Anda di halaman 1dari 18

Nafia Nur Handayani

165070607111001

PEMBERIAN OBAT RECTAL DAN SUBLINGUAL


Anatomi Rectum
Penyerapan Obat pada Rektum

Penyerapan perektum dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:

Kedudukan sediaan obat setelah pemakaian


Penempatan sediaan obat di dalam rectum
pH cairan rectum
Konsentrasi zat aktif dalam cairan rectum

Penyerapan di rektum dapat terjadi dengan tiga cara yaitu:

Lewat pembuluh darah secara langsung


Lewat pembuluh getah bening
Lewat pembuluh darah secara tidak langsung melalui hati.
Obat obat pada Rectal
No Golongan Contoh obat Bentuk Sediaan Indikasi
1. Anti Konvulsan Diazepam Gel Mengatasi
gelisah yang
berlebihan,
gemetaran dan
kegilaan tiba-tiba
2. Obat Pra Operasi dan Induksi Anestesi Pramoxine HCl Salep Anastesi Lokal

3. Analgesik Pronalges Suppositoria Mengobati nyeri


arthritis atau
Ketoprofen Suppositoria
sakit gigi yang
parah
4. Antiemetik Alizapride Suppositoria Mengobati rasa
mual dan
 
muntah-muntah
 
5. Senyawa anti bakteri Metronidazole Suppositoria Infeksi yang
disebabkan
trichomonal
vaginitis dan
bacterial
vaginosis
6. Xantin Aminophilin Suppositoria Meringankan
penyakit asma
7. Obat untuk penyakit radang usus Mesalazine Suspensi Mengurangi
pembekakan
pada radang
usus besar
8. Obat aktif Kadiovaskular Nifedipin Cream Pengobatan dan
pencegahan
Jenis jenis Obat Rectal
•Rektal semisolid
Rektal cream, gels dan ointments digunakan untuk pemberian
topical ke area perianal. Beberapa produk rectal cream, gel, dan
ointment komersial yaitu :
•Rektal larutan
Rektal suspensi, emulsi, atau enema pada sediaan rectal sangat sedikit
digunakan, karena tidak menyenangkan dan kepatuhan pasien rendah.

Contoh : rowasa rectal suspension enema (mesalamine), asacol rectal


suspension enema (mesalazine).
•Rektal aerosol
Rektal aerosol atau busa rektal aerosol disertai dengan aplikator untuk memudahkan
penggunaannya. Aplikator dimasukkan kedalam wadah berisi produk, serta terdapat alat pengatur dosis
obat aerosol. Aplikator dimasukkan kedalam anus dan obat dapat diberikan melalui rektal. Contoh
rektal aerosol : Proctofoam HC, Cortifoam

Suppositoria
Suppositoria adalah obat solid (padat) berbentuk peluru yang dirancang untuk dimasukkan ke
dalam anus/rektum (suppositoria rektal), vagina (suppositoria vagina) atau uretra
(suppositoria uretra). Suppositoria umumnya terbuat dari minyak sayuran solid yang
mengandung obat. Profeid supositoria, Dulcolax supositoria,  Stesolid supositoria,
Boraginol supositoria, Tromos supositoria, dll.
Cara Menggunakan Sediaan Rektal

Cuci tangan 
Gunakan sarung tangan
Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa
Olesi ujung obat supositoria dengan pelicin
Minta pasien mengambil posisi tidur miring (sims) lalu regangkan bokong dengan tangan kiri.
Kemudian masukkan supositoria dengan perlahan melalui anus, sfingter interna dan mengenai
dinding rektal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, dan kurang lebih 5 cm untuk anak/bayi
Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu 
Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang/miring selama kurang lebih 15 menit
Kemudian lepaskan sarung tangan
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan 
 
 
Keuntungan Pemberian Obat lewat Rektal
Baik untuk pasien yang mengalami mual dan muntah
Baik untuk pasien yang tidak sadar
Baik untuk pasien yang menderita penyakit pencernaan bagian atas yang
dapat mempengaruhi absorpsi obat
Metabolisme lintas pertama dihindari sebagian
 
Kerugian Pemberian Obat lewat Rektal
Dapat menimbulkan peradangan bila digunakan terus menerus
Absorpsi obat tidak teratur
Tidak menyenangkan
Onset of action lebih lama
Obat Sublingual
Obat diberikan pada pasien secara sublingual yaitu dengan
cara meletakkan obat di bawah lidah.

• Meskipun cara ini jarang dilakukan, namun seorang bidan harus


mampu melakukannya.
• Obat yang sering diberikan dengan cara ini adalah nitrogliserin yaitu
obat vasodilator yang mempunyai efek vasodilatasi pembuluh darah.
• Obat ini banyak diberikan pada pada pasien yang mengalami nyeri
dada akibat angina pectoris.

(Rodman dan Smith, 1979).


Obat-obatan yang diberikan dengan cara ini dimaksudkan agar
memberikan efek sistemik, dan karena itu harus dapat diserap dengan
baik oleh selaput lendir mulut. Tablet sublingual hendaklah diracik
dengan bahan pengisi yang lunak, yang tidak merangsang keluarnya
air liur. Ini mengurangi bagian obat yang tertelan dan lolos dari
penyeraapan oleh selaput lender mulut. Biasanya dalam jangka waktu
15-30 menit, agar penyerapan berlangsung dengan baik (Lachman,
dkk, 2008).
Keuntungan tablet sublingual dan bukal adalah :

Cocok untuk jenis obat yang dapat dirusak oleh cairan lambung atau
sedikit sekali diserap oleh saluran pencernaan.
Bebas First Pass Metabolism.
Proses absorpsinya cepat karena langsung diabsorpsi melalui mukosa
mulut, sehingga diharapkan dapat memberikan efek yang cepat juga.

Adapun kerugian tablet sublingual dan bukal adalah :

Hanya sebagian obat yang dapat dibuat menjadi tablet sublingual dan
bukal karena obat yang dapat diabsorpsi melalui mukosa mulut jumlahnya
sangat sedikit.
Untuk obat yang mengandung nistrogliserin pengemasan dan
penyimpanan obat memerlukan cara khusus karena bahan ini mudah
menguap.
Contoh Tablet Sublingual

Nitrogliserin
Sediaan nitrogliserin sublingual dan bukal dapat mengurangi serangan anginal pada
penderita iskemia jantung. Pemberian 0,3 – 0,4 mg melepaskan rasa sakit sekitar 75%
dalam 3 menit, 15% lainnya lepas dari sakit dalam waktu 5 – 15 menit. Apabila rasa sakit
bertahan melebihi 20 – 30 menit setelah penggunaan dua atau tiga tablet nitrogliserin
berarti terjadi gejala koroner akut dan pasien diminta untuk mencari bantuan darurat
(Sukandar, dkk, 2008).

•Efek samping mencakup hipotensi postural yang berhubungan dengan gejala sistem
saraf pusat, refleks takikardi, sakit kepala, dan wajah memerah, dan mual pada waktu
tertentu (Sukandar, dkk, 2008).
Hormon – Hormon Steroid

Estrogen
•Estrogen yang diberikan oral menstimulasi sintesis protein hepatik dan meningkatkan
konsentrasi sirkulasi glogulin terikat hormn seks, yang dapat menjamin bioavailabilitas
androgen dan astrogen. Absorbsi estrogen secara sistemik ppada tablet lebih rendah
dibanding krim vaginal. Penemuan baru menunjukkan estrogen pada dosis yang lebih
rendah efektif dalam mengontrol simptom pasca menopause dan mengurangi kehilangan
masa tulang (Sukandar, dkk, 2008). 
Contoh obat yang beredar di pasaran adalah angeliq, cliane, climmen, cyclo progynova,
diane, dan lain-lain (Anonim, 2010).

Progestogen
•Progestogen umumnya diberikan pada wanita yang belum pernah menjalani
histerektomi. Progestin sebaiknya ditambahkan karena estrogen tunggal berkaitan
dengan hiperplasia dan kanker endometrium. Terapi hormon dosis rendah(estrogen
terkonjugaasi ekuin 0,45 mg dan medroksiprogesteron asetat 1,5 mg/hari menunjukkan
kesamaan dalam peredaran simptom dan pertahanan densitas tulang tanpa peningkatan
hiperplasia endometrium.
Progestogen oral yang paling umum digunakan adalah medroksiprogesteron asetat
misalnya Dilena; Noretisteron asetat, misalnya Anore, Cliane, Kliogest, Norelut, Primolut
N, dan Regumen.
Kasus Hiperemesis
• Seorang perempuan, umur 24 tahun GII PI A0 P0
datang ke RS diantar oleh suami karena mengalami
mual muntah. kehamilan 8 minggu, HPHT 11 April 2020,
berat badan sebelum hamil 47 kg, taksiran persalinan
tanggal 18 Januari 2021. Ibu sudah mendapatkan
imunisasi TT1 dan TT2, ibu juga mendapatkan
pengobatan selama hamil jenisnya vitamin dan tablet
Fe.Hasil anamnesis:. KU lemah, TD 110/80 mmHg, S 37
C, N 96x/menit.
Penatalaksanaan
• Dokter memberikan dosis prometazin yang diberikan
yakni 12.5 sampai 25 mg, diberikan secara rektal, setiap
4 jam. Atau Dosis proklorperazin yang dapat diberikan
yakni 5 mg sampai 10 mg setiap 6 jam atau 25 mg per
rektal 2 kali sehari. Pemberian secara rektal lebih
disarankan.
• Efek samping yang umum terjadi pada pemberian
proklorperazin ini di antaranya mengantuk, pusing, sakit
kepala, dan retensi urin.
Dapus
Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
Indonesia.
Ansel. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press.
Syamsuni. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.  
Anonim, 2010, ISO Indonesia, Vol. 45, Ikatan Apoteker Indonesia, Jakarta. 
Ansel, H.C, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis
Aisyah, Edisi IV, UI Press, Jakarta.
http://pharmacyaurel.blogspot.com/2009/04/tablet-bukalsublingual.html. Diakses tanggal 25 Februari
2012. 
Lachman, L., Herbert A.L., Joseph L.K., 2008, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi III, UI Press,
jakarta. 
Parrot, E.L., 1980, Solid Dosage Form, In : Sprowl, J.B., editor, Prescription Pharmacy, 2nd ed, J.B
Lippincott Company, Philadelpia.
Rudnic, Edward and Schwartz, J.B., 1990, Oral Solid Dosage Form. In : Gennaro, A.R. Remington’s
Pharmaceutical Science, 18th ed, Mack Publishing Company, Easton, Pennsylvania.  
Sheth, B.B., Bandelin F.J., Shangraw R.F., 1980, Compressed Tablet, In Lachman L., Lieberman H.A.,
Kanig J.L., (editor), Pharmaceutical Dosage Forms, Tablets, Vol. I, Marcel Dekker Inc, New York 
Sukandar, E.Y., dkk, 2008, ISO Farmakoterapi, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta. 
Syamsuni, 2006, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai