Anda di halaman 1dari 23

JENIS-JENIS EVALUASI PEMBELAJARAN

Disusun oleh:

1. Liya Amelia (1920202082)


2. Auliya Aghitsni (1920202083)
3. Aqilla Rohmatun Nisyah (1920202084)
4. Andhini Lisa Salzabillah (1920202102)

Dosen Pengampu:
Emilia Fitri, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UINVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG

2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya yang berjudul “Jenis-jenis Evaluasi Pembelajara”

Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi
tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Pada kesempatan ini, penulis juga ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena
penulis masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Palembang, 27 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................ii
DAFTAR ISI.....................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................1
B. Rumusan Masalah........................................1
C. Tujuan...........................................................1

BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian Evaluasi Pembelajaran...............3
b. Fungsi Evaluasi Pembelajaran......................6
c. Jenis dan Model Evaluasi Pembelajaran......7

BAB II PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................19

DAFTAR PUSTAKA.......................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pembelajaran Berbasis Kompetensi merupakan wujud pelaksanaan
Kurikulum Berbasis Kompetensi sebagai  currículum in action. Salah satu
rangkaian pembelajaran berbasis kompetensi pelaksanaan adalah evaluasi
pembelajaran berbasis kompetensi. Mengacu pada asumsi bahwa pembelajaran
merupakan sistem yang terdiri atas beberapa unsur, yaitu masukan, proses dan
keluaran/hasil; maka terdapat tiga jenis evaluasi sesuai dengan sasaran evaluasi
pembelajaran, yaitu evaluasi masukan, proses dan keluaran/hasil pembelajaran.
Evaluasi masukan pembelajaran menekankan pada evaluasi karakteristik
peserta didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran,
karakteristik dan kesiapan guru, kurikulum dan materi pembelajaran, strategi
pembelajaran yang sesuai dengan mata kuliah,  serta keadaan lingkungan dimana
pembelajaran berlangsung. Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada
evalusi pengelolaan pembelajaran yang meliputi keefektifan strategi pembelajaran
yang dilaksanakan, keefektifan media pembelajaran, cara mengajar yang
dilaksanakan, dan minat, sikap serta cara belajar peserta didik. Evaluasi hasil
pembelajaran atau evaluasi hasil belajar antara lain mengguakan tes untuk
melakukan pengukuran hasil belajar sebagai prestasi belajar.
Terkait dengan ketiga jenis evaluasi pembelajaran tersebut, dalam praktek
pembelajaran secara umum pelaksanaan evaluasi pembelajaran menekankan pada
evaluasi proses pembelajaran atau evaluasi manajerial, dan evaluasi hasil belajar
atau evaluasi substansial. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa dalam
pelaksanaan pembelajaran kedua jenis evaluasi tersebut merupakan komponen
sistem pembelajaran yang sangat penting

1
B.     Rumusan Masalah

1. Apa pengertian evaluasi pembelajaran?


2. Apa fungsi evaluasi pembelajaran?
3. Apa jenis dan model evaluasi pembelajaran?
C.    Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian evaluasi pembelajaran


2. Untuk mengetahui fungsi evaluasi pembelajaran
3. Untuk mengetahui jenis dan model evaluasi pembelajaran

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi
Secara etimologi “evaluasi” berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation
dari akar kata value yang berarti nilai atau harga. Nilai dalam bahasa Arab
disebutkan al-qiamah atau al-taqdir’ yang bermakna penilaian (evaluasi).
Sedangkan secara harfiah, evaluasi pendidikan dalam bahasa Arab sering disebut
dengan al-taqdiral tarbiyah yang diartikan sebagai penilaian dalam bidang
pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
pendidikan.
Secara terminologi, beberapa ahli memberikan pendapat tentang
pengertian evaluasi diantaranya :
1. Menurut Edwin, evaluasi mengandung pengertian suatu tindakan atau
proses dalam menentukan nilai sesuatu.
2. Menurut M. Chabib Thoha, mendefinisikan evaluasi merupakan kegiatan
yang terencana untuk mengetahui keadaan objek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh
kesimpulan.1
3. Menurut Arifin, bahwa pada hakikatnya evaluasi adalah suatu proses yang
sistermati dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti)
daripada sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam
rangka mengambil suatu keputusan.2
4. Ralph Tyler (1950), evaluasi adalah proses untuk menetukan sejauh mana
tujuan pendidikan dapat dicapai, dan upaya mendokumentasikan kecocokan
antara hasil belajar peserta didik dengan tujuan program.
5. Menurut Ahmad Suryadi, evaluasi merupakan kegiatan yang meliputi dua
langkanh yang telah disebutkan, yaitu pengukuran dan penilaian.3

1
Idrus L. Evaluasi Dalam Proses Pembelajaran, Jurnal Adaara: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, Vol. 02 No. 2, 2019, hlm. 922.
2
Asrul, Rusydi Ananda, Dkk., Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Citapustaka Media,
2014), hlm. 4.
3
Ahmad Suryadi, Evaluasi Pembelajaran Jilid I, (Sukabumi: CV. Jejak, 2020), hlm. 9.

3
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah
hal yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran yang berupa pengukuran dan
penilaian, sebagai proses menentukan dengan menggunakan instrumen dan
hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
Pengertian evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis
untuk menentukan nilai sesuatu (ketentuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja,
proses, orang menentukan nilai sesuatu dengan cara membandingkan dengan
kriteria, evaluator dapat langung membandingkan dengan kriteria umum, dapat
pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian
membandingkan dengan kriteria tertentu.
Dengan adanya evaluasi, peserta didik dapat mengetahui sejauh mana
keberhasilan yang telah dicapai selama mengikuti pendidikan. Pada kondisi di
mana peserta didik mendapatkan nilai yang memuaskan, maka akan memberikan
dampak berupa suatu stimulus, motivator agar peserta didik dapat lebih
meningkatkan prestasi. Pada kondisi di mana hasil yang dicapai tidak memuaskan.
maka peserta didik akan berusaha memperbaiki kegiatan belajar, namun demikian
sangat diperlukan pemberian stimulus positif dari guru/pengajar agar peserta didik
tidak putus asa. Sedangkan evaluasi dalam pendidikan Islam adalah pengambilan
sejumlah yang berkaitan dengan pendidikan Islam guna melihat sejauhmana
keberhasilan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari
pendidikan itu sendiri.
Lebih jauh Jalaludin mengatakan bahwa evaluasi dalam pendidikan Islam
telah menggariskan tolok ukur yang serasi dengan tujuan pendidikannya. Baik
tujuan jangka pendek yaitu membimbing manusia agar hidup selamat di dunia,
maupun tujuan jangka panjang untuk kesejahteraan di akhirat nanti. Kedua tujuan
tersebut menyatu dalam sikap dan tingkah laku yang mencerminkan akhlak yang
mulia. Sebagai tolok ukur dan akhlak mulia ini dapat dilihat dari cerminan tingkah
laku dalam kehidupan sehari-hari. Al- Qur’an sebagai dasar segala disiplin ilmu
termasuk ilmu pendidikan Islam. secara implisit sebenarnya telah memberikan
deskripsi tentang evaluasi pendidikan dalam Islam. Hal ini dapat ditemukan dari
berbagai sistem evaluasi yang ditetapkan Allah diantaranya:

4
1. Evaluasi untuk mengoreksi balasan amal perbuatan manusia, sebagaimana
yang tersirat dalam QS. Al-Zalzalah: 7-8.13. Terjemahnya: Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat
(balasan)nya dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.
2. Nabi Sulaiman As, Pernah mengevaluasi kejujuran seekor burung Hud-
hud yang memberitahukan adanya kerajaan yang diperintah oleh seorang
wanita cantik, yang dikisahkan dalam Q.S, al Naml: 27. Terjemahnya:
Sulaiman berkata: akan kami cermati (evaluasi) apakah kamu benar
ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.
3. Sebagai contah ujian (tes) yang berat kepada Nabi Ibrahim as, Allah
memerintahkan beliau untuk menyembelih anaknya Ismail yang amat
dicintai. Tujuannya untuk mengetahui kadar keimanan dan ketaqwaan
serta ketaatannya kepada Allah,seperti disebutkan dalam QS, Al-Shaffat:
103-104.Terjemahnya:Tatkala keduanya telah berserah diri dan ibrahim
membaringkan anaknya atas pelipisnya ( nyatalah kesabaran keduanya)
Dan kami panggillah dia: Hai Ibrahim. Sesungguhnya kamu telah
membenarkan mimpi itu.4

Beberapa pengertian tersebut di atas baik dari makna bahasa istilah, umum
maupun dari ayat al-Qur’an. maka penulis dapat memberikan pengertian bahwa
evaluasi merupakan hal yang sangat signifikan dalam dunia pendidikan sebagai
suatu proses tolok ukur untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai
dalam dunia pendidikan yang sangat berpengaruh, dan yang paling utama adalah
evaluasi terhadap diri sendiri.

4
Idrus L. Evaluasi Dalam Proses Pembelajaran, Jurnal Adaara: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, hlm. 922-924.

5
B. Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Menurut Purwanto, Fungsi evaluasi dalam pendidikan dan pengajaran
dapat dikelompokkan menjadi empat fungsi, yaitu: Untuk mengetahui kemajuan
dan perkembangan serta keberhasilan siswa, Untuk mengetahui tingkat
keberhasilan
program pengajaran, Untuk keperluan bimbingan dan konseling (BK), Untuk
keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah
Dalam kegiatan mengajar menurut Sukardi evaluasi berfungsi sebagai
berikut: Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai
pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru.
Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan
kegiatan belajar. Scriven (1967), membedakan fungsi evaluasi menjadi dua
macam, yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif. Stanley mengemukakan secara
spesifik tentang fungsi tes dalam pembelajaran yang dikategorikan ke dalam tiga
fungsi yang saling berinterelasi, yakni “fungsi instruksional, fungsi administratif,
dan fungsi bimbingan”.
Di antara kegunaan yang dapat di ambil dari kegiatan evaluasi pendidikan
dan pembelajaran di sekolah mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Terbukanya kemungkinan bagi evaluator guna memperoleh informasi
tentang hasil-hasil yang telah dicapai dalam rangka pelaksanaan program
pendidikan dan pembelajaran.
2) Untuk mengetahui peserta didik yang terpandai dan terkurang di kelasnya.
3) Untuk mendorong persaingan yang sehat antara sesama peserta didik.
4) Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah
mengalami pendidikan dan pengajaran.
5) Untuk mengetahui tepat atau tidaknya guru memilih bahan, metode, dan
berbagai penyesuaian dalam kelas.
6) Sebagai laporan terhadap orang tua peserta didik dalam bentuk raport,
ijazah, piagam dan sebagainya.5
C. Jenis dan Model Evaluasi Pembelajaran
5
Ina Magdalena, Fatikah Mulyani, Dkk., Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran Sekolah
Dasar di SD Negeri Bencongan 1, Jurnal Pensa : Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial, Vol. 2, No. 1,
2020, hlm. 91-92.

6
1. Jenis Evaluasi Pembelajaran
a. Jenis Evaluasi berdasarkan tujuan, dibedakan atas enam jenis
Evaluasi
1) Pre-test dan Post-test. Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada
setiap akan memulai penyajianbaru. Tujuannya ialah untuk
mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahanyang akan
disajikan. Sedangkan post-test adalah kebalikan dari pre-test, yakni
kegiatan evaluasi yang dilakukanguru pada setiap akhir penyajian
materi.Tujuannya adalah untuk mengetahui tarafpengetahuan siswa atas
materi yang telah diajarkan.
2) Evaluasi Diagnostic. Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian
sebuah satuan pelajaran. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi
atau menelaah kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor
penyebabnya. Asumsi yang mendasari evaluasi ini adalah bahwa
pengalaman pahit masa lalu dapat dijadikan guru untuk memperbaiki masa
depan. Dalam islam, banyak firman Allah yang mengisyratkan asumsi ini,
seperti peringatan Allah dalam kish-kish kaum terdahulu yang hancur
dikarenakan membuat kesulitan dan tidak mampu menyelesaikan
kesulitannya. Qs. Al-hasyr ayat 18.
ْ ‫ ۚ  َو ْلتَـ ْنظُرْ نَـ ْفسٌ َّما قَ َّد َم‬
‫ت لِ َغ ٍد‬
dan hendaklah setiap orang memperhatikan (mengevaluasi) apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).

Dalam melaksanakan penilaian diagnostic, seorang pendidik perlu


memeprhatikan beberapa aspek evaluais yaitu:
a. Aspek fungsi yaitu untuk mengetahui masalah-masalah yang
menganggu peserta didik yang dapat mempersulit dan menghambat
proses pembelajaran, baik dalam satu bidang studi tertentu atau
keseluruhan bidang studi.
b. Aspek tujuan yaitu membantu kesulitan atau mengatasi hambatan yang
dialami peserta didik waktu mengikuti kegiatan belajar pada satu mata
pelajaran atau kesuluruhan program pengajaran.

7
c. Aspek yang dinilai yaitu untuk mengetahui hasil belajar yang
diperoleh peserta didik, latar belakang kehidupannya dan semua aspek
yang menyangkut kegiatan belajar.
d. Aspek waktu pelaksanaan yaitu untuk mengetahui kapan diperlukan
pembinaan yang tepat dalam rangka meningkatkan mutu pengetahuan
peserta didiknya.
3) Evaluasi Selektif. Evaluasi selektif adalah evaluasi yang digunakan untuk
memilih siswa yang paling tepat atau sesuai dengan kriteria program
kegiatan tertentu.
4) Evaluasi Penempatan (placement), Evaluasi yang dilakukan sebelum
peserta didik mengikuti proses belajar mengajar untuk kepentingan
penempatan pada jurusan atau fakultas yang diinginkan. Evaluasi
penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa
dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik
siswa. Asumsi yang mendasari evaluasi ini bahwa setiap manusia dalam
hal ini peserta didik memiliki perbedaan-perbedaan dan potensi khusus.
Firman Allah dalam surat al-isra’ ayat 84.
‫قُ ْل ُك ٌّل يَّعْ َم ُل َع ٰلى َشا ِكلَتِهٖ  ۗ  َف َر ُّب ُك ْم اَعْ لَ ُم ِب َمنْ ه َُو اَهْ ٰدى َس ِب ْياًل‬

“Katakanlah (Muhammad), “Setiap orang berbuat sesuai dengan


pembawaannya masing-masing.” Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa
yang lebih benar jalannya.”
Dalam melaksanakan evaluasi placement, seornag pendidik perlu
memperhatikan beberapa aspek evalauais jenis ini yaitu:
a. Aspek fungsi yaitu untuk megetahui potensi, kecenderungan
kemampuan peserta didik dan keadaan pribadinya agar dapat
ditempatkan pada posisinya.
b. Aspek tujuan yaitu menempatkan peserta didik pada tempat yang
sbeneranya berdasarkan bakat, minat kemampuan, kesanggupan serta
keadaan diri anak tidak mengalami hemabtan dalam mengikuti
pelajaran atau setiap program atau bahan yang disajikan pendidik.
c. Aspek yang dinilai yaitu untuk mengetahui keadaan fisik dan psikis,
bakat, minat, kemampuan, pengetahua, pengalaman, ketrampilan,

8
sikap dan aspek-aspek lain yang dianggap perlu bagi kepentingan
Pendidikan anak selanjutnya.
d. Aspek waktu pelaksanaan yaitu untuk mengetahui kapan sebaiknya
dilaksanakan penilaian penempatan, apakah sebelum anak mengikuti
proses pembelajaran atau setelah mebgikuti Pendidikan disuatu tingkat
Pendidikan tertentu.
5) Evaluasi Formatif. Evaluasi ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar
yang dicapai anak didik setelah ia menyelesaikan program dalam satuan
bahan pelajaran. Evaluasi jenis ini dapat dipandang sebagai “ulangan”
yang dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul.
Evaluasi ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar
dan mengajar. Asumsi yang mendasari evaluasi ini adalah bahwa dalam
hal ini peserta didik mempunyai banyak kelemahan. Q.s An-Nisa ayat 28.
َ ُ‫َو ُخل َِق ااْل ِ ْن َسا ن‬
 ۚ ‫ض ِع ْي ًفا‬

“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia


diciptakan (bersifat) lemah.”

Dan Q.s An-Nahl ayat 78


‫ۙ  َوا هّٰلل ُ اَ ْخ َر َج ُك ْم ِّم ۢ ْن بُطُوْ ِن اُ َّم ٰهتِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُموْ نَ َشيْــئًا‬

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan,
dan hati nurani, agar kamu bersyukur.”

Sehingga pengetahuan, keterampilan dan sikap tidak akan lebih abadi bila
pengetahuan, keterampilan dan sikap tidak dibiasakan, untuk itu Allah swt
menganjurkan agar manusia berkosentrasi pada suatu informasi yang
didalami samapi tuntas, mulai proses pencarian (belajar-mengajar) sampai
pada tahap pengevaluasian.

9
Dalam melaksanakan evaluasi formatif, seorang pendidik perlu
memperhatikan beberapa aspek evaluasi jenis ini yaitu:
a. Aspek fungsi yaitu untuk memperbaiki proses belajar mengarah kea
rah yang lebih baik dan efisen
b. Aspek tujuan yaitu mengetahui sampai dimana penguasaan peserta
didik tentang bahan Pendidikan yang diajarkan dalam satu program
satuan satuan pelajaran serta sesuai atau tidaknya dengan tujuan.
c. Aspek yang dinilai yaitu untuk mengetahui aspek-aspek yang dinilai
pada penilaian formatif, meliputi, tingkat pengetahuan peserta didik,
keterampilan dan skipanya Ketika dan setelah proses pembelajaran
dilaksanakan.
6) Evaluasi Sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar
peserta didik setelah mengikuti pelajaran dalam catur wulan, satu semester
atau akhir tahun untuk mennetukan jenjang Pendidikan berikutnya.
Ragam penilaian sumatif dapat dianggap sebagai “ulangan umum” yang
dilakukanuntuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa
pada akhir periodepelaksanaan program pengajaran, atau disebut juga
dengan evaluasi yang dilakukan untukmenentukan hasil dan kemajuan
belajar siswa.Evaluasi ini lazim dilakukan pada setiap akhir semester atau
akhir tahunajaran.Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai
kinerja akademik siswa dan bahanpenentu naik atau tidaknya siswa ke
kelas yang lebih tinggi. Asumsi evaluasi ini adalah bahwa segala sesuatu
termasuk peserta didik diciptakan mengikuti hukum bertahap. Setiap tahap
memiliki satu tujuan dan karakteristik tertentu. Satu tahapan yang harus
diselesaikan terlebih dahulu untuk kemudian beralih ketahapan yang lebih
baik. Qs. Al-Insyiqaq ayat 19.
‫لَ َترْ َكبُنَّ َط َب ًقا َعنْ َط َب ٍق‬

“sungguh, akan kamu jalani tingkat demi tingkat (dalam kehidupan).”

10
Dalam melaksanakan evaluasi sumatif, seorang pendidik perlu
memperhatikan beberapa aspek evaluasi jenis ini yaitu:
a. Aspek fungsi yaitu untuk menentukan angka atau nilai peserta didik
setelah mengikuti program bahan pelajaran dalam satu catur wulan
atau semester.
b. Aspek tujuan yaitu mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai oleh
peserta didik setelah menyelesaikan program bahan pelajaran dalam
catur wulan, semester , akhir tahun atau akhir program pelajaran pada
suatu unit Pendidikan tertentu.
c. Aspek yang dinilai yaitu untuk megetahui aspek-aspek yang dinilai
atas kemajuan hasil pelajaran meliputi pengetahuan, keterampilan,
sikap dan penguasaan peserta didik tentang materi yang diberikan.
d. Waktu pelaksanaan yaitu untuk mengetahui kapan sebaiknya penilaian
dilaksanakan, apakah sebelum, Ketika proses belajar berlangsung atau
akhir proses pembelajaran.

b. Jenis Evaluasi berdasarkan Sasaran

1) Evaluasi Konteks. Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks


program baik mengenairasional tujuan, latar belakang program, maupun
kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalamperencanaan
2) Evaluasi Input. Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik
sumber daya maupunstrategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
3) Evaluasi Proses. Evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses
pelaksanaan, baikmengenai kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana,
faktor pendukung dan faktorhambatan yang muncul dalam proses
pelaksanaan, dan sejenisnya.
4) Evaluasi Hasil atau Produk. Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil
program yang dicapai sebagaidasar untuk menentukan keputusan akhir,
diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan ataudihentikan.
5) Evaluasi outcom atau lulusan. Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil
belajar siswa lebih lanjut,yakni evaluasi lulusan setelah terjun ke
masyarakat.

11
c. Jenis Evalusi berdasarkan lingkup Kegiatan Pembelajaran

1) Evaluasi Program Pembelajaran. Evaluasi yang mencakup terhadap tujuan


pembelajaran, isi programpembelajaran, strategi belajar mengajar, aspe-
aspek program pembelajaran yang lain.

2) Evaluasi proses pembelajaran. Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara


peoses pembelajaran dengan garisgaris besar program pembelajaran yang
di tetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakanproses pembelajaran,
kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

3) Evaluasi hasil Pembelajaran. Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat


penguasaan siswa terhadap tujuanpembelajaran yang ditetapkan, baik
umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif,afektif,
psikomotorik.

d. Jenis evaluasi berdasarkan Objek Evaluasi

1) Evaluasi Input. Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan


kepribadian, sikap, keyakinan.
2) Evaluasi transformasi. Evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi proses
pembelajaran anatara lain materi, media, metode dan lain-lain.
3) Evaluasi output. Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada
ketercapaian hasil pembelajaran.

e. Jenis Evaluasi Berdasarkan Subjek Evaluasi

1) Evaluasi Internal. Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah


sebagai evaluator, misalnyaguru.
2) Evaluasi Eksternal. Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah
sebagai evaluator, misalnyaorangtua, masyarakat.6

6
Elis Ratna Wulan, Evaluasi Pembelajaran, Bandung, 2014.

12
2. Model Evaluasi Pembelajaran
Berdasarkan jenisnya, evaluasi itu ada empat macam, yaitu: 1).
Measurement Model; 2). Congruence Model;3). Educational System Evaluation
Model; dan 4). Illuminative Model.Berikut ini akan dijelaskan satu-persatu.
1) Measurement Model
Model ini dipandang sebagai model tertua dalam sejarah evaluasi yang
dikembangkan oleh R. Thorndike dan R.L. Ebel. Model ini sangat menitik
beratkan peranan kegiatan pengukuran dalam melaksanakan proses evaluasi.
Pengukuran dipandang sebagai suatu kegiatan yang ilmiah dan dapat diterapkan
dalam berbagai bidang persoalan termasuk ke dalamnya bidang pendidikan dan
pengajaran. Pengukuran, menurut model ini tidak dapat dilepaskan dari pengertian
kuantitas atau jumlah. Jumlah ini akan menunjukkan besarnya (magnitude) obyek,
orang ataupun peristiwa yang dilukiskan dalam bentuk unit-unit ukuran tertentu
seperti misalnya menit, derajat, meter, percentile dan sebagainya, sehingga dengan
demikian hasil pngukuran itu selalu dinyatakan dalam bentuk bilangan. Menurut
model ini, evaluasi pada dasarnya adalah pengukuran (measurement) terhadap
berbagai aspek tingkah laku dengan tujuan untuk melihat perbedaan-perbedaan
individual atau kelompok, yang hasilnya diperlukan dalam rangka seleksi,
bimbingan, dan perencanaan pendidikan dan pengajaran bagi para siswa di
sekolah.
Obyek kegiatan evaluasi model ini adalah tingkah laku siswa, yang
mencakup kemampuan hasil belajar, kemampuan pembawaan (intelegensi, bakat),
minat, sikap dan juga spek-aspek kepribadian siswa. Singkatnya, obyek evaluasi
itu mencakup baik aspek kognitif yang meliputi berbagai tingkat kemampuan
seperti kemampuan ingatan, pemahaman aplikasi, dan sebagainya yang
evaluasinya dapat dilakukan secara kuantitatif-obyektif dengan menggunakan
prosedur yang dapat distandarisasikan.Alat evaluasi yang yang lazim digunakan
dalam model evaluasi ini adalah tes tertulis atau paper and pencil test dalam
bentuk tes obyektif yang soal-soalnya berupa pilihan ganda, menjodohkan, benar
salah, dan sebagainya.

13
2) Congruence Model
Model ini lahir sebagai reaksi dari model pertama di atas. Tokoh-tokohnya
antara lain adalah Raph W. Tyler, John B. Carroll dan Lee J. Cronbach. Menurut
model ini, evaluasi merupakan usaha untuk memeriksa persesuaian (congruence)
antara tujuan-tujuan pendidikan dan atau pengajaran yang diinginkan dengan hasil
belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi itu berguna untuk kepentingan
menyempurnakan sistem bimbingan siswa dan untuk memberikan informasi
kepada pihak-pihak di luar pendidikan mengenai hasil-hasil yang telah dicapai.
Obyek evaluasi menurut model ini adalah tingkah laku siswa, atau secara
khusus, yang dinilai adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan (intended
behavior) yang diperlihatkan oleh siswa pada akhir pendidikan dan pengajaran.
Jadi pertanyaan yang perlu dijawab oleh evaluasi adalah apakah siswa telah
mencapai tujuan-tujuan dari sistem pendidikan dan pengajaran melalui kegiatan
belajar (learningtasks) yang telah ditempuhnya. Pengertian tingkah laku siswa
yang dimaksud adalah tingkah laku hasil belajar yang dicapai siswa.
Tingkah laku hasil belajar tidak hanya terbatas pada segi pengetahuan
(kognitif), tapi mencakup dimensi-dimensi lain yang meliputi aspek ketrampilan
dan aspek sikap siswa sebagai hasil dari proses pendidikan dan pengajaran.
Karena itu model evaluasi ini tidak membatasi alat evaluasi hanya pada tes tertulis
atau paper and pencil test saja, tetapi juga digunakan alat evaluasi lain seperti tes
perbuatan dan observasi (porto folio). Singkatnya, model evaluasi ini menganut
pendirian bahwa berbagai kemungkinan alat evaluasi perlu digunakan, karena
hakekat dari tujuan-tujuan yang ingin dicapailah yang akan menentukan jenis-
jenis alat evaluasi yang akan digunakan.
Berhubung yang akan dinilai adalah perubahan tingkah laku siswa setelah
menempuh kegiatan pengajaran, maka model ini sangat menekankan perlunya
diadakan prosedur pre dan post test untuk menilai hasil yang dicapai siswa
sebagai akibat dari kegiatan pendidikan yang telah diikutinya. Sebaliknya, model
ini tidak menyarankan diadakannya evaluasi perbandingan untuk melihat sejauh
mana kurikulum yang baru lebih efektif dari kurikulum yang ada.

14
Adapun langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam proses evaluasi
menurut model ini adalah:
a) Merumuskan atau mempertegas tujuan pengajaran.
b) Menetapkan "test situation" yang diperlukan.
c) Menyusun alat evaluasi yang cocok untuk digunakan untuk menilai jenis-
jenis tingkah laku yang tergambar dalam tujuan tersebut.
d) Mengunakan hasil evaluasi.
3) Educational System Evaluation Model
Model ketiga ini merupakan reaksi dari kedua model di atas. Tokoh-
tokohnya antara lain : Daniel F Stufflebeam, Michael Scriven, Robert E. Stake
dan Malcom M. Provus.Menurut model ini, keberhasilan suatu sistem pendidikan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, karakteristik anak didik maupun lingkungan di
sekitarnya, tujuan sistem dan peralatan yang dipakai, serta prosedur dan
mekanisme pelaksnaan sistem itu sendiri. Tujuan evaluasi menurut model ini
adalah untuk membandingkan performance dari berbagai dimensi sistem yang
sedang dikembangkan dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai
pada deskripsi atau judgement mengenai sistem yang dinilai tersebut.
Menurut Stufflebeam, sistem pendidikan itu mencakup empat dimensi,
yaitu context, input, process, dan product. Karenanya, ke-empat dimensi ini perlu
dinilai selama dan pada akhir proses pengembangan kurikulum atau sistem
pendidikan. Dengan kata lain, sistem pendidikan itu hendaknya dinilai dari segi
latar belakangnya, sarana/rencana kegiatannya, proses pelaksanaanya dan hasil
yang dicapainya, agar diperoleh informasi yang luas. Adapun jenis-jenis data yang
dikumpulkan dalam kegiatan evaluasi menurut model ini mencakup baik data-data
obyektif (skor hasil tes) maupun data-data subyektif atau judgementaldata
(pandangan guru, reaksi siswa, dan sebagainya). karena itu model evaluasi ini
memberikan tempat yang penting bagi pengumpulan judgemental data.

15
Pendekatan utama model ini antara lain,
a. Perbandingan berdasarkan kriteria intern;
Pendekatan pertama ini ditempuh pada saat sistem masih berada pada fase
pengembangan dan masih mengalami perbaikan-perbaikan. Untuk setiap dimensi
sistem (input, proses, hasil) dilakukan evaluasi berdasarkan kriteria yang ada :
1) Rencana dinilai berdasarkan kriteria rencana yang baik.
2) Proses (pelaksanaan) dievaluasi dari kesesuaiannya dengan rencana yang
ada; rencana kegiatan di sini berlaku sebagai kriteria.
3) Hasil yang dicapai dinilai dari kesesuaiannya dengan tujuan yang ingin
dicapai; tujuan di sini berlaku sebagai kriteria. Dalam pendekatan ini,
kriteria yang digunakan di atas dipandang sebagai kriteria yang mutlak
yang telah dirumuskan sebelumnya.
b. Perbandingan berdasarkan kriteria ekstern;
Pendekatan yang kedua ini ditempuh pada saat sistem berada dalam
keadaan "siap" setelah mengalami perbaikan-perbaikan selama fase
pengembangan. Dan yang dipertanyakan adalah "apakah sistem yang baru ini
lebih baik dari sistem yang ada sekarang". Untuk melaksanakan kedua pendekatan
di atas diperlukan berbagai cara evaluasi di samping tes hasil belajar, yaitu
pbservasi, angket, wawancara dan juga content analysis, mengingat data yang
dikumpulkan mencakup data obyektif maupun data subyektif (judgemental data).
Illuminative Model
Model evaluasi ini juga lahir sebagai reaksi dari kedua model evaluasi
pertama di atas, yaitu measurement dan congruence. Model ini dikembangkan
terutama di Inggris oleh Malcolm Parlett.Bila model measurement dan
congruence lebih berorientasi pada evaluasi secara kuantitatif dan berstruktur,
model keempat ini lebih menekankan pada evaluasi kualitatif dan "terbuka".
Sistem pendidikan yang dinilai tidak ditinjau sebagai suatu yang terpisah
melainkan dalam hubungan dengan suatu learning milieu, dalam kontek sekolah
sebagai lingkungan material dan psiko-sosial, yang guru dan muridnya bekerja
sama.

16
Tujuan evaluasi menurut model ini adalah mengadakan studi cermat
terhadap sistem yang bersangkutan: bagaimana pelaksanaan sistem tersebut di
lapangan, bagaimana pelaksanaan itu dipengaruhi oleh situasi sekolah tempat
yang bersangkutan dikembangkan, apa kebaikan-kebaikan dan kelemahan-
kelemahannya dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi pengalaman-
pengalaman belajar para siswa. Hasil evaluasi yang dilaporkan lebih bersifat
deskripsi dan interpretasi, bukan pengukuran dan prediksi. Oleh karena itu dalam
pelaksanaan evaluasi, model ini lebih menekankan pada penggunaan judgement.
Singkatnya, dalam mengadakan evaluasi, model ini berpegang pada semboyan
bahwa the judgement is the evaluation.
Menurut model ini, obyek evaluasi itu mencakup :
a. Latar belakang dan perkembangan yang dialami oleh sistem yang
bersangkutan;
b. Proses pelaksanaan sistem itu sendiri;
c. Hasil belajar yang diperlihatkan siswa;
d. Kesukaran-kesukaran yang dialami dari perencanaan sampai dengan
pelaksanaannya di lapangan.kurikulum yang "terlihat" maupun kurikulum
"yang tersembunyi", karena keduanya mempunyai pengaruh yang sama-
sama penting.
Berkaitan dengan tujuan dan pendekatan evaluasi yang dianut oleh model
keempat ini, kegiatan evaluasi itu dilakukan dalam tiga fase, yaitu : Pertama,
Observe; dalam tahap ini penilai mengunjungi sekolah tempat suatu sistem sedang
dikembangkan. Pengevaluasi akan mendengarkan dan melihat berbagai peristiwa,
persoalan serta reaksi guru maupun siswa terhadap pelaksanaan sistem tersebut.
Kedua, InquiryFurther; tahap penyeleksian untuk mendapatkan perhatian lebih
lanjut. Dengan tujuan agar studi terhadap berbagai persoalan yang telah diseleksi
itu menjadi lebih sistematik dan terarah.
Ketiga, Seektoexplain; dalam tahap ini penilai mulai meneliti sebab akibat
dari masing-masing persoalan. Mulai digali faktor-faktor yang menyebabkan
timbulnya persoalan-persoalan tadi. Data-data yang diperoleh secara terpisah
dihubungkan dalam kesatuan situasi yang ada pada sekolah tersebut. Lalu
dilakukan juga interpretasi terhadap data yang diperoleh, di susun dan

17
dihubungkan dengan berbagai data yang lain. Informasi ini kemudian dijadikan
sebagai bahan/input dalam rangka pengambilan keputusan untuk mengadakan
perbaikan atau penyesuaian yang diperlukan.
Dalam pengumpulan berbagai data, digunakan berbagai cara, yaitu
observasi, wawancara, angket dan analisis bahan-bahan dokumentasi. Alat-alat
pengumpulan data yang sifatnya berstruktur, bila masih dapat dihindari,
cenderung untuk tidak digunakan. Tes hasil belajar ikut digunakan namun dengan
cara yang hati-hati dan hasilnya selalu dianalisis dlam hubungannya dengan data-
data yang dihasilkan oleh cara lain. Singkatnya, dalam melaksanakan evaluasi,
model ini lebih bersifat terbuka (open-ended), dan dalam melaporkan hasil
evaluasi lebih banyak menggunakan cara deskriptif dalam penyajian
informasinya.7

7
Ubaid Ridho, Evaluasi dalam pembelajaran bahasa Arab, jurnal An-Nabighoh Vol. 20,
No. 01, 2018 hlm. 24-29.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Evaluasi adalah hal yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran
yang berupa pengukuran dan penilaian, sebagai proses menentukan dengan
menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur
untuk memperoleh kesimpulan.Fungsi evaluasi adalah Sebagai alat guna
mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahuan, nilai-nilai,
dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru.
Jenis Evaluasi berdasarkan tujuan, dibedakan atas enam jenis Evaluasi
1. Pre-test dan Post-test
2. Evaluasi Diagnostic
3. Evaluasi Selektif.
4. Evaluasi Penempatan (placement)
5. Evaluasi Formatif
6. Evaluasi Sumatif
Model Evaluasi Pembelajaran
Berdasarkan jenisnya, evaluasi itu ada empat macam, yaitu: 1).
Measurement Model; 2). Congruence Model;3). Educational System
Evaluation Model; dan 4). Illuminative Model

19
DAFTAR PUSTAKA

Magdalena, Ina., Fatikah Mulyani, Dkk. 2020. Konsep Dasar Evaluasi


Pembelajaran Sekolah Dasar di SD Negeri Bencongan 1. Jurnal Pensa :
Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial Vol. 2 No. 1.

Ridho, Ubaid. 2018. Evaluasidalampembelajaran bahasa Arab, Jurnal al-


Nabighoh Vol. 20, No. 01.

Asrul, Rusydi Ananda, Dkk. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Citapustaka


Media.

Suryadi, Ahmad. 2020. Evaluasi Pembelajaran Jilid I. Sukabumi: CV. Jejak.

Idrus L. 2019. Evaluasi Dalam Proses Pembelajaran, Jurnal Adaara: Jurnal


Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 02 No.2.

Al-qur’an dan Terjemahannya

Elis Ratna Wulan. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung.

20

Anda mungkin juga menyukai