EKONOMI
PEMBANGUNAN
Kajian Ekonomi Negera Berkembang
Hal: 2l – 32
Abstract
21
kan pendapatan per kapita dan kesejahteraan dengan tingkat produktivitas rendah
masyarakat wilayah tersebut, tujuan wilayah memiliki potensi besar untuk mencapai laju
melakukan pembangunan perekonomian pertumbuhan tinggi. Meskipun begitu, po-
ialah untuk mengejar ketertinggalan dan tensi pertumbuhan akan melemah bila ting-
mensejajarkan diri dengan wilayah-wilayah kat produktivitas mendekati tingkat produk-
yang sudah maju, baik dalam hal penda- tivitas negara yang menjadi pasokannya. Hal
patan, produktivitas, upah dan berbagai in- ini mengindikasikan terjadinya proses
dikator ekonomi lainnya. Sehingga gap mengejar ketinggalan. Sebagai tambahan,
(jurang) kesenjangan antar wilayah tersebut proses mengejar ketinggalan juga terjadi jika
akan berkurang, Dalam hal ini dikenal varians relatif di sekitar rata-rata produk-
dengan istilah “Konvergensi antar wilayah” tivitas makin turun dari waktu ke waktu
(Saldanha, 2003:3). Terlebih lagi sejak karena terjadinya pertumbuhan lebih cepat
ditetapkannya Undang-undang No.25/Tahun di negara-negara yang tadinya tertinggal.
1999 yang direvisi menjadi Undang-undang Kedua, Baro dan Sala-I-Martin
No.32/tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, (1992) dengan menggunakan model pertum-
yang berarti bahwa dalam hal pembangunan buhan neoklasik (Ramsey, 1928; Solow,
didaerah diserahkan pada masing-masing 1956; Cass, 1965; dan Koopmans, 1965)
pemerintah daerah, pemerintah pusat hanya pada perekonomian tertutup memprediksi-
sebagai pengawas/pengontrol, maka mau kan bahwa tingkat pertumbuhan per kapita
tidak mau masing-masing wilayah harus cenderung berhubungan terbalik dengan
berusaha semaksimal mungkin untuk me- tingkat output atau pendapatan per kapita
nentukan kebijakan dan pembangunannya awal. Dengan asumsi bahwa preferensi dan
guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi teknologi yang sama berlaku dari satu per-
dan mengejar ketertinggalan daerah masing- ekonomian ke perekonomina lainnya,
masing. negara-negara miskin cenderung tumbuh
lebih cepat dari pada negara-negara kaya.
TINJAUAN TEORI
Konvergensi merupakan proses per- Konsep Konvergensi
tumbuhan ekonomi di negara-negara atau Konsep utama konvergensi menurut
wilayah-wilayah yang berbeda sedemikian peneliti sebelumnya (lihat misalnya: Barro
rupa sehingga mengurangi gap (jurang) dan Martin, 1995; Garcia dan Soeltia-
pendapatan, produktivitas, tingkat upah dan ningsih, 1998; Lall dan Yilmaz, 2000; Brata,
berbagai indikator ekonomi lainnya. Hal ini 2002) ada dua. Kedua konsep tersebut
dapat berarti berkurangnya perbedaan PDB adalah sigma (o ) convergence dan beta (þ)
per kapita, dan produktivitas (Abramovitz, convergence. Kegunaan sigma convergence
1986: 392), atau adanya tendensi negara- adalah untuk mengukur tingkat dispersi dari
negara miskin untuk mengejar keterting- pertumbuhan output. Sedangkan kegunaan
galannya dari negara kaya karena pertumbu- beta convergence adalah untuk mengetahui
han ekonomi mereka yang sangat menga- pengaruh dari factor-faktor yang diperkira-
gumkan (Barro dan Martin, 1992: 235). kan menentukan tingkat konvergensi.
Konvergensi, inti teori pertumbuhan Prosedur untuk menguji beta con-
tahun 1990-an sedikitnya didasarkan pada vergence adalah dengan terlebih dahulu
dua hipotesis berbeda yang saling terkait. mencari tahu apakah terdapat konvergen non
Pertama, hipotesis mengejar ketinggalan kondisional (unconditional convergence)
(catch-up hypotesis) dari Abramovitz (1986) atau konvergen absolut (absolute conver-
yang mengemukakan bahwa negara-negara gence), dan kemudian barulah menguji kon-
22
vergensi yang dapat dijelaskan (explained Islam (1995) menemukan bahwa
convergence) atau konvergensi kondisional variabel modal manusia negatif dan tidak
(conditional convergence). signifikan di dalam studi panel untuk sampel
Konvergensi absolut dilakukan de- negara yang berbeda, dengan memasukkan
ngan mengestimasi model ekonometrika variabel modal manusia di dalam regresi
dimana variabel dependent awal periode menaikkan tingkat konvergensi.
(initial conditional) sebagai satu-satunya Sementara studi Cashin dan Sahay
variabel penjelas. Sedangkan konvergensi (1996) atas pertumbuhan ekonomi regional
kondisional dilakukan dengan mengikutser- di India dalam periode 1961-1991, menemu-
takan sejumlah variabel penjelas dalam kan bahwa pendapatan regional diantara 20
pengujian selain variabel dependent awal negara bagian cenderung untuk konvergen
periode. pada tingkat 1,5% per tahun.
Konvergensi bruto atau sigma (o) Studi dari Saldanha (1997) dengan
diukur dengan menggunakan ukuran dispersi variabel PDB per kapita, baik pertumbuh-
yang dalam hal ini adalah koefisien variasi annya maupun PDB periode awal, belanja
dan standar deviasi dari nilai logaritma negara per kapita, tingkat partisipasi SMP
variabel dependent. Sedangkan untuk meng- per kapita, dan angka harapan hidup. Semua
hitung þ convergence (Barro dan Martin, variabel signifikan kecuali untuk belanja
1995) adalah: negara dimana untuk satu periode saja
Dengan melakukan komparasi kedua pertumbuhan sekitar 60,46% per tahun. Be-
persamaan kita dapat melihat secara jelas saran koefisien ini adalah signifikan dan
bahwa dengan masuknya variabel-variabel secara nyata mengkonfirmasikan eksistensi
kontrol/penjelas telah memberi kontribusi conditional convergence di Indonesia dan
dalam perbaikan persamaan. Hal yang dapat berimplikasi bahwa konvergensi terjadi pada
diapresiasi dari meningkatnya kemampuan tingkat sekitar 60,46% per tahun. Konver-
veriabel independen dalam menjelaskan gensi dikatakan kondisional dalam arti
variabel dependen yang dicerminkan oleh prediksi bahwa tingkat pertumbuhan lebih
angka R squared (R2) yaitu sebesar tinggi pada propinsi yang memiliki level
0,982761 atau sebesar 98,27%, artinya pendapatan yang lebih rendah hanya berlaku
hanya 98,27% independen variabel dapat jika variabel penjelas lainnya dipertahankan
menjelaskan dependen variabel sedangkan konstan.
sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang Sementara itu dengan mengkontrol
tidak diuji dalam model. variabel-variabel penentu tingkat pertum-
buhan, tingkat konvergensi kini meningkat,
PEMBAHASAN dari 8,28% menjadi 9,07%. Hal ini meng-
PDRB riil awal perkapita Estimasi indikasikan bahwa perbedaan dalam tingkat
koefisien pada PDRB riil awal perkapita pertumbuhan PDRB per kapita antar pro-
sebesar 0,604613. Hasil ini menyatakan pinsi secara sistematis dapat dijelaskan oleh
bahwa satu persen peningkatan dalam sejumlah variabel penjelas.
PDRB perkapita akan meningkatkan
Berdasarkan hasil estimasi diketahui Variabel ekspor netto yang diukur
bahwa variabel pendidikan, kesehatan, dan dengan rasio ekspor netto terhadap PDRB
penanaman modal asing (PMA) tidak riil perkapita merupakan proxi dari keterbu-
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kaan perekonomian daerah memiliki arah
regional. Untuk variabel pendidikan yang yang konsisten dengan teori meskipun pada
diproxy dengan rasio pengeluaran pemerin- derajat 10% (signifikan secara statistik).
tah daerah terhadap PDRB, mengindikasi- Sehingga bisa dikatakan bahwa tingkat
kan bahwa penggunaannya belum optimal keterbukaan perekonomian suatu daerah
dan efisien, sehingga belum mempengaruhi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan
pertumbuhan ekonomi regional, begitu juga ekonomi regional.
dengan variabel kesehatan. Variabel inflasi regional memiliki
Sedangkan untuk variabel pena- efek negatif terhadap tingkat pertumbuhan
naman modal asing (PMA) tidak signifikan, ekonomi regional. Hasil ini menegaskan
hal ini menunjukkan bahwa daerah dalam kepada para pengambil keputusan bahwa
hal ini propinsi belum memberikan iklim stabilitas makroekonomi regional yang
yang kondusif bagi investor luar negeri. dicerminkan oleh faktor inflasi merupakan
Hasil studi ini sesuai dengan studi sebelum- faktor yang penting bagi pertumbuhan eko-
nya bahwa masih rendahnya pelayanan nomi regional di suatu daerah.
publik, kurangnya kepastian hukum dan
berbagai peraturan daerah (Perda) yang KESIMPULAN
tidak “pro-bisnis” diidentifikasi sebagai Perbedaan dalam tingkat pertum-
bukti iklim bisnis yang tidak kondusif. Pe- buhan PDRB per kapita antar propinsi
layanan publik yang dikeluhkan terutama secara sistematis dapat dijelaskan oleh
terkait dengan ketidakpastian biaya dan sejumlah variabel penjelas. Dengan analisa
lamanya waktu berurusan dengan perijinan regresi terhadap hipotesis konvergensi, kita
dan birokrasi. Ini diperparah dengan masih akan mengetahui secara tegas dan spesifik
berlanjutnya berbagai pungutan baik resmi elemen mana saja yang berpengaruh pada
maupun liar. Alasan utama mengapa inves- tingkat pertumbuhan. Satu elemen penting
tor masih khawatir untuk melakukan bisnis dari penelitian ini adalah tingkat konver-
di Indonesia adalah ketidkstabilan ekonomi gensi, efek positif pada pertumbuhan ketika
makro, ketidakpastian kebijakan, korupsi tingkat awal PDRB perkapita relatif tinggi
(oleh pemda maupun pemerintah pusat) terhadap variabel yang lain.
perijinan usaha, dan regulasi pasar tenaga Terdapat bukti kuat bahwa propinsi-
kerja (World Bank, 2004). propinsi yang memiliki kepadatan tinggi
Variabel density (kepadatan pen- secara jelas berkorelasi negatif dengan
duduk) merupakan indikator spasial, yang tingkat pertumbuhan ekonomi, sedangkan
diukur dengan luas daerah dibagi jumlah propinsi yang memiliki ekspor netto yang
penduduk, memiliki efek negatif dan signi- tinggi berkorelasi positif dengan tingkat
fikan terhadap pertumbuhan ekonomi pertumbuhan ekonomi. Pada saat yang
regional. Hasil ini sesuai dengan studi sama, hasil regresi menegaskan pentingnya
sebelumnya Naude dan Krugell (2004) stabilitas makroekonomi regional yang
bahwa kepadatan penduduk berdampak direfleksikan oleh tingkat inflasi untuk
terhadap pertumbuhan ekonomi. pertumbuhan yang tinggi dan lestari.
DAFTAR PUSTAKA
, Statistik Indonesia, BPS, berbagai edisi
, Nota Keuangan dan RAPBN tahun 1999/2000
Abramovitz, Moses, (1986), “Catching Up, Forging Ahead, and Falling Behind”, Journal of
Economic History, June 1986: 385-406.
Baltagi, B. H, (2003), “Econometric Analysis of Panel Data”, Second Edition, John Wiley &
Sons, LTD, The Atrium, Southerm Gate, Chichester West Sussex PO198SQ,
England.
Barro, Robert J. and Xavier Sala-i-Martin, (1992), “Convergence”, Journal of Political
Economy, 100: 223-251.
Barro, Robert J. and Xavier Sala-i-Martin, (1995), “Economic Growth”, New York,
McGraw-Hill Inc.
Cashin, P, and R. Sahay, (1996), “Internal Migration, Center State Grant, and Economic
Growth in the States of India”, IMF Working Papers, WP/95/66
Cuaresma, Crespo.J, Dimitz, Antoinette. M, and Grunwald, Ritzberger. D, (2001), “Growth,
Convergence and EU membership”, JEL Vienna, Austria.
Cheng Hsiao, (1986), “Analysis of Panel Data”, Cambridge, England: Cambridge University
Press
Damodar Gujarati, (2003)“Basic Econometrics”, Third Edition, Mc Graw- Hill, Inc. New
York
Islam, N. (1995), “Growth Empirics: A Panel Data Approach, “Quarterly journal of
Economics, CX, 1127-70
Naude, W.A, and Krugell, W.F, (2004),”The Spatial Dimensions of Economic Growth in
Africa: The Case of Sub-national Convergebce and Divergence in South Africa”,
Paper prepared for the Conference on Growth, Poverty Reduction and Human
Development in Africa, Centre for the study of African Economies, University of
Oxford, March 21-22, 2004
Pekkala, S. and Kangasharju, A, (1998),” Migration and Regional Convergence Among The
Finnish Subregion, 1975-95”, Pellervo Economic Research Institute Working
Papers, No. 12
Saldanha, Joao M. (1997), “Growth and Convergence in Indonesia”, Manuscript,
Department of Economics, Harvard University, Cambridge
Sitanggang, Ignatia, R dan Nachrowi, Djalal, N, (2004), “Pengaruh Struktur Ekonomi Pada
Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral: Analisis Model Demometrik di 30 Propinsi
pada 9 Sektor di Indonesia”, Seminar Akademik Tahunan Ekonomi I, “Perubahan
Struktural dalam rangka Penyehatan Ekonomi”, Penguatan Kebijakan Publik dalam
Perspektif Nasional dan Global, Program Studi Ilmu ekonomi Pascasarjana FEUI
dan ISEI, 8-9 Desember
Tansel, Aysit, and Gungor, Nill D. (1997),”Economic Growth and Convergence: An
Application To The Province Of Turkey, 1975-1995”, Paper presented at the Annual
ERC / METU Conference on Economics in September, Ankara
Todaro, M. P, (2000), “Ekonomci Development”, 7 ed, Addison Wesley
Wibisono, Yusuf, (2001),”Determinan Pertumbuhan Ekonomi Regional: Studi Empiris Antar
Propinsi Di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, Vol. 1, No.2,
Januari
Nama
SITI ROHMAH
NIM
19.60201.1.117
Kelas
02
REVIEW JURNAL
Judul Artikel
PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL: STUDI KASUS ANALISIS
KONVERGENSI ANTAR PROPINSI OI INOONESIA
Penulis
Jamzani Sodik
Nama Jurnal
Jurnal
EKONOMI PEMBANGUNAN
Kajian Ekonomi Negera Berkembang
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetehui pertumbuhan ekonomi daerah di Indonesia, dan
menguji konvergensi PDRB per kapita 26 provinsi periode 1993 hingga 2003,
Metode Penelitian
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode GLS
(General Least Square) untuk mengolah data polling.
Variabel ekspor netto yang diukur dengan rasio ekspor netto terhadap PDRB
riil perkapita merupakan proxi dari keterbu- kaan perekonomian daerah
memiliki arah yang konsisten dengan teori meskipun pada derajat 10%
(signifikan secara statistik). Sehingga bisa dikatakan bahwa tingkat
keterbukaan perekonomian suatu daerah berperan dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi regional.
Kesimpulan
Hasil penelitian ditemukan pertumbuhan ekonomi daerah periode 1993-2003 dipengaruhi
oleh kepadatan (X3), tingkat keterbukaan ekonomi provinsi (X5), dan tingkat inflasi (X6).
Namun kesehatan (X2), dan pendidikan (X3) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah.
Kami juga menemukan bukti konvergensi absolut dan konvergensi bersyarat, namun sigma
(o ) konvergensi fluktuatif untuk periode 1993-2003.
Kelebihan
Menggunakan metode dengan table, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami
hasil penelitian.
Kekurangan
Mungkin bisa menganti kata-kata yang susah dipahami dengan Bahasa yang lebih mudah
dipahami.