Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN REKAYASA IDE

MK. FILSAFAT PENDIDIKAN


PRODI S1 PIPA FMIPA

Skor Nilai:

FILOSOFI PENDIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN

NAMA : PRISKA KRISDAYANTI GULO

NIM : 4213351008

DOSEN PENGAMPU : MAY SARI LUBIS, S.Pd., M.Pd.

MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
OKTOBER 2021
Abstrak
Filosofi pendidikan menjadi esensi sepanjang proses belajar berlangsung,
juga menjadi arah sekaligus “batasan normatif” ketika berbagai kondisi dan
kerumitan pendidikan timbul. Tujuan ditulisnya filosofi pendidikan ini adalah
untuk mengetahui permasalahan secara umum maupun secara khusus dalam
proses pembelajaran. Metode dalam kajian ini adalah penelitian kepustakaan.
Data dalam penelitian ini adalah buku dan jurnal yang relevan dengan filosofi
pendidikan. Hasil penelitian ini menunjukkan pendidikan merupakan upaya
mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik
maupun potensi cipta, rasa maupun karsanya agar potensi itu menjadi nyata dan
dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita
kemanusiaan universal maka dalam pemecahan masalah-masalah pendidikan
yang komplek juga dibutuhkan filsafah-filsafah agar solusi pemecahan masalah
tersebut juga dapat dirasakan manfaatnya bagi semua pihak.

Kata kunci : Filosofi Pendidikan, Proses Pembelajaran, Pendidikan

Abstract
Educational philosophy became an essential process, to be normative
direct in many condition. The purpose of writing this educational philosophy is to
find out problems in general and specifically in the learning process. The method
in this study is library research. The data in this study are books and journals
that are relevant to the philosophy of education. The results of this education is
an effort to develop the human potential of students both physical potential an
the potential of creativity, taste and work so that the potential becomes real
and can function in the course of his life. The basis of education is the ideals of
universal humanity, so in solving complex educational problems also philosophies
are needed so that the solution to the problem can also be felt for all partients.

Keywords : Educational Philosophy, Learning Process, Education

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas
segala berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Ide
dengan judul “Filosofi Pendidikan dalam Proses Pembelajaran”. Adapun tugas ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan.
Saya menyadari sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan Rekayasa Ide ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun
agar rekayasa ide ini menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Harapan
saya, semoga rekayasa ide ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Nias, 27 Oktober 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................ ii

KATA PENGANTAR..................................................................... iii

DAFTAR ISI .............................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1


A. Rasionalisasi Permasalahan .................................................. 1
B. Tujuan Rekayasa Ide .......................................................... 1
C. Manfaat Rekayasa Ide ......................................................... 1

BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN .............................................. 2


A. Permasalahan Umum ......................................................... 2
B. Identifikasi Permasalahan .................................................... 3

BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN .................................................. 6


A. Solusi dan Pembahasan Profesionalisme guru ............................. 6
B. Solusi dan Pembahasan Proses Pembelajaran ............................. 7
C. Solusi dan Pembahasan Kurikulum .......................................... 7
D. Solusi dan Pembahasan Peserta Didik ...................................... 8
E. Solusi dan Pembahasan Krisis Karakter ..................................... 9

BAB IV PENUTUP....................................................................... 10
A. Kesimpulan ..................................................................... 10
B. Saran............................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 11

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Permasalahan
Dalam dunia pendidikan, landasan filosofis pendidikan kiranya perlu
diperhatikan dan dikuasai oleh para pendidik sebabnya yaitu : Pertama,
pendidikan bersifat normatif maka dalam pembahasan teori dan praktik
pendidikan dibutuhkan asumsi normatif. Kedua, bahwa pendidikan tidak cukup
dipahami hanya melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif
saja, melainkan perlu juga dipandang secara holistik.
Dalam pandangan (Dewey, 2004 : ix) pengalaman adalah basis dari
pendidikan. Pengalaman sebagai dasar pendidikan tidak lantas kemudian
melupakan minat, bakat, keinginan, rasa ingin tahu, inisiatif peserta didik. Maka
dari itu pendidikan tidak boleh mengesampingkan hal-hal ini karena ini
merupakan bakat/potensi bawaan peserta didik sejak lahir. Pendidikan melalui
pengalaman, melihat potensi itu sebagai sebuah tantangan, yang akan
mendorong pendidik dalam hal ini sebagai orang dewasa, untuk menghubungkan
antara potensi peserta didik dengan realitas eksternal yang sesuai waktu dan
kondisi nyata peserta didik yang kemudian memudahkan pesera didik untuk
hidup di tengah masyarakat pada zamannya.

B. Tujuan Rekayasa Ide


1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan
2. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang Filosofi Pendidikan
3. Untuk mengetahui solusi dari permasalahan Filosofi Pendidikan

C. Manfaat Rekayasa Ide


1. Membantu pembaca untuk mengetahui solusi dari permasalahan filosofi
pendidikan.
2. Menjadi bahan literasi untuk pembaca dalam menyelesaikan permasalah
filosofi pendidikan.

1
BAB II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

A. Permasalahan Umum Filosofi Pendidikan

Masalah umum dalam filosofi pendidikan adalah masalah pengetahuan.


Pengetahuan manusia tidak mungkin ada tanpa salah satunya, sehingga
pengetahuan manusia selalu subyektif-obyektif atau obyektif-subyektif. Dalam
kenyataan manusia dapat memperoleh pengetahuan lewat berbagai sumber atau
sarana seperti : pengalaman inderawi dan pengalaman batin (external sense
experience and internal sense experience), nalar (reason), baik melalui
penalaran deduktif maupun induktif (deductive and inductive reasoning), intusisi
(intuition); wahyu (revelation) ; keyakinan (faith) ; authority (orang yang ahli
dalam bidangnya) ; dan lewat tradisi dan pendapat umum (traditional and
common sense)(Thiroux, 1985 : 478-483).
Dalam filsafat pendidikan, masalah pengetahuan antara lain terkait
dengan masalah kurikulum, belajar dan metode pembelajaran (teaching-learning
process). Karena pengetahuan manusia tidak dapat dilepaskan dengan masalah
isi pengetahuan (realitas), maka dalam pandangan Omstein and Levine
(1985:1986) masalah realitas tercermin “in the subject, experiences and skills of
the curriculum”.
Masalah nilai baik nilai kebaikan (etika), maupun nilai keindahan
(estetika) juga menjadi salah satu bagian utama filsafat. Dalam filsafat
pendidikan masalah nilai merupakan bagian yang sangat penting karena dalam
pendidikan bukan hanya menyangkut transfer pengetahuan (transfer of
knowledge), melainkan juga menyangkut penanaman nilai-nilai (transfer of
values). Problematika filsafat pendidikan akan selalu timbul dari ide-ide filosofis
baik yang menyangkut masalah realitas, pengetahuan maupun masalah nilai.

2
B. Identifikasi Permasalahan Sesuai Tema yang dibahas

1. Permasalahan Profesionalisme Guru

Profesionalisme guru pada zaman ini adalah menjadi salah satu


permasalahan filsafat pendidikan pada masa ini. Tidak semua guru melaksanakan
tugasnya dengan baik sehinggi perkembangan belajar siswa terhambat.
Profesionalisme guru menjadi salah satu isu yang cukup menonjol pada pasca
reformasi karena ada asumsi bahwa merosotnya mutu pendidikan nasional
disebabkan oleh keberadaan guru yang tidak professional. Begitu besarnya
perhatian pemerintah terhadap profesionalisme guru, sehingga Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono perlu mencanangkan “guru sebagai profesi pada tanggal 2
Desember 2004. Melalui pencanangan ini diharapkan status sosial guru akan
meningkat secara signifikan dan tidak lagi hanya dilirik oleh mereka yang
kepepet mencari kerja. (Darmaningtyas, 2005: 197).
Dalam pemenuhan guru dalam mewujudkan tugas keprofesionalan,
dalam pengamatan penulis, setidaknya ada tiga masalah besar dalam
pengamatan penulis yakni, pertama, dalam melaksanakan pembelajaran yang
bermutu masih jauh dari harapan. Kedua, lemahnya kemampuan guru dalam
menulis. Ketiga, banyak guru terjebak adanya formalisme ijazah, baik S1
maupun S2.

2. Permasalahan Filosofi Pendidikan dalam Proses Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran seringkali luput dalam memaknai filosofi


pendidikan. Perencanaan pendidikan tidak boleh lagi sekedar didesain dengan
menyusun materi dan muatan dalam satuan pembelajaran untuk menerjemahkan
kompetensi dasar tanpa mendesain awal dan akhir sebelum proses belajar
dilaksanakan. Mengutip yang ditegaskan oleh Lewin (1993) bahwa ketidak adanya
koneksitas muatan dalam proses belajar hanya akan menimbulkan kerumitan dan
kekacauan ilmu. Begitu kuatnya filosofi ada dalam ruang pembelajaran,
diperkuat dengan pernyataan Schuh dan Barab (2006) bahwa filosofi dari sudut
pandang pendidikan merupakan jalan tercapainya pendidikan.

3
3. Permasalahan Kurikulum

Kurikulum sekarang masih dianggap belum memberatkan bagi siswa.


Banyak muatan-muatan yang memaksa siswa harus menguasai semuanya. Peserta
didik yang seharusnya ditempatkan sebagai subyek, ternyata masih diposisikan
sebagai obyek pendidikan. Akibatnya, peserta didik masih terbelenggu dengan
kurikulum yang ada. Belum lagi dengan adanya Ujian Nasional (UN) yang sampai
tahun 2010 masih dilaksanakan menempatkan peserta didik sebagai obyek
pendidik yang harus bisa melaksakan kurikulum yang padat dengan materi.
Selain itu kurikulum yang ada belum menjawab masalah-masalah yang
dialami bangsa Indonesia. Masalah-masalah tersebut adalah konflik sosial yang
terjadi di masyarakat masih saja berlangsung. Bahkan di kalangan pelajar,
kadang ditemukan adanya tawuran pelajar. Tidak hanya itu, masalah perilaku
peserta didik banyak dikeluhkan masyarakat. Mulai dari pergaulan bebas, anak
berani dengan orang tua, terlibat minuman keras, dan lain-lainnya.
Sebagaimana dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang fungsi pendidikan
nasional mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. (Pasal 3)

4. Permasalahan Peserta Didik

Seringkali di sekolah, peserta didik hanya menjadi obyek pendidik.


Dalam pembelajaran, banyak guru menganggap peserta didik sebagai gelas
kosong, sehingga harus diisi terus dengan materi. Peserta dipaksa harus
menerima semua materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Akibatnya, peserta
didik seperti robot yang harus melaksanakan perintah bosnya. Padahal, setiap
peserta didik mempunyai potensi yang unik. Artinya setiap peserta didik
mempunyai bakat masing-masing. Antara satu siswa dengan siswa lain tidak bisa
disamakan. Contoh si Muthia senang dalam hitung menghitung tapi tidak senang

4
mata pelajaran menghafal. Sedangkan Nadia sangat senang mata pelajaran IPS,
tidak senang mata pelajaran hitung menghitung.
Peserta didik, sebagai anak manusia adalah makhluk yang terkomposisi
atas jiwa, raga, yang pada hakikatnya tiada terpisahkan, maka saling
berhubungan dan saling menunjang. Kedua komponen ini mengalami
pertumbuhan dan perkembangan dengan irama-irama secara umum terpolakan;
namun, setiap individu mempunyai keunikannya masing-masing.(Barnadib,2000:
198). Sedangkan peserta didik dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) No. 20 tahun 2003 menyebutkan pengertian peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
(Pasal 1 ayat 4).

5. Permasalahan Krisis Karakter

Runtuhnya moralitas dan karakter bangsa tersebut telah mengundang


berbagai musibah dan bencana di negeri ini. Musibah dan bencana tersebut
meluas pada ranah social-keagamaan, budaya, hukum maupun politik (Suyadi,
2015). Cara berpakaian, pergaulan bebas, penghormatan kepada yang lebih tua,
bahkan tingkat kriminalitas tinggi yang akhir-akhir ini tersangka lebih banyak
mengarah pada pelajar. Musibah budaya dapat diamati pada masyarakat
Indonesia yang lebih senang meniru gaya hidup kebarat-baratan sehingga
melupakan dimana mereka berasal.
Kondisi demikian membuat masyarakat Indonesia melupakan jati dirinya,
yaitu manusia yang Pancasilais. Manusia yang paham akan dasar negaranya.
Manusia yang mampu mengamalkan setiap sila-silanya. Jika hal ini terus
dibiarkan hingga moralitas dan karakter bangsa hilang, maka makna Pancasila
hanyalan sebuah teks yang selalu di ucapkan setiap kali mengikuti
upacara bendera.

5
BAB III
SOLUSI DAN PEMBAHASAN

A. Solusi dan Pembahasan Profesionalisme Guru


Pendidik yang memiliki kompetensi yang memadai akan melakukan
minimal tiga hal agar menghasilkan anak didik yang berkualitas dan tumbuh
kembang sesuai potensinya yaitu : 1).Pengajaran, artinya ia akan melakukan
transfer ilmu pengetahuan melalui proses belajar mengajar. 2). Pelatihan,
artinya ia bertanggungjawab untuk melatihkan pengetahuan yang sudah
ditransferkan kepada anak didiknya agar menjadi suatu keterampilan.
3).Pembimbingan, artinya guru bertanggungjawab secara moral untuk
membimbing anak didiknya agar berpengetahuan dan keterampilan yang sudah
mereka dapatkan menjadi nilai-nilai sikap yang baik dalam kehidupan sehari-
hari. Seorang guru yang mempelajari dan memahami landasan filosofis
pendidikan akan melakukan berbagai upaya untuk keberhasilan proses
pembelajaran yang ia lakukan.
Solusi dari permasalahan ini adalah pertama ada kemauan guru untuk
berubah menjadi lebih baik. Dengan adanya ini maka tanpa perintah, guru akan
bisa melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan aturan. Guru juga harus
dapat memanfaatkan waktu mengajar dengan baik agar waktu tidak terbuang
sia-sia. Kedua, kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru. Langkah
pemerintah adalah melaksanakan sertifikasi guru atau melakukan uji
kemampuan guru. Selain itu pemerintah harus juga membantu sarana dan
prasarana untuk melengkapi media pembelajaran. Jadi seorang guru harus lebih
memahami dan mempelajari landasan filosofi pendidikan agar bisa melakukan
berbagai upaya untuk keberhasilan proses pembelajaran yang dia lakukan.

6
B. Solusi dan Pembahasan Permasalahan Proses Pembelajaran
Pembelajaran dalam pandangan Corey merupakan suatu proses dimana
lingkungan tempat berada seseorang secara sengaja diatur sedemikian rupa
untuk memungkinkan seseorang tersebut turut serta dalam tingkah laku tertentu
dalam kondisi yang khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu,
pembelajran merupakan bagian penting dari pendidikan (sagala, 2007 : 61).
Solusi yang dapat dilakukan dari permasalah tersebut adalah pertama,
diterapkan aturan kepada siswa untuk mengikut pembelajaran dengan baik agar
selama proses pembelajaran berlangsung tidak adanya keributan. Kedua, guru
harus menggunakan metode mengajar yang menarik untuk menarik perhatian
siswa agar memperhatikan penjelasan. Ketiga, tidak terlalu monoton dalam
belajar harus ada kesempatan bermain untuk peserta didik agar tidak terlalu
kaku. Dengan melakukan hal-hal ini mungkin akan sedikit membantu untuk
melangsungkan proses pembelajaran dengan baik.

C. Solusi dan Pembahasan Permasalahan Kurikulum


Menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Solusi yang dapat kita lakukan dari permasalahan ini adalah perlu
memasukkan pendidikan multikultural dalam kurikulum. Pendidikan
multikultural adalah strategi pendidikan yang diaplikasikan pada semua jenis
mata pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan cultural yang ada pada
para siswa seperti perbedaan-perbedaan cultural yang ada pada para siswa
seperti perbedaan etnis, agama, bahasa gender, klas sosial, ras kemampuan, dan
umur agar proses belajar menjadi efektif dan mudah. (Yaqin, 2005: 25)

7
Pendidikan yang kini dibutuhkan bangsa Indonesia yang multikultural
adalah pendidikan yang memberikan peran sebagai media transformasi
budaya (transformation of culture) dan transformasi pengetahuan
(transformation of knowledge). Selama ini pendidikan di Indonesia lebih
berorientasi pada perannya sebagai media transformasi pengetahuan.
(Iriyanto: 2010).

D. Solusi dan Pembahasan Permasalahan Peserta Didik


Peserta didik adalah obyek dan subyek pendidikan . peserta didik
makhluk yang berkepribadian, ia akan berusaha untuk berdiri sendiri: mental
psikologi, dan fisiknya. (Barnadib, 1996: 58). Peserta didik dalam pandangan
aliran fundamentalisme, anak akan condong kea rah kesalahan jika tanpa
pengarahan secara tegas serta pengajaran yang tepat. Sedangkan dalam
pandangan intelektualisme, peserta didik dipandang anak condong kea rah
kebijaksanaan dan kebajikan. Aliran konservatisme memandang peserta didik
memerlukan tuntunan yang tegas dan pelajaran yang baik sebelum ia bisa
menjadi seorang warga Negara yang bertanggung jawab yang telah dibelajarkan
secara efektif.
Pendidikan sebagai pemberdayaan terhadap peserta didik adalah usaha
untuk membantu membangun power-with, kekuatan bersama, solidaritas atas
dasar komitemen pada tujuan dan pengertian yang sama, untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi peserta didik. Selain itu juga peserta didik
diberdayakan dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Perubahan tersebut
tidak hanya menghadapkan peserta didik pada pilihan, tetapi menuntut
kemampuan untuk kreatif beradaptasi dengan perubahan. Yang terpenting dalam
pendidikan bukan menghasilkan tenaga “siap pakai, melainkan membantu
peserta didik untuk siap menghadapi perubahan dan beradaptasi dengan
perubahan tersebut.

8
E. Solusi dan Pembahasan Permasalahan Krisis Karakter

Berdasarkan permasalahan tersebut maka dibutuhkan suatu upaya


yang dapat menjadi solusi untuk menyelesaikan permasalahan ini. Salah satunya
adalah melalui pendidikan sebagai upaya untuk memperbaiki moralitas dan
karakter bangsa Indonesia. Karena dirasa lebih mudah untuk menanamkan
karakter dan membentuknya sejak dini melalui pendidikan. Namun yang
dimaksudkan adalah sebuah pendidikan yang sebenarnya, pendidikan yang tidak
melupakan jati dirinya, pendidikan yang memerdekakan, pendidikan yang
mampu membentuk moral dan karakter bangsa yang kuat, yang sesuai dengan
landasan dasar negara Indonesia yaitu Pancasila.
Penerapan Pendidikan Karakter pada kurikulum 2013 adalah salah
satu upaya pemerintah untuk menanggulangi permasalahan karakter bangsa. Ada
18 nilai-nilai karakter yang menjadi fokus dalam pendidikan karakter di
kurikulum 2013, yang bisa kita komparasikan dengan Pancasila sebagai landasan
dasar negara Indonesia. Untuk mendukung perwujudan citacita pembangunan
karakter sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945
serta mengatasi permasalahan kebangsaan saat ini, maka Pemerintah
menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas
pembangunan nasional.

9
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filosofi pendidikan berdasar pada filosofi formal karena kebanyakan dari
masalah-masalah pokok pendidikan pada hakikatnya, persoalan-persoalan
filosofis. Pendidik termasuk peserta didik harus memahami filosofi pendidikan
dengan baik karena tanpa mengenal filosofi Pendidikan pembelajaran tidak
berjalan sesuai dengan metodenya. Filosofi pendidikan juga menetapkan teori-
teori tentang hakikat manusia, masyarakat dan dunia dengan menyusun dan
menginterpretasikan data yang terkumpul dari penelitian pendidikan dan ilmu-
ilmu mengenai manusia serta menetapkan tujuan-tujuan yang pendidikan harus
mengikuti dan cara umum yang harus digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan. Jadi permasalahan yang terjadi di dalam filosofi
pendidikan harus di selesaikan sesuai dengan solusi dan teori yang telah
disepakati bersama sehingga Pendidikan di Indonesia bisa berjalan dengan baik
tanpa adanya hambatan.

B. Saran

Sebagai pendidik sebaiknya harus memahami dan mengenal mengenai


landasan filosofi pendidikan untuk bisa diterapkan dengan baik dalam metode
pembelajaran. Carilah informasi yang sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber
untuk menambah pengetahuan lebih banyak tentang filosofi pendidikan.

10
DAFTAR PUSTAKA

(Dr. Y. Suyitno, 2009)Dr. Y. Suyitno, Mp. (2009). Oleh  : PENGERTIAN DAN


PERMASALAHAN-. Landasan Filosofis Pendidikan, 167.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEDAGOGIK/195009081981011-
Y._SUYITNO/LANDASAN_FILOSOFIS_PENDIDIKAN_DASAR.pdf

Falah, R. Z. (2017). Landasan filosofis pendidikan perspektif filsafat pragmatisme


dan implikasinya dalam metode pembelajaran. Jurnal Filsafat, 5(2), 374–
392.
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/elementary/article/download/2
993/pdf
Ridwanudin, D. (2015). Filsafat pendidikan sebagai basis penguatan
profesionalisme guru. Qathrunâ, 2(2), 57–74.
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/qathruna/article/view/4
Sulastini, R. (2018). Dalam Proses Pembelajaran. Insania, 23 (1), 113–128.

Wibowo, B. A. (2020). Pancasila sebagai Landasan Filosofi Pendidikan Karakter


Kurikulum 2013. Biormatika  :Jurnal Ilmiah Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan, 6(1), 10–19.
http://www.ejournal.unsub.ac.id/index.php/FKIP/article/view/678/574

11

Anda mungkin juga menyukai