Hernika
Email: Hernikapaulus14@gmail.com
Abstrak
Karya sastra hadir sebagai wujud nyata imajinatif kreatif seorang sastrawan dengan
proses yang berbeda antara pengarang yang satu dengan pengarang yang lain, terutama dalam
penciptaan cerita fiksi. Proses tersebut bersifat individualis artinya cara yang digunakan oleh
tiap-tiap pengarang dapat berbeda. Perbedaan itu meliputi beberapa hal diantaranya metode,
munculnya proses kreatif dan cara mengekspresikan apa yang ada dalam diri pengarang hingga
bahasa penyampaian yang digunakan (Waluyo, 2002:68). Bagi kebanyakan orang, karya sastra
menjadi sarana untuk menyampaikan pesan tentang kebenaran, tentang apa yang baik dan
buruk. Ada pesan yang sangat jelas disampaikan, ada pula yang bersifat tersirat secara halus,
karya sastra dapat dipakai untuk menggambarkan apa yang ditangkap pengarang tentang
kehidupan di sekitarnya atau secara sosial, bisa juga tentang psikologi manusia karena memang
bahan utama dari terciptanya sebuah karya sastra adalah manusia. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode Kualitatif dengan cara analisis
deskriptif. Menurut koentjaraningrat (1976:30) bahwa penelitian yang bersifat deskriptif yaitu
memberikan gambaran yang secermat mungkin tentang suatu individu, keadaan, gejala, atau
kelompok tertentu .Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Maryam karya Oki
Madasari. Jenis data penelitian adalah data tertulis. Data tertulis tersebut berupa teks (dialog,
kata, frasa, dan kalimat) yang mengindikasikan proses kejiwaan yang terdapat dalam novel.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode Kualitatif
dengan cara analisis deskriptif. Menurut koentjaraningrat (1976:30) bahwa penelitian yang
bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran yang secermat mungkin tentang suatu individu,
keadaan, gejala, atau kelompok tertentu .Sumber data dalam penelitian ini adalah novel
Maryam karya Oki Madasari. Jenis data penelitian adalah data tertulis. Data tertulis tersebut
berupa teks (dialog, kata, frasa, dan kalimat) yang mengindikasikan proses kejiwaan yang
terdapat dalam novel. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah studi
kepustakaan (library research), yaitu mengumpulkan informasi dari kepustakaan yang
berhubungan.Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari buku, jurnal, majalah, dan situs
internet.
Ia tahu, orangtuanya tak akan mau anaknya pacaran dengan orang Hindu. Ia juga tak mau
terang-terangan menantang bapak dan ibunya, memaksa mereka menerima kenyataan ia
ingin hidup bersama orang yang dicintainya, meski ia Hindu. Maka Umar memilih
bungkam. Menikmati kebahagiaan di Bali, tanpa menyakiti orang tuanya di Sumbawa.
Kutipan novel diatas termasuk dalam Id yang berdasarkan pada prinsip kenikmatan
(pleasure principle), yaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit
kedua orang tua Umur melarang Umar untuk berpacaran dengan orang luar yang tidak
seagama dan beda kenyakinan dengan suku mereka yakni, Umur merupakan seorang
Ahmadi dan pacar umar merupakan seorang yang beragama Hindu, mereka telah
berpacaran sejak Umar masih mahasiswa baru tetapi Umar tidak peduli dengan kata-kata
orang tuanya dan lebih memilih untuk pergi ke Bali untuk menikmati kebahagiaan bersama
pacarnya dan menghindari pertengkaran dengan kedua orang tuanya.
Mereka pun sadar, Maryam bukan lagi anak kecil yang bisa dipaksa. Maryam orang
dewasa yang bisa hidup sendiri tanpa tergantung siapa-siapa. Tak akan bisa orangtuanya
memaksa Maryam menikah dengan laki-laki yang sudah dipilihkan. Satu-satunya yang
bisa dilakukan adalah membuat laki-laki pilihan Maryam mengerti dan mengikuti apa
yang mereka percayai. Demi kebahagiaan mereka berumah tangga nanti.
ID yang dimiliki oleh Maryam dan kedua orang tuanya, yakni kedua orang tua Maryam
tidak ingin Maryam menikah dengan orang yang bukan Ahmadi karena kedua orang tua
Maryam belajar dari anak tetangga mereka yang menikah dengan orang yang bukan
Ahmadi bercerai dan rumah tangganya berantakan. Orang tua Maryam tidak ingin anaknya
mengalami hal yang sama jadi sebisa mungkin orang tua Maryam melarangnya menikah
dengan orang bukan Ahmadi tetapi Maryam bertekad untuk menikah dengan Alam yang
bukan seorang Ahmadi tanpa memberitahukan kepada orang tuanya.
Tentang pernikahan yang tak mengungkit-ungkit keyakinan. Tentang hidup bersama dalam
bahagia dengan membiarkan satu sama lain memelihara apa yang sejak kecil telah mereka
percayai. Maryam juga menambahkan cerita-cerita tentang keluarga Ahmadi di Kampung
Gondrong. Maryam ingin menunjukkan ia tak akan melupakan akarnya, ia akan sering-
sering datang ke sana, ia akan makin rajin datang ke pengajian Ahmadi setelah menikah
dengan Alam.
Pak Khairuddin terpesona. Ia tak henti-hentinya bersyukur. Tuhan mengabulkan doa yang
dipanjatkannya setiap hari. Mengirim seorang pemuda Ahmadi untuk menjadi jodoh dan
pemimpin bagi anak perempuannya.
Ego yang dimiliki oleh pak Khairuddin, ayah maryam, yakni ayah maryam merasa bahagia
karena ada seorang laki-laki Ahmadi yang hendak melamar maryam. Ayah maryam tidak
henti-hentinya mengucapkan syukur karena akhirnya anak perempuannya menemukan
jodoh orang Ahmadi setelah gagal dalam pernikahan pertamanya dan kedua orang tua
Maryam memang ingin anaknya menikah dengan orang Ahmadi.
Hingga surat dari Bu Zul datang, mengabarkan bahwa Gamal telah menghilang. Bu Zul
menceritakan semuanya dalam surat. Tentang Gamal yang mulai berubah sejak pulang
dari Banten, Gamal yang tak mau lagi datang ke pengajian dan menganggap orang-orang
Ahmadi sesat, sampai Gamal yang meninggalkan rumah tanpa memberi kabar.
Ego yang terdapat pada Gamal, yakni Gamal yang sejak kecil sudah mengikuti pengajian-
pangajian orang Ahmadi dan kedua orang tua gamal yang selalu mengajarkan ajaran orang
Ahmadi tiba-tiba berubah dan tidak ingin ketemu dengan Maryam setelah pulang dari
Banten untuk urusan Skripsinya. Ia mulai menganggap dan menolak ajaran orang Ahmadi
dan menganggap ajaran orang Ahmadi merupakan agama orang sesat.
Sejak kecil begitulah Alam dibentuk ibunya. Tak akan ada satu keputusan pun ia ambil
tanpa ibunya. Apalagi untuk urusan sebesar ini: soal jodoh dan pernikahan. Alam ingin
menceritakan semuanya, membuat ibunya paham dan mengerti, lalu sepenuh hati merestui
rencananya menikahi Maryam.
Sejak kecil Alam di dibentuk oleh ibunya dengan cara Alam tidak bisa mengambil suatu
keputusan tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari ibunya. Apalagi untuk masalah
pernikahannuya, Alam mencoba untuk membujuk ibunya untuk menerima Maryam sebagai
menantunya dengan cara agar setelah menikah nanti Maryam tidaj lagi mengikuti kajian-
kajian orang Ahmadi.
Sering ada pengajian di rumah Pak Zul. Pengajian sesama Ahmadi. Setidaknya dua bulan
sekali, pada hari Jumat malam. Kalau tidak ada pengajian di rumah itu, berarti
pengajiannya ada di rumah keluarga Ahmadi yang lain. Itu berarti Maryam dan dua anak
Pak dan Bu Zul harus ikut datang ke rumah keluarga itu. Menyisihkan waktu dari jam
17.00 sampai 20.00. Pengajian-pengajian ini seperti aturan baku yang tak boleh
dilanggar. Maryam yang menumpang tahu diri dan merasa tak keberatan. Toh di rumah
dulu ia juga selalu harus ikut pengajian. Dua anak Pak dan Bu Zul juga telah menjadikan
ini kewajiban, sebagaimana mereka sejak kecil dididik untuk salat lima waktu. Dua anak
Pak dan Bu Zul, perempuan dan laki-laki, besar di kota besar dan menikmati segala
kemajuan tanpa kendor dalam beribadah. Semuanya sudah seperti menempel dalam alam
bawah sadar. Ibadah dan pengajian tidak lagi sekadar kebiasaan dan kewajiban, tapi juga
kebutuhan.
kekuatan moral dan etik dari kepribadian orang Ahmadi yaitu sering mengadakan pengajian
setiap 1 bulan sekali dengan tenpat yang berbeda-beda. Sejak kecil anak-anak akan dibawa
ke pengajian begitu pun Maryam selalu mengikuti kajian tersebut.
Kesimpulan
Teori psikoanalisis adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan
kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-
aspek internal lainnya. Teori psikologi yang paling dominan dalam analisis karya sastra adalah
teori Sigmund Freud. Menurut Freud, teori kepribadian pada umumnya dibagi menjadi tiga
bagian, (1) id atau das es, (2) ego atau das ich, (3) superego atau das ueber ich. Teori Freud
dimanfaatkan untuk mengungkapkan berbagai gejala psikologis di balik gejala bahasa.
Sigmund Freud, yang mengemukakan gagasan bahwa kesadaran itu hanyalah bagian kecil saja
dari kehidupan mental, sedangkan bagian yang terbesarnya adalah justru ketaksadaran atau
alam tak sadar. Freud mengibaratkan alam sadar dan tak sadar itu dengan sebuah gunung es
yang terapung di mana bagian yang muncul ke permukaan air (alam sadar) jauh lebih kecil
daripada bagian yang tenggelam (alam tak sadar).
Daftar Pustaka