Anda di halaman 1dari 20

LABORATORIUM GEOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG


Nomor Tugas 10
Mata Kuliah : Praktikum Geologi Umum

LAPORAN AKHIR
PENGENALAN BATUAN METAMORF

Nama : Muhamad Farhan s


NPM :10070120112
Shift Praktikum : I (Satu) / 09.00 – 12.00 WIB
Hari/ Tanggal Praktikum : Rabu, 17 Maret 2021
Hari/ Tanggal Laporan : Selasa, 16 Maret 2021
Asisten : 1. Indra Karna Wijaksana S.Pd.,S.T.,M.T.
2. Wahyu Budhi Khorniawan, S.T.,M.T
3. Ir. Sri Indiarto
4. Deni Mildan S.T,M.T
5. Mursalin Hasrudin
6. Hafizh Murtadho
7. Romario Raddani
8. Fahri Hafidz Gumilar
9. Muhammad Hilal Fadilah

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1441 H / 2019 M
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Bismilahirrahmanirrahim.
Puji serta syukur marilah kita panjatkan ke tuhan kita yang maha esa.
Karena atas izin rahmat dan karunia-nya saya dapat menyelesaikan laporan akhir
praktikum perpetaan ini. Tidak lupa shalawat serta salam kami panjatkan ke
banginda kita yakni nabi muhamad saw.
Atas izin tuhan kita yang maha esa. Saya telah dapat menyelesaikan
laporan akhir praktikum perpetaan pada bab “Pengenalan Batuan
Metamor”Dengan ini saya mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak- pihak
yang telah banyak membntu penulis hingga dapat menyelesaikan laporan untuk
kegiatan praktikum.
Laporan ini menjadi syarat untuk mengikuti praktikum selanjutnya,
Wasallamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Garut,15 maret 2021

Muhamad Farhan S
10070120112

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PANDAHULUAN ..................................................................................... 2


1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 2
1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................................... 2
1.2.1 Maksud ........................................................................................... 2
1.2.2 Tujuan ............................................................................................ 2

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 3


2.1 Definisi Batuan Metamorf ........................................................................... 3
2.2 Ganesa Metamorfisme ............................................................................... 4
2.2.1 Klasifikasi Batuan Metamorf ........................................................... 6
2.2.2 Mineral-Mineral Penyusun Batuan Metamorf ................................ 10
2.2.3 Struktur Batuan Metamorf ............................................................ 11
2.2.4 Tekstur Batuan Metamorf ............................................................. 15

BAB III KESIMPULAN ...................................................................................... 17


DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PANDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bumi planet ketiga dari matahari bumi juga planet terbesr kelima dari
semua planet yang ada di tata surya, bumi mempunyai bentuk tak sempurna dan
juga padat, bumi berputar pada sumbu porosnya yang memerlukan waktu sekitar
24 jam dan juga bumi berputas mengelilingi matahari yang membutuhkan waktu
sekitar 365 hari, berputar nya bumi dapat mengakibatkan pergantian malm dan
siang dan juga perbedaan waktu antara negara.
Struktur perlapisan bumi terdiri dari berbagi jeis batuan atau batuan
penyusun kerak bumi, batuan tersebut diantaranya batuan beku, batuan sedimen,
dan batuan metamorf dengan jenis dan karakteristik yang berbeda. Lapisan bumi
dapat dibagi menjadi tiga diamana lapisan yang paling luar disebut kerak bumi,
mantel atau lapisan yang berada di antara kerak bumi dan inti bumi, dan bagian
yang plaing dasar atau yang berada di dalam disebut dengan inti bumi.
Dalam dunia pertambangan kita harus mengetahui yang berhubungan
dengan kebumian salah satunya tentang batuan, dimana batuan tersebut
merupakn material penyusun kerak bumi, batuan metamorf salah satunya, yang
terbentuk dari batuan asalnya atau batuan yang telah ada yang mengalami
beberapa proses diantaranya pelapukan, erosi, transfortasi, deposisi,dan
litihifikasi.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum ini adaah agarar praktikan mamhami
tentang batuan metamorf dan juga bisa mendeskripsikan batuan metamorf tersebt
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini diantaranya adalah:
1. Agar memahami atau mengetahui batuan metamorf
2. Mengetahui ganesa keterbetukna batuan metamorf
3. Bisa mendeskripsikan batuan metamorf

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Batuan Metamorf


Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk dari hasil proses
metamorfisme, dimana terjadi perubahan atau alterasi; physical (struktur, tekstur)
dan chemical (mineralogical) dari suatu batuan pada temperatur dan tekanan
tinggi dalam kerak bumi atau Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari
batuan induk yang lain, dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun
batuan metamorf sendiri yang telah mengalami proses/perubahan mineralogi,
tekstur maupun struktur sebagai akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang
tinggi. Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair,
dengan temperatur 2000C – 6500C.
Grovi (1931) menyatakan bahwa perubahan dalam batuan metamorf
adalah hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk kristal-
kristal baru, begitu pula pada teksturnya.
Menurut Turner (1954) menyebutkan bahwa batuan metamorf adalah
batuan yang telah mengalami perubahan mineralogik dan
H.G.F.Winkler (1967) menyatakan bahwa metamorfisme adealah proses
yang mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap
kondisi fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda
dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk pelapukan dandiagenesa.
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk
akibat proses perubahan temperatur dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada
sebelumnya. Akibat bertambahnya temperatur dan/atau tekanan, batuan
sebelumnya akan berubah tektur dan strukturnya sehingga membentuk batuan
baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah
batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer
yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan
perubahan dari batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya
terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian
mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi

3
4

struktur oleh proses metamorfisme dan terjadi langsung dari fase padat tanpa
melalui fase cair.

2.2 Ganesa Metamorfisme


Metamorfosa adalah proses rekristalisasi di kedalaman kerak bumi (3- 20
km) yang keseluruhannya atau sebagian besar terjadi dalam keadaan padat, yakni
tanpa melalui fasa cair. Sehingga terbentuk struktur dan mineralogi baru yang
sesuai dengan lingkungan fisik baru pada tekanan (P) dan temperatur (T) tertentu.
Menurut H.G.F. Winkler, 1967, metamorfisme adalah proses-proses yang
mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau
tanggapan terhadap kondisi fisik dan kimia di dalam kerak bumi, dimana kondisi
fisik dan kimia tersebut berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses
tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesis. Batuan metamorf adalah
batuan yang berasal dari batuan induk, bisa batuan beku, batuan sedimen,
ataupun batuan metamorf itu sendiri yang mengalami metamorfosa.
Media yang menyebabkan proses metamorfisme adalah panas, tekanan
dan cairan kimia aktif. Ketiga media tersebut dapat bekerja bersama-sama pada
batuan yang mengalami proses metamorfisme, tetapi derajat metamorfisme dan
kontribusi dari tiap agen tersebut berbeda-beda. Pada proses metamorfisme
tingkat rendah, kondisi temperatur dan tekanan hanya sedikit diatas kondisi proses
pembatuan pada batuan sedimen. Sedangkan pada proses metamorfisme tingkat
tinggi, kondisinya sedikit dibawah kondisi proses peleburan batuan.
Proses terbentuknya batuan metamorf karena adanya perubahan yang
disebabkan oleh proses metamorfosa. Proses metamorfosa adalah sebuah proses
pengubahan batuan akibat adanya perubahan tekanan, temperatur, dan adanya
aktivitas kimia, baik fluida ataupun gas, bahkan bisa merupakan variasi dari
ketiganya (tekanan, temperatur, dan aktivitas kimia). Proses metamorfosa sendiri
sebenarnya merupakan proses isokimia, di mana tidak adanya penambahan
unsur-unsur kimia pada batuan yang mengalami metamorfosa. Adapun temperatur
yang berkisar biasanya antara 200oC – 800oC, tanpa melalui fase cair.
5

Factor yang menyebabakan terjadinya proses pembentukan batuan


metamorf diantaranya yaitu:
1. Perubahan Tempetur
Perubahan temperatur dapat terjadi karena adanya beberapa sebab,
seperti adanya pemanasan akibat intrusi magmatik dan
perubahan gradient geothermal. Adapun panas dalam skala kecil juga
dapat terjadi akibat adanya sebuah gesekan atau friksi selama terjadinya
deformasi suatu massa batuan. Pada batuan silikat misalnya, batas bawah
terjadinya metamorfosa umumnya berkisar pada suhu 150oC ± 50oC. Hal
ini ditandai dengan munculnya mineral-mineral Mg, yaitu carpholite,
glaucophane, lawsonite, paragonite, prehnite maupun slitpnomelane.
Sedangkan untuk batas atasnya berkisar pada suhu 650oC – 1100oC,
tepatnya sebelum proses pelelehan dan tergantung pula pada jenis jenis
batuan asalnya.
2. Perubahan Tekanan
Tekanan yang dapat menyebabkan terjadinya proses metamorfosa pada
dasarnya bervariasi. Proses metamorfosa akibat intrusi magmatik dapat
terjadi mendekati tekanan permukaannya, di mana besarnya beberapa bar
saja. Sedangkan proses metamorfosa yang terjadi pada suatu kompleks
ofiolit dapat terjadi dengan tekanan lebih dari 30-40 kBar.
3. Aktivitas Kimiawi
Aktivitas kimiawi fluida maupun gas yang berada pada jaringan antara butir
batuan, mempunyai peranan penting dalam proses metamorfosa. Hal ini
dikarenakan memang fluida aktif memiliki banyak peran, yaitu air, karbon
dioksida, asam hidroklorik, dan hidroflorik. Pada umumnya, fluida dan gas
tersebut berperan sebagai katalis atau solven, serta memiliki sifat untuk
membentuk reaksi kimia dan penyetimbang mekanis.
6

2.2.1 Klasifikasi Batuan Metamorf


Bucher & Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan
geologinya, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
A. Metamorfosa Lokal
Jenis ini penyebaran metamorfosanya sangat terbatas hanya beberapa
kilometer saja. Termasuk dalam tipe metamorfosa ini adalah:
1. Kontak Termal
Terjadi pada batuan yang terpanasi oleh intrusi magma yang besar.
Pancaran panas tersebut akan semakin menurun bila semakin jauh dari
tubuh intrusinya. Hal iniberakibat adanya perbedaan pengaruh suhu
pada batuan sampingnya antara bagianyang dekat dengan tubuh
intrusi dan yang lebih jauh. Tentunya demikian juga dengan hasil
perubahan mineraloginya. Zona aureole yang melingkari tubuh
intrusimerupakan gambaran ada perubahan tersebut.

Sumber Unknow, 2017


gambar 2.1
Metamorfisme lokal kontak termal

2. Katakalstik
Kataklastik merupakan metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan
tekanan. Tekanan yang berpengaruh disini ada dua macam, yaitu:
hidrostatis, yang mencakup ke segala arah; dan stress, yang mencakup
satu arah saja. Makin dalam ke arah kerak bumi pengaruh tekanan
hidrostatika semakin besar. Sedangkan tekanan pada bagian kulit bumi
7

yang dekat dengan permukaan saja, metamorfosa semacam ini


biasanya didapatkan di daerah sesar/patahan.

Sumber: unknow, 2017


Gambar 2.2
Metamorfisme lokal kataklasitk
3. Impact
Metamorfisme ini terjadi secara lokal disekitar yang terbentuk akibat
dari hantaman meteor dengan permukaan dan mungkin memiliki
diameter beberapa meter. Hal ini ditandai dengan kondisi tekanan dan
temperaturyang sangat tinggi (puluhan ratus kilobars) selama rentang
waktu yang sangat singkat.

Sumber: unknow,2017
Gambar 2.3
Metamorfosa lokal impact
8

B. Metamorfosa Regional
Metamorfosa regional adalah metamorfosa yang terjadi pada wilayah
yang sangat luas, dimana tinggkat depormasi yang tinggi dibawah
tekanan deferensial. Metamorfosa regional ini biasanya akan
menghasilkan batuan metamorf dengan tingkat deferensial yang sangat
kuat. Yang termasuk kedalam metamorfosa regional ini diantaranya
yaitu:
1. Dynamo thermal
Sering dikaitkan dengan jalur orogenesa. Kenyataan menunjukkan
bahwa pada jalur tersebut dijumpai penyebaran batuan metamorf
yang luas yang disebabkan oleh beberapa kali proses orogenesa.
Artinya bahwa beberapa diantaranya telah terbentuk oleh satu kali
atau lebih metamorfisme se.belumnya. Berbeda dengan
metamorfisme kontak, metamorfisme regional dinamotermal
berlangsung berkaitan dengan gerak-gerak penekanan ("penetrative
movement"). Hal ini dibuktikan dengan struktur sekistositas. Jika
metamorfisme termal terjadi pada tekanan rendah antara 100 sampai
1000 bar atau mencapai 3000 bar ( terjadi pada kedalaman 11 - 12 -
km ), maka metamorfisme regional dinamotermal terjadi dalam
pengaruh tekanan antara, paling tidak 2000 sampai 10.000 bar. Hal
ini akan memperlihatkan perbeqAan fabrik batuan pada kedua
metamorfisme tersebut. Suhu yang berpengaruh pada keduanya
umumnya sama dimulai diatas 150° C sampai maksimum sekitar
800° C.

Sumber: geologi,2018
Gambar 2.4
Metamorfosa dynamo thermal
9

2. Beban
Tidak berkaitan dengan orogenesa atau intrusi magma. Suatu sedimen
pada cekungan yang dalam akan terbebani oleh material di atasnya.
Suhunya, bahkan sampai pada kedalaman yang besar, lebih rendah
dibandingkan pada metamorfisme dinamotermal, berkisar antara 400°
- 45o°C. Gerak - gerak penetrasi yang menghasilkan sekistositas
hanya aktif secara setempat, jika tidak biasanya tidak hadir. Oleh
karena itu fabrik batuan asal tetap tampak sedangkan yang berubah
adalah komposisi mineraloginya. Perubahan metamorfismenya tidak
teramati secara megaskopis tetapi hanya terlihat pada pengamatan
sayatan tipisnya di bawah mikroskop. Metamorfisme beban
memperlihatkan batuan-batuannya mengandung Seolit CaA1 laumontit
dan lawsonit disatu pihak dan mengandung glaukopan dan jadeit
dipihak lain. Keduanya terbentuk pada kondisi suhu yang dianggap
sama, perbedaan itu lebih cenderung diakibatkan oleh adanya tekanan
yang tinggi sampai sangat tinggi.

Sumber: unknow, 2021


Gambar 2.5
Metamorfosa beban
3. Mid ocean ridge
Batuan Penyusunnya merupakan Material baru yang dimulai
pembentukannya di punggungan tengah samudera. Perubahan
Mineralogi dikenal juga metamorfsime hidrothermal. Dalam hal ini
larutan Panas/gas memanasi retakan-retakan batuan dan
menyebabkan perubahan mineralogi batuan sekitarnya. Metamorfisme
semacam ini melibatkan adanya peambahan unsur dalam batuan yang
dibawa oleh larutan panas dan lebih dikenal dengan metasomatisme.
10

Sumber: andarea,2018
Gambar 2.6
Metamorfosa mid ocean ridge

2.2.2 Mineral-Mineral Penyusun Batuan Metamorf


Mineral penyusun batuan metamorf diantaranya adalah:
1. Amphibole/Hornblende
Amphibole adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau
kristal yang menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung
besi (Fe), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si),
dan Oksigen (O). Hornblende tampak pada foto yang berwarna hijau tua
kehitaman. Mineral ini banyak dijumpai pada berbagai jenis batuan beku
dan batuan metamorf.
2. Biotite
Semua mineral mika berbentuk pipih, bentuk kristal berlembar menyerupai
buku dan merupakan bidang belahan (cleavage) dari mineral biotite.
Mineral biotite umumnya berwarna gelap, hitam atau coklat sedangkan
muscovite berwarna terang, abu-abu terang. Mineral mika mempunyai
kekerasan yang lunak dan bisa digores dengan kuku.
3. Plagioclase feldspar
Mineral Plagioclase adalah anggota dari kelompok mineral feldspar.
Mineral ini mengandung unsur Calsium atau Natrium. Kristal feldspar
berbentuk prismatik, umumnya berwarna putih hingga abu-abu, kilap gelas.
Plagioklas yang mengandung Natrium dikenal dengan mineral Albite,
sedangkan yang mengandung Ca disebut An-orthite.
4. Potassium feldspar (Orthoclase)
11

Potassium feldspar adalah anggota dari mineral feldspar. Seperti halnya


plagioclase feldspar, potassium feldspars adalah mineral silicate yang
mengandung unsur Kalium dan bentuk kristalnya prismatik, umumnya
berwarna merah daging hingga putih.
5. Mica
Mica adalah kelompok mineral silicate minerals dengan komposisi yang
bervariasi, dari potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) ,
silicon (Si) dan air (H2O).
6. Quartz
Quartz adalah satu dari mineral yang umum yang banyak dijumpai pada
kerak bumi. Mineral ini tersusun dari Silika dioksida (SiO2), berwarna putih,
kilap kaca dan belahan (cleavage) tidak teratur (uneven) concoidal.
7. Calcite
Mineral Calcite tersusun dari calcium carbonate (CaCO3). Umumnya
berwarna putih transparan dan mudah digores dengan pisau. Kebanyakan
dari binatang laut terbuat dari calcite atau mineral yang berhubungan
dengan ‘lime’ dari batugamping.
2.2.3 Struktur Batuan Metamorf
Struktur adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk
atau orientasi unit poligranular batuan tersebut. (Jacson, 1997). Secara umum
struktur batuan metamorf dapat dibadakan menjadi struktur foliasi dan nonfoliasi
(Jacson, 1997).
A. Struktur Foliasi
Struktur foliasi merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa.
Foliasi ini dapat terjadi karena adnya penjajaran mineral-mineral menjadi
lapisan-lapisan (gneissoty), orientasi butiran (schistosity), permukaan
belahan planar (cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut (Jacson,
1970). struktur foliasi diantaranya:
1. Slaty Cleavage, Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir
sangat halus (mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang
belah planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar. Batuannya disebut
slate (batusabak)
12

Sumber: styobudi,2012
Gambar 2.7
Slaty cleavage

2. Phylitic, Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi
terlihat rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan
mineral pipih dengan mineral granular. Batuannya disebut phyllite (filit)

Sumber: styobudi,2012
Gambar 2.8
Struktur phylitic
3. Schistosic, Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih,
prismatic atau lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran
butir sedang sampai kasar. Batuannya disebut schist (sekis).
13

Sumber: styobudi,2012
Gambar 2.9
Strutur shistosic
4. Gneissic/Gnissose,Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan
penjajaran mineral yang mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara
mineral-mineral granuler (feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral
tabular atau prismatic (mioneral ferromagnesium). Penjajaran mineral
ini umumnya tidak menerus melainkan terputus-putus. Batuannya
disebut gneiss.

Sumber: styobudi,2012
Gambar 2.10
Srtuktur geissic
14

B. Struktur Non Foliasi


Terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri dari
butiran-butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai antara
lain:
1. Hornfelsic/granulose, terbentuk oleh mozaic mineral-mineral
equidimensional dan equigranular dan umumnya berbentuk polygonal.
Batuannya disebut hornfels (batutanduk)

Sumber: herman,2019
Gambar 2.11
Struktur granulalose
2. Kataklastik, terbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral
berukuran kasar dan umumnya membentuk kenampakan breksiasi.
Struktur kataklastik ini terjadi akibat metamorfosa kataklastik.
Batuannya disebut cataclasite (kataklasit).
3. Milonitic,dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada
metamorfosa kataklastik. Cirri struktur ini adalah mineralnya berbutir
halus, menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah dan belum
terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya disebut mylonite
(milonit).

Sumber: herman,2019
Gambar 2.12
Struktur milonitic
15

4. Phylonitic, mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur


milonitik tetapi umumnya telah terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adlah
kenampakan kilap sutera pada batuan yang ,mempunyai struktur ini.
Batuannya disebut phyllonite (filonit).
2.2.4 Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara tipikal
penamaanya mengikuti kata-kata yang mempunyai akhiran -blastik. Contohnya,
batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal berukuran seragam disebut
dengan granoblastik. Secara umum satu atau lebih mineral yang hadir berbeda
lebih besar dari rata-rata; kristal yang lebih besar tersebut
dinamakan porphiroblast. Porphiroblast, dalam pemeriksaan sekilas, mungkin
membingungkan dengan fenokris (pada batuan beku), tetapi biasanya mereka
dapat dibedakan dari sifat mineraloginya dan foliasi alami yang umum dari matrik.
Pengujian mikroskopik porphiroblast sering menampakkan butiran-butiran dari
material matrik, dalam hal ini disebut poikiloblast. Poikiloblast biasanya dianggap
terbentuk oleh pertumbuhan kristal yang lebih besar disekeliling sisa-sisa mineral
terdahulu, tetapi kemungkinan poikiloblast dapat diakibatkan dengan cara
pertumbuhan sederhana pada laju yang lebih cepat daripada mineral-mineral
matriknya, dan yang melingkupinya. Termasuk material yang menunjukkan
(karena bentuknya, orientasi atau penyebarannya) arah kenampakkan mula-mula
dalam batuan (seperti skistosity atau perlapisan asal); dalam hal ini porphiroblast
atau poikiloblast dikatakan mempunyai tekstur helicitik. Kadangkala batuan
metamorf terdiri dari kumpulan butiran-butiran yang berbentuk melensa atau
elipsoida; bentuk dari kumpulan-kumpulan ini disebut augen (German untuk
“mata”), dan umumnya hasil dari kataklastik (penghancuran, pembutiran, dan
rotasi). Sisa kumpulan ini dihasilkan dalam butiran matrik. Istilah umum untuk
agregat adalah porphyroklast. (Dinda zuliani,2014 )
A. Tekstur berdasarkan bentuk mineralnya, diantaranya yaitu:
1. Lepidoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk tabular
2. Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic
3. Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,
equidimensional, batas mineralnya bersifat (tidak teratur) dan
umumnya kristalnya berbentuk anhedral
16

4. Granuloblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,


equidimensional, batas mineralnya bersifat (lebih teratur) dan
umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
B. Tekstur berdasarkan ukuran butir
1. Faneritik, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata.
2. Afanitik, Bila butiran kristal tidak dapat dibedakan dengan mata
C. Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal
1. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan kristal itu sendiri
2. Subhedral, bila kristal dibatasi sebagian oleh bidang permukaannya
sendiri dan sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.
3. Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal
lain disekitarnya.
BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari laporan akhir ini yaitu:


1. Batuan metamorf merupakan batuan yang terbetuk dari batuan asalnya
seperti batuan beku dan batuan sedimen yang mengalami metamorfisme
dan terbentuk akibat terbetuk akibat adanya temperature atau tekanana
yang sangat tinnggi.
2. Ganesa pemebentukan batuan sedime akibata adanya perubahan
temperature, perubahan tekanan dan aktifitas kimiawi. batuan yang
mengalami metamrfisme dibagi dua yaitu: metamorfisme lokal dan
metamorfisme regional
3. Untuk mengetahui jenis serta nama batuan metamorf maka perlu dilakukan
identifikasi atau pendeskripsian batuan metamorf, seperti warna batuan,
struktur batuan, komposisi mineral batuanya, proses metamorfisme maka
batuan tersebut akan diketahui nama batuannya sesuai dengan
pendeskripsianya

17
DAFTAR PUSTAKA

Ramdani, E. (2013). LAPORAN BATUAN METAMORF . Lampung : id.scribd.com,


Diakses Pada Tanggal 15 Maret 2021.
Seguho. (2018). BATUAN METAMORF . Bandung : Seguhosc.blogspot.com,
Diakses Pada Tanggal 15 Maret 2021.
Setiawan, N. I. (2019). IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF . Yogyakarta:
UGM.ac.id, Diakses Pada Tanggal 15 Maret 2021 .
Styobudi, P. T. (2012). STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF . Jawa
Barat : wordpress.com, Diakses pada Tanggal 15 Maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai