Anda di halaman 1dari 37

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA REFERAT & REFLEKSI KASUS

RSU ANUTAPURA Desember2020


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

ULKUS KORNEA

Disusun Oleh :
Ade Mayuni S

14 18 777 14 313

Pembimbing Klinik :
dr. Kaharuddin Asta Sp.M

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Ade Mayuni S (14 18 777 14 313)


Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter
Universitas : Al-Khairaat Palu
Judul Referat : Ulkus Kornea

Bagian Ilmu Kedokteran Mata


RSU ANUTAPURA PALU
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu, Desember 2020

Pembimbing Dokter Muda

dr. Kaharuddin Asta, Sp.M Ade Mayuni

2
BAB I

PENDAHULUAN

Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan


dan ganguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini
dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan
diobati secara memadai.1
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui
berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang
uniform, avaskuler dan deturgenses. Deturgenses, atau keadaan dehidrasi relatif
jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh
fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam
mekanisme dehidrasi dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat
daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea
dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, cedera pada epitel hanya menyebabkan
edema lokal sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel telah
beregenerasi. Penguapan air dari film air mata prakornea berakibat film air mata
menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan langsung adalah faktor-faktor yang
menarik air dari stroma kornea superfisial untuk mempertahankan keadaan dehidrasi.1
Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma pada oleh benda asing, dan
dengan air mata atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau jamur ke
dalam kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan. Ulkus kornea
merupakan luka terbuka pada kornea. Keadaan ini menimbulkan nyeri, menurunkan
kejernihan penglihatan dan kemungkinan erosi kornea.2
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya
infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat
terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan
yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi
berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang

3
sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan merupakan penyebab kebutaan
nomor dua di Indonesia.2
Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata
sebab kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan.
Kekeruhan kornea ini terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa
bakteri, jamur, dan virus dan bila terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak tepat
akan mengakibatkan kerusakan stroma dan meninggalkan jaringan parut yang luas.2
Insiden ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 juta per 100.000 penduduk di
Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena
trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya.3

4
BABII
TINJAUAN PUSTAKA

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA


Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal
sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung
melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata
mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar
11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-
beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan
Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan
kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan
refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu sebab, maka kornea
juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan
melihat halo.1

Gambar 1. Anatomi Kornea

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:


1. Lapisan epitel
 Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.

5
 Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong
kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel
gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel
polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan
barrier.
 Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya.
Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
 Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2. Membran Bowman
 Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma.
 Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Jaringan Stroma
 Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur
sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya
kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai
15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan
fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio
atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
 Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
 Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai
tebal 40 µm.
5. Endotel
 Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40
m. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan
zonula okluden.4

6
Gambar 2. Corneal Cross Section

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke
dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung
Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi
saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.4
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour
aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari
atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam,
avaskularitasnya dan deturgensinya.1

7
2.ULKUS KORNEA

A. DEFINISI
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian
jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea
bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai
stroma.

B. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika insiden ulkus kornea bergantung pada penyebabnya yaitu apakah
mikroorganisme, asupan makanan, trauma, kelainan yang disebabkan kongenital.
Insidensi ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia,
sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma,
pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak di ketahui penyebabnya. Walaupun
infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada tahun 1879 tetapi baru mulai
periode 1950 keratomikosis diperhatikan. Banyak laporan menyebutkan peningkatan
angka kejadian ini sejalan dengan peningkatan penggunaan kortikosteroid topikal,
penggunaan obat imunosupresif dan lensa kontak. Singapura melaporkan selama 2.5
tahun dari 112 kasus ulkus kornea 22 beretiologi jamur. Mortalitas atau morbiditas
tergantung dari komplikasi dari ulkus kornea seperti parut kornea, kelainan refraksi,
neovaskularisasi dan kebutaan. Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih
banyak menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian
yang dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan
karena banyaknya kegiatan kaum laki-laki sehari-hari sehingga meningkatkan resiko
terjadinya trauma termasuk trauma kornea.3

C. ETIOLOGI
1. Radang
2. Infeksi
3. Devisiensi vitamin A
4. Lagoftalmos akibat parese saraf ke VIII
5. Lesi saraf ke III (neurotrofik)
6. Ulkus Mooren

8
1. Infeksi
a. Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella
merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala
klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen
yang bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa.
b. Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium,
dan spesies mikosis fungoides.
c. Infeksi virus :
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit
dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan
menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami
nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia
(jarang).
d. Acanthamoeba:
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang
tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh
acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa
kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga
biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah
yang tercemar.

2. Noninfeksi
a. Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan
organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan
protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat
destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali
antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung kalium/natrium hidroksida
dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea.
b. Radiasi atau suhu
Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan merusak
epitel kornea.
c. Sindrom Sjorgen

9
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang
merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film
air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel
yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan
lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas
dengan flurosein.
d. Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A dari
makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh
tubuh.
e. Obat-obatan
Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid, IDU
(Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.
f. Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.
g. Pajanan (exposure)
h. Neurotropik

3. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)


a. Granulomatosa wagener
b. Rheumathoid arthritis

D. PATOFISIOLOGI
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan
seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di
permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea,
segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya
kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang
hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. 5
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak
segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi.
Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma
kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi

10
pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.
Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit
polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak
sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan
tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.6
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea
baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa
sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior)
pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris,
yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada
ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya
dilatasi pada pembuluh iris. 1
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut.
Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini
menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan
superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih
kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma maka akan
terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik.5

PERJALANAN PENYAKIT
Perjalanan penyakit tukak kornea dapat progresif, regresi atau membentuk
jaringan parut.
1. Pada proses yang proresif : dapat terlihat infiltrasi sel leukosit dan limfosit yang
memakan bakteri atau jaringan nekrotik yang terbentuk.
2. Pada pembentukan jaringan parut akan terdapat epitel, jaringan baru dan fbroblas.

E. KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:
1. Ulkus kornea sentral
a. Ulkus kornea bakterialis
b. Ulkus kornea fungi
c. Ulkus kornea virus
d. Ulkus kornea acanthamoeba
2. Ulkus kornea perifer

11
a. Ulkus marginal
b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)
c. Ulkus cincin (ring ulcer)

F. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala yang diberikan (subjektif):
a. mata merah
b. Sakitmata ringan hingga berat
c. Fotofobia,
d. Penglihatan menurun,
2. Tanda:
a. Kekeruhan berwarna putih pada kornea dengan defek epitel yang bila diberi
pewarnaan flouresen akan berwarna hijau ditengahnya.
b. Iris sukar dilihat karena keruhnya kornea akibat edema dan infiltrasi sel
radang pada kornea.
c. Gejala penyerta: penipisan kornea, lipatan descement, reaksi jaringan uvea
(akibat gangguan vaskularisasi iris) berupa suar, hipopion, hifema dan sinekia
posterior.

Pada tukak kornea yang disebabkan :


Kokus gram (+), Pseudomonas jamur virus
staf aureus dan
treptokok pnemoni.

12
Tukak yang Tukak akan Infiltrat akan Bila tukak
terbatas, melebar dengan berwarna abu-abu berbentuk dendrit
Berbentuk bulat cepat, bahan dikelilingi infiltrat akan terdapat
atau lonjong, purulen berwarna halus disekitarnya hipestesi pada
kuning hijau (fenomena satelit). kornea.
Berwarna putih terlihat melekat
abu-abu pada anak pada permukaan
tukak yang tukak.
supuratif.

jamur dan bakteri virus


akan terdapat defek epitel yang akan terlihat reaksi hipersensitivitas
dikelilingi leukosit polimorfnuklear. disekitarnya.

Bila proses pada tukak berkurang maka akan terlihat berkurangnya rasa sakit,
fotofobia, berkurang infiltrat pada tukak dan defek epitel kornea menjadi bertambah
kecil.

G. DIAGNOSIS
Diagnosis laboratorium tukak kornea :
1. keratomalasia dan
2. infiltrat sisa karat benda asing.

Pemeriksaan laboratorium :
1. Untuk setiap tukak kornea : pemeriksaan agar darah, sabouraud, triglikolat,
dan agar coklat.
2. Untuk tukak yang disebabkan karena jamur : sediaan hapus yang memakai
larutan KOH.

13
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium.
Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya
riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat,
misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh.
Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti
kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus
terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit
sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar,
kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat
terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :
- Ketajaman penglihatan
- Tes refraksi
- Tes air mata
- Pemeriksaan slit-lamp
- Keratometri (pengukuran kornea)
- Respon reflek pupil
- Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.

Gambar 3. Kornea ulcer dengan fluoresensi

- Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)
Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura
dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH,
gram atau Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi jaringan kornea dan

14
diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan
agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.

Gambar 4.a. Pewarnaan gram ulkus kornea fungi

Gambar 4.b.Pewarnaan gram ulkus Gambar 4.c.Pewarnaan gram ulkus kornea


herpes simplex herpes zoster

Gambar 4.d.Pewarnaan gram ulkus kornea bakteri Gambar 4.e.Pewarnaan gram ulkus kornea

15
H. PENGOBATAN
Tujuan pengobatan pada tukak kornea adalah:
Menghalangi hidupnya bakteri dengan antibiotika dan mengurangi reaksi
radang dengan steroid.
Pengobatan umum untuk tukak kornea adalah
1. Siklopegik
2. Antibiotik yang sesuai topikal dan subkonjungtiva
3. Pasien dirawat bila mengancam perforasi,
4. Pasien tidak dapat memberi obat sendiri,
5. Tidak terdapat reaksi obat
6. Perlu obat sistemik.
7. Penanganannya:
- Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi
sebgai inkubator.
- Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali satu hari.
- Diperhatikan kemungkinan terjadinya glaukoma sekunder.
- Debridement sangat membantu penyembuhan.
- Diberi antibiotika yang sesuai dengan kausa. Biasanya diberi lokal kecuali
keadaan berat.
Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epiteliasasi dan mata terlihat tenang kecuali
bila penyebabnya pseudomonas yang memerlukan pengobatan ditambah 1 – 2
munggu.

Pada tukak kornea dilakukan pembedahan atau keratoplasti apabila :


 Dengan pengobatan tidak sembuh
 Terjadinya jaringan parut yang mengganggu penglihatan
Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis
mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus
kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung
antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan
dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat
memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.
a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah

16
1. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya
2. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang
3. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan
mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih
4. Berikan analgetik jika nyeri
b. Penatalaksanaan medis:
1. Pengobatan konstitusi
Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum
yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan
makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian
roboransia yang mengandung vitamin A, vitamin B kompleks dan vitamin C.
Pada ulkus-ulkus yang disebabkan kuman yang virulen, yang tidak sembuh
dengan pengobatan biasa, dapat diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc susu
steril yang disuntikkan intravena dan hasilnya cukup baik. Dengan
penyuntikan ini suhu badan akan naik, tetapi jangan sampai melebihi 39,5°C.
Akibat kenaikan suhu tubuh ini diharapkan bertambahnya antibodi dalam
badan dan menjadi lekas sembuh.
2. Pengobatan lokal
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi
kornea sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.
Konjungtuvitis, dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada
hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan.
Infeksi pada mata harus diberikan :
 Sulfas atropine sebagai salap atau larutan,
Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.
Efek kerja sulfas atropine :
- Sedatif, menghilangkan rasa sakit.
- Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.
- Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.
Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi
sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M.
konstriktor pupil, terjadi midriasis sehinggga sinekia posterior yang

17
telah ada dapat dilepas dan mencegah pembentukan sinekia posterior
yang baru
 Skopolamin sebagai midriatika.
 Analgetik.
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau
tetrakain tetapi jangan sering-sering.
 Antibiotik
Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang
berspektrum luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi
subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salap
mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga dapat
menimbulkan erosi kornea kembali.
 Anti jamur
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya
preparat komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang
dihadapi bisa dibagi :
1. Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya :
topikal amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml,
Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazole
2. Jamur berfilamen : topikal amphotericin B,
thiomerosal, Natamicin, Imidazol
3. Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol
4. Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa,
berbagai jenis anti biotik
 Anti Viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid
lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk
infeksi sekunder analgetik bila terdapat indikasi.
Untuk herpes simplex diberikan pengobatan IDU, ARA-A, PAA,
interferon inducer.
Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi supuratif karena
dapat menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media

18
yang baik terhadap perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang
diperlukan pada ulkus yang bersih tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.
Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan :
1. Kauterisasi
a) Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni
trikloralasetat
b) Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau
termophore. Dengan instrumen ini dengan ujung alatnya yang mengandung
panas disentuhkan pada pinggir ulkus sampai berwarna keputih-putihan.
2. Pengerokan epitel yang sakit
Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak menunjukkan
perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan yang baru yang
banyak mengandung antibodi dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus
dengan flap konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus yang
kemudian ditarik menutupi ulkus dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi
pada ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap konjungtiva
ini dapat dilepaskan kembali.
Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan
sulfas atropine, antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan
melakukan gerakan-gerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru
saja, maka dapat dilakukan :
 Iridektomi dari iris yang prolaps
 Iris reposisi
 Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva
 Beri sulfas atripin, antibiotic dan balut yang kuat
Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita
obati seperti ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh
menjadi leukoma adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.

19
Gambar 5.Ulkus kornea perforasi, jaringan iris keluar dan menonjol, infiltrat pada kornea ditepi
perforasi.

3. Keratoplasti
Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak
berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan,
kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta
memenuhi beberapa kriteria yaitu :
1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita
2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.
3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.

Gambar 6. Keratoplasti

I. PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi
kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil
pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat
buruk bagi mata.
- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup
sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah
- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan
merawat lensa tersebut.

J. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
1. Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat

20
2. Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis
3. Prolaps iris
4. Sikatrik kornea
5. Katarak
6. Glaukoma sekunder

K. PROGNOSIS
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada
tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu
penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi
tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi,
maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga
dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan
penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan
resistensi.
Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan
pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi
sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh
darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat
melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah
agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian
sikatrik.

21
3.ULKUS KORNEA SENTRAL
1. ETIOLOGI
Ulkus kornea sentral biasanya bakteri ( pseudomonas, pneumokok, moraxela
liquifaciens, streptokok beta hemolitik, klebsiela pneumoni, e,coli, proteous), virus
(herpes simpleks, herpes zoster), jamur (candida albikan, fusarium solani, spesies
nokardia, sefalosporium, dan aspergilus).

Mikroorganisme ini tidak mudah masuk ke dalam kornea dengan epitel yang sehat.
Terdapat factor predisposisi untuk terjadinya tukak kornea seperti erosi pada kornea,
keratitis neurotrofik, pemakai kortikosteroid atau imunosupresif, pemakai obat
anestetika, pemakai I.D.U, pasien diabetes mellitus dan ketuaan.

A. Ulkus Kornea Bakterialis


Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah
tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram
dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan
perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.
Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik
kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak
diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan
infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu
reaksi radangnya minimal.
Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea.
ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke
dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. gambaran berupa
ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan.
Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat
hipopion yang banyak.

22
Gambar 7.a UlkusKornea Bakterialis Gambar 7.b Ulkus Kornea Pseudomonas

Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang


dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan
gambaran karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel
yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan
sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus
ini selalu di temukan hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya
ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.

B. Ulkus Kornea Fungi


Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa
minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini.
Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak
kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada
bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian
sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya..Tukak kadang-kadang dalam,
seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong
dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang.
Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.

23
Gambar 8. Ulkus Kornea Fungi
C. Ulkus Kornea Virus
Ulkus KorneaHerpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan
perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada
mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh
akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit
yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster
berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan
rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder.
Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh virus
herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan
tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan
epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi
pada kornea secara lokal kemudian menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar
preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan
fluoresin dengan benjolan diujungnya

Gambar 13.a UlkusKornea Dendritik Gambar 13.b Ulkus Kornea Herpetik

D. Ulkus Kornea Acanthamoeba


Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya,
kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin
stroma, dan infiltrat perineural.

Gambar 9.ulkus Achanthamoeba

24
4. ULKUS KORNEA PERIFER
A. ulkus marginal
Definisi :
merupakan peradangan kornea bagian perifer berbentuk khas yang biasanya
terdapat daerah jernih antara limbus kornea dengan tempat kelianannya.Dasar
kelainannya : suatu rx. Hipersensitivitas terhadap eksotoksin stafilokokus.
(blefarokonjungtivitis stafilokokus).

Gambar 10. Ulkus Marginal

Etiologi:
- alergi, toksik, infeksi dan penyakit kolagen vascular.
- Pada infeksi local dapat mengakibatkan keratitis kataral marginal, yang
biasanya terdapat pada pasien setengah umur dengan adanya
blefarokonjungtivitis.
- Dapat juga terjadi bersama-sama dengan radang konjungtiva yang disebabkan
Moraxella (disebut konjungtivitis angular), basil Koch weeks atau proteus
vulgaris.

Patogenesis:
Ulkus timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri, antibodi dari
pembuluh limbus bereaksi dengan antigen yang telah berdifusi melalui epitel
kornea. Infiltrat dan ulkus marginal mulai berupa infiltrat linier atau lonjong
terpisah dari limbus oleh interval bening dan hanya pada akhirnya menjadi
ulkus dan mengalami vaskularisasi.
Proses ini sembuh sendiri umumnya setelah 7 sampai 10 hari.
Perjalanan penyakit dapat berubah-ubah, dapat sembuh cepat dapat pula
timbul atau kambuh dalam waktu singkat

25
Manifestasi klinis :
Biasanya bersifat recurrent dengan kemungkinan terdapatnya streptococcus
pneumonie, hemophillus aegepty, Moraxella Lacunata dan Esrichia.
Gejala dan tanda :
Subjektif (keluhan pasien) Objektif (tanda klinis)
1. Penglihatan / visus menurun 1. infiltrate dan tukak yang
2. Rasa sakit pada mata diduga kompleks Ag dan Ab
3. Fotofobia secara histoptologik : terlihat
4. Lakrimasi sebagai ulkus/abses.
2. Terdapat satu mata
blefarospasme, injeksi
konjungtiva, infiltrate / ulkus
yang memanjang dan dangkal.
Dapat terbentuk
neovaskularisasi dari arah
limbus.
3. Pada konjungtivitis angular
yang disebabkan oleh
Moraxella (diplobasil),
menghasilkan bahan-bahan
proteoitik yang
mengakibatkan defek epitel.

Terapi :
antibiotic dengan steroid local dapat diberikan sesudah kemungkinan infeksi
virus herpes simpleks disingkirkan. Pemberian steroid sebaiknya dalam waktu
yang singkat disertai dengan pemberian vitamin B dan C dosis tinggi.

B. ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)


Albert Mooren adalah seorang dokter Jerman pada tahun 1828-1899 yang
menguraikan tukak serpiginosa kronik yang terdapat pada lansia.

Definisi :

26
suatu ulkus menahun superfisial yang dimulai dari tepi kornea,
dengan bagian tepinya bergaung dan berjalan progresif tanpa
kecenderungan perforasi. Lambat laun ulkus ini akan mengenai seluruh
kornea.
Merupakan tukak kornea idiopatik unilateral ataupun bilateral.
Pada usia lanjut, sering disertai rasa sakit dan merah. Penyakit ini sering
terdapat pada wanita usia pertengahan. Pasien terlihat sakit berat dan
25% mengalami billateral.

Gambar 10. Mooren's Ulcer

Dasar kelainan : rx. Hipersensitivitas terhadap protein tuberculosis,


virus, auto imun,dan alergi terhadap toksin ankilostoma. (ilyas ijo )

Pathogenesis :
Tukak ini menghancurkan membran Bowman dan stroma kornea,
tidak terdapat neovaskularisasi pada bagian yang sedang aktif, bila
kronik akan terlihat jaringan parut dan vaskularisasi. Jarang terjadi
perforasi ataupun hipopion.
Proses yang terjadi kemungkinan kematian sel yang disusul dengan
pengeluaran kolagenase.
Banyak pengobatan yang dicoba, namun belum ada yang memberikan
hasil yang memuaskan.
(internet)

gejala dan tanda


Subjektif Objektif

27
1. Sakit terlihat berat Pasien tua terutama laki-laki, 75%
2. 25% bilateral unilateral dengan rasa sakit yang
3. proses yang terjadi : kematian tidak berat, prognosis sedang dan
sel yang disusul dg jarang perforasi.
pengeluaran kolagenase. Pasien muda laki-laki, 75%
binocular, dengan rasa sakit dan
berjalan progesif. Prognosis buruk,
1/3 kasus terjadi perforasi kornea.

Terapi :
pengobatan yang dicoba seperti steroid, antibiotika, anti virus, anti
jamur, kolagenase inhibitor, heparin dan pembedahan keratektomi, lameler
keratoplasti dan eksisi konjungtiva. Semua cara pengobatan biasanya belum
memberi hasil yang memuaskan.

C. Ulkus cincin (ring ulcer)


Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus
yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal
atau dalam, kadang-kadang timbul perforasi.Ulkus marginal yang banyak
kadang-kadang dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring
ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral.
Perjalanan penyakitnya menahun.

BAB III

LAPORAN KASUS

28
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat :
Tanggal Pemeriksaan : 211november 2020
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama: penurunan penglihatan

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien laki laki usia 58 tahun dating ke rumah sakit dengan keluhan penurunan
penglihatan disertai bercak putih dan nyeri pada mata kanan. Hal tersebut di rasakan
sejak 2 minggu yang lalu setelah mata terkena serpihan gurinda. Pasien langsung
merasa matanya perih dan pasien tidak bisa membuka mata untuk beberapa saat,
setelah dapat membuka mata pasien tidak dapat melihatdan matanya terasa nyer.
Silau (-) mata berair (+) mata merah (+) pusing (+) demam (-)

Riwayat Penyakit Mata Sebelumnya:


Tidak ada riwayat penyakit mata sebelumnya

Riwayat Penyakit Lain:


Riwayat hipertensi (-), DM (-), Asma (-), Alergi (-).

Riwayat Trauma:
Pasien tidak memiliki riwayat trauma sebelumnya

Riwayat Penyakit Mata dalam Keluarga:


Ibupasienjugamengalamikeluhan yang sama

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis:
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital

29
- Tekanan Darah : 130/90 mmHg
- Nadi : 85x/m
- Pernapasan : 20x/m
- Suhu : 36,7 C
Status Oftalmologis OD OS
- Visus
Tajam 1/300 R 6/60 R
penglihatan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Addisi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Distansia pupil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Kacamata lama

Inspeksi:
Kedudukan bola mata
- Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada
- Endoftalmus Tidak ada Tidak ada
- Deviasi Tidak ada Tidak ada
- Gerakan bola mata Normal Kesegala arah Normal Kesegala arah

Supra silia
- Warna Hitam Hitam

Palpebra superior dan


inferior
- Edema Tidakada Tidak ada
- Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
- Ektropion Tidak ada Tidak ada
- Entropion Tidak ada Tidak ada
- Trikiasis Tidak ada Tidak ada
- Sikatrik Tidak ada Tidak ada
- Ptosis Tidakada Tidak ada
- Pus Tidak ada Tidak ada
- Hiperemis Tidak Ada Tidak ada

Konjungtiva tarsal
superior dan inferior
- Hiperemis Hiperemis (+) Tidak ada
- Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Konjungtiva Bulbi
- Sekret Lakrimasi minimal Lakrimasi minimal
- Injeksi Ada Tidak ada
konjungtiva Tidak ada
- Injeksi siliar Ada Tidak ada

30
- Injeksi episklera Ada Tidak ada
- Hiperemis Ada Tidak ada
- Perdarahan Tidak ada Tidak ada
subkonjungtiva
- Pterigium Tidak ada Tidak ada
- Nodul Tidak ada Tidak ada

Sistem lakrimasi
- Punctum lakrimal Hiperlakrimasi (+) Normal, lakrimasi
minimal
Sklera
- Warna Merah (+) Putih (+)

Kornea
- Kejernihan Tampak kekeruhan berwarna Jernih (+)
putih (+)
- Permukaan Licin (-) Licin (-)
- Infiltrat Tidak ada Tidak ada
- Ulkus Ulkus (+) Tidak ada
- Arcus senilis Tidak ada Tidak ada
- Edema Edema (-) Tidak ada

Bilik mata depan


- Kedalaman Sulit di nilai Dalam (+)
- Kejernihan Terdapat endapan berwarna Jernih (+)
putih
- Hipopion Hipopion (-) Hipopion (-)
- Hifema Sulit di nilai Hifema (-)

Iris
- Warna Sulit di nilai Coklat
- kripte Sulit di nilai Kripte (+)
- Sinekia Sulit di nilai Anterior (-), Posterior(-)

Pupil
- Letak Sulit di nilai Tengah
- Bentuk Sulit di nilai Bulat
- Ukuran Sulit di nilai 2 mm
- Refleks cahaya Sulit di nilai RCL (+)
langsung
- Refleks cahaya Sulit di nilai RCTL (+)
tak langsung
- RAPD (-) (-)
Lensa
- Kejernihan Sulit di nilai Keruh (-)

Palpasi
- Nyeri tekan Tidak ada Tidakada
- Massa tumor Tidak ada Tidakada
- Tensi okuli Tn +1 Tn +

31
Lapang pandang
- Tes konfrontasi Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan
Pemeriksaan

Tes buta warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Oftalmoskopi Tidakdapat dilakukan Tidak dilakukan

TIO 14,5 mmHg 16,7 mmHg

Slit lamp Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan


pemeriksaan
- Palpebra inferior

- Silia
- Konjungtiva
- Kornea
- Camera oculi
anterior
- Iris
- Pupil
- Lensa
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemerikasaan
V. RESUME
Seorang laki laki uasia 58 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan penurunan visus
di sertai bercak putih pada mata kanan di sertai rasa nyeri yang di alami sejak kurang
lebih 2 minggu yang lalu setelah matanya terkena serpihan gurinda. Mata merah (+)
hiperlakrimasi (+) pusing (+)

Oculi Dekstra :
- Konjungtiva : hiperemis (+)
- Konjungtiva bulbi : injeksi (+)
- Kornea : tampak kekeruhan berwarna putih
- Irir : sulit di nilai
- Pupil : sulit dinilai

VI. DIAGNOSIS/ DIAGNOSIS BANDING

32
OD Ulkus Kornea

VII. PENATALAKSANAAN

- C. levofloxacin 6x1 tts OD


- C.tropin eye drope 3x1 tetes OD
- Ciprofloxacin 2x500
- Ketokonazole 1x200 mg
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia at bonam
Quo ad fungtionam : Dubia at bonam

33
BAB IV
DISKUSI

Keluhan utama penderita yaitu mata kiri nyeri sehingga pasien kesulitan
membuka matanya, dimana rasa nyeri akan bertambah saat pasien berusaha
membuka mata. Selain itu mata kanan juga dikeluhkan berair, merah,
penglihatan kabur, dan kadang terdapat kotoran mata berwarna kekuningan. Hal
ini sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan bahwa ulkus kornea
menyebabkan nyeri karena kornea memiliki banyak serabut nyeri dimana
kebanyakan lesi kornea akibat benda asing kornea, keratitis serta ulkus kornea
akan menimbulkan rasa sakit, rasa sakit ini diperhebat dengan adanya gesekan
palpebra terutama palpebra superior pada kornea dan menetap sampai sembuh.
Gejala lainnya adalah gangguan penglihatan, pada pasien ini gangguan
penglihatan dikarenakan letak dari ulkus itu sendiri yaitu di sentral yang mana
mengganggu pembiasan sinar yang masuk ke mata sehingga sinar tidak dapat
difokuskan tepat pada makula lutea. Selain itu adanya mata merah dan berair
dikarenakan proses inflamasi yang menyebabkan pelebaran pembuluh darah.
Pada pemeriksaan lokalis mata kanan didapatkan edema pada kelopak
disebabkan adanya peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Pelebaran
pembuluh darah berupa PCVI dan CVI dikarenakan adanya reaksi peradangan
yang meluas sampai ke arteri konjungtiva posterior dan arteri siliaris anterior.
Kekeruhan kornea diakibatkan oleh adanya edema pada kornea. Kekeruhan
tersebut berbentuk bulat berbatas tegas terletak di sentral. Edema ini
disebabkan adanya peradangan kornea yang menyebabkan gangguan pompa Na-
K sehingga terjadi retensi air yang dapat menyebabkan edema. Selain itu juga
disebabkan oleh adanya infiltrasi sel-sel radang pada kornea.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik penderita ini memenuhi kriteria
diagnosis ulkus kornea yang disebabkan oleh bakteri. Pada penderita ini dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik perlu dibedakan dengan ulkus kornea yang
disebabkan oleh jamur dan virus. Pada ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur
dan virus keluhan yang didapatkan oleh pasien hampir sama dengan ulkus
kornea yang disebabkan oleh bakteri. Pada ulkus kornea yang disebabkan oleh
jamur, edema pada kelopak mata dan kemerahannya lebih minimal dan juga

34
sering dijumpai pada pemakai kortikosteroid jangka panjang. Pada ulkus kornea
yang disebabkan oleh virus nyeri yang ditimbulkan minimal karena terjadi
anestesi pada kornea Ulkus kornea juga sering berulang terutama yang
diakibatkan oleh virus herpes simplek.
Pada pemeriksaan fisik penderita ini juga mengarah ke ulkus kornea susp
bakterial. Pada ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur bentuk ulkus mirip
dengan ulkus dendritik pada herpes simplek, adanya lesi satelit (umumnya
infiltrat) di tempat-tempat yang jauh dari ulserasi. Pada ulkus kornea yang
disebabkan virus lesi biasanya berbentuk ulkus dendritik yang memiliki pola
percabangan linear khas dengan tepian kabur memiliki bulbus bulbus terminalis
pada ujungnya. Dapat juga berupa ulkus geografik dimana biasanya lesi
dendritik berbentuk lebih lebar dan tepian ulkus tidak kabur dan terjadi
penurunan sensibilitas dari kornea.
Pengobatan yang diberikan pada penderita ini adalah levofloxacin tetes mata 6
kali 1 tetes per hari yang berfungsi sebagai antibiotik lokal spektrum luas, Atrophin
tetes mata 3 kali 1 tetes per hari sebagai midriatikum, ciprofoksasin tablet 2 x 500mg
sebagai antibiotik sistemik, Ketokonazole 1x200 mg kortikosteroid sebagai anti
peradangan
Prognosis pada penderita ini mengarah ke buruk, didukung oleh
kepustakaan yang mengatakan bahwa prognosis penderita ulkus kornea buruk
karena komplikasi yang dapat terjadi berupa perforasi kornea, endopthalmitis,
panopthalmitis. Apabila sembuh maka akan menyebabkan terbentuknya
sikatriks kornea yang juga akan mengganggu penglihatan penderita.

35
BAB V
PENUTUP
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya
infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea
dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Terbentuknya ulkus pada kornea
mungkin banyak di temukan oleh adanya kolaganase oleh sel epitel baru dan sel
radang. Dikenal dua bentuk ulkus pada kornea yaitu sentral dan marginal /
perifer. U;kus kornea perifer disebabkan oleh alergi, autoimun dan infeksi.
Infeksi pada kornea perifer biasanya oleh stafilokokkus aureus, H.influenza dan
M.lacunata.
Gejala dari ulkus kornea adalah mata merah, sakit mata dari ringan hingga
berat, fotofobia, penglihatan menurun serta kekeruhan berwarna putih pada
kornea. Gejala yang dapat menyertai adalah terdapat penipisan kornea, lipatan
descement, reaksi jaringan kornea ( akibat gangguan dari vasjularisasi iris)
berupa suar, hipopion, hifema dan sinekia posterior.
Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan untuk menghalangi hidupnya bakteri
dengan anti biotik serta untuk mengurangi reaksi radang dengan steroid.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan D. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika, Jakarta, 2000


2. Suharjo, Fatah widido. Tingkat keparahan Ulkus Kornea di RS Sarjito
Sebagai Tempat Pelayanan Mata Tertier.
3. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga FKUI, Jakarta, 2004
4. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia, Ulkus Kornea dalam : Ilmu
Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisike
2,Penerbit Sagung Seto, Jakarta,2002
5. Wijaya. N. Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, 1989
6. American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea. Section 11.
San Fransisco: MD Association, 2005-2006
7. James, Bruce., Chew, Chris., Bron Anthony. Lecture Notes Oftamolog i.
Jakarta:Penerbit Erlangga, 2006. hal. 5

37

Anda mungkin juga menyukai