Anda di halaman 1dari 23
BAB VIII pENGAJARAN MAHARAH AL-KALAM yuna DAN URGENSI PENGAJARAN MAHARAH AL-KALA, i vfanes adalah makhluk sosial, tindakannya yang pertama 4. " i penting adalah tindakan sosial, salah satunya adalah berk. ‘ ne Nash merupakan media untuk mempertukarkan i fom ukakan dan menerima pikiran, saling mengutara ie mengekspresikan serta menyetujui suatu pendirian d; ee itu, dalam tindakan sosial haruslah terdapat elemen- ang sama-samia disetujui dan dipahami oleh sejumlah oran yall m_yang unikasi, Pengalaman, saling Kan perasaan, atau lan keyakinan, Oleh elemen yang umum, v 'g (masyarakat). Mahérah al-kalim secara bahasa sepadan dengan istah pecking skill dalam bahasa Inggris yang bisa diartikan dalam bahasa Indonesia dengan keterampilan berbicara. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan_bunyi- punyi artikkulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. Berbicara lebih dari sekadar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pembicara (mutabhaddits) dan penyimak (mustami’). Berbicara merupakan sebuah kegiatan yang mencakup dorongan untuk berbicara, ide yang ingin disampaikan dan tatanan kebahasaan yang digunakan sebagai media untuk menerjemahkan dorongan dan ide yang ada dalam bentuk pembicaraan. Berbicara, sebagai sebuah kegiatan, diawali dengan bunyi dan dakhiri dengan selesainya sebuah interaksi dan tersampaikannya ide si pembicara. Berdasarkan uraian di atas, keterampilan berbicara (mahérah al-kalém) adalah kemampuan seseorang untuk mengucapkan artikulasi bunyi-bunyi atau Katakata dengan aturan-aturan kebahasaan tertentu untuk menyampaikan ide- ide dan perasaan, Maka keterampilan berbicara bahasa Arab adalah kemampuan Produktif yang menuntut kemampuan seseorang untuk mempergunakan bunyi- ch bahasa Arab (ashwath ‘arabiyyah) secara tepat dengan acre ct ; eet nalwiyyah wa sharfiyyah), dan mengatur penye ka ingin ia meee dapat digunakan untuk mengungkapkan apa yang 1g} 205 Scanned with CamScanner Karena itu pengajaran keterampilan berbicara bahasa Arab bagi non-Arab pada tahap awal bertujuan, antara lain, supaya siswa bisa mengucapkan bunyi- bunyi Arab dengan benar (khususnya yang tidak ada padanannya pada bahasa lain) dan dengan intonasi yang tepat, bisa melafalkan bunyi-bunyi huruf yang berdekatan, bisa membedakan pengucapan harakat panjang dan pendek, mampu mengungkapkan ide dengan kalimat Jengkap dalam berbagai kondisi, mampu berbicara dengan kalimat sederhana dengan nada dan intonasi yang sesuai, bisa berbicara dalam situasi formal dengan rangkaian kalimat yang sederhana dan pendek, serta mampu berbicara dengan lancar seputar topik-topik yang umum. Selanjutnya perlu dipahami beberapa prinsip umum atau faktor yang mendasari kegiatan berbicara, antara lain: 1. Membutuhkan paling sedikit dua orang, seorang pembicara dan pendengar. Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama. 3. Adanya penenerimaan atau pengakuan atas suatu wilayah referensi umum. 4, Merupakan suatu pertukaran antara pertisipan. 5. Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera. 6. Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini. 7. Melibatkan organ atau perlengkapan yang berhubungan dengan suara/bunyi bahasa dan pendengaran (vocal and auditory apparatus). 8. Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang diterima sebagai dalil dalam pelambangan dengan bunyi. Nv Seseorang berbicara karena adanya dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan atau untuk mengungkapkan apa yang ada dalam dirinya kepada orang lain. Karena itu kesuksesan dalam berbicara tidak hanya tergantung pada penguasaan faktor kebahasaan, (seperti ketepatan dalam pemilihan kata, dan penggunaan kaidah bahasa), tetapi juga ditentukan oleh penguasaan atas faktor-faktor non-kebahasaan (seperti kelancaran, penghargaan terhadap pendapat orang lain, serta penguasaan atas topik pembicaraan). Berdasarkan hal itu untuk bisa terampil dalam berbicara, seseorang harus memiliki empat kompetensi dasar berikut: 1. Kompetensi gramatikal atau sama dengan kompetensi linguistik, yaitu pengetahuan tentang kaidah tata bahasa yang terkait dengan ketepatan penggunaan kata dan kalimat. 206 Scanned with CamScanner ensi sosiolinguistik, yaitu yang berhubun, omperensi S gan dengan bud 4 ee sosial masyarakat pengguna _ bahasa, Koaietenc: atau foembucublea pemahaman tentang konteks sosial dimana suatu bahasa digunakan dengan tepat. asa Komp etensi wacana, yaitu Kemampuan seseorang untuk menghubungan 5. 7 jan-bagian antar kalimat/ungkapan, atau kemampuan untuk membentuk sebuah ungkapan yang mempunyai makna yang menyeluruh. Kompetensi strategi, yaitu strategi untuk mengatasi kemandegan dalam emunikasi seperti melalui penjelasan, pengulangan atau tebakan, : HUBUNGAN ANTARA MAHARAH AL-KALAM DENGAN MAHARAH LAIN Kemampuan berbicara mempunyai hubungan yang erat dengan tiga fererampilan lainnya dengan cara yang beraneka-ragam. Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan berbahasa lisan, dua-duanya berkaitan dengan bunyi bahasa. Menyimak dan berbicara adalah dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Kegiatan menyimak didahului dengan kegiatan berbicara, begitu pula berbicara biasanya disertai kegiatan menyimak. Hal-hal yang dapat memperlihatkan eratnya hubungan antara berbicara dengan menyimak adalah sebagai berikut ini 1. Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (al- muhakat/imitation). Oleh karena itu contoh atau model yang disimak atau direkam oleh sang anak sangat penting dalam penguasaan kecakapan berbicara. 2. Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan stimulus yang mereka temui dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam menyampaikan ide-ide atau gagasan mereka. 3. Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang. 4, Bunyi atau suara merupakan suatu faktor penting dalam meningkatkan cara pemakaian kata-kata sang anak. Oleh karena itu sang anak akan tertolong kalau mereka menyimak ujaran-ujaran yang baik dari para guru, rekaman-rekaman yang bermutu, cerita-cerita yang bernilai tinggi, dil. ' Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids) akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak Penyimak. Umumnya sang anak mempergunakan/meniru bahasa yang idengarnya. (Tarigan, 1990: 4-5). 207 Scanned with CamScanner Beberapa proyek penelitian juga telah memperlihatkan adanya hubungan yang erat antara perkembangan kecakapan berbahasa lisan dan kesiapan membaca. Telaah-telaah tersebut memperlihatkan bahwa kemampuan- kemampuan umum berbahasa lisan turut memberi sumbangan latar belakang pengalaman belajar yang menguntungkan keterampilan pengajaran membaca. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup ujaran yang jelas dan lancar, kosa kata yang luas dan beraneka ragam, penggunaan kalimat-kalimat lengkap serta sempurna bila diperlukan, pembedaan pendengaran yang tepat, dan kemampuan mengikuti serta menelusuri perkembangan urutan suatu cerita, atau menghubungkan kejadian-kejadian dalam urutan yang wajar serta logis. Keterampilan berbicara menunjang pula keterampilan menulis (mahdrah al-kitabab) sebab pada hakikatnya antara berbicara dan menulis sama-sama berfungsi sebagai penyampai, penyebar informasi. Begitu juga kemampuan menggunakan bahasa dalam berbicara jelas pula bermanfaat dalam memahami bacaan (al-gira’ah). Apalagi dalam cara mengor-ganisasikan isi pembicaraan hampir sama dengan cara mengorganisasikan isi bahan bacaan. C. ANEKA RAGAM MAHARAH AL-KALAM Untuk menjelaskan ragam keterampilan berbicara, perlu dijelaskan makna al-ta’bir, al-kalém, al-muhadatsah dan al-hiwdr, karena empat istilah ini mempunyai pengertian yang mirip dan berdekatan, sehingga ada sebagian orang menganggap semuanya merujuk pada makna yang sama. Keempat istilah tersebut perlu dijelaskan di sini untuk memperjelas posisi dan apa yang dimaksud dengan Mahdrah al-Kalém. Menurut al-Rikabi (1996: 115-116) istilah yang paling Iuas cakupannya dari istilah-istilah tersebut adalah istilah a/-ta’bir. Karena ia tidak hanya terbatas pada kegiatan lisan saja. Ketika seseorang mau menuangkan pikirian atau gagasannya, atau ketika mau mengekspresikan tentang perasaannya maka dia bisa melakukannya dengan lisan atau melalui tulisan, yaitu yang kemudian melahirkan istilah al-ta’bir al-syafawiy/ekspresi lisan (seperti. muhadatsab, hatébah, memberi kata sambutan, menyampaikan pengumuman, memberi nasihat, bercerita) dan al-ta’bir al-tabririy (seperti menulis surat, menulis ucapan selamat, menulis diary, membuat ringkasan, mengarang wacana, menulis kata sambutan dsb). Karena itu al-ta’bir mempunyai peran yang besar dan luas dalam kehidupan manusia untuk berkomunikasi. Dengan uraian seperti ini, ta’bir syafahiy sebenarnya sama dengan al-kaldm. Selanjutanya muhédatsah adalah percakapan atau diskusi (munégasyah) antara dua orang (tajri baina fardain) atau lebih mengenai topik tertentu (manda' mu’ayyan) secara bebas (burrah) dan spontan (tilga'iyyab). (Thw’aimah, 208 Scanned with CamScanner », 163): Definisi di atas menggambarkan adan 198 a hakimab /key words) yang menjadi Prinsip das t ; ls sebagai berikut: j f Mundgasyab- . Prinsip ini dimaksudkan untuk membedakan Penuturan lis: disampaikan oleh seorang penyair misalnya dalam suatu an ae ‘ect mubédatsab. acara tidak ya beberapa kata kunci ar muhddatsah yang dapat 1 Hurrah. Prinsip ini menggarbarkan muhédatsah terjadi dalam suasana bebas tidak ipaksa, yang meyebabkan terjadinya pe: . i ioe a —— Jadinya penuturan hanya melahirkan orang 3, Tilga'iyyah. Prinsip ini menggambarkan bahwa pembicaraan antara dua orang terjadi karena proses spontanitas bukan penuturan produk hafalan. 4, Baina fardain. Prinsip ini menggambarkan muhddatsah merupakan fenomena sosial. Ini berarti masing-masing pihak yang berkomunikasi mempunyai hak dan kewajiban. Yang satu menjadi penutur yang baik dan yang lain menjadi pendengar, demikian sebaliknya sepanjang proses diskusi berlangsung. 5, Manda?’ mw’ayyan. ‘Ada topik tertentu yang dibicarakan sehingga pembicaraan terarah baik alur pembicaraan maupun kontennya. Pengertian muhddatsah sebagaimana yang dijelaskan di atas menunjukkan tahwa muhddatsah adalah merupakan salah satu wujud dari kemahiran berbicara (kalim/al-ta’bir al-syafawiy) dengan kekhususan bahwa _muhddatsah menuntut adanya dua belah pihak yang secara intens saling bergantian bertukar pikiran dan perasaan, al-kaldm tidak selalu menuntut demikian, karena bisa saja alkalim hanya berwujud penyampain gagasaan atau ide atau perasaan dari seseorang kepada orang lain atau sekelompok orang yang tidak harus langsung memberi respon secara intens dan dengan timbal balik, seperti yang dapat kita mati ketika seseorang sedang berpidato atau menyampaikan pengumumuan. ‘an juga tidaklah disebut mshadatsah enirukan apa yang diucapkan oleh ketika siswa menjawab beberapa disusun sedemikian rupa oleh guru mahaman siswa tentang idatsah juga ketika siswa _ Dengan pengertian yang demiki: tik seorang murid mengulangi atau m Sim, tidak termasuk muhddatsah juga esnyaan yang terstruktur yang telah n nde serangkaian pertanyaan untuk meng Pe ngan idak termasu t an hae anil ie memeragakan sebuah dialog yas io “tarkan sebelumnya, karena kegiatan tersebut tidak berlangsung seca! 209 Scanned with CamScanner dan tanpa spontanitas. Walau tidak termasuk muhddatsab, kegiatan-kegiatan tersebut masuk termasuk dalam pengertian al-kalém. Pengertian muhadatsah seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya berbeda dengan tanya jawab, seperti yang tergambar dalam tabel perbandingan berikut ini. Muhadatsah Iq?’ al-As’ilah Topik tidak terbatas Topik terbatas (misalnya mengenai isi bacaan) Banyak sekali alternatif bentuk bahasa yang dapat digunakan sehingga tidak dapat diramalkan sebelumnya Bentuk bahasa yang digunakan hampir selalu sama Unsur-unsur paralinguistike (semisal mimik dan gesture) kadang dianggap cukup untuk memahami makna Makna disampaikan melalui bentuk verbal bahasa Siswa mempelajari bentuk-bentuk bahasa dalam konteks Bentuk bahasa yang digunakan sering terlepas dari konteks Siswa mencontoh bagaimana guru menggunakan bahasa dalam berbagai Kurang mempedulikan aspek-aspek suprasegmental bahasa aspeknya yang meliputi tekanan, intonasi, jeda, dan kecepatan normal Jika demikian halnya dengan mubadatsah, lalu bagaiman dengan hiwédr, sebagian orang menyamakan hiwar dengan muhédatsah schingga makna hiwér sama dengan makna muhddatsab (muhdwarah). Tetapi menurut sebagian yang lain hiwar tidak sama dengan muhddatsah, karena istilah hiwdr pada dasarnya tidak merujuk kepada salah satu dari keterampilan berbicara akan tetapi hiwar adalah salah satu pola atau bentuk teks pelajaran, yaitu teks pelajaran yang berisi dialog antara dua orang atau lebih. Dengan pengertian yang demikian biwér memang mirip sekali dengan muhédatsab tetapi tidak sama, dimana mubddatsab identik dengan spontanitas dan alamiah, sementara hiwar sangat terikat dengan pola-pola percakapan yang diberikan, sehingga ia berwujud peniruan-peniruan dialog yang terkadang semu dan tidak komunikatif, dengan kenyataan demikian, biwdr mirip dengan tanya jawab. Materi hitodr sebagai bagian dari strukcur program kurikulum (buku ajat) ditempatkan pada bagian awal atau sebagai pembuka pelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa dibiasakan menggunakan bahasa Arab dalam konteks 210 Scanned with CamScanner Fo kebahasaan yang, sesungguhnya. Karena itu, biwar merupakan bagian ; materi ajar Yang berbasis pendekatan komunikatif, = oe ka pembelajaran bahasa Arab yang berbasis all in one s system ‘oss ql-wahdah) berporos pada muthala'ah, maka materi pembelajaran ernggu nak pendekatan komunikatif (ittishdliy) berpangkal pada hiwdr. ete hiwar diposisikan sebagai poros dan titik tolak pembahasan materi wee selanjutnya, seperti: mufradat, qawd’id, tadribat, muthéla'ah, insyd’, nab, G20 sebagainya. . wt Dari wraian tentang makna empat istilah tersebut dapat disimpulkan ha keterampilan berbicara (mahérah al-kalém) pada dasarnya terdiri tiga jemampuan dasar, yaltu: 1, kemampuan untuk membunyikan bunyi-bunyi bahasa Arab dengan tepat, tua) ag dat a” 6 2, kemampuan untuk bercakap (berdialog atau bertanya jawab dengan orang hain, dan 3, kemampuan berbicara untuk mengungkapkan ide atau pemikiran dengan lisan. Karena itu keterampilan berbicara seseorang dapat terlihat dari jemmpuanaya dalam membunyikan huraf-huruf dengan makhraj dan intonasi yang baik (nuthqu al-ashwat), bercalkap-cakap dengan orang lain (muhddatsah), pidato (Rhatdbah), memberi kata sambutan (i/qa’ al-kalimdt), menyampaikan pengumuman (ta‘Timdt) atau saran (irsyaddt), mendongeng (qishshah) atau menceritakan kisah-kisah jenaka (nawddir), berdiskusi (mundqasyah), berdebat (nijidalab), dan yang sejenisnya. Terakhir perlu dikemukakan bahwa bahwa pengembangan keterampilan berbicara harus dibedakan antara kegiatan yang bersifat monolog dan dialog. Keerampilan yang harus dimiliki dalam kegiatan yang bersifat monolog ‘emyata. memang berbeda jika dibandingkan dengan keterampilan dalam ‘egitan yang bersifat dialog. Dalam kegiatan berbicara yang bersifat monolog, ‘werupsi dari luar dapat dikatakan tidak ada, sedangkan pada kegiatan yang ersifat dialog, dalam artian kegiatan berinteraksi dengan satu atau Jebih Pembicara untuk kepentingan yang bersifat transaksional maupun interaksional, Pang teradinya interupsi sangatlah besar dan keterampilan untuk melakukan - SePerti ini, tidak dapat diperoleh begitu saja melainkan harus ‘dipelajari’ dan sik. (Nunan, 1989: 27) q ait Scanned with CamScanner D. PROSEDUR PENGAJARAN MAHARAH AL-KALAM . Seperti juga keterampilan berbahasa yang lain, kecerampil an berbicara tidak akan pernah bisa berdiri sendiri tanpa dulungan keterampilan yang lin, Siswa memerlukan input yang disampaikan secara lisan atau gentle pela mereka mampu menunjukkan kemampuan berbicara. Rasa percaya diri pada siswa sangat berperan dalam mengembangkan keterampilan berbicara. Dengan demikian, yang pertama-tama harus diwujudkan oleh guru adalah membangun rasa percaya diri setiap siswa dalam menggunakan bahasa Arab, Untuk membangun rasa percaya diri siswa, guru perlu memperhatikan beberapa hal, seperti berikut. 1. Membina hubungan yang positif dengan siswa. . Menciptakan suasana belajar yang nyaman. . Menjalin komunikasi yang efektif dengan para siswa. | Memberi dulkungan dan penghargaan terhadap pencapaian siswa . Menyediakan sumber belajar yang menarik dan stimulating. wR YH Sebagai contoh, ketika guru ingin membina hubungan yang positif dengan siswa, maka guru jangan pernah bersikap yang bisa membuat siswa takut. Kalu guru yang menakutkan maka proses belajar akan berlangsung dalam kondisi menegangkan sehingga suasana belajar jadi tidak nyaman, siswa tidak bisa kreatif karena takut salah. Dalam proses belajar bahasa Arab, siswa harus secara kreatif menggunakan bahasa Arab. Kalau siswa dalam kondisi reread dan leecakoran make kemongkinw: mengembengken kretivitasnya akan Terran Selain hal-hal tersebut di atas, terkait dengan pengajaran keterampilan berbicara guru juga perlu selalu ingat akan hal-hal berikut ini: is Kererampilan berbicara dalam bahasa Arab merupakan keterampilan yang tidak mudah untuk dikuasai. 2. Keverampilan berbicara diajarkan dengan model yang benar. 3. Keterbatasan pengetahuan tentang bahasa Arab, siswa akan memakai bahasa Indonesia di sela-sela mereka berbicara dalam bahasa Arab. 4, Ketika siswa menanyakan suatu kata bahasa Arab yang mereka tidak ketahui di sela-sela mereka berbicara bahasa Arab maka guru segera memberikan jawabannya, dengan berbagai teknik yang efektif. 5. Kalau kesempatan berbicara dalam bahasa Arab di luar kelas sangat kurang atau bahkan tidak ada, maka guru perk ; Ketika mereka di dalam kelags en ™*™eN Kesempatan yang cukvp 212 Scanned with CamScanner a keseimbangan antara aktivitas terkendali d di . ,, Perla sama siswa bisa bebas berekspresi. saat YNS Ada waktu yang tepat untuk memberikan koreksi d; Jenga penuh pertimbangan, Misalnya, dalam mengucapkan kata-kata gahast ‘Arab, siswa harus benar mengucapkannya sehingga ketika siswa tidak benar cara pengucapannya, guru segera melakukan koreksi, Tetapi jetika siswa sedang menyatakan Opini tentang suatu cerita, dan melakukan kesalahan, misalnya pemilihan kata maka guru hanya mencatat, kemudian akan memberikan contoh pemakaian kata-kata tersebut dalam konteks yang benar. ‘an terpadu, serta pada lan harus dilakukan Kemahiran berbicara adalah salah satu dari kemahiran dalam pengajaran fahasa asing, termasuk bahasa Arab. Berbicara adalah kemampuan seseorang jam mengungkapkan isi hati dan idenya. Kemampuan berbicara dalam mmempelajari bahasa harus dimulai sejak dini, Keberhasilan pengajaran kemihiran berbicara tergantung pada pendidik dalam memilih cara yang tepat disamping dia juga harus mampu menarik minat para murid, dan ditunjang dengan kemampuan berbahasa Arab. Secara umum pengelolaan pembelajaran bahasa seperti halnya pengajaran materi yang lain mengikuti alur perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Sebelum mengajarkan mahdrah al-kalém, terlebih dahulu guru peru melakukan perencanaan. Dengan perencanaan yang baik sebelum memasuki kelas guru akan mempunyai arahan yang jelas tentang tujuan akhir yang ingin dia capai dan bagaimana cara mencapainya. Perencanaan yang bagus akan membuat guru mempunyai kepercayaan diri yang tinggi karena telah siap dengan segala hal yang mungkin ia hadapi di kelas. Oleh karena itu, guru harus memastikan diri bahwa ia sungguh telah mempersiapkan diri dengan baik, dengan apa dan bagaimana mereka akan mengajar sehingga kelas bisa berjalan dengan baik seperti yang telah direncanakan, Dalam konteks pengajaran mabarah al-kalam, paling tidak ada empat %pek yang harus dipertimbangkan oleh guru ketika merencanakan pelajaran, Jatt: 1) siapa yang akan diajar, 2) apa yang perlu diajarkan kepada mereka, 3) bagaimana cara mereka akan diajar, dan 4) dengan alat bantu apa mereka akan Fa (Harmer, 1998: 122) Aspek-aspek teen se per ie eaembangkan untuk pengajaran maharah Iughawiyyah yang lain deng: ‘kter masing-masing. 1. Identifikes; ¢ ifikasi siswa dalamnya misalnya: Berapa banyak Aspek i pek yang pertama termasuk di Jca? Apa jenis kelamin mereka? Siswa dalam satu kelas? Berapa usia merel 213 Scanned with CamScanner i? Apakah mereka bisa bersikap kooperatif? ‘Apakah mereka sulit untuk dikendalikan? k memiliki pengetahuan tentang siswa yang nncanakan aspek berikutnya, yaitu knik, dan media yang sesuai dan Apa yang mereka sukai Apakah mereka pendiam? Penting sekali bagi guru untu! akan mengarahkannya dalam mere! memilih materi ajar, menentukan tel efektif untuk digunakan dalam kelas. N | . Materi pelajaran | Setelah siswa dikenali, guru menentukan ap topik yang harus para siswa pelajari, misalnya, | unwan,’ “al-a’mal al-yanmiyyah," “al-mibnab," ) Pemilihan materi ajar hendaknya disesuaikan dengan latar belakang atau | kebutuhan-kebutuhan siswa. Sebagai tambahan, bahan-bahan yang akan diajarkan harus disesuaikan dengan konteks yang familiar dengan siswa sehingga mereka dapat dengan mudah terlibat dalam aktivitas pembelajaran. Secara khusus guru perlu memikirkan beberapa hal ketika ingin menggunakan materi pelajaran yang tepat, yaitu, a. apakah bahasa yang digunakan dalam topik pembahasan sesuai dengan tingkatan kemampuan siswa, b.apakah topik atau isi materi pelajaran pantas untuk para siswa, c.apakah jenis kegiatan untuk mengajarkan materi yang dipilih sudah benar, dan d.apakah peruntunan materi pelajaran dan aktivitas pelajaran tersusun dengan logis. a materi pelajaran atau topik- "wa’rif bi al-nafs," “al- dan “al-biwayab." Adalah penting bagi para guru untuk mempertimbangkan secara mendalam empat kriteria di atas agar kelas bisa berjalan dengan baik seperti yang direncanakan sebelumnya. 3. Teknik pengajaran Begitu guru sudah memilih topik yang harus dipelajari para siswa, ia harus memilih teknik yang sesuai untuk melibatkan para siswa untuk mempraktekkan apa yang sedang mereka pelajari (bahan ajar). Ini berhubungan erat dengan tugas-tugas atau aktivitas yang harus dilakukan para siswa dalam kelas. Pada tahap ini, guru harus mendesain atau menyediakan beberapa jenis kegiatan atau tugas yang bisa menjaga para siswa tetap terdorong dan terlibat aktif dalam mempelajari topik yang sudah ditetapkan, Pemilihan aktivitas dalam kelas bergantung pada karakteristik dari topik pelajaran yang sudah ditentukan, Teknik-teknik pengajaran mahdrah al-kalém yang bisa dipilih adalah: tanya-jawab, menggambarkan dan mendeskripsikan, diskusi, tebakan, ingatan, 214 Scanned with CamScanner engurutan, melengkapi questionare; jruall, : es bermai apt eknik lain yang akan dijelaskan pada bagian beri dan J 3 - vengajaran L wet i enkhit dari perencanaan yang harus dip ‘alah menentukan alat bantu atau media pe i baik perlu menyatakan dengan tegas alat bantu yang akan J puthkan oleh para guru untuk mendukung aktivitas dalam kelas Meri media yang benar penting sekali untuk membant : menyampaikan pesan/pelajaran kepada para siswa. Para veri media yang sesuai dengan materi pelajaran yang harus dipelajari oleh para siswa. Gambar atau foto, peta, realia (benda asli), audio visual adalah contoh-contoh media yang bisa digunakan dalam Pengajaran mahivah al-kalam. ertimbangkan oleh guru mbelajaran. Suatu rencana U para guru guru perlu TEKNIK PENGAJARAN MAHARAH AL-KALAM ‘Ada berbagai macam teknik yang bisa dijadikan alternatif untuk nengajarkan mahdérab al-kalém yang direkomendasikan oleh para ahli sebagaimana yang akan dijelaskan berikut ini. Secara umum teknik-teknik herikut menyarankan supaya siswa belajar secara berpasangan atau dalam sebuah keompok kecil. Belajar berbicara secara berpasangan atau dalam kelompok kecil disarankan karena akan melibatkan para siswa untuk menggunakan lebih banyak bahasa yang mereka miliki dibanding kalau guru menghadapi setiap sisva masing selangkah demi selangkah. Siswa yang belajar secara berpasangan atau dalam kelompok kecil juga mampu mengoreksi satu sama lain tanpa ada perasaan tidak nyaman. Para siswa juga tidak akan melakukan lebih banyak kesalahan atau meniru kesalahan siswa hin yang berbuat salah ketika mereka bekerja bersama dalam suatu kelompok hecil. Olch karena itu, belajar kemahiran berbicara secara berpasangan atau dalam kelompok-kelompok kecil adalah kegiatan pembelajaran yang sangat direkomendasikan, Ada beraneka macam teknik yang bisa digunakan untuk menciptakan knees penuh makna untuk praktek berbicara dalam bahasa Arab, teknik- L mt Pengajaran mahdrah al-kalém dapat kita klasifikan ke dalam pengajaran “m untuk tingkat pemula, menengah, dan tingkat lanjut. ; teh pengajaran berbicara untuk tingkat pemula adalah arr siswa menus dengan pelafalan bunyi, menggunakan osakata aie he icone Pola-pola dasar untuk bercakap. (Thw’imah, 1989: 38) ot ae cram Pada tingkat pemula masih sederhana, penekananya ter ca = e Puan melafalkan bunyi-bunyi bahasa dalam kegiatan _bebicara, 5 be 21 Scanned with CamScanner menyampaikan informasi sederhana dalam bentuk tanya jawab sederhana, menyatakan setuju atau tidak setuju dengan ungkapan-ungkapan pendek, menceritakan kembali hasil simakan atau bacaan dengan satu atau beberapa kata, dan sebagainya, Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan beberapa teknik berikut. 1. Ulang ucap (isma’ wa raddid/listen and repeat) Karena itu, pada tahap pemula, pengajaran berbicara dapat dilaktukan sama dengan pengajaran menyimak, yaitu dengan melatih siswa mendengar lalu menirukan, Latihan mendengar dan menirukan ini merupakan penggabungan antara latihan dasar menyimak dan berbicara, hanya saja yang harus diingat adalah bahwa tujuan lanjutan dan akhir dari Jatihan mendengar dan menirukan untuk dua kemahiran tersebut berbeda. 2. Lihat dan ucapkan (wnzhur wa uzkur/see and say) Guru mempersiapkan sejumlah benda atau gambar benda untuk diperlihatkan kepada siswa. Benda yang diperhatikan sebaiknya benda yang biasa ada dalam lingkungan siswa. Benda tersebut disimpan dalam kotak. Kemudian guru mengambil satu demi satu dan memperlihatkannya kepada siswa yang kemudian melihat dan menyebutkan nama-nama masing benda. . Model dialog (bitwar/dialogue) Pengajaran berbicara untuk tingkat pemula masih terbatas pada penghafalan model-model dialog (biwar) bahasa Arab yang baik, dimana di dalamnya termasuk ungkapan-ungkapan dasar yang biasa digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari. Karena pentingnya penggunaan hicdr untuk mengajarkan keterampilan berbicara, pada bagian akhir buku ini akan dijelaskan secara khusus bagaimana cara mengajarkan materi hitedr. w 4, Tanya jawab (sual wal jawoab/question and answer) Pengajaran keterampilan berbicara untuk tingkat pemula bisa juga dengan cara guru mengajukan beberapa pertanyaan lalu dijawab oleh siswa. Dari jawaban tersebut siswa bisa mempelajari_ cara memilih kata, mengembangkan kalimat dan menyampaikan ide/gagasan. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan berbagai variasi, misalnya dengan cara guru meminta seseorang siswa untuk menanyakan sesuatu kepada temannya, alu setelah itu siswa tersebut melaporkan jawabannya kepada guru, jadi tanya jawabnya berlangsung tiga arah. 5. Praktek pola kalimat (al-tadrib ‘ala al-anméth/pattern practice) Teknik ini terdiri dari pengungkapan pola-pola kalimat yang harus diulang-ulang secara lisan dengan berbagai cara, Teknik ini dilaksanakan 216 Scanned with CamScanner

Anda mungkin juga menyukai