Abstract
This study describes the global environmental regime in the middle of the struggle
between the anthropocentric and ecocentric paradigm. By reason of the fulfillment of
human needs-paced dynamic and complex in modern industrial and developmental
paradigm, the acts of injustice and arbitrary environmental and natural resource find
justification argument. The exploitation of natural resources and the environment as
an inevitable consequence of industrialism and developmental paradigms. Earth and
environment has lost its existence and rights are essential in terms of ecology and
ecosystems. Understand the debate between anthropocentric with ecocentric
paradigm.
How to manage the environment in order to be able to walk hand in hand with
industrialization projects. What is the best solution to bridge both understand the need
to apply the material and a deepening understanding of the importance of
environmental sustainability continues. This study used a qualitative research method
description.
Secondary data obtained through the study of the documentary, through
magazines, newspapers, books and other resources related to this research topic.
A. Pendahuluan
terkait pengembangan tata kelola
lingkungan global.
Meskipun ada sedikit keraguan
bahwa KTT lingkungan yang
Isu lingkungan hidup pertama
diselenggarakan oleh PBB benar-benar
kali diangkat sebagai agenda dalam
memberikan kontribusi bagi masing-
hubungan internasional pada tahun
masing perkembangan yang terjadi,
1970-an. Hal ini ditandai dengan
bagaimanapun mereka telah berusaha
diselenggarakannya Konferensi
membentuk agenda politik lingkungan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
global dengan tujuan untuk
tentang Lingkungan hidup pada tahun
mempromosikan pembangunan
1972 di Stockholm, Swedia. Dua
berkelanjutan. Penulis percaya bahwa
dasawarsa kemudian isu lingkungan
KTT lingkungan yang diselenggarakan
hidup diangkat kembali dalam
di bawah naungan PBB tersebut telah
konferensi PBB tentang lingkungan
melayani beberapa fungsi penting,
hidup di Rio De Janeiro, Brazil tahun
melalui pembentukan lembaga atau
1992, yang sebelumnya diawali dengan
badan-badan khusus PBB hingga
konferensi PBB mengenai perubahan
terbentuknya kebijakan-kebijakan
iklim dunia di Montreal, Kanada tahun
18
UNDP, Human Development Report 1992, 19
Laporan Komisi Dunia Untuk Lingkungan dan
Oxford University Press, New York, 1992, hal 13
Pembangunan, Hari Depan Kita Bersama, PT Gramedia,
Jakarta, 1988, hal 114
Jalan lain menuju perdagangan
Multilateral Environment Agreement.
lebih hijau sebenarnya adalah
Sebagian besar malah menyetujui
penetapan standar/pencantuman label
dilanjutkannya hubungan antara
lingkungan seperti program Malaikat
Multilateral Environment Agreement dan
Biru di Jerman atau cap hijau di AS,
WTO, sehingga kekhawatiran yang
kenyataannya negra-negara lebih
muncul WTO akan berperan besar.
memilih tingkat perlindungan yang
Pada intinya yang dibutuhkan
sangat berbeda dn berbeda pula dalam
oleh negara berkembang adalah
penegakannya. Adanya kekhawatiran
peluang untuk bisa mendapat
kerugian akan lebih besar pada pihak
penghasilan. Memang negara
produsen karena terpaksa memenuhi
berkembang biasanya kaya sumber
peraturan yang lebih ketat dari para
daya alam : hasil tambang, hutan dan
pesaingnya. Misalnya rencana
sejenisnya, namun mengekspor sumber
masyarakat Eropa untuk mengenakan
daya alam tanpa diproses,
pajak karbon sedang dihambat oleh
keuntungannya akan sangat kecil.
ketakutan akan kerugian yang
Karena itu negara berkembang harus
kompetitif jika Jepang dan AS tidak
mendapat kesempatan untuk
melakukan tindakan yang serupa.20
mengembangkan teknologi untuk
Fenomena Green Consumerism
menaikkan nilai tambah. Tanpa itu,
serta kebutuhan akan cleaner production,
negara berkembang harus terus
menghadirkan kompetisi para
mendapat subsidi dari negara maju.
produsen dalm menarik simpati dari
Sedangkan negara maju harus
konsumen dengan jargon ‘‘moralitas’’
bisa meningkatkan keluaran dengan
dengan kata lain tetap berpostur
mengurangi masukan, meminimumkan
kapitalis tapi bagaimana tetap
penggunaan energi, mengurangi limbah
menggiring dalam nuansa “hijau”.
dan mengurangi penggunaan ruang.
Namun perdagangan akan terus
Misalnya dengan menciptakan mesin
merupakan salah satu masalah
mobil yang efisien dan irit
lingkungan hidup yang masih saja
menggunakan bensin, mengurangi
dipersoalkan, sementara itu
penggunaan energi, dan mengurangi
persetujuan-persetujuan regional
limbah.
semakin banyak dan akan menjadi alat
Namun kenyataannya titik-titik
yang semakin perkasa menggariskan
kompromi juga masih didominasi oleh
kebijakan-kebijakannya baik dalam
kalangan konvensional. Hal ini
maupun antar negara-negara. Dalam
dikarenakan “image” perdagangan
klausul “perdagangan dan globalisasi”,
(Bretton Woods) dan Lingkungan
lobi NGO yang berhasil mematahkan
(Stockholm) yang awalnya selalu disetir
dominasi WTO mengenai masalah
dan bermuara di negara-negara maju.
perdagangan, lingkungan dan
Dari semua kemelut ini, satu yang tetap
pembangunan dalam suatu
dan harus selalu ada adalah wacana
perundingan, dinilai sebagai suatu
ekologis harus terus menerus
kemenangan. Namun lagi-lagi
dikonstruksikan paling tidak
pemerintah-pemerintah gagal untuk
meminimalisir kerusakan lingkungan
menegakkan otoritas serta otonomi dari
yang merupakan “titipan anak cucu
kita”.
21 N Myers, and Simon, J.L, Scarcity or Abundance? A debate on Environmen, Norton, New York, 1994, hal.65
22 Robyn Eckersley, Environmentalism and Political Theory ; Towards an Ecosentric Approach, UCL Press, London, 1992,
hal.185