ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS PADA NY. N P1A0 USIA POST PARTUM HARI ke
28 KF III NIFAS FISIOLOGIS DENGAN ASIP
DI ...........
Oleh:
NAFIA NUR HANDAYANI
200070500111009
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Segala syukur dipanjatkan bagi Allah SWT yang telah member petunjuk serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny. N P1a0 Usia Post Partum Hari Ke 28 Nifas
Fisiologis Dengan Asip” Laporan Pendahuluan ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi
bahan pembelajaran pada pendidikan profesi. Penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari sempurna, sehingga penulis menerima kritik dan saran dari pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Penulisan ini berdasarkan kumpulan artikel, literatur ilmiah dan buku yang
penulis simpulkan guna untuk meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan
baru tentang Keluarga Berencana.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum
hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Walyani & Purwoastuti, 2015).
d. Sistem Reproduksi
Serviks mengalami involusi bersama uterus, setelah persalinan ostium
eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tengah, setelah 6 minggu persalinan
serviks menutup. Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar seelama proses melahirkan bayi, dalam beberapa hari pertama setelah
partus keadaan vulva dan vagina masih kendur, setelah 3 minggu secara perlahan-
lahan akan kembali ke keadaan sebelum hamil. Perineum akan menjadi kendur
karena sebelumnya teregang oleh tekana kepala bayi dan tampak terdapat robekan
jika dilakukan episiotomi yang akan terjadi masa penyembuhan selama 2 minggu.
Payudara, suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan
vascular sementara, air susu saat diproduksi disimpan di alveoli dan harus
dikeluarkan dengan efektif dengan cara didisap oleh bayi untuk pengadaan dan
keberlangsungan laktasi.
Diameter
Berat Bekas
Involusi TFU Keadaan Cervix
Uterus Melekat
Plasenta
Setelah Sepusat 1000 gr 12,5 Lembik
plasenta Pertengahan 500 gr 7,5 cm Dapat dilalui 2 jari
lahir pusat
1 minggu symphisis 350 gr 5 cm Dapat dimasuki 1 jari
Tak teraba
2 minggu 50 gr 2,5 cm
Sebesar hamil
6 minggu 2 minggu
30 gr
Normal
8 minggu
Perubahan Uterus Setelah melahirkan, Sumber :
e. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam, urin dalam jumlah besar akan
dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Keadaan ini menyebabkan
dieresis, ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
f. Sistem gastrointestinal
Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal,
namun asupan makan kadang juga mengalami penurunan selama 1-2 hari, rasa
sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang.
g. Sistem endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum,
progesterone turun pada hari ke 3 post partum, kadar prolaktin dalam darah
berangsur-angsur hilang.
h. Sistem musculoskeletal
Abulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum, ambulasi dini sangat
membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi
i. Sistem integument
Perubahan psikologis pada masa nifas menurut Walyani & Purwoastuti (2015), yaitu :
a. Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dar hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan, pada fase ini ibu sedang berfokus terutama
pada dirinya sendiri, ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang
dialaminya dari awal sampai akhir.
b. Fase Taking Hold
Fase taking hold adalah periode yang berlangsung atara 3-10 hari setelah
melahirkan, pada fase ini timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
c. Fase Letting Go
Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan peran
barunya sebagai orang tua, fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
2. Produksi ASI
Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pendorong
pembentukan ASI mulai bekerja. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama
sejak bayi lahir akan dapat menghasilka 50-100 ml/hari, dan jumlah ini akan terus
bertambah sehingga mencapai sekitar 400-500 ml/hr pada waktu bayi mencapai
usia 2 minggu. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya selama 4-6
bulan pertama. Karena selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi
kebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran ASI menurun dan sejak itu
kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat
makanan tambahan (McKinney et al., 2017). Berdasarkan waktu diproduksi, ASI
dapat dibagi menjadi 3 antara lain :
a) Kolestrum
Merupakan cairan yang pertama kali diekskresi oleh kelenjar mamae yang
mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan
duktus dari kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat dari
masa laktasi. Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah dan merupakan cairan
kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan lebih kuning dibandingkan ASI
matur. Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI matur dimana
protein utama adalah casein. Pada kolostrum protein yang utama adalah globulin
sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi. Kolostrum
lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI matur yang dapat memberikan
perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama dan lebih rendah kadar karbohidrat
dan lemaknya dibandingkan ASI mature. Sedangkan total energi lebih rendah
dibandingkan ASI mature yaitu 58 kalori/100 ml kolostrum.
b) Air susu masa peralihan (masa transisi)
Merupakan peralihan dari kolostrum menjadi ASI mature dan dieksresi dari
hari ke-4 sampai ke-10 dari masa laktasi. Pendapat lain mengatakan bahwa ASI
mature baru akan terjadi pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5. Kadar protein
semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi namun
volumenya semakin meningkat.
c) Air Susu Matur
ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya dikatakan
komposisinya relatif konstan (McKinney et al., 2017). Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi produksi ASI menurut (Karin et al., 2012) diantaranya :
1. Makanan Ibu
Makanan yang dimakan ibu yang sedang menyusui tidak secara langsung
mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Jika makanan ibu
terus-menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan, maka kelenjar
pembentuk ASI tidak akan bekerja sempurna dan akan berpengaruh terhadap
produksi ASI. Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya mendapat tambahan
makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembentukan ASI.
2. Ketentraman Jiwa dan Raga
Pengeluaran ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan ibu yang selalu
dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk
ketegangan emosional yang mungkin akan gagal dalam pemberian ASI untuk
bayinya.
3. Pengaruh Persalinan dan Klinik Bersalin
Para ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap
kebiasaan memberikan ASI pada ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik
bersalin, karena lebih menitikberatkan pada upaya persalinan dapat berjalan
dengan lancer, ibu dan anak dalam keadaan selamat dan sehat.
4. Penggunaan Alat Kontrasepsi
Alat kontrasepsi yang bisa digunakan selama menyusui antara lain kondom,
Intra Uterine Device (IUD), pil KB khusus menyusui. Pada beberapa jenis
kontrasepsi, terutama yang mengandung hormone estrogen (seperti pil oral
kombinasi dan suntik KB1 bulan) dapat mempengaruhi jumlah ASI secara
signifikan karena hormon estrogen yang terdapat didalamnya menekan produksi
hormon prolaktin yang berperan dalam produksi ASI.
5. Faktor Fisiologi
Proses produksi ASI dipengaruhi oleh hormon tertentu. Dua hormone yang
berperan dalam produksi adalah hormone prolaktin dan oksitosin. Hormon
prolaktin menentukan produksi dan mempertahankan sekresi ASI sedangkan
hormon oksitosin menyebabkan sel-sel otot disekitar alveoli berkontraksi
sehingga mendorong ASI masuk ke saluran penyimpanan.
6. Pola Istirahat
Faktor lain yang mempengaruhi pengeluran dan produksi ASI adalah pola
istirahat. Apabila ibu terlalu capek dan kurang istirahat, ASI akan berkurang.
Pada bulan-bulan pertama, ibu akan merasa kurang beristirahat karena pola
tidur bayi yang belum teratur.
7. Faktor Isapan Anak dan Frekuensi Menyusui
Semakin sering bayi menyusui, produksi dan pengeluran ASI akan bertambah.
8. Umur Kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan ibu juga turut mempengaruhi produksi ASI. Hal ini disebabkan
bayi yang lahir premature (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah
dan tidak mampu menghisap langsung ASI dengan baik sehingga produksi ASI
lebih rendah daripada bayi yang lahir cukup bulan.
9. ASI sebagai sumber makanan utama bayi tidak hanya bermanfaat bagi bayi,
melainkan juga bagi ibu, keluarga, masyarakat dan negara. Adapun manfaat ASI
untuk ibu antara lain (Roesli, 2010) :
a. Hisapan bayi membantu rahim kembali normal, mempercepat kondisi ibu
untuk kembali ke masa pra kehamilan dan mengurangi risiko perdarahan.
b. Lemak disekitar panggul dan paha akan pindah kedalam ASI, sehingga
berat badan ibu kembali normal.
c. Ibu yang menyusui memiliki risiko lebih rendah terkena kanker payudara
dan kanker rahim
d. Tidak akan basi. ASI yang tidak dikelaurkan akan kembali diserap tubuh.
10. Keadaaan khusus untuk pertimbangan pemberian ASI, yaitu (Kemenkes RI,
2015b) :
a. Bayi terdiagnosis galaktosemia
b. Pada keadaan ini, idealnya bayi diberikan susu formula bebas galaktosa.
c. Ibu positif terinfeksi HIV. Bayi yang diberikan ASI eksklusif jika : Bayi juga
positif terinfeksi HIV atau Ibu sudah minum antiretroviral selama 4 minggu
atau Status HIV bayi negatif atau belum diketahui namun susu formula atau
fasilitas untuk pemberiannya (air bersih dan sanitasi) tidak tersedia Tetapi,
bayi diberikan susu formula jika status HIV bayi negatif atau belum diketahui
dan susu formula dan fasilitas (air bersih dan sanitasi) tersedia
11. Perhatikan hal-hal berikut ini ketika menyusui : Posisi bayi yang benar, Kepala,
leher, dan tubuh bayi dalam satu garis lurus, Badan bayi menghadap ke dada ibu,
dan Badan bayi melekat ke ibu Seluruh badan bayi tersangga dengan baik, tidak
hanya leher dan bahu saja
12. Tanda bayi melekat dengan baik:
a. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
b. Mulut bayi terbuka lebar
c. Bibir bawah membuka lebar, lidah terlihat di dalamnya
d. Areola juga masuk ke mulut bayi, tidak hanya puting susu. Areola bagian
atas tampak lebih melebar
13. Tanda bayi menghisap dengan efektif:
a. Menghisap secara mendalam dan teratur
b. Kadang diselingi istirahat
c. Hanya terdengar suara menelan
d. Tidak terdengar suara mengecap
14. Setelah selesai:
a. Bayi melepas payudara secara spontan
b. Bayi tampak tenang dan mengantuk
c. Bayi tampak tidak berminat lagi pada ASI
15. Tanda bayi mendapat ASI cukup:
a. Buang air kecil bayi sebanyak 6x/24 jam
b. Buang air besar bayi bewarna kekuningan
c. Bayi tampak puas setelah minum ASI
d. Tidak ada aturan ketat mengenai frekuensi bayi menyusu (biasanya
sebanyak 10-12 kali/24 jam)
e. Payudara terasa lembut dan kosong setelah menyusui
1) Pengertian ASIP
ASIP adalah ASI yang diambil dengan cara diperas dari payudara baik
nantinya diberikan pada bayi. Waktu terbaik untuk memerah ASI adalah pada saat
payudara sedang penuh sementara ibu tidak bisa menyusui, atau bayi sudah
kenyang sedangkan air susu dalam payudara belum habis (AIMI, 2011).
2) Manfaat ASIP
ASIP merupakan salah satu alternatif bagi ibu pekerja yang memiliki
nutrisi bayi tetap terpenuhi dengan ASI. Menurut beberapa penelitian kandungan
vitamin A, D dan E dalam ASIP masih relatif lebih stabil jika disimpan selama
seminggu pada suhu -20o (membeku), sedangkan kandungan vitamin C relatif lebih
cepat berkurang, demikian pula dengan kandungan zat kekebalan tubuh. Walau
kandungan zatnya berkurang seiring makin lama penyimpanan, namun jumlah
semua zat pada ASIP tersebut tetap masih dalam batas nilai yang telah ditetapkan
secara internasional dan baik diberikan pada bayi. Meskipun ASI tidak diberikan
secara langsung namum kualitas ASIP masih jauh lebih bagus dibandingkan susu
formula. Dengan pemberian ASI saja pada bayi maka ibu tidak perlu mengeluarkan
biaya untuk pembelian susu formula sehingga akan menekan pengeluaran untuk
mesterilkan alat pada saat sebelum dan sesudah memerah ASI. Namun, karena
b. Lemari es / Freezer Lemari es atau freezer sangat membantu bagi ibu yang
ingin menyimpan stok ASI dalam waktu yang relatif lama. Akan tetapi, bagi
ibu yang tidak memilikinya bisa menggantikanyya dengan cooler box, meski
daya tahannya sebentar apabila manajemen stok ASI baik, ASIP tetap akan
sukses.
c. Botol Kaca Penyimpan ASI Botol kaca menempati prioritas utama sebagai
tempat penyimpanan ASI karena botol kaca tahan terhadap panas. Lemak ASI
pun tidak mudah menempel di dalamnya. Berbeda dengan botol plastik yang
Blue ice adalah semacam gel yang terbungkus plastik anti bocor. Sebelum
e. Cooler Box
Box ini sangat bermanfaat untuk membawa ASIP saat di perjalanan baik saat
bekerja maupun jalan-jalan. Bila perahan banyak, membawa box ini akan lebih
praktis karena cukup sekali angkut dan tidak memerlukan tas ASI lagi
f. Tas ASIP
Sama halnya dengan cooler box, namun muatannya lebih sedikit. Kelebihan
tas ini adalah modelnya lebih cantik dan lebih praktis (Azizya, 2010).
a. Sebagai persiapan untuk memeras air susu, baik secara manual maupun
mekanis, pertama-tama cuci bersih kedua tangan ibu dan pastikan semua
wadah dan peralatan (botol, cangkir, pompa) yang akan digunakan dalam
keadaan steril. Untuk membersihkan dan mensterilkan pompa, ikutilah
petunjuk dari pabrik yang biasanya tertera pada brosur penyerta produk
(Marmi, 2012).
b. Ibu dalam posisi santai dan nyaman. Ada sebagian ibu yang minum,
(Marmi, 2012).
air susu dengan cara mengurut perlahanlahan payudara ke arah bawah dan
2010).
d. Cara Memerah ASI Ada beberapa cara mengeluarkan ASI yaitu mengeluarkan
ASI dengan tangan dan mengeluarkan ASI dengan alat. Cara mengeluarkan
d. Dengan ibu jari di sekitar kalang payudara bagian atas dan jari telunjuk
pada sisi yang lain, lalu daerah kalang payudara ditekan kearah dada.
e. Daerah kalang payudara diperas dengan ibu jari dan jari telunjuk, jangan
ASI tidak keluar, setelah beberapa kali maka ASI akan keluar.
g. Gerakan ini diulang pada sekitar kalang payudara pada semua sisi, agar
h. Jangan memijat atau menarik putting susu, karena ini tidak akan
2009).
a. Pompa manual / tangan. Ada beberapa tipe pompa manual antara lain :
1. Tipe silindris atau Piston Pompa ini efektif dan mudah dipakai. Dengan
gerakan piston yang ditarik kebawah akan lebih mudah mengontrol kekuatan
2. Tipe kerucut /plastik dan bola karet/tipe terompet (Squeeze and bulb atau
horn) Tipe ini tidak dianjurkan untuk dipakai karena dapat menyakitkan dan
b. Pompa elektrik Beberapa macam pompa elektrik sudah ada di beberapa kota
besar karena umumnya harganya sangat mahal sehingga penggunaannya terbatas
Wadah untuk menampung ASI sebaiknya terbuat dari bahan yang mudah
disterilkan, seperti botol bertutup rapat yang terbuat dari kaca atau gelas yang tahan
bayi untuk sekali minum. Jangan mengisi penuh wadah penampung ASI, karena
ASI akan memuai saat membeku. Sisakan kurang lebih ¼ bagian kosong. Beri label
setiap wadah ASI yang berisi keterangan kapan ASI tersebut diperah (Azisya,
diberikan kurang dari 8 jam, maka tidak perlu di simpan di lemari pendingin. Bila
dingin dan konstan. Jangan menyimpan ASI pada rak yang menempel di pintu
lemari pendingin karena temperatur di tempat ini mudah berubah ketika pintu
ASI yang telah dihangatkan tidak berikutnya. Pembekuan yang lama (lebih
dari 6 bulan) dapat mengubah komposisi kimia ASI, seperti terjadi penguraian
beberapa senyawa lemak dan hilangnya beberapa senyawa yang berfungsi melawan
organisme berbahaya. Risiko kontaminasi juga tinggi, jika tiba-tiba listrik padam
dapat menyebabkan susu mudah mencair dan tidak boleh dibekukan kembali
(Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia, 2011) boleh didinginkan lagi untuk diberikan
Lemari
ASI Suhu Ruangan Frezzer
Es/Kulkas
ASI yang baru 6-8jam 24 jam. Jangan 1 minggu dalam
saja diperah simpan di freezer yang
(ASI segar) bagian pintu, terdapat di
tetapi simpan di dalam lemari
bagian paling es/kulkas (1
belakang lemari pintu). 2 minggu
es/kulkas – dalam freezer
paling dingin yang terpisah
dan tidak dari lemari
terlalu es/kulkas (2
terpengaruh pintu). 4-6 bulan
perubahan suhu dalam freezer
khusus yang
sangat
dingin(<18ºC)
ASIP beku Tidak lebih dari Simpan di Jangan
dicairkan dalam 4 jam (yaitu dalam lemari masukkan
lemari jadwal minum es/kulkas kembali dalam
es/kulkas tapi ASIP sampai dengan freezer
belum berikutnya) 24 jam
dihangatkan
ASIP yang Untuk diminum Dapat disimpan ASIP berikutnya
sudah dicairkan sekaligus selama 4 jam Jangan
dengan air atau sampai masukkan
hangat jadwal minum kembali dalam
freezer
ASIP yang Sisa yang tidak Dibuang Dibuang
sudah mulai dihabiskan
diminum oleh harus dibuang
bayi dari botol
yang sama
(Marmi, 2012)
perah yang paling awal). ASI yang telah didinginkan bila akan dipakai tidak
kamar, agar tidak terlalu dingin atau dapat pula direndam di dalam wadah
yang telah berisi air panas. Jika ASI beku, cairkan di bawah air hangat
atas wadah lain berisi air panas. Jangan gunakan microwave atau
zat-zat penting ASI seperti zat kekebalan tidak larut/hilang (Asosiasi Ibu
Menyusui Indonesia, 2011). Bila ASI sudah mencair, kocoklah ASI agar
cairan di atas bercampur dengan cairan tang berada di bawah. Cairan atas
banyak. Bukan berarti ASI basi (Azisya, 2010). ASI yang telah dipanaskan
tidak bisa disimpan lagi dan memberikan ASI perah dengan menggunakan
payudara sekitar 3-5 menit sampai aliran ASI memperlambat, setelah itu
perah payudara lainnya (Muaris, 2009). Selama ibu pergi dan kembali
bekerja umumnya antara 8-12 jam, ASI dapat diperah dan ditinggal
dirumah untuk diberikan kepada bayi. ASI yang ditinggal tidak perlu
ruangan seperti lemari, asal tertutup dengan baik agar tidak tercemar.
Khusus untuk ASI yang akan dikonsumsi dalam waktu 24 jam, simpanlah
dalam lemari pendingin. Selama 12 jam ditinggal oleh ibunya, maka bayi
harus mendapat ASI 3-4 kali asupan dengan jumlah 60-120 ml untuk bayi
umur di bawah 3 bulan dan 150-180 ml untuk bayi umur 3-6 bulan. Ibu
yaitu:
Proses involusi Vagina dan perineum Laktasi Taking in Taking hold Letting go
(ketergantungan) (ketergantungan kemandirian) (kemandirian)
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
Wattimena, I., & Dwi, Y. (2015). Manajemen Laktasi dan Kesejahteraan Ibu Menyusui. Jurnal
Psikologi, 42(3), 231–242.
Ramadani, M. & Hadi, E.N., 2010. Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang, Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, 4, p.270.
Andrew, N., Harvey, K. (2011). Infant Feeding Choice: Experience, Self-Identity and Lifestyle.
Maternal & Child Nutrition; 7, 48-60. Akter, S.
Yesilcinar, I. et al. (2017) „The identification of the relationship between the perceived social
support, fatigue levels and maternal attachment during the postpartum period‟, The
Journal of Maternal-Fetal & Neonatal Medicine, 30(10), pp. 1213–1220. doi:
10.1080/14767058.2016.1209649.
Taylor, J. and Johnson, M. (2010) „How women manage fatigue after childbirth‟, Midwifery.
Elsevier, 26(3), pp. 367–375. doi: 10.1016/j.midw.2008.07.004.
Purwoastuti, E Dan E.S,Walyani. 2015. Panduan Materi Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Siswosudarmo, A.H dan Emilia O. 2018.
Teknologi Kontrasepsi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Hatfield, N. T. (2018). Pediatric Nursing. New Mexico: Lippincott Williams & Wilkins. Leveno,
K.J., Cunningham, F.G., Gant, N.F., Alexander, J.M., Blomm, S.L., Casey, B.M.,..... &
Yost, N.P. (2013). Obstetri Williams: Panduan Ringkas, Edisi:21. Jakarta: EGC.
Mar’at, S & Lieke, I. K. (2016). Perilaku Manusia: Pengantar Singkat tentang Psikologi .
Bandung: Refika Aditama.
Hariandja, Maritot Tua Efendi. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan keempat.
Jakarta : Grasindo
Suryaningsih, H. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu Bayi dan
Balita ke Posyandu di Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok Tahun 2012.[Skripsi]
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
[AIMI] Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia. 2012. Lingkungan Kerja Ramah Laktasi Pedoman
Untuk Perusahaan. http://www.aimi-asi.org/pdf/2012
Marmi. 2012. Asuan Kebidanan Pada Masa Nifas “ Peurperium Care”. Yogyakarta: pustaka
pelajar
Alimul Hidayat, A. Aziz. 2010. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta : Salemba Medika
Muaris.H. (2009). Sarapan Sehat Untuk Anak Balita. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Dewi C., T. Purwoko, dan A. Pangastuti. 2011. Produksi Gula Reduksi Oleh Rhizopus oryzae
dari substrat Bekatul. Bioteknologi 2 (1): 21-25