Anda di halaman 1dari 20

PENGELOLAAN

DAN FAKTOR
OBAT
Pengaruh Umum

FAKTOR YANG Pengaruh Faktor Genetik


MEMPENGARUHI
KHASIAT OBAT Reaksi Idiosinkronisasai

Interaksi Obat
1. PENGARUH UMUM

Kondisi fisiologik (neonatus, anak, geriatri, ibu hamil dan menyusui)

Cara pemberian.

Kondisi patologik (terkait penyakit tertentu yg diderita pasien).Dipengaruhi oleh


penyakit pada organ-organ tertentu terutama yang melaksanakan fungsi farmakokinetik
 Farmakogenetika merupakan salah satu

bidang dalamfarmakologi klinik yang


mempelajari keanekaragaman pengaruh
2. FAKTOR (respons) obat yangdipengaruhi atau
GENETIK disebabkan oleh karena faktor genetik. Atau
dengan kata lain merupakan studi
mengenai pengaruh genetik terhadap
respons obat.
3. REAKSI IDIOSINKROSI

Ada tiga golongan obat yang


paling sering disalah-gunakan,
yaitu :
Dalam hal penggunaan obat
• Golongan Analgesikk opiat/narkotik
sehari-hari, terdapat istilah (codein, morfin, oxycodon)
penyalahgunaan obat (drug • Golongan depressan SSP untuk
abuse) dan pengguna salahan mengatasi kecemasan dan gangguan
obat (drug misuse). tidur (diazepam, alprazolam,
klonazepam)
• Golongan stimulan sistem syaraf pusat
(dekstroamfetamin, amfetamin)
Ada juga yang
disalahgunakan Penggunaan misoprostol untuk tukak
berdasarkan
efek peptik yang dipakai untuk
sampingnya : menggugurkan kandungan.

Penggunaan Profilas (ketotifen), suatu


anti histamin yang diindikasikan
untuk  profilaksis asma, sering
diresepkan untuk meningkatkan nafsu
makan anak-anak.

Penggunaan Somadryl untuk “obat kuat”


bagi wanita pekerja seks komersial
untuk mendukung pekerjaannya.
Interaksi antara obat yang bekerja
pada sistem reseptor, tempat kerja
atau sistem fisiologik yang sama
4. INTERAKSI sehingga terjadi efek yang aditif,
sinergistik atau antagonistik. Interaksi
OBAT farmakokinetik akan mempengaruhi
jumlah obat dalam darah, sedangkan
interaksi farmakodinamik jumlah obat
dalam darah akan relatif lama.
Interaksi farmakokinetik : mempengaruhi
jumlah obat dalam darah yang meliputi
absorbsi, distribusi, metabolisme dan eksresi.

 Absorbsi : terjadi perubahan absorbsi pada


gastrointestinal dengan berbagai
mekanisme seperti perubahan ph saluran
cerna.
 Contoh :ketokonazol dibasorbsi dalam
suasana asamadanya antasid
meningkatkan ph saluran cerna
menurunkan absorbsi dari ketokonazole 
efek kurang.
 Distribusi : interaksi obat terjadi apabila dua

obat saling berkompetisi untuk lokasi


pengikatan yang sama atau bila obat sudah
terikat protein plasma didesak oleh obat
kedua yang masuk dalam darah
(competitive displacement). Akibatnya akan
terjadi peningkatan konsentrasi free (aktif)
drug tetapi hal ini biasanya akan
dikompensasi dengan meningkatkan ekresi.
 Metabolisme : induksi enzim, inhibisi enzim
dan akan mengalami perubahan aliran
darah hepatik. Beberapa obat dapat
meningkatkan produksi enzim, karena
melibatkan sintesis protein maka interaksi
ini terjadi secara lambat dan membutuhkan
waktu sampai 3 minggu untuk mendapatkan
efek. Contoh : kontrasepsi oral+
rifampisin/barbiturat  efek kontrasepsi
menurun dan terjadi kegagalan.
 Eksresi : ginjal merupakan rute utama eliminasi
sebagian besar obat. Proses eksresi di ginjal
meliputi filtrasi glomerulus, sekresi tubular aktif
dan reabsorbsi tubulur pasif. Mekanisme
interaksi pada fase eksresi adalah perubahan
sekresi tubular aktif, perubahan ph urin,
perubahan aliran darah ginjal, eksresi empedu
dan sirkulasi enterohepatik. Contoh : aliran
darah ginjal dikontrol sebagian oleh produksi
prostaglandin ginjal. Jika sintesis prostaglandin
dihambat oleh ondometacin eksresi melalui
ginjal terhambat.
 Interaksi farmakodinamik : meliputi perubahan
respon pasien terhadap suatu kombinasi obat
tanpa terjadi perubahan konsentrasi serum atau
farmakokinetik dari object drug. Precipitant drug
akan merubah efek object drug pada tempat
aksinya. Antisipasi kejadian interaksi
farmakodinamik adalah melibatkan obat dengan
aktivitas farmakologi yang mirip atau
berlawanan dan perlu mengetahui efek
farmakologi dari obat yang akan diberikan.
 Contoh : antihipertensi dengan diazepoksid 
hipotensi berat
RUTE PEMBERIAN

ROUTE of
ADMINISTRATION

PARENTERAL : pemberian ENTERAL : Pemberian obat


obat dengan menempatkan obat melalui saluran cerna
di luar saluran cerna

Injection Inhalation Rectal Oral,


sublingual,
Topical
buccal
ORAL
KERUGIAN :
Efek timbul lambat
KEUNTUNGAN :
Kurang manfaat untuk pasien muntah, diare,
 Nyaman tidak sadar

 Relatif aman Obat iritatif

 Praktis
Mengalami First pass effect
 ekonomis
Obat terurai cairan lambung : ex penisilin,
insulin
SUBLINGUAL

Cara pemberian ini dengan menempatkan obat


dibawah lidah.

Bentuk sediaan bisa berupa semprot atau sediaan


padat.

Keuntungan :

• absorbsi lebih cepat dibandingkan cara oral.


• terhindar terjadinya first pass effect.
• Contoh preparat ini adalah nitrogliserin (angina pektoris); isoprenalin
(asma bronkial)
REKTAL

Sediaannya bisa berupa “suppositoria”.

Efek lokal dan sistemik.

Absorpsi obat umumnya secara difusi sederhana.

Keuntungan :

• dapat digunakan untuk pasien yang mengalami muntah dan tidak sadar.
• Relatif tidak mengalami first-pass metabolism,
• terhindar dari kerusakan oleh cairan lambung.

Kekurangan : pemakaiannya tidak nyaman, mungkin iritatif


PEMBERIAN MELALUI PARENTERAL

Keuntungan
:

Kerugian :
 Rasa sakit /painful
Kerusakan obat di
Cocok untuk pasien
saluran cerna dan first
pass effect dapat
tidak sadar, diare,
muntah
 Relatif tidak aman
dihindari

 Harus steril

Efek cepat
INTRAVENA

 Tidak mengalami absorpsi


 Obat langsung dimasukkan ke pembuluh darah sehingga kadar obat di dalam darah
diperoleh dengan cepat, tepat dan dapat disesuaikan langsung dengan respon
penderita.

Kerugian : Obat yang sudah diberikan tidak dapat ditarik kembali, shg efek toksik lebih
mudah terjadi.

 Pemberian iv harus dilakukan pelan-pelan sambil mengawasi respon penderita.


PEMBERIAN MELALUI KULIT

Jaringan sasaran (tempat kerja)


Topikal (lokal)
OBAT KULIT
Transdermal (sistemik) Absorpsi Sirkulasi
sistemik Tempat kerja

Absorpsi tergantung :
 Sifat fisika kimia obat
 Kondisi kulit
 Jenis bahan pembawa / pembantu
CARA PENYIMPANAN OBAT

Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama, yaitu :

Suhu, karena pada umumnya obat itu bersifat termolabil (rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara penyimpanan
masing-masing obat yang berbeda-beda. Misalnya insulin, supositoria disimpan di tempat sejuk < 15°C (tapi tidak boleh beku),
vaksin tifoid antara 2 – 10°C, vaksin cacar air harus < 5°C.

Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum dan terkunci.

Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru diletakkan dibelakang, yang lama diambil duluan.
Perhatikan perubahan warna (dari bening menjadi keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak.

Anda mungkin juga menyukai