Anda di halaman 1dari 15

Nama : Esau Rocky Feiyen Nainggolan

Mata Kuliah : Teologi John Wesley


Dosen : Dr. Hotman Siagian

FREE WILL (KEHENDAK BEBAS)


A. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Manusia adalah ciptaan yang teristimewa yang diciptakan oleh Allah
seturut gambar dan rupa-Nya (imago Dei). Manusia memiliki perbedaan dengan
ciptaan-ciptaan lain yang diciptakan dalam sekenario penciptaan alam semesta.
Allah menciptakan manusia dengan keberadaannya memiliki kualitas yang unik.1
Salah satu keunikan manusia adalah memiliki kehendak bebas. Kehendak
bebas secara harafia dapat diartikan sebagai kebebasan dalam berkehendak.
Kehendak sendiri memiliki arti kemauan, keinginan dan harapan yang keras.
Sedangkan kata bebas memiliki arti lepas sama sekali, tidak terikat atau terbatas
dan merdeka. Dari penjelasan di atas, kehendak bebas merupakan suatu kebebasan
yang diberikan bagi seseorang untuk melakukan segala hal di bawah keinginannya
sendiri tanpa terikat suatu apapun.
Kehendak bebas ini adalah merupakan kekuatan dari kehendak yang
mengalir dari akal budi, sehingga manusia dapat "melakukan" atau "tidak
melakukan." Manusia memiliki kebebasan: "memilih ini" atau "memilih itu."
Manusia diciptakan Allah dengan kemampuan dapat berpikir dan melakukan
segala sesuatu berdasarkan apa yang dikehendakinya dan manusia merupakan
puncak segala susunan penciptaan.2
Allah memberikan kekuasaan atas alam semesta kepada manusia secara
total. Manusia diberi kuasa dalam mengatur ekosistem yang ada di dalam dunia
ini dengan sebaik mungkin, karena manusia adalah makhluk yang mulia dan
memiliki kemampuan yang lebih diantara seluruh ciptaan Allah yang lain. Maka
manusia yang berkuasa dan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia sesuai

1
Chan Simon. Spiritual Theology. (Yayasan ANDI. Yogyakarta,1998.), 67.
2
Berkhof Louis.. Teologi Sistematika Volume 2 Doktrin Manusia. (Surabaya : Momentum, 1995),
hlm 8
dengan tugas yang Allah berikan, hal ini dapat di lihat dari Kejadian 2:19-20.3
Oleh karena itu manusia memulai memberikan nama-nama kepada para hewan.
Allah benar-benar memberikan kehendak bebas kepada manusia, dari
jatuhnya manusia ke dalam dosa, akibat pilihan yang ditentukannya sendiri untuk
tidak mengindahkan perintah Allah kita dapat melihat bahwa Allah menciptakan
manusia bukan seperti robot yang terikat dalam suatu system yang dibuat oleh
penciptanya, tetapi manusia bebas dan dari ini kita dapat melihat bahwa manusia
merupakan ciptaan yang sempurna.
Kebasan Manusia untuk melakukan kehendaknya membawa mereka jatuh ke
dalam dosa. Mereka dengan sadar menggunakan kehendak bebasnya dengan tidak
taat kepada aturan yang diberikan Allah. Manusia memiliki anggapan bahwa
kehendak bebas yang dimilikinya itu absolut dalam artian tidak ada yang dapat
membatasi, mengganggu dan menghalanginya dalam berkehendak. Kehendak
bebas manusia yang tidak didasari pada aturan-aturan yang telah Tuhan tetapkan
dapat membuat dirinya jatuh dalam dosa. Dengan pemaparan diatas amat sangat
penting untuk setiap orang percaya mengerti dan memahami suatu topik yang
sangat fundamental ini. Penulis akan mengungkap mengenai kehendak bebas
manusia menurut John Wesley dan para ahli, dan juga melihat relevansinya bagi
kehidupan orang percaya masa kini.

B. Pandangan John Wesley dan para Ahli


3
Cornner. J Kevin. The Foundations of Christian Doctrine (Pedoman Praktis tentang Iman
Kristen). Malang:Gandum Mas, 2004), 278
Pandangan John Wesley
Kedaulatan Allah yang memberikan Kebebasan Manusia.  Dalam relasi
Tuhan dengan manusia, berbeda dengan hubungan Tuhan dengan ciptaan lainnya,
maka Tuhan memberikan ruang kepada manusia untuk mengekpresikan
pemahaman (understanding), keinginan (will) dan kebebasannya (liberty). Hanya
jika manusia mempunyai kebebasan untuk memilih maka manusia dapat
bertanggung jawab secara moral atas apa yang dia putuskan. Tanpa pilihan dan
kebebasan, adalah tidak adil menuntut pertanggungjawaban dari sesuatu yang di
luar kemampuan dan kehendak manusia untuk memilihnya. Tanpa kebebasan
tidak mungkin adalah moralitas kebaikan atau kejahatan.4
Konsep kasih karunia merupakan dasar yang menjadi ide John Wesley
mengenai Free will. Kebebasan untuk tidak mempedulikan kemurnian dari
keadaan alami manusia yang sebenarnya, adalah kehancuran pada kasih karunia
Allah.5 Dalam khotbahnya, “Justification by Faith” manusia telah jatuh ke dalam
dosa, Allah memberi kepada manusia Roh yang menjadi penggerak batin, Roh
inilah yang pada akhirnya mengarahkan kepada berbagai kasih sayang,
kemerdekaan, serta kebebasan untuk memilih.6 Setelah peristiwa kejatuhan
manusia ke dalam dosa, manusia terus menerus memilih untuk hidup di dalam
pemberontakan kepada Allah hingga sekarang.
Meskipun manusia telah berdosa, namun dibalik itu semua, Allah tetap
memberikan karya-Nya yang mulia kepada manusia untuk menyelamatkan
manusia dari dosa. Hal tersebut Ia lakukan karena Ia tidak menghendaki manusia
ciptaan-Nya sia-sia melakukan hidup yang kemudian berakhir pada kebinasaan.
Dan oleh sebab kasih-Nya yang besar kepada manusia, Ia berinisiatif untuk
mendamaikan diri dengan manusia.
Keselamatan adalah anugerah pemberian dari Allah untuk manusia.
Mengenai halnya keselamatan, John Wesley berkata, “Tidak ada apapun di dalam
kita, atau yang kita punyai, perbuatan yang layak ditangan Tuhan. Hal yang sama

4
Outler, John Wesley, 481 Dalam Esai “Thoughts Upon Necessity.” Lihat juga perdebatan sengit
antara Wesley dengan Augustus Toplady mengenai free will manusia.Coppedge, Shaping The
Wesleyan Message, 145–155.
5
Robert W. Burtner & Robert E. Chiles, hlm 109
6
Ibid hlm. 110
juga pernah dikatakan oleh Rasul Paulus, “Sebab karena kasih karunia kamu
diselamatkan” Ef. 2:8.7 Keselamatan diterima manusia, untuk dapat meresponnya
menggunakan iman percaya dalam diri manusia dengan pekerjaan Roh Kudus.
Bagi John Wesley, respon iman ditandai dengan dua gerakan, yaitu
bertobat dan percaya, yang terjadi secara bersamaan. Hal ini menciptakan “iman
keselamatan”.8 Adanya gerakan dalam diri sebagai respon manusia menerima
keselamatan dari Allah, manusia diberi hak untuk menerima atau menola k karya
keselamatan dari Allah.
Keselamatan menurut John Wesley merupakan kebergantungan
sepenuhnya pada Tuhan dengan rasa tanggung jawab yang penuh dari manusia,
dan dengan demikian universalitas rencana penebusan kepada seluruh manusia.
Dasar hubungan kebergantungan dan tanggung jawab memungkinkan manusia
untuk menolak atau memilih anugerah Allah.9
Keselamatan harus sampai pada tujuannya, yaitu pembaharuan kembali
tujuan manusia diciptakan untuk hidup sebagai peta dan gambar Allah di dunia
ini.10 Penebusan Allah kepada umat manusia membutuhkan respon dari dalam diri
manusia. Menurut John Wesley, keselamatan disediakan Allah bagi seluruh umat
manusia namun tetap memerlukan respon dari dalam diri manusia sebagai
penerima keselamatan.
Rm 8:32 mengatakan “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri,
tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak
mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” The
Works of John Wesley volume VII menjelaskan bahwa Kristus mati untuk kita
manusia yang berdosa.
Sewaktu kita mati dalam dosa, Allah tidak meluputkan Putra-Nya sendiri,
tetapi menyerahkan-Nya bagi kita semua. Dan alangkah bebasnya Dia
memberikan kasih karunia bebas bagi kita semua. Kasih yang tidak bergantung
pada kekuatan atau jasa apapun dalam diri manusia, perbuatan baik atau keadilan
dan kebenaran si penerima, tidak bergantung pada usaha.11

7
Steve Harper, hlm. 34
8
Steve Harper, hlm. 34
9
Robert W. Burtner & Robert E. Chiles, hlm 139
10
Sih Budidoyo, hlm. 61
Namun, seringkali disalah artikan bahwa manusia hidup lurus dan benar
sebagai cara untuk memperoleh keselamatan. Jauh sebelum manusia
menginginkan untuk diselamatkan, Allah telah memberinya anugerah
pendahuluan bersifat free in all. Anugerah pendahuluan inilah yang membawa
manusia untuk melakukan pertobatan kepada Allah. Manusia memiliki natural
image untuk menolak atau menerima anugerah keselamatan dari Allah. Anugerah
pendahuluan ini bersifat free in all, tanpa adanya unsur memaksa manusia,
manusia diberikan hak untuk menentukan sendiri melalui pertolongan Roh Kudus.

Martin Luther
Martin Luther, seorang pengikut teologi agustinus, juga
mempertentangkan antara anugerah dan kehendak bebas dalam relasinya dengan
keselamatan. Di dalam teologi Luther, pengajaran mengenai kehendak bebas
mempunyai peranan penting dalam menjelaskan pentingnya doktrin pembenaran
oleh anugerah Allah (justification by god’s grace). Hal ini karena sasaran teologi
Luther, menurut G. Ebeling adalah, “ … man who is guilty and lost and God who
justifies and saves, that is, the knowledge of God and man in strict relation to
what takes place between God and man.” 12
Luther menegaskan bahwa semua manusia telah jatuh ke dalam dosa dan
sebagai akibatnya mereka tidak dapat memperoleh keselamatan didasari atas jasa-
jasa kebaikan mereka sendiri. Hanya oleh anugerah Allah, manusia dapat
diselamatkan. Lagipula, ajaran kehendak bebas di dalam pemikiran teologi
Luther begitu signifikan karena hanya Luther saja yang telah mengembangkan
pemikiran tentang ajaran kehendak bebas secara mendalam dalam kaitannya
dengan kekuatan dosa yang telah membelenggu manusia.
Bagi Luther kehendak bebas manusia tidak pernah berdiri sendiri tetapi
selalu termasuk kepada milik kepunyaan Allah sebagai Pencipta. Selanjutnya
menurut Luther, kehendak bebas manusia adalah berasal dari Allah. ia berkata, “it
follows now that free choice is plainly a divine term, and can be properly applied

11
The Works of John Wesley volume VII second series of Sermons Concluded also third, fourth and
fifth series (through 14), Michigan: Zondervan Publishing House Grand Rapids, hlm. 373
12
4Luther: an introduction to His thought (tran. r.a. Wilson; Philadelphia: Fortress, 1983) 210.
to none but the Divine Majesty alone for he alone can do and does (as the psalmist
says, Ps. 115:3) whatever he pleases in heaven and on earth.”13
Dari sudut pemahaman teologis mengenai ketergantungan manusia kepada
Allah sebagai oknum yang empunya kehendak bebas, menurut Luther, sebagai
akibatnya dapat dikatakan bahwa manusia mempunyai kehendak bebas. tanpa
ketergantungan kepada Allah, manusia kehilangan kehendak bebasnya. setelah
manusia jatuh ke dalam dosa sebagai akibatnya manusia tidak dapat lagi
merefleksikan dan memanifestasikan kehendak allah. Dosa menjadikan keadaan
manusia, baik pikiran atau akal budi, kehendak, atau suara hati nurani, telah
tercemar dan berada di bawah pengaruh kekuasaan setan.
Dalam keadaan seperti ini, menurutnya, manusia kehilangan kehendak
bebasnya yang sebelumnya telah diterimanya dari Allah. ia menegaskan, “Free
will, after the fall, exists in name only, and as long as it does what it is able to do,
it commits a mortal sin.”14 Hal ini terjadi karena kehendak bebas terpisah dari
anugerah dan sebagai akibatnya kehendak bebas kehilangan kebebasannya.

Agustinus
Agustinus menekankan bahwa Allah adalah pencipta dan penyebab dari
segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini, meskipun demikian Allah bukanlah
pencipta atau penyebab sebuah dosa. Agustinus melihat kehendak bebas sebagai
sebuah kehendak yang di dalam kemampuan manusia secara sadar dapat memilih
untuk melakukan sesuatu. Sehingga, meski Allah tahu bahwa manusia pasti
berdosa, bukan berarti Allah mengubah kemampuan manusia untuk secara sadar
memilih, namun sebaliknya, Allah mengetahui kecenderungan pilihan manusia
secara pasti, yang di dalamnya manusia secara total mengambil pilihan itu secara
sadar dan tanpa paksaan.
Agustinus memahami bahwa kehendak manusia itu selalu bersifat bebas
terhadap pilihan-pilihan yang ada. Sehingga jika pilihan itu tidak ada atau hanya
ada satu pilihan maka sesungguhnya itu bukan pilihan, dan secara tidak langsung
meniadakan kehendak bebas. Oleh karena itu, kehendak bebas menurut Agustinus

13
Martin Luther, “On the Bondage of the Will” dalam Luther and erasmus: Free Will and salvation
141
14
Martin Luther, “Heidelberg Disputation” dalam Martin Luther’s Basic theological Writing 31.
selalu berjalan beriringan dengan adanya pilihan. Sehingga ketika manusia jatuh
dalam dosa, Allah secara pasti mengetahui itu meskipun Allah sesungguhnya
tidak menginginkan itu terjadi. Meskipun demikian, kembali perlu ditekankan
bahwa meskipun pengetahuan Allah bersifat pasti bukan berarti Allah
menginginkan dosa dan menyebabkan manusia berdosa, keberdosaan manusia
terjadi karena pilihan yang manusia pilih dalam kemampuannya berkehendak
secara bebas.15

John Calvin
Mengenai halnya keselamatan, Calvin menekankan tentang predestinasi.
Predestinasi harus dibedakan dengan providensi, providential yang berarti secara
harafiah merupakan suatu sikap melihat sebelumnya, pemeliharaan Allah. Dengan
providensi-Nya, Allah mengarahkan semua yang terjadi di sejarah dunia ini demi
kebaikan orang-orang pilihan-Nya. Ajaran providensi hendak menjelaskan bahwa
di dunia ini tidak ada yang terjadi secara kebetulan atau di luar dari kontrol Allah.
Predestinasi merupakan bentuk khusus pemeliharaan ini, yaitu
pemeliharaan manusia sejauh menyangkut keselamatan abadi yang diperoleh oleh
Yesus Kristus di kayu salib. Dalam penjelasannya tentang predestinasi, Calvin
mengacu pada Alkitab, antara lain: Ef.1:4 “Kita dipilih sebelum dunia
dijadikan” ; Yoh. 6:37, 39 “Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang
kepadaKu, dan inilah kehendak Bapa, yaitu supaya dari semua yang telah
diberikan-Nya kepadaKu jangan ada yang hilang” ; Yoh. 6:44 “Tidak ada
seorangpun yang datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang
mengutus Aku... Dan setiap orang yang telah mendengar dan menerima
pengajaran dari Bapa datang kepadaKu” ; Yoh. 13:18 “Bukan tentang kamu
semua Aku berkata, kata-Nya, “Aku tahu siapa yang telah Kupilih” ; Yoh. 6:39
“Dan inilah kehendak Bapa, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya

15
Berkhof & Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hlm. 171
kepadaKu jangan ada yang hilang. Sebab inilah kehendak-Nya, yaitu supaya
setiap orang yang percaya kepada Anak tidak binasa”.
Menurut Calvin, pemilihan ini juga terjadi karena Allah Bapa di Surga
tidak menemukan dalam seluruh keturunan Adam sesuatu apa pun yang layak
bagi pemilihan-Nya. Oleh karena itu, pandangan diarahkan-Nya kepada Kristus,
supaya dari tubuh Kristus dipilih-Nya anggota-anggota untuk diterima-Nya agar
mendapat bagian dalam warisan surgawi karena diri kita sendiri tidak mampu
mencapai kemuliaan sedemikian. Predestinasi adalah keputusan Allah yang kekal
yang dengan-Nya Dia menetapkan untuk diri-Nya sendiri, apa yang menurut
kehendak-Nya akan terjadi atas setiap orang. Sebab tidak semua orang diciptakan
dalam keadaan sama, tetapi untuk yang satu ditentukan kehidupan kekal, untuk
yang lain hukuman abadi. Dengan putusan yang kekal dan tidak berubah-ubah
telah ditentukan oleh Allah orang-orang mana yang tidak diterima-Nya dalam
keselamatan dan mana yang hendak dibiarkan binasa. Bagi mereka yang dipilih
oleh Allah, pilihan itu berdasarkan rahmat-Nya yang cuma-cuma tanpa
mempertimbangkan.
Dalam ajaran predestinasi, Calvin ingin menekankan bahwa tak
seorangpun menonjol karena kekuatannya atau kekurangannya sendiri sebagai
pelaku pemilihan itu. Sederhananya, Allah dengan kasih karunia pengangkatan
yang bebas menciptakan orang-orang yang dikehendaki-Nya menjadi anak-
anakNya sebab pada hakikatnya pemilihan itu terletak dalam diri-Nya karena Dia
menurut perkenanan-Nya yang tersembunyi. Predestinasi adalah dasar
pembenaran dan menjadikan semua usaha untuk membenarkan diri sia-sia. Allah
bebas menyelamatkan siapa saja yang mau diselamatkan-Nya. Sebaliknya, jika
orang tidak menerima keselamatan yang diberikan dalam Yesus, itu bukan
kehendak mereka sendiri, melainkan kehendak Allah. Menurut Calvin, penolakan
adalah sisi balik yang logis untuk pemilihan.16

16
Sih Budidoyo, Op.cit., hlm 50-51
Arminus
Penekanan teologis utama dari arminianisme adalah pemilihan yang
bersyarat berdasarkan pada kemahatahuan Allah. Anugerah dapat ditolak, dan
penebusan Kristus adalah universal. Manusia memiliki kehendak bebas dan
melalui anugerah yang disediakan dapat bekerja sama dengan Allah dalam
keselamatannya.
Kehendak bebas free will, adalah kemampuan untuk memilih di antara
berbagai rencana tindakan berbeda yang memungkinkan. Hal ini terkait erat
dengan konsep tanggung jawab, ujian, kesalahan, dosa, dan penilaian-penilaian
lain yang hanya berlaku pada tindakan-tindakan yang dipilih secara bebas.
Dalam free will ini doktrin yang berkaitan yang dianut Arminianisme
adalah kemampuan manusia untuk berinisiatif akan keselamatannya dan bekerja
sama dengan Allah dalam keselamatan. Bagi orang Armenian oleh karena
manusia dapat memilih sendiri, ternyata tidak semua orang memilih untuk
menjadi percaya. Menurut Arminianisme, mereka mampu memilih yang baik
tetapi mereka memilih yang jahat, yaitu menolak Allah dan Anugerah-Nya di
dalam Yesus Kristus yang ditawarkan dengan cuma-cuma.
Pemahaman golongan Arminianisme ialah bahwa semua orang mampu
percaya atau syarat-syarat untuk diselamatkan. Sebagian besar Arminian ingin
mempertahankan istilah pemilihan serta gagasan bahwa secara perseorangan
manusia telah ditetapkan sebelumnya untuk diselamatkan. Dalam pandangan
mereka bahwa Allah memilih beberapa orang untuk menerima keselamatan
sedangkan Ia hanya melewatkan yang lain. Di dalam bukunya yang berjudul
“Kedaulatan Allah”, A.W. Pink menuliskan bahwa nilai doktrin kedaulatan Allah
adalah menyatakan hikmat-Nya yang tak terukur, menyatakan kehendak-Nya
yang tidak berubah, meninggikan anugerah-Nya dan menimbulkan kerendahan
hati manusia.17

17
Bernid Fernando Nababan, Skripsi: “ Eksegesis Roma 9:6-16 Tentang Konsep Pilihan Allah”
(Surabaya: 2018) Hlm 30-31
Perbandingan Pandangan John Wesley dengan para ahli
Banyak perbedaan pandangan antara John Wesley dengan para ahli
sendiri. Menurut John Wesley kehendak bebas manusia merupakan Kedaulatan
Allah yang memberikan Kebebasan Manusia.  Dalam relasi Tuhan dengan
manusia, berbeda dengan hubungan Tuhan dengan ciptaan lainnya, maka Tuhan
memberikan ruang kepada manusia untuk mengekpresikan pemahaman
(understanding), keinginan (will) dan kebebasannya (liberty). Hanya jika manusia
mempunyai kebebasan untuk memilih maka manusia dapat bertanggung jawab
secara moral atas apa yang dia putuskan. Tanpa pilihan dan kebebasan, adalah
tidak adil menuntut pertanggungjawaban dari sesuatu yang di luar kemampuan
dan kehendak manusia untuk memilihnya. Tanpa kebebasan tidak mungkin adalah
moralitas kebaikan atau kejahatan. Jadi pandangan John Wesley bahwa Allah
memberikan kebebasan kepada manusia dalam memilih dan bertanggung jawab
atas pilihannya
Pemahaman ini berbeda dengan Calvinisme yang teguh berpegang bahwa
kedaulatan dan penetapan Allah atas segala sesuatu tidaklah bertentangan
(compabalitism) dengan kebebasan manusia. Manusia tetap harus bertangung
jawab atas tindakan dan keputusan yang dia ambil, walaupun memang Tuhan
yang menetapkan dan mengatur segala sesuatu untuk menwujudkan apa yang
sudah ditetapkan-Nya. Calvinisme berpegang teguh bahwa anugerah keselamatan
itu benar-benar anugerah dan pekerjaan Tuhan, manusia tidak ada andil sama
sekali di dalamnya, anugerah keselamatan itu tidak bersyarat dan tidak dapat
ditolak dan karena itu tidak dapat hilang, karena semuanya ada di tangan Tuhan
bukan kehendak bebas manusia. Calvinisme mengakui itu menggabungkan dua
hal ini adalah paradoks yang harus diterima sebagai misteri hikmat dari Allah
yang tak terselami oleh manusia.
Jika dibandingkan dengan pandangan Arminianisme, pandangan
Arminianisme sering digugat sebagai kelompok yang mengagungkan free will
manusia dan mengecilkan kedaulatan Tuhan yang akan berakibat kepada
kekacauan dan ketidakpastian. Wesley menegaskan bahwa kedaulatan dan
kemuliaan Tuhan akan lebih nampak dan terwujud melalui pemberian kebebasan
kehendak kepada manusia daripada kedaulatan yang diterapkan dengan penetapan
yang tanpa pilihan.18 Kedaulatan dan kuasa Tuhan berbeda secara kualitatif
dengan kehendak dan pilihan manusia, pada akhirnya pastilah kehendak Tuhan
yang terwujud. Karena itu dapat dipahami dalam perspektif pengetahuan yang
sempurna dari Allah yang memberikan ruang kepada kehendak bebas manusia,
daripada penetapan yang absolut dan tak berubah, yang tidak memberikan ruang
kepada kehendak bebas manusia.
Teologi Luther, orang-orang yang dibenarkan oleh Allah adalah orang-
orang yang mempunyai kehendak bebas untuk melakukan hal-hal yang baik dan
benar sesuai dengan kehendak dan perintah-perintah Allah. Kehendak bebas yang
mereka miliki bukanlah kehendak bebas yang tanpa koridor hukum-hukum Allah
tetapi sebaliknya kehendak bebas mereka adalah kehendak bebas yang justru
menjalankan hukum-hukum dan perintah-Nya. Baginya, jika kehendak bebas
tidak digunakan untuk melayani orang lain itu berarti kehendak bebas tersebut
tidak berhubungan dengan keselamatan.
Agustinus melihat kehendak bebas adalah kehendak yang di dalam
kemampuan manusia secara sadar memilih untuk melakukan sesuatu. kehendak
bebas menurut Agustinus selalu berjalan beriringan dengan adanya pilihan.
Sehingga ketika manusia jatuh dalam dosa, Allah secara pasti mengetahui itu
meskipun Allah sesungguhnya tidak menginginkan itu terjadi. Meskipun
demikian, kembali perlu ditekankan bahwa meskipun pengetahuan Allah bersifat
pasti bukan berarti Allah menginginkan dosa dan menyebabkan manusia berdosa,
keberdosaan manusia terjadi karena pilihan yang manusia pilih dalam
kemampuannya berkehendak secara bebas.
Menurut Luther dan Agustinus, kehendak bebas merupakan pemberian
Allah kepada manusia, dan hal itu merupakan kepemilikan Allah, tetapi manusia
karena ketidak tergantungannya kepada Allah, manusia akhirnya jatuh ke dalam
dosa, hal ini bukan berarti Allah menginginkan dosa, tetapi Allah secara pasti
mengetahui itu meskipun Allah sesungguhnya tidak menginginkan itu terjadi.
Meskipun demikian, kembali perlu ditekankan bahwa meskipun pengetahuan
18
Roger E. Olson, Against Calvinism (Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 2011), 129 Kutipan
dari “Predestination Calmly Considered.”
Allah bersifat pasti bukan berarti Allah menginginkan dosa dan menyebabkan
manusia berdosa, keberdosaan manusia terjadi karena pilihan yang manusia pilih
dalam kemampuannya berkehendak secara bebas. Hal ini menjadi sejalan dengan
pandangan Wesley yang menurutnya bahwa kehendak bebas manusia merupakan
pemberian Allah.

Pembahasan Konteks masa kini


Menurut pandangan dan juga pendapat dari penulis, pembahasan mengenai
Free Will atau Kehendak bebas ini masih sangat relevan dengan kehidupan saat
ini. Penulis bisa mengatakan bahwa materi kehendak bebas ini relevan
dikarenakan masih seringnya ada pembahasan mengenai kehendak bebas dan dosa
yang dialami oleh anak Tuhan pada waktu ini. Namun pembahasan mengenai hal
ini tidak langsung kepada kehendak bebas melainkan dibahas dengan tema lain
yang sebenarnya berkaitan dengan asal mula dosa.
Kehidupan orang percaya saat ini adalah teramat sering manusia hidup di
dunia ini dengan menyalah gunakan kehendak bebas yang diberikan Allah dengan
tidak taat pada otoritas atau ketetapan TUHAN Allah. Semua manusia dengan
kehendak bebasnya berbuat sesuka hatinya dan fokus utama dalam kehidupannya
adalah kepuasannya, sehingga segala sesuatu yang dibuatnya diukur pada
kepuasan dan kesukaan hatinya. Tetapi itu merupakan konsep yang salah dalam
meresponi kehendak bebas yang diberikan Allah kepada manusia. Manusia adalah
makhluk ciptaan Allah, Allah adalah Sang pencipa. Masaka manusia yang adalah
ciptaan menggunakan kehendak yang mereka terima dari Sang pencipta dengan
tidak tunduk pada otoritas dan kehendak Allah. Konsep yang benar adalah
bagaimana manusia dapat menggunakan kehendak bebas yang diberikan Allah
dengan tunduk pada otoritas Sang pemberi kehendak bebas. Inilah yang harus
menjadi dasar dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Dengan adanya kehendak
bebas yang dimiliki oleh manusia itu merupakan suatu hal yang sangat luar biasa.
Karena hanya manusia yang memiliki kehendak bebas, sedangkan mahkluk
ciptaan lain tidak memilikinya.
Sudah sepantasnya kehendak bebas yang diberikan Allah kepada manusia
itu disyukuri. Mensyukuri kehendak bebas dengan menggunakan kehendak bebas
tersebut dengan taat dan tunduk kepada otoritas kehendak Allah. Itulah
penggunaan kehendak bebas yang bertanggung jawab kepada Allah Sang pemberi
kehendak bebas. Setiap orang percaya juga harus bertanggung jawab atas
hidupnya, kehendak bebas yang dari Allah merupakan anugerah atas manusia
sehingga manusia dapat mencari dan memuliakan Allah dalam hidupnya.
Kehendak bebas juga merupakan Kehendak manusia dapat juga diartikan
sebagai usaha. Dalam pemeliharaan Allah, Allah tidak mengidentikkan manusia
seperti robot, karena robot dirancang dengan program serta diberi memori agar
robot itu dapat berbertindak menurut memori itu. Namun robot itu tidak dapat
bertindak di luar memori yang diberi kepadanya. Ia tidak memiliki pikiran,
perasaan dan kehendak seperti manusia. Berkaitan dengan pemeliharaan Allah
bahwa manusia bertindak dan bertanggung jawab untuk memelihara diri-Nya
menurut kehendak Allah. Sebagai contoh, Allah telah memberkati manusia
dengan berkat umurn, katakanlah berkat ifu adalah uang. Pada waktu Allah
menciptakan manusia, ia memberkati manusia dengan menempatkan manusia di
taman Eden, tetapi karena dosa, manusia harus keluar dari taman ifu dan
mengusahakan tanah (Kej. 3:23). Ia harus mencari, maka ia akan mendapat. Allah
telah menyediakan berkatnya dalam alam semesta ini dan manusia harus
mencarinya, maka ia akan mendapatnya. Jadi barangsiapa yang berusaha pasti
akan mendapat, baik orang yang tidak percaya maupun orang percaya. Bisa
jadiorang percaya jatuh miskin karena ia tidak bekerja dan orang yang tidak
percaya lebih kaya karena ia rajin bekerja. Yang jelas adalah Allah memberkati
semua manusia dengan berkat umum, kekayaan, harta, matahari, nafas dan lain-
lain, dan hanya orang percaya yang diberkati dengan berkat khusus, yaifu berkat
keselamatan, seperti karunia rohani. Oleh karena ifu, pertanyaan yang dilontarkan
oleh orang Atheisbahwa hanya manusia yang memprovidensia dirinya sendiri
benar jika dilihat dari posisi usaha manusia, karena usaha itu nyata clan dalam
posisi yang berbeda ia harus bertanggung jawab untuk melakukan perintah Tuhan
(konsep mengusahakan tanah) guna mendapat berkat. Tuhan sendiri menggunakan
usaha manusia unfuk memelihara diri manusia dan sekitarnya, karena manusia
diberi kehendak, pikiran, dan perasaan. Jadi kesimpulannya semua yang di
berikan Allah kepada manusia, baik kehendak bebas itu sendiri merupakan
kedaulatan Allah dalam memberikan manusia kesempatan untuk bertindak di
bawah keinginannya sendiri dan harus memuliakan Allah.
Pendapat Penulis
Menurut pandangan penulis, sejak semula manusia diberikan hak untuk
"memilih", manusia bukan robot dan Allah bukanlah diktator yang otoriter.
Manusia di ciptakan menurut gambar dan rupa Allah yang memiliki akal budi dan
memberikan mereka kehendak bebas (Free Will) pada awalnya kehendak bebas
manusia itu bertujuan hanya untuk memuliakan Tuhan dengan mengikuti semua
perintahNya. Namun ketika manusia jatuh kedalam dosa dan mengikuti asutan
iblis, membuat manusia mengalami kerusakan moral. Setelah saya baca-baca dan
pahami pandangan paara teolog dan membandingkannya saya menemukan sebuah
pemahaman, bahwa ketika manusia manusia jatuh kedalam dosa, kehendak bebas
manusia itu lebih mengarah kepada kejahatan dan lebih condong kepada menjadi
budak atau hamba dosa tetapi di dalamnya kita dapat melihat kesempurnaan
ciptaan Allah yang benar diberikan kehendak bebas atas perbuatannya.
Manusia yang ada di bawah kolong langit ini telah jatuh ke dalam dosa. Ini
telah terjadi karena manusia, telah mengikuti tipuan Setan dari pada kehendak
Allah. Sebagai akibatnya, manusia telah mewarisi dosa manusia pertama itu. Oleh
sebab itu manusia dapat diselamatkan dari dosa hanya melalui anugerah Allah saja
yang mana berpuncak di dalam keselamatan di dalam Kristus Yesus. Dan saya
sangat setuju dengan pemahaman oleh John Wesley Kasih Karunia adalah dasar
tentang Free will, dalam khotbahnya “Justification By Faith” Manusia telah jatuh
ke dalam dosa, Allah memberikan Roh kepada manusia sebagai penggerak batin,
Roh ini mengarahkan diri ke berbagai kasih sayang, kemerdekaan, dan kebebasan
untuk memilih. Orang-orang yang dibenarkan itu akan memiliki kemampuan
menggunakan kehendak bebasnya untuk memuliakan Tuhan dan menuruti
perintah Tuhan dan juga bukan berarti orang kristen atau orang percaya itu selalu
mampu menggunakan kehendak bebasnya untuk memuliakan Tuhan, ada juga
yang jatuh, tetapi bagi orang yang selalu berserah, bertobat, dan mengakui
kesalahannya, maka ia juga akan mendapatkan pengudusan dan penguatan,
sehingga dalam prosesnya orang-orang percaya mampu menggunkan kehendak
bebasnya untuk memuliakan Tuhan dan mengasihi sesama. Bukan hanya itu
bahkan sampai menerima atau menolak keselematan perlu respon atau kehendak
bebas manusia. Pandangan saya tentang keselamatan adalah bahwa keselematan
itu diberikan kepada semua orang tanpa terkecuali dan oleh sebab itu Yesus pun
tidak memaksa ataupun memohon-mohon agar semua orang percaya kepadaNya.
Roh Allah akan menolong semua orang untuk menerima atau merespon
keselematan itu, namun banyak juga orang yang menolak untuk percaya dan
menolak keselamatan itu dan itu semua berbicara kehendak bebas manusia.
Menurut penulis juga, pandangan-pandangan dari para ahli pun seharusnya
menjadi perbandingan yang membangun dalam menguatkan satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai