitor sianosis
perifer
4. Mengevaluasi adanya
nyeri dada
5. Memonitor balance
cairan
6. Memberikan
okigen tambahan
sesuai kebutuhan
dengan
memberikan O2
5lpm
7. Memonitor
adanya dipseneu,
ortopneu, dan
takipneu
Selasa , Gangguan 1. Memberikan S : pasien mengatakan nafas
memberikan O2 x/i
3. Mempertahankan jalan
nafas paten
4. Memberikan nutrisi
asidosis metabolic
Selasa , Penurunan curah 1. Memonitor tanda-tanda S : pasien mengatakan
nyeri dada
5. Memonitor balance
cairan
6. Memberikan
okigen tambahan
sesuai kebutuhan
dengan
memberikan O2
5lpm
7. Memonitor
adanya dipseneu,
ortopneu, dan
takipneu
Rabu. 18 Penurunan curah 1. Memonitor tanda-tanda S : pasien mengatakan
Agustus jantung b.d vital tubuh sudah segar
4. Mengevaluasi adanya
nyeri dada
5. Memonitor balance
cairan
6. Memberikan
okigen tambahan
sesuai kebutuhan
dengan
memberikan O2
5lpm
7. Memonitor
adanya dipseneu,
ortopneu, dan
takipneu
Rabu. 18 Gangguan 1. Memberikan S : pasien mengatakan
5lpm RR : 22 x/i
nafas paten
4. Memberikan nutrisi
yang mengalami
asidosis metabolic
Rabu. 18 Penurunan curah 1. Memonitor tanda-tanda
cairan
6. Memberikan
okigen tambahan
sesuai kebutuhan
dengan
memberikan O2
5lpm
7. Memonitor
adanya dipseneu,
ortopneu, dan
takipneu
DAFTAR PUSTAKA
Pertiwiwati, E., & Rizany, I. (2017). Peran Educator Perawat Dengan Pelaksanaan
Discharge Planning Pada Pasien Di Ruang Tulip 1c Rsud Ulin Banjarmasin.
Dunia Keperawatan, 4(2), 82. https://doi.org/10.20527/dk.v4i2.2509.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI. Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI. Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI. Jakarta Selatan.