Anda di halaman 1dari 9

Refleksi Kasus

SKABIES

Oleh

Anna Fitiriyana
NIM. 1710029070

Dosen Pembimbing
dr. M. Darwis Toena, Sp.KK FINSDV, FAADV

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada


Laboratorium/SMF Dermatologi dan Venereologi
RSUD. Abdul Wahab Sjahranie
Program Studi Pendidikan Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
2019
Abstrak
Skabies merupakan infeksi parasit pada kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes
scabei var hominis. Tungau ini berukuran sangat kecil dan bersifat mikroskopis
atau hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Skabies mudah menyebar baik secara
langsung seperti bersentuhan dengan penderita, maupun secara tidak langsung
melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir penderita yang belum
dibersihkan dan masih terdapat tungau sarcoptesnya. Ditemukan kasus laki- laki
berusia 39 tahun datang ke Poli Kulit RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
dengan keluhan bintil padat berwarna kemerahan disertai gatal di bagian perut dan
lengan kiri sejak 1 bulan. Pada pemeriksaan dermatologi didapatkan makula
hiperpigmentasi, papul eritema, sirkumskrip, milier pada bagian abdomen, dan
makula hipopigmentasi, bentuk tidak beraturan dan erosi karena sering
menggaruk pada bagian antebrachii sinistra. Didiagnosis Skabies dengan
tatalaksana Permetrin cream 5%, Cetirizine hydrochloride 10 mg dan edukasi.
Kata Kunci : Skabies, Sarcoptes scabei var hominis, Permetrin Cream

Abstarct
Scabies is a parasitic infection of the skin caused by Sarcoptes scabei var hominis.
These mites are very small and microscopic or can only be seen with a
microscope. Scabies easily spreads both directly, such as contact with the patient,
or indirectly through clothes, sheets, towels, pillows, water, or combs of patients
who have not been cleaned and there are still sarcoptes mites. A case was reported
of a 39-year-old man came to the Abdul Wahab Sjahranie Regional Public
Hospital in Samarinda with reddish solid nodules and itching in the abdomen and
left arm since 1 month before. From dermatological examination, it was founded
hyperpigmentation macules, erythema papules that were circumscripts, miliaries
in the abdomen, and hypopigmented macules, with irregular shape and erosion
due to frequent scratching in the antebrachii sinistra. It was diagnosed with
scabies and treated with Permethrin cream 5%, Cetirizine hydrochloride 10 mg
and education.
Key Word : Scabies, Sarcoptes scabei var hominis, Permethrin Cream
Pendahuluan
Skabies adalah penyakit kulit menular akibat infestasi dan sensitisasi
tungau Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya, yaitu kutu parasit yang
mampu menggali terowongan di kulit dan menyebabkan rasa gatal. 1 Siklus
hidup tungau ini mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu
antar 8-12 hari.3 Skabies mudah menyebar baik secara langsung seperti
bersentuhan dengan penderita, pada orang yang tinggal serumah atau satu tempat
tinggal dengan penderita sehari- harinya, maupun secara tidak langsung melalui
baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir penderita yang belum dibersihkan dan
masih terdapat tungau sarcoptesnya.2 Penyakit skabies ini sangat mudah sekali
menular dan sangat gatal terutama pada malam hari.3
Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan dewasa, tetapi dapat mengenai
semua umur. Penyakit ini telah ditemukan hampir pada semua negara di seluruh
dunia dengan angka prevalensi yang bervariasi, scabies diperkirakan lebih umum
terjadi pada anak-anak dan remaja, meskipun pada suatu penelitian menunjukkan
prevalensi yang lebih tinggi pada orang dewasa. Prevalensi skabies menurut
penelitian diseluruh dunia dilaporkan sekitar 300 juta kasus per tahun.7,8
Predileksi dari skabies ialah biasanya pada axilla, areola mammae, sekitar
umbilikus, genital, bokong, pergelangan tangan bagian volar, sela-sela jari tangan,
siku flexor, telapak tangan dan telapak kaki.4,5 Skabies yang terjadi pada anak
balita biasanya terdapat pada leher, kepala, telapak tangan dan telapak kaki
sehingga sering dikelirukan dengan gambaran eksema atopik. Karena sifatnya
yang sangat menular, maka skabies ini populer dikalangan masyarakat padat.
Distribusi epidemiologisnya kosmopolitan terutama pada penduduk dengan
keadaan sosial ekonomi rendah.4 Penyakit skabies biasanya banyak ditemukan
pada tempat dengan sanitasi buruk dan biasanya menyerang manusia yang hidup
secara berkelompok, seperti asrama, barak- barak tentara, rumah tahanan,
pesantren dan panti asuhan.6
Adapun empat tanda kardinal gejala penyakit skabies yakni pruritus
nokturna, menyerang manusia secara berkelompok, adanya terowongan
(kunikulus) pada tempat- tempat predileksi, dan ditemukannya tungau. Diagnosis
dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut. Efluoresensinya
berupa papula, vesikel, urtika dan lain- lain, dengan garukan dapat timbul erosi,
eskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Biasanya terdapat gambaran lorong-lorong
rumah sarcoptes yang biasanya disebut kunikulus.3,5 Pada populasi yang memiliki
imunitas yang rendah atau pada usia tua akan lebih mudah terjadi bentuk yang
lebih berat dari skabies yang disebut Norwegian skabies atau skabies berkrusta
yang lebih menular dan susah untuk diobati.3
Penemuan tungau merupakan suatu hal yang paling diagnostik, maka dari
itu dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan penunjang untuk menemukan
tungau jika kondisi pasien masih meragukan. Adapun cara yang bisa dilakukan
sesuai dengan tinjauan pustaka yakni: a) Carilah mula-mula terowongan,
kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan
diletakkan diatas sebuah kaca obyek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat
dengan mikroskop cahaya. b) Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung
di atas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar. c) Dengan
membuat biopsy irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan
tipis dengan pisau dan diperiksa denga mikroskop cahaya. d) Dengan biopsy
eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E.3
Diagnosis banding skabies meliputi hampir semua dermatosis dengan
keluhan pruritus, yaitu dermatitis atopik, dermatitis kontak, prurigo, urtikaria
papular, pioderma, pedikulosis, dermatitis herpetiformis, ekskoriasi-neurotik,
urtikaria, dermatitis eksematoid infeksiosa, pruritis karena penyakit sistemik.
Oleh karena itu skabies disebut juga “the greatest imitator”. 1,10
Penatalaksanaan skabies dilakukan kepada penderita dan seluruh anggota
keluarga atau orang yang dekat dengan penderita meskipun tidak menimbulkan
gejala. Syarat obat yang ideal harus efektif terhadap semua stadium tungau, harus
tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor serta tidak
mewarnai atau merusak pakaian, dan mudah diperoleh serta murah. 3
Penatalaksanaan umum meliputi edukasi kepada pasien, yaitu: (a) Mandi dengan
air hangat dan keringkan badan; (b) Pengobatan skabimid topikal dioleskan di
seluruh kulit, kecuali wajah, kecuali wajah, sebaiknya dilakukan pada malam hari
sebelum tidur; (c) Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan; (d) Ganti
pakaian, handuk, seprei yang digunakan, dan selalu cuci dengan teratur, bila perlu
direndam dengan air panas, karena tungau akan mati pada suhu 130 oC; (e)
Hindari penggunaan pakaian, handuk, seprai bersama anggota keluarga serumah;
(f) Setelah periode waktu yang dianjurkan, segera bersihkan skabisid dan tidak
boleh mengulangi penggunaan skabisid yang berlebihan setelah seminggu sampai
dengan 4 minggu yang akan datang; dan (g) Setiap anggota keluarga sebaiknya
mendapatkan pengobatan yang sama dan ikut menjaga kebersihan.3 Produk yang
digunakan untuk membunuh tungau disebut skabisid. Sulfur presipitatum
(belerang endap) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Emulsi
benxil-benzoas (20-25%), Gama benzena heksa Klorida (Gameksan) dengan
kadar 1% dalam krim atau losio. Krotamiton 10% dalam krim atau losio.
Permetrin dengan kadar 5% dalam krim.3

Kasus
Seorang laki- laki berusia 39 tahun datang ke Poli Kulit RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda dengan keluhan bintil padat berwarna kemerahan
disertai gatal di bagian perut dan lengan bawah sebelah kiri sejak 1 bulan. Gatal
dirasakan dirasakan semakin hari semakin memberat, terutama pada malam hari.
Pasien sulit tidur malam, selama 1 bulan karena gatal. Awalnya hanya bintik
merah dibagian lengan kiri, namun semakin lama menjadi bintil dan meluas,
kemudian timbul juga keluhan yang sama di bagian perut. Sebelumnya pasien
mengaku tidak pernah mengalami hal seperti ini. Di keluarga pasien yaitu anak
pasien yang pertama kali memiliki keluhan seperti ini, anak pasien merupakan
siswa pesantren, kemudian istri pasien juga memiliki gejala yang sama seperti
pasien. Tidak ada riwayat alergi pada pasien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik dengan kesadaran
compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 78 x/menit, pernafasan 18
x/menit, suhu 36,0 derajat celsius
Pada pemeriksaan dermatologi didapatkan makula hiperpigmentasi, papul
eritema, sirkumskrip, milier pada bagian abdomen, dan makula hipopigmentasi,
bentuk tidak beraturan dan erosi karena sering menggaruk pada bagian antebrachii
sinistra.
Diagnosis kerja pada kasus ini adalah skabies dengan tatalaksana
farmakologis permethrin cream 5%  setelah mandi sore dioles ke permukaan
kulit seluruh tubuh, kemudian didiamkan minimal 10 jam, setelah itu mandi
seperti biasa. Pemakaian hanya 1 kali dalam seminggu ditambah cetirizine
hydrochloride tab 10 mg diberikan 1 dd tab I ante coenam. Non farmakologis
seluruh anggota keluarga di rumah harus diobati, rutin minum obat, pakaian,
handuk dan barang-barang lainnya yang pernah digunakan oleh penderita harus
diisolasi dan direndam dengan air panas terlebih dahulu sebelum dicuci, seprai
penderita harus sering diganti dengan yang baru maksimal tiga hari sekali,
menghindari kontak langsung dengan penderita lain seperti berjabat tangan dan
tidur bersama, kontrol kembali hari ke 7 pengobatan.
Prognosis pasien ini quo ad vitam adalah bonam, quo ad sanationam dan
quo ad kosmetikam adalah bonam.

Gambar 1. Makula hipopigmentasi, bentuk tidak beraturan dan erosi di bagian


antebrachii sinistra; Makula hiperpigmentasi, papul eritema, sirkumkrip, milier di
bagian abdomen.

Pembahasan
Diagnosis skabies pada kasus ini berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Dari anamnesis, yaitu pasien laki- laki dengan usia 39 tahun, dan memiliki
riwayat gatal terutama saat malam hari, terdapat anggota keluarga (anak dan istri)
yang memiliki keluhan yang sama dan pasien tinggal serumah dengan anak dan
istrinya. Anak pasien merupakan siswi pesantren. Keluhan pasien ini sesuai
dengan teori, berdasarkan kepustakaan disebutkan bahwa skabies memiliki 4
tanda utama atau tanda kardinal antara lain adalah pruritus nokturna, menyerang
sekelompok orang, terdapat terowongan, dan ditemukannya tungau.
Dari pemeriksaan fisik status dermatologi didapatkan makula
hiperpigmentasi, papul eritema, sirkumskrip, milier pada bagian abdomen, dan
makula hipopigmentasi, bentuk tidak beraturan dan erosi karena sering
menggaruk pada bagian antebrachii sinistra. Hal ini sesuai dengan teori yaitu
papul, vesikel, urtika, dengan garukan dapat timbul erosi, eskoriasi, krusta, dan
infeksi sekunder.
Pada pemeriksaan penunjang tidak dilakukan pada pasien ini, karena
diagnosis skabies telah ditegakkan dari anamesis (terdapat 2 dari 4 tanda cardinal)
dan pemeriksaan fisik. Adapun cara yang bisa dilakukan sesuai dengan tinjauan
pustaka yakni: a) Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang
terlihat papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan diatas sebuah
kaca obyek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop
cahaya. b) Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar
kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar. c) Dengan membuat biopsy irisan.
Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan
diperiksa denga mikroskop cahaya. d) Dengan biopsi eksisional dan diperiksa
dengan pewarnaan H.E.3
Tatalaksana farmakologis pada pasien ini adalah sesuai dengan teori yaitu
permethrin cream 5%  setelah mandi sore dioles ke permukaan kulit seluruh
tubuh, kemudian didiamkan minimal 10 jam, setelah itu mandi seperti biasa.
Pemakaian hanya 1 kali dalam seminggu ditambah cetirizine tab 10 mg diberikan
1 dd tab I ante coenam. Pasien diberikan pengobatan simptomatik antihistamin h1
golongan kedua (AH1 non sedasi) bertujuan untuk megurangi rasa gatal yang
timbul akibat pelepasan histamin terhadap skabies, dan diminum pada malam hari
bertujuan untuk mengurangi gejala nokturnal pruritus pada pasien skabies. Non
farmakologis rutin minum obat, pakaian, handuk dan barang-barang lainnya yang
pernah digunakan oleh penderita harus diisolasi dan direndam dengan air panas
terlebih dahulu sebelum dicuci, seprai penderita harus sering diganti dengan yang
baru maksimal tiga hari sekali, menghindari kontak langsung dengan penderita
lain seperti berjabat tangan dan tidur bersama, kontrol kembali hari ke 7
pengobatan.

Kesimpulan
Telah dilaporkan pasien laki- laki usia 39 tahun dengan diagnosis skabies.
Berdasaran anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan penatalaksanaan pada
kasus sebagian besar sesuai dengan teori yang mengarahkan kasus kepada skabies.
Daftar Pustaka

1. Menaldi SLS, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu penyakit kulit dan


kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2015.
2. Yosefw,. Krim Permethin untuk pengobatan scabies.2007 Dibuka pada
website http://yosefw.wordpress.com/2007/12/3 0/krim-permethrin-5untuk
pengobatan- scabies/
3. Djuanda Adhi . Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed. 6. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2011.
4. Bag./SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Atlas penyakit kulit dan
kelamin. FK. Unair/RSU Dr. Soetomo. Surabaya : 2007.
5. Brouhard Rod. Skabies: Symptoms and Treatment of Skabies. 2008
Available from: http://firstaid.about.com/od/rash/qt/08_skabies.htm
(Accesed Juni 7, 2012)
6. Badri,. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Bandung. 2008
http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php ?id=jkpkbppk gdl-grey-2008-
mohbadri 2623&node=146&start=141
7. Heukelbach J, Wilcke T, Winter B & Feldmeier. Epidemiology and
morbidity of scabies and pediculosis capitis in resource-poor communities
in Brazil. British Journal of Dermatology 153: 150– 156.2005
8. Chowsidow O. Skabies. The new england journal of medicine. 35,1-
16.2006
9. Mukoro H.J, Epidemiologi Lingkungan, Airlangga University Press,
Surabaya.2006
10. Boediardja SA dan Handoko RP; Skabies; Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Hal 137-140; 2017

Anda mungkin juga menyukai