Anda di halaman 1dari 16

Jurnal

EKONOMI
PEMBANGUNAN
Kajian Ekonomi Negera Berkembang
Hal: 2l – 32

PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL:


STUDI KASUS ANALISIS KONVERGENSI
ANTAR PROPINSI OI INOONESIA
Jamzani Sodik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Abstract

This paper examines the determinants of regional economic growth in Indonesia,


and test for convergence PDRB per capita 26 province the period 1993 to 2003, using GLS
method (General Least Square) for process polling data. Factor that affect the regional
economic growth are initial level of PDRB riil per capita(X1), health(X2), education(X3),
density(X3), and economic indicator: foreign direct investments (X4), rate openness
economic province (X5), and inflation rate (X6).
The results found regional economic growth for periods 1993-2003 are influenced
by density(X3), rate openness economic province (X5), and inflation rate (X6). However
health(X2), and education(X3) not affect to regional economic growth.
We find also evidence of absolute convergence and conditional convergence,
however sigma (o ) convergence fluktuatif for periods 1993-2003.

Keywords: regional economic growth, convergence, and panel data

LATAR BELAKANG selain isu kedaerahan. Kedua, disparitas


Dalam studi ekonomi pembangunan pendapatan regional yang bersumber dari
dimensi regional mendapat perhatian yang distribusi pendapatan sumber daya alam
serius. Hal ini umumnya berkaitan dengan yang highly uneven distribution. Tak heran
masalah regional equality dan spasial bila kekecewaan dari daerah kaya sumber
distribution of resources. daya alam seperti Aceh dan Irian sangat
Di Indonesia, sebagaimana di negara besar. Ketiga, daerah memegang peran
besar dunia ke-3 lainnya, daerah selalu penting dalam kebijakan pemerintah yang
mendapat perhatian khusus. Tidak ada berkaitan dengan dinamika spasial, seperti
negara yang memiliki keragaman seperti penyebaran penduduk misalnya. Berkaitan
Indonesia dalam ekologi, demografi, dengan dinamika spasial ini muncul yang
ekonomi, etnis, budaya. Begitu pula dalam keempat, yaitu bagaimana hubungan antara
aspek wilayah, tidak ada negara yang pusat dengan daerah diatur? Seberapa besar
menyamai Indonesai dalam hal keunikan desentralisasi harus diberikan kepada daerah
geografi yang menempatkan Indonesia agar hal itu tetap konsisten dengan tujuan
sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. menjaga kesatuan dan persatuan nasional
Dimensi regional pembangunan (Wibisono, 2001: 53).
ekonomi di Indonesia menjadi penting Pembangunan regional/daerah me-
karena beberapa alasan. Pertama, alasan rupakan bagian integral dari pembangunan
politik, dengan etnik yang begitu beragam, nasional. Pembangunan yang dilakukan oleh
tidak ada isu yang lebih sensitif di Indonesia wilayah selain bertujuan untuk meningkat-

21
kan pendapatan per kapita dan kesejahteraan dengan tingkat produktivitas rendah
masyarakat wilayah tersebut, tujuan wilayah memiliki potensi besar untuk mencapai laju
melakukan pembangunan perekonomian pertumbuhan tinggi. Meskipun begitu, po-
ialah untuk mengejar ketertinggalan dan tensi pertumbuhan akan melemah bila ting-
mensejajarkan diri dengan wilayah-wilayah kat produktivitas mendekati tingkat produk-
yang sudah maju, baik dalam hal penda- tivitas negara yang menjadi pasokannya. Hal
patan, produktivitas, upah dan berbagai in- ini mengindikasikan terjadinya proses
dikator ekonomi lainnya. Sehingga gap mengejar ketinggalan. Sebagai tambahan,
(jurang) kesenjangan antar wilayah tersebut proses mengejar ketinggalan juga terjadi jika
akan berkurang, Dalam hal ini dikenal varians relatif di sekitar rata-rata produk-
dengan istilah “Konvergensi antar wilayah” tivitas makin turun dari waktu ke waktu
(Saldanha, 2003:3). Terlebih lagi sejak karena terjadinya pertumbuhan lebih cepat
ditetapkannya Undang-undang No.25/Tahun di negara-negara yang tadinya tertinggal.
1999 yang direvisi menjadi Undang-undang Kedua, Baro dan Sala-I-Martin
No.32/tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, (1992) dengan menggunakan model pertum-
yang berarti bahwa dalam hal pembangunan buhan neoklasik (Ramsey, 1928; Solow,
didaerah diserahkan pada masing-masing 1956; Cass, 1965; dan Koopmans, 1965)
pemerintah daerah, pemerintah pusat hanya pada perekonomian tertutup memprediksi-
sebagai pengawas/pengontrol, maka mau kan bahwa tingkat pertumbuhan per kapita
tidak mau masing-masing wilayah harus cenderung berhubungan terbalik dengan
berusaha semaksimal mungkin untuk me- tingkat output atau pendapatan per kapita
nentukan kebijakan dan pembangunannya awal. Dengan asumsi bahwa preferensi dan
guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi teknologi yang sama berlaku dari satu per-
dan mengejar ketertinggalan daerah masing- ekonomian ke perekonomina lainnya,
masing. negara-negara miskin cenderung tumbuh
lebih cepat dari pada negara-negara kaya.
TINJAUAN TEORI
Konvergensi merupakan proses per- Konsep Konvergensi
tumbuhan ekonomi di negara-negara atau Konsep utama konvergensi menurut
wilayah-wilayah yang berbeda sedemikian peneliti sebelumnya (lihat misalnya: Barro
rupa sehingga mengurangi gap (jurang) dan Martin, 1995; Garcia dan Soeltia-
pendapatan, produktivitas, tingkat upah dan ningsih, 1998; Lall dan Yilmaz, 2000; Brata,
berbagai indikator ekonomi lainnya. Hal ini 2002) ada dua. Kedua konsep tersebut
dapat berarti berkurangnya perbedaan PDB adalah sigma (o ) convergence dan beta (þ)
per kapita, dan produktivitas (Abramovitz, convergence. Kegunaan sigma convergence
1986: 392), atau adanya tendensi negara- adalah untuk mengukur tingkat dispersi dari
negara miskin untuk mengejar keterting- pertumbuhan output. Sedangkan kegunaan
galannya dari negara kaya karena pertumbu- beta convergence adalah untuk mengetahui
han ekonomi mereka yang sangat menga- pengaruh dari factor-faktor yang diperkira-
gumkan (Barro dan Martin, 1992: 235). kan menentukan tingkat konvergensi.
Konvergensi, inti teori pertumbuhan Prosedur untuk menguji beta con-
tahun 1990-an sedikitnya didasarkan pada vergence adalah dengan terlebih dahulu
dua hipotesis berbeda yang saling terkait. mencari tahu apakah terdapat konvergen non
Pertama, hipotesis mengejar ketinggalan kondisional (unconditional convergence)
(catch-up hypotesis) dari Abramovitz (1986) atau konvergen absolut (absolute conver-
yang mengemukakan bahwa negara-negara gence), dan kemudian barulah menguji kon-

22
vergensi yang dapat dijelaskan (explained Islam (1995) menemukan bahwa
convergence) atau konvergensi kondisional variabel modal manusia negatif dan tidak
(conditional convergence). signifikan di dalam studi panel untuk sampel
Konvergensi absolut dilakukan de- negara yang berbeda, dengan memasukkan
ngan mengestimasi model ekonometrika variabel modal manusia di dalam regresi
dimana variabel dependent awal periode menaikkan tingkat konvergensi.
(initial conditional) sebagai satu-satunya Sementara studi Cashin dan Sahay
variabel penjelas. Sedangkan konvergensi (1996) atas pertumbuhan ekonomi regional
kondisional dilakukan dengan mengikutser- di India dalam periode 1961-1991, menemu-
takan sejumlah variabel penjelas dalam kan bahwa pendapatan regional diantara 20
pengujian selain variabel dependent awal negara bagian cenderung untuk konvergen
periode. pada tingkat 1,5% per tahun.
Konvergensi bruto atau sigma (o) Studi dari Saldanha (1997) dengan
diukur dengan menggunakan ukuran dispersi variabel PDB per kapita, baik pertumbuh-
yang dalam hal ini adalah koefisien variasi annya maupun PDB periode awal, belanja
dan standar deviasi dari nilai logaritma negara per kapita, tingkat partisipasi SMP
variabel dependent. Sedangkan untuk meng- per kapita, dan angka harapan hidup. Semua
hitung þ convergence (Barro dan Martin, variabel signifikan kecuali untuk belanja
1995) adalah: negara dimana untuk satu periode saja

(1 – e – T )/ T ............................................ (1) menunjukkan tidak signifikan. Ditemukan


juga bahwa propinsi-propinsi di Indonesia
dimana tidak lain adalah koefisien dari cenderung konvergen selama duapuluh lima
tahun terakhir, juga ditemukan bahwa kon-
variabel initial level of percapita income dan
vergensi ekonomi merupakan suatu feno-
T adalah lama periode waktu.
mena yang terjadi sejak tahun-tahun awal
pembangunan ekonomi di Indonesia.
TINJAUAN EMPIRIS
Tansel and Gungor (1997) melaku-
Studi dari Barro dan Sala-I Martin
kan studi konvergen 26 propinsi di Turki
(1995) menemukan korelasi positif antara
periode 1975-1995 dan 1980-1995. Mene-
tingkat pertumbuhan GDP dengan variabel
mukan bahwa tingkat konvergen lebih cepat
berikut: GDP perkapita awal, education at-
di tahun 1980-1995 dibandingkan tahun
tainment, life expectancy, public spending
1975-1995, karena sejak tahun 1980 liberali-
on education, changes in the term of trade,
sasi ekonomi dimulai di Turki, mungkin
the investment ratio, dan the rule of law.
dengan hipotesis tingkat konvergen lebih
Mereka menemukan juga hubungan negatif
cepat untuk produktivitas tenaga kerja di
antara tingkat pertumbuhan dengan kon-
dalam periode ini. Hal ini mengindikasikan
sumsi pemerintah, distorsi pasar (yang ter-
bahwa reformasi akan menaikkan efisiensi
cermin dari black market premium dalam
ekonomi.
pasar valas), instabilitas politik, fertility rate,
Pekkala and Kangasharju (1998)
dan pertumbuhan penduduk. Mereka meng-
melakukan studi mengenai pendapatan
estimasi 24 persamaan regresi dan me-
regional di Finlandia selama 1975-1995 dan
nemukan bahwa tingkat konvergensi ber-
menagalisis peran inter-regional migration.
variasi antara 1,4% dan 2,8%, tetapi fre-
Menemukan bahwa migrasi berdampak kecil
kuensi terbanyak bervariasi antar 2,5% dan
2,7%. terhadap tingkat konvergen, þ dan o konver-
gen relatif cepat pada seluruh periode hanya
setelah tahun 1985 sedikit melambat.
Wibisono (2001) menemukan bahwa METODE PENELITIAN
terdapat bukti kuat bahwa propinsi-propinsi Model Estimasi
yang memiliki human capital yang tinggi Untuk ini model yang digunakan adalah
akan tumbuh lebih cepat terhadap posisi Barro dan Sala-I-Martin (1995). Model
steady-state nya masing-masing. Tingkat mereka menggunakan persamaan yang
pertumbuhan penduduk yang dicerminkan menghubungkan tingkat pertumbuhan
oleh tingkat fertilitas secara jelas berkorelasi pendapatan perkapita antara dua titik waktu
negatif dengan tingkat pertumbuhan. terhadap tingkat awal pendapatan perkapita.
Sementara itu terdapat cukup bukti untuk Jika diumpamakan bahwa kita memiliki
mengatakan bahwa faktor letak geografis observasi pada dua titik waktu 0 dan T,
propinsi mempengaruhi tingkat pertum- maka modelnya dapat ditulis sebagai
buhan. Pada saat yang sama, hasil regresi berikut:
menegaskan pentingnya stabilitas makro- (1 / T ). log (y iT y i0 ) =
ekonomi regional yang direfleksikan oleh
tingkat inflasi untuk pertumbuhan yang [( ) ]
a – 1 – e – T / T . log ( y i 0 ) + U i 0 ,T
... (2)

tinggi dan lestari. dimana i menunjukkan region, a adalah in-


Cuaresma & Dimitz (2001) dengan
menggunakan data panel menemukan bukti
( )
tercept, yiT / yi0 adalah tingkat pertum-
adanya þ convergen, investasi berpengaruh buhan GDP riil per kapita, yiT dan yi0
positif & signifikan begitu juga untuk berturut-turut adalah final dan initial level of
variabel yang lain yaitu: Per capita GDP,
initial GDP per capita, education, inflation percapita income, serta Ui0.T adalah
rate, government consumption over GDP, average error term. Koefisien initian in-
openness of economy, dan dummy kecuali
konsumsi pemerintah.
( )
come, 1 – e– T / T , terlihat akan menurun
seiring panjangnya interval waktu T.
Naude and Krugell (2004) mene-
Persamaan Barro dan Sala-I-Martin
mukan bahwa tidak terbukti adanya konver-
dimodifikasi dalam penelitian ini menjadi
gen absolut (perhaps divergence) dan hanya
lebih sederhana. Secara umum persamaan
bukti beta konvergen yang lambat di Afrika
Barro dan Sala-i-Martin dapat ditulis
Selatan. Ditemukan juga signifikan penentu
sebagai berikut:
pertumbuhan ekonomi lokal yaitu jarak ke
pasar, modal manusia, kecenderungan log( yit / yit –1 ) = a + b log( yit –1 ) (3)
ekspor, dan stok kapital kotamadya (men-
di mana t dan i berturut-turut menandakan
cerminkan kualitas institusi dan pelayanan
tingkat pemerintah lokal). Jarak dari pela- tahun dan daerah, serta yit dan yit –1
buhan internasional untuk mengukur ongkos masing-masing menunjukkan final dan
transport, dan aglomerasi perkotaan (kepa- initial level of income (yang ditunjukkan
datan) berdampak terhadap pertumbuhan oleh PDRB per kapita).
secara tidak langsung yang ditunjukkan oleh Diasumsikan kita memiliki dua
signifikannya dampak kemampuan ekspor observasi pada dua titik waktu yaitu 0 dan T.
daerah. Sehingga secara keseluruhan meng- Maka persamaan (2) berimplikasi bahwa
indikasikan bahwa unsur geografi sangat tingkat pertumbuhan rata-rata sepanjang
penting, dalam mempengaruhi pertumbuhan interval waktu dari 0 sampai T dapat ditulis
ekonomi regional. sebagai berikut:
log (yiT / yi0 ) / T a b log ( y i0 ) ........ (4)
dimana log adalah logaritma, T adalah Secara teoritis, ada beberapa ke-
interval waktu, dan b adalah koefisien dari untungan yang diperoleh dengan mengguna-
initial income. kan data yang digabungkan tersebut. Per-
Persamaan (3) inilah yang akan tama, semakin banyak jumlah observasi
digunakan untuk melakukan uji terhadap yang dimiliki bagi kepentingan estimasi
hipotesis absolut konvergen. Sedangkan parameter populasi yang membawa akibat
untuk melakukan tes terhadap hipotesis positif dengan memperbesar derajat kebe-
kondisional konvergen kita akan mengguna- basan (degree of freedom) dan menurunkan
kan persamaan (4) yang dimodifikasi men- kemungkinan kolinearitas antar variabel
jadi bebas. Kedua, dimungkinkannya estimasi
log (y it / y i0 ) / T = a + b1 log (y i0 ) masing-masing karakteristik individu mau-
+ b2 PENDit + b3 KESit pun karakteristik menurut waktu secara
terpisah. Dengan demikian, analisa hasil
+ b4 DENSITYit estimasi akan lebih komprehensif dan men-
+ b5 PMAit cakup hal-hal yang lebih mendekati realita.
+ b6OPENNESSit (lihat, Hsio,1995).
Di dalam model persamaan regresi
+ b7 INF it +uit
linear klasik (classical linear regression
Dimana : model), gangguan (error terms) selalu di-
t adalah waktu (1993-2003) nyatakan bersifat homoscedastic dan serially
i adalah daerah propinsi (26 propinsi) uncorrelated. Dengan begitu, penggunaan
y adalah laju pertumbuhan PDRB metode ordinary least square akan meng-
Indikator Sosial : hasilkan penduga yang bersifat best linear
1. PENDIDIKAN adalah rasio pengeluar- unbiased. Namun demikian, asumsi me-
an pemerintah daerah untuk sektor pen- ngenai gangguan tersebut tidak dapat di-
didikan terhadap PDRB terapkan pada data panel. Data panel yang
2. KESEHATAN adalah rasio pengeluaran tersusun atas beberapa individu untuk
pemerintah daerah untuk sektor kese- beberapa periode, membawa masalah baru
hatan terhadap PDRB dalam sifat gangguan tersebut. Masalah
Indikator Spasial: tersebut adalah karena gangguan (distur-
1. DENSITY adalah kepadatan penduduk bances atau error term) yang ada kini men-
daerah jadi tiga macam, yaitu gangguan antar waktu
Indikator Ekonomi: (time-series related disturbances), gangguan
1. PMA adalah ratio PMA terhadap PDRB antar individu (cross-section disturbances)
2. OPENNESS adalah tingkat keterbukaan dan gangguan yang berasal dari keduanya.
ekonomi (rasio ekspor netto) terhadap (lihat, Gujarati, 2003).
PDRB Jika seluruh gangguan individu (µi),
3. INF adalah laju inflasi daerah gangguan waktu (Zt) dan random noise
µ adalah error term digabungkan menjadi satu dan mengikuti
seluruh asumsi awal random noise yang
Metode analisis yang dilakukan terdistribusikan secara normal-bebas-iden-
menggunakan data panel, yakni gabungan tik, maka penggunaan metode generalized
data runtut waktu (times series) periode least square akan menghasilkan penduga
1993-2003 dan cross section Propinsi- yang memenuhi sifat best linear unbiased.
propinsi di Indonesia (26 propinsi). Metode ini, dengan kata lain, menyatakan
bahwa seluruh gangguan yang terjadi
mengikuti distribusi normal, dengan rata- ^
rata (expected value) sebesar nol, sebagai- GLS ( GLS ) akan bias dan tidak konsisten
mana asumsi yang dipegang dalam model dengan . Namun demikian, dengan
persamaan regresi linear klasik. Cara ini
melakukan transformasi i dan mengabai-
dikenal dengan nama Random Effect Model,
atau juga disebut Error Components Model. ^
kannya maka within estimator Within
Namun demikian, bila asumsi bahwa
seluruh gangguan tersebut tidak dapat akan unbiased dan konsisten dengan .
dinyatakan mengikuti seluruh asumsi Hausman (1978) menyarankan untuk
random noise seperti dalam model persama- ^ ^
an regresi linear klasik, maka baik peng- membandingkan GLS dengan Within , di
gunaan ordinary least square maupun gene- mana keduanya konsisten dengan null
ralized least square tidak akan memberikan hypothesis H o : E( uit / X it ) = 0 , tetapi
hasil yang memenuhi sifat best linier unbi- tentunya dengan perbedaan limit probabili-
ased. Dengan cara ini, maka komponen
^
gangguan antar waktu dan komponen gang- akan
tas. Pada kenyataannya, Within
guan antar individu akan tergabung di dalam
konstanta intercept model. Cara ini dikenal konsisten bahkan ketika H o benar atau tidak
dengan nama Fixed Effect Model atau juga ^
disebut Dummy Variable Model. Metode benar, sedangkan GLS akan BLUE,
estimasi ini mendapatkan penduga yang konsisten dan asymtotic pada H o , tetapi
efisien dengan menerapkan proses estimasi
akan tidak konsisten ketika H o tidak benar.
terhadap data simpangan (deviation) dari
rata-rata menurut waktu, rata-rata menurut Uji statistik akan mendasarkan pada
individu, dan rata-rata menurut keduanya. ~ ^ ~
Sehingga untuk memilih antara penggunaan q1 = GLS – Within , dengan Ho ,
dummy variable model atau error compo- ~ ^ ^
nents model, penelitian ini akan mengguna- p lim q1 = 0 dan cov( q1 , GLS ) = 0 .
kan statistik Hausman (Sitanggang dan Dengan menggunakan kenyataan
Nachrowi, 2004). ^
bahwa: GLS – = ( X' fi –1 X 1 fi 1
Spesifikasi Hausman Test ~
–1
Within – = ( X' QX ) X' Qu , akan
Asumsi utama dalam model regresi adalah dan
bahwa error komponen atau ^
E( uit / X it ) = 0 . Hal ini penting karena diperoleh: E( q1 ) = 0 ,dan
faktor penggangggu (disturbance) mengan- ^ ^ ^ ^ ~
dung efek individual invariant i yang cov( GLS , q1 ) = var( GLS ) – cov( GLS , Within )
bersifat unobserved dan mungkin saja ber- = ( X' fi–1X )–1 – ( X' fi–1X )–1 Xfi–1
korelasi dengan X it . Sebagai contoh, dalam E( uu' )QX ( X' QX )–1
persamaan bahwa µi mungkin dinotasikan = ( X' fi–1X )–1 – ( X' fi–1X )–1 = 0................... (6)
sebagai unobservable secara individual dan ~ ^ ^
mungkin saja berkorelasi dengan sejumlah Selanjutnya jika Within = GLS – q1 , akan
variabel pada sisi kanan persamaan. Dalam
diperoleh:
kasus ini, E( u it / X it ) s 0 dan estimator
~ ^ ^ HASIL ANALISIS
var( Within ) = var( GLS ) + var( q1 ) Hasil Analisis Konvergensi Sigma ( )
^ ^ Konvergensi sigma ( ) diukur oleh
Sejak cov( GLS ,q1 ) = 0 , maka; deviasi standar PDRB riil perkapita. Jika
^ ~ ^ devisai standar turun dari waktu ke waktu,
var( q1) = var( Within ) – var( GLS ) = ... (7) maka Konvergensi sigma ( ) telah terjadi
2 –1 –1 –1 dan implikasinya adalah bahwa selisih
v ( X' QX ) –( X' fi X ) PDRB riil perkapita diantara propinsi-
Dengan demikian Hausman test statistik proinsi atau wilayah-wilayah tersebut
adalah sebagai berikut: mengecil. Tabel 1 memperlihatkan bahwa
–1
^' J ^] ^ deviasi standar PDRB riil perkapita antar
m1 = q1 |var( q1 | q1 ............................... (8) propinsi di Indonesia telah menurun dari
⎝| |] 1,25084 di tahun 1993 menjadi 0,48126
dimana H o asymtotic berdistribusi sebagai pada tahun 2003.
2 Sebagai tambahan, dispersi PDRB
K di mana K adalah dimensi vektor slope riil perkapita juga turun dari 0,1914 tahun
. Selanjutnya guna memenuhi aspek teknis 1993 menjadi 0,0691 pada tahun 2003.
operasional, fi akan digantikan oleh Penurunan deviasi standar maupun dispersi
^ ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan
konsistensi estimator fi , sehingga GLS PDRB riil perkapita di Indonesia mengalami
akan memungkinkan untuk diakukan. fluktuasi dari tahun ke tahun pada periode
Penolakan terhadap statistik Hausman pengamatan. Sehingga bisa dikatakan bahwa
tersebut berarti penolakan terhadap fixed pertumbuhan PDRB riil perkapita tidak
effect model atau dummy variable model. stabil antar propinsi di Indonesia dengan
Sehingga semakin besar nilai statistik kata lain bahwa terjadi ketidakmerataan
Hausman tersebut, semakin mengarah dalam pertumbuhan PDRB riil perkapita
kepada penerimaan dugaan error antar propinsi di Indonesia.
components model. (lihat, Baltagi, 2003).

Tabel 1: Hasil Analisis Konvergensi Sigma ( )

Tahun Konvergensi sigma ( ) Dispersi


1993 1,25084 0,1914
1994 0,49939 0,0730
1995 0,48541 0,0705
1996 0,47974 0,0695
1997 0,48590 0,0703
1998 0,53936 0,0785
1999 0,48530 0,0704
2000 0,48385 0,0700
2001 0,48390 0,0698
2002 1,25402 0,1867
2003 0,48126 0,0691
Sumber: data diolah
Hasil Uji Hausman Test Tabel 3 memperlihatkan hasil regresi
Berdasarkan hasil uji Hausman test terhadap Absolute Convergence, memberi-
diperoleh hasil seperti tampak pada Tabel 2. kan bukti kuat terhadap eksistensi Absolute
Tabel 2 hasil uji Hausman test di bawah Convergence. Estimasi koefisien dari log
menunjukkan bahwa chi square hitung lebih PDRB riil per kapita awal sangat signifikan.
besar daripada chi square table sehingga Ho Dari hasil estimasi koefisien PDRB
ditolak. Dengan demikian estimasi menun- riil perkapita awal dapat diketahui besarnya
jukkan bahwa pendekatan fixed effects lebih nilai þ convergence (kecepatan konver-
baik dibandingkan dengan pendekatan gensi) yaitu sebesar 8,28% untuk periode
random effect. Berarti terdapat perbedaan 1993-2003.
antar unit yang dapat dilihat melalui
perbedaan dalam constans term. Dalam fixed Hasil estimasi regresi conditional conver-
effects model diasumsikan bahwa tidak gence periode 1990-2003
terdapat time-specific effect dan hanya mem- Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil
fokuskan pada individual-specific-effects. estimasi dengan metode Fixed effect untuk
conditional convergence mempunyai nilai
Tabel 2. Uji Hausman test koefisien yang lebih rendah dari absolute
convergence yaitu sebesar 0,604613.
Periode Dari hasil estimasi koefisien PDRB
. Hitung . Tabel
Pengamatan riil perkapita awal dapat diketahui besarnya
1993-2003 1196,667* 14,067 nilai kecepatan conditional convergence
Sumber: data diolah yaitu sebesar 9,07% per tahun dan terbukti
Keterangan: signifikan pada a 5% nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan þ
convergence untuk periode 1993-2003. Ini
Hasil Estimasi Persamaan Regresi berarti bahwa keberadaan variabel-variabel
Hasil estimasi regresi absolute convergence penjelas akan semakin meningkatkan kece-
Tabel 3. Hasil estimasi regresi Absolute patan konvergensi antar wilayah di Indone-
Convergence untuk Propinsi-Propinsi sia pada periode pengamatan.
di Indonesia Variabel PDRB riil perkapita awal
untuk mengukur kecepatan konvergensi,
Variabel menunjukkan hubungan yang positif dan
Variabel Independen
Dependent signifikan yang berarti bahwa kecepatan
PDRB riil perkapita awal 0.666834*** konvergen yang tinggi akan mendorong
(20.62361) pertumbuhan ekonomi.
R-squared 0.970720 Sedangkan variabel density (ke-
S.E. of Regression 1701454 padatan) signifikan terhadap pertumbuhan
DW-statistic 1.492246 ekonomi regional, dan diikuti oleh variabel
Sumber: data diolah ekspor netto (keterbukaan ekonomi), dan
Keterangan: - *** sig pada a = 0,01; ** sig yang terakhir variabel inflasi berpengaruh
pada a = 0,05; * sig pada a = 0,10 terhadap pertumbuhan ekonomi dengan arah
yang negatif, sedangkan variabel lainnya
tidak signifikan.
Tabel 4. Hasil Estimasi Regresi dengan Metode Fixed Effect

Variabel Periode 1998-2003


PDRB riil perkapita awal 0.604613***
(19.12882)
Pendidikan -1048.793
(-0.979528)
Kesehatan 314.9076
(0.293214)
Density -15.30459***
(-6.238956)
PMA 0.334247
(0.515390)
Ekspor Netto 57.85797*
(1.725330)
Inflasi -5974.597***
(-4.779999)
R-squared 0.982761
S.E. Regression 1456175.
DW-statistic 1.419143
F-statistic 2156.765
(Prob. F-statistic) 0.000000
Sumber: data diolah
Keterangan: - *** sig pada a = 0,01; ** sig pada a = 0,05; * sig pada a = 0,10

Dengan melakukan komparasi kedua pertumbuhan sekitar 60,46% per tahun. Be-
persamaan kita dapat melihat secara jelas saran koefisien ini adalah signifikan dan
bahwa dengan masuknya variabel-variabel secara nyata mengkonfirmasikan eksistensi
kontrol/penjelas telah memberi kontribusi conditional convergence di Indonesia dan
dalam perbaikan persamaan. Hal yang dapat berimplikasi bahwa konvergensi terjadi pada
diapresiasi dari meningkatnya kemampuan tingkat sekitar 60,46% per tahun. Konver-
veriabel independen dalam menjelaskan gensi dikatakan kondisional dalam arti
variabel dependen yang dicerminkan oleh prediksi bahwa tingkat pertumbuhan lebih
angka R squared (R2) yaitu sebesar tinggi pada propinsi yang memiliki level
0,982761 atau sebesar 98,27%, artinya pendapatan yang lebih rendah hanya berlaku
hanya 98,27% independen variabel dapat jika variabel penjelas lainnya dipertahankan
menjelaskan dependen variabel sedangkan konstan.
sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang Sementara itu dengan mengkontrol
tidak diuji dalam model. variabel-variabel penentu tingkat pertum-
buhan, tingkat konvergensi kini meningkat,
PEMBAHASAN dari 8,28% menjadi 9,07%. Hal ini meng-
PDRB riil awal perkapita Estimasi indikasikan bahwa perbedaan dalam tingkat
koefisien pada PDRB riil awal perkapita pertumbuhan PDRB per kapita antar pro-
sebesar 0,604613. Hasil ini menyatakan pinsi secara sistematis dapat dijelaskan oleh
bahwa satu persen peningkatan dalam sejumlah variabel penjelas.
PDRB perkapita akan meningkatkan
Berdasarkan hasil estimasi diketahui Variabel ekspor netto yang diukur
bahwa variabel pendidikan, kesehatan, dan dengan rasio ekspor netto terhadap PDRB
penanaman modal asing (PMA) tidak riil perkapita merupakan proxi dari keterbu-
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kaan perekonomian daerah memiliki arah
regional. Untuk variabel pendidikan yang yang konsisten dengan teori meskipun pada
diproxy dengan rasio pengeluaran pemerin- derajat 10% (signifikan secara statistik).
tah daerah terhadap PDRB, mengindikasi- Sehingga bisa dikatakan bahwa tingkat
kan bahwa penggunaannya belum optimal keterbukaan perekonomian suatu daerah
dan efisien, sehingga belum mempengaruhi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan
pertumbuhan ekonomi regional, begitu juga ekonomi regional.
dengan variabel kesehatan. Variabel inflasi regional memiliki
Sedangkan untuk variabel pena- efek negatif terhadap tingkat pertumbuhan
naman modal asing (PMA) tidak signifikan, ekonomi regional. Hasil ini menegaskan
hal ini menunjukkan bahwa daerah dalam kepada para pengambil keputusan bahwa
hal ini propinsi belum memberikan iklim stabilitas makroekonomi regional yang
yang kondusif bagi investor luar negeri. dicerminkan oleh faktor inflasi merupakan
Hasil studi ini sesuai dengan studi sebelum- faktor yang penting bagi pertumbuhan eko-
nya bahwa masih rendahnya pelayanan nomi regional di suatu daerah.
publik, kurangnya kepastian hukum dan
berbagai peraturan daerah (Perda) yang KESIMPULAN
tidak “pro-bisnis” diidentifikasi sebagai Perbedaan dalam tingkat pertum-
bukti iklim bisnis yang tidak kondusif. Pe- buhan PDRB per kapita antar propinsi
layanan publik yang dikeluhkan terutama secara sistematis dapat dijelaskan oleh
terkait dengan ketidakpastian biaya dan sejumlah variabel penjelas. Dengan analisa
lamanya waktu berurusan dengan perijinan regresi terhadap hipotesis konvergensi, kita
dan birokrasi. Ini diperparah dengan masih akan mengetahui secara tegas dan spesifik
berlanjutnya berbagai pungutan baik resmi elemen mana saja yang berpengaruh pada
maupun liar. Alasan utama mengapa inves- tingkat pertumbuhan. Satu elemen penting
tor masih khawatir untuk melakukan bisnis dari penelitian ini adalah tingkat konver-
di Indonesia adalah ketidkstabilan ekonomi gensi, efek positif pada pertumbuhan ketika
makro, ketidakpastian kebijakan, korupsi tingkat awal PDRB perkapita relatif tinggi
(oleh pemda maupun pemerintah pusat) terhadap variabel yang lain.
perijinan usaha, dan regulasi pasar tenaga Terdapat bukti kuat bahwa propinsi-
kerja (World Bank, 2004). propinsi yang memiliki kepadatan tinggi
Variabel density (kepadatan pen- secara jelas berkorelasi negatif dengan
duduk) merupakan indikator spasial, yang tingkat pertumbuhan ekonomi, sedangkan
diukur dengan luas daerah dibagi jumlah propinsi yang memiliki ekspor netto yang
penduduk, memiliki efek negatif dan signi- tinggi berkorelasi positif dengan tingkat
fikan terhadap pertumbuhan ekonomi pertumbuhan ekonomi. Pada saat yang
regional. Hasil ini sesuai dengan studi sama, hasil regresi menegaskan pentingnya
sebelumnya Naude dan Krugell (2004) stabilitas makroekonomi regional yang
bahwa kepadatan penduduk berdampak direfleksikan oleh tingkat inflasi untuk
terhadap pertumbuhan ekonomi. pertumbuhan yang tinggi dan lestari.
DAFTAR PUSTAKA
, Statistik Indonesia, BPS, berbagai edisi
, Nota Keuangan dan RAPBN tahun 1999/2000
Abramovitz, Moses, (1986), “Catching Up, Forging Ahead, and Falling Behind”, Journal of
Economic History, June 1986: 385-406.
Baltagi, B. H, (2003), “Econometric Analysis of Panel Data”, Second Edition, John Wiley &
Sons, LTD, The Atrium, Southerm Gate, Chichester West Sussex PO198SQ,
England.
Barro, Robert J. and Xavier Sala-i-Martin, (1992), “Convergence”, Journal of Political
Economy, 100: 223-251.
Barro, Robert J. and Xavier Sala-i-Martin, (1995), “Economic Growth”, New York,
McGraw-Hill Inc.
Cashin, P, and R. Sahay, (1996), “Internal Migration, Center State Grant, and Economic
Growth in the States of India”, IMF Working Papers, WP/95/66
Cuaresma, Crespo.J, Dimitz, Antoinette. M, and Grunwald, Ritzberger. D, (2001), “Growth,
Convergence and EU membership”, JEL Vienna, Austria.
Cheng Hsiao, (1986), “Analysis of Panel Data”, Cambridge, England: Cambridge University
Press
Damodar Gujarati, (2003)“Basic Econometrics”, Third Edition, Mc Graw- Hill, Inc. New
York
Islam, N. (1995), “Growth Empirics: A Panel Data Approach, “Quarterly journal of
Economics, CX, 1127-70
Naude, W.A, and Krugell, W.F, (2004),”The Spatial Dimensions of Economic Growth in
Africa: The Case of Sub-national Convergebce and Divergence in South Africa”,
Paper prepared for the Conference on Growth, Poverty Reduction and Human
Development in Africa, Centre for the study of African Economies, University of
Oxford, March 21-22, 2004
Pekkala, S. and Kangasharju, A, (1998),” Migration and Regional Convergence Among The
Finnish Subregion, 1975-95”, Pellervo Economic Research Institute Working
Papers, No. 12
Saldanha, Joao M. (1997), “Growth and Convergence in Indonesia”, Manuscript,
Department of Economics, Harvard University, Cambridge
Sitanggang, Ignatia, R dan Nachrowi, Djalal, N, (2004), “Pengaruh Struktur Ekonomi Pada
Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral: Analisis Model Demometrik di 30 Propinsi
pada 9 Sektor di Indonesia”, Seminar Akademik Tahunan Ekonomi I, “Perubahan
Struktural dalam rangka Penyehatan Ekonomi”, Penguatan Kebijakan Publik dalam
Perspektif Nasional dan Global, Program Studi Ilmu ekonomi Pascasarjana FEUI
dan ISEI, 8-9 Desember
Tansel, Aysit, and Gungor, Nill D. (1997),”Economic Growth and Convergence: An
Application To The Province Of Turkey, 1975-1995”, Paper presented at the Annual
ERC / METU Conference on Economics in September, Ankara
Todaro, M. P, (2000), “Ekonomci Development”, 7 ed, Addison Wesley
Wibisono, Yusuf, (2001),”Determinan Pertumbuhan Ekonomi Regional: Studi Empiris Antar
Propinsi Di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, Vol. 1, No.2,
Januari
Nama
SITI ROHMAH
NIM
19.60201.1.117
Kelas
02
REVIEW JURNAL
Judul Artikel
PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL: STUDI KASUS ANALISIS
KONVERGENSI ANTAR PROPINSI OI INOONESIA

Penulis
Jamzani Sodik

Nama Jurnal
Jurnal
EKONOMI PEMBANGUNAN
Kajian Ekonomi Negera Berkembang

Tahun, Halaman, Volume


April 2006, Hal: 2l – 32, Vol-11 No.1

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetehui pertumbuhan ekonomi daerah di Indonesia, dan
menguji konvergensi PDRB per kapita 26 provinsi periode 1993 hingga 2003,

Populasi dan Sampel


Daerah di Indonesia atau Provinsi yang ada di Indonesia.

Metode Penelitian
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode GLS
(General Least Square) untuk mengolah data polling.

Hasil dan Bahasan


• Hasil Analisis Konvergensi Sigma
Deviasi standar PDRB riil perkapita antar propinsi di Indonesia telah menurun dari
1,25084 di tahun 1993 menjadi 0,48126 pada tahun 2003.Sebagai tambahan,
dispersi PDRB riil perkapita juga turun dari 0,1914 tahun 1993 menjadi 0,0691
pada tahun 2003. Penurunan deviasi standar maupun dispersi ini mengindikasikan
bahwa pertumbuhan PDRB riil perkapita di Indonesia mengalami fluktuasi dari
tahun ke tahun pada periode pengamatan. Sehingga bisa dikatakan bahwa
pertumbuhan PDRB riil perkapita tidak stabil antar propinsi di Indonesia dengan
kata lain bahwa terjadi ketidakmerataan dalam pertumbuhan PDRB riil perkapita
antar propinsi di Indonesia.
• Hasil Uji Hausman Test
Menunjukkan bahwa chi square hitung lebih besar daripada chi square table
sehingga Ho ditolak. Dengan demikian estimasi menun- jukkan bahwa pendekatan
fixed effects lebih baik dibandingkan dengan pendekatan random effect. Berarti
terdapat perbedaan antar unit yang dapat dilihat melalui perbedaan dalam constans
term. Dalam fixed effects model diasumsikan bahwa tidak terdapat time-specific
effect dan hanya mem- fokuskan pada individual-specific-effects.

• Hasil Estimasi Persamaan Regresi


Dari hasil estimasi koefisien PDRB riil perkapita awal dapat diketahui
besarnya nilai þ convergence (kecepatan konver- gensi) yaitu sebesar 8,28%
untuk periode 1993-2003.
• Hasil estimasi regresi conditional conver- gence periode 1990-2003
Dari hasil estimasi koefisien PDRB riil perkapita awal dapat diketahui
besarnya nilai kecepatan conditional convergence yaitu sebesar 9,07% per
tahun dan terbukti nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan þþþ
convergence untuk periode 1993-2003. Ini berarti bahwa keberadaan
variabel-variabel penjelas akan semakin meningkatkan kece- patan
konvergensi antar wilayah di Indone- sia pada periode pengamatan.

Variabel density (kepadatan pen- duduk) merupakan indikator spasial, yang


diukur dengan luas daerah dibagi jumlah penduduk, memiliki efek negatif
dan signi- fikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Hasil ini sesuai
dengan studi sebelumnya Naude dan Krugell (2004) bahwa kepadatan
penduduk berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi.

Variabel ekspor netto yang diukur dengan rasio ekspor netto terhadap PDRB
riil perkapita merupakan proxi dari keterbu- kaan perekonomian daerah
memiliki arah yang konsisten dengan teori meskipun pada derajat 10%
(signifikan secara statistik). Sehingga bisa dikatakan bahwa tingkat
keterbukaan perekonomian suatu daerah berperan dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi regional.

Variabel inflasi regional memiliki efek negatif terhadap tingkat pertumbuhan


ekonomi regional. Hasil ini menegaskan kepada para pengambil keputusan
bahwa stabilitas makroekonomi regional yang dicerminkan oleh faktor inflasi
merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan eko- nomi regional di
suatu daerah.

Kesimpulan
Hasil penelitian ditemukan pertumbuhan ekonomi daerah periode 1993-2003 dipengaruhi
oleh kepadatan (X3), tingkat keterbukaan ekonomi provinsi (X5), dan tingkat inflasi (X6).
Namun kesehatan (X2), dan pendidikan (X3) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah.
Kami juga menemukan bukti konvergensi absolut dan konvergensi bersyarat, namun sigma
(o ) konvergensi fluktuatif untuk periode 1993-2003.

Kelebihan
Menggunakan metode dengan table, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami
hasil penelitian.

Kekurangan
Mungkin bisa menganti kata-kata yang susah dipahami dengan Bahasa yang lebih mudah
dipahami.

Anda mungkin juga menyukai