Anda di halaman 1dari 15

Jurnal

EKONOM I
PEM
BANGUNAN
Kajian Ekonomi Negara
Berkembang
Hal: 39 – 48

DISPARITAS PERTUMBUHAN
EKONOMI JAWA DENGAN LUAR
JAWA
Ardito
Bhinadi
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta

Abstract

The background of this study was an unbalanced dynamic space of Indonesian de- velopment. The
cross-region development showed that the region in Java, in general, devel- oped faster than in
the others. The differences of cross-region growth, Java and out of Java impacted to a gap of
wealth and developing cross-region. The purpose of this study was to estimate sources of regional
growth between Java with the other regions, and to analyze regional disparity between Java with
the other regions. The data used in this study was an- nual data. The variables used in this study
are per capita GRDP growth at constant prices (Y), capital growth (K), labor growth (L) and
human capital growth (E). The model of regional economic growth was estimated with panel data.
T-test and F-test were used to analyze dis- parity of income growth. General conclusion of this
study was the fact that significantly capital growth (K) influent regional economic growth. But,
labor growth (L) and human capital growth (E) were not. The outcomes of statistic test showed
that there was not re- gional growth disparity.

Key words: sources of growth, growth disparit.

39 39
PENDAHULUAN antara Jawa dengan pulau-pulau lainnya atau
Studi tentang disparitas pertumbuhan antara Kawasan Barat Indonesia (KBI)
regional selalu menjadi topik yang menarik. dengan Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Belum adanya kesepakatan diantara para Perkembangan antardaerah memperlihatkan
peneliti mengenai sumber-sumber disparitas bahwa daerah di Pulau Jawa umumnya
pertumbuhan regional membuka peluang mengalami perkembangan ekonomi jauh
untuk terus dilakukannya penelitian dan lebih cepat dibandingkan dengan daerah
studi yang lebih mendalam. Ini ditunjukkan lainnya di luar Jawa. Pembangunan ekonomi
dari banyaknya publikasi penelitian- yang telah menghasilkan pertumbuhan
penelitian tentang disparitas pertumbuhan tinggi (sebelum krisis Juli 1997) belum da-
regional yang telah dilakukan sampai saat pat mengatasi sepenuhnya permasalahan
ini1. Demikian pula halnya studi tentang dis- kesenjangan antar daerah.
paritas pertumbuhan regional di Indonesia. Ada dua topik atau permasalahan
Dinamika spasial pembangunan In- utama yang menarik untuk dikaji lebih men-
donesia memperlihatkan ketidakseimbangan dalam ketika membicarakan tentang dis-
paritas pertumbuhan ekonomi regional.
1
Lihat antara lain studi cross-section yang dilakukan Permasalahan pertama adalah menyangkut
oleh Barro (1991), Ardani (1992), Mankiw, et.al. (1992), sumber-sumber pertumbuhan regional.
Easterly and Levine (2000), Guha-Khasnobis and Bari Faktor-faktor apakah yang paling berpenga-
(2001) untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi ruh terhadap pertumbuhan ekonomi, meru-
disparitas pertumbuhan ekonomi regional (antar negara).

40 40
Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Jawa dengan Luar
JurnalJawa (ArditoPembangunan
Ekonomi Bhinadi) Vol. 8 No. 1, Juni 2003 Hal: 39 - 48

pakan pertanyaan yang terus dicoba diung- kadang tidak diikuti oleh kemajuan di dalam
kap oleh para peneliti pertumbuhan eko- pembangunan sumber daya manusia. Ting-
nomi. Permasalahan kedua adalah berkaitan kat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh
dengan disparitas pertumbuhan regional itu suatu negara atau wilayah yang satu dengan
sendiri. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi lainnya berbeda-beda. Perbedaan tersebut
secara nasional belum dapat mengatasi se- tentu saja disebabkan oleh beberapa faktor
penuhnya permasalahan kesenjangan antar yang menjadi sumber-sumber pertumbuhan
daerah. Disparitas pertumbuhan regional ekonomi. Studi mengenai sumber-sumber
dapat menyebabkan kesenjangan antar pertumbuhan ekonomi dengan demikian
daerah semakin meningkat. menjadi penting untuk memahami mengapa
Ada tiga macam ukuran pertumbuhan suatu wilayah tumbuh lebih cepat
yang biasa digunakan untuk mengkaji dis- dibandingkan dengan wilayah lainnya.
paritas regional, yaitu pertumbuhan output, Secara aritmetika, sumber pertumbu-
pertumbuhan output per pekerja, dan per- han dapat dibedakan menjadi pertumbuhan
tumbuhan output per kapita. Pertumbuhan yang disebabkan oleh barang modal, tenaga
output digunakan sebagai indikator untuk kerja, dan perubahan produktivitas dari fak-
melihat pertumbuhan kapasitas produksi tor produksi tersebut. Perubahan produk-
yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan tivitas ini menjelaskan adanya perbedaan
tenaga kerja dan modal di wilayah tersebut. antar wilayah. Sedangkan yang mempenga-
Pertumbuhan output per tenaga kerja sering ruhi produktivitas itu sendiri adalah kema-
digunakan sebagai indikator adanya peruba- juan teknologi (World Bank, 1991: 4).
han daya saing wilayah tersebut (melalui Mankiw, Romer dan Weil (MRW)
pertumbuhan produktivitas). Sedangkan melakukan modifikasi terhadap model per-
pertumbuhan output per kapita digunakan tumbuhan Solow. Mereka mengusulkan pe-
sebagai indikator perubahan kesejahteraan makaian variabel akumulasi modal manusia
ekonomi. Ukuran yang akan digunakan bia- (human capital) untuk memperbaiki model
sanya tergantung dari tujuan analisis atau Solow tersebut. Sumber pertumbuhan eko-
penelitian tersebut (Armstrong and Taylor, nomi dengan demikian berasal dari pertum-
1993: 58). Penelitian ini akan menggunakan buhan kapital, tenaga kerja dan human
pertumbuhan output per kapita. Pertumbu- capital. Hasil estimasi yang dihasilkan dari
han output per kapita tidak hanya meng- model MRW ternyata lebih baik dibanding-
gambarkan kapasitas produksi namun lebih kan dengan model Solow (Mankiw, et.al.,
jauh lagi dapat digunakan sebagai indikator 1992: 415-421).
tingkat kesejahteraan. Modifikasi model persamaan per-
Pertumbuhan ekonomi sangat diper- tumbuhan dengan kontribusi human capital
lukan untuk meningkatkan kekayaan suatu dari MRW adalah:
negara atau wilayah. Pertumbuhan ekonomi
yang tinggi menjadi salah satu tujuan utama Y r = gr + Kr + Hr + (1- - )Lr ...................
dari pembangunan suatu negara atau (1)
wilayah. Pertumbuhan ekonomi menurut Dimana, merupakan kontribusi human
Soubbotina dan Sheram (2000: 7-8) selain capital terhadap output agregat.
meningkatkan kekayaan suatu negara juga Sumber-sumber pertumbuhan PDRB per
berpotensi untuk menurunkan kemiskinan kapita suatu wilayah, dengan demikian ter-
dan mengatasi permasalahan-permasalahan diri dari:
sosial lainnya. Meskipun sejarah juga men- 1) pertumbuhan kapital,
catat bahwa pertumbuhan ekonomi kadang-

41 41
2) pertumbuhan jumlah tenaga kerja yang
ada diDisparitas
wilayahPertumbuhan
tersebut, Ekonomi Jawa dengan Luar
JurnalJawa (ArditoPembangunan
Ekonomi Bhinadi) Vol. 8 No. 1, Juni 2003 Hal: 39 - 48

42 42
Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Jawa dengan Luar
JurnalJawa (ArditoPembangunan
Ekonomi Bhinadi) Vol. 8 No. 1, Juni 2003 Hal: 39 - 48

3) pertumbuhan kualitas sumber daya 91% dari negara-negara yang ditelitinya


manusia yang diproksi dengan educa- disebabkan oleh perbedaan pertumbuhan
tional attainment pendidikan total factor productivity (TFP), bukan pada
menengah/lanjutan (secondary education) pertumbuhan modal.
di wilayah tersebut, Barro (1991) melakukan studi
4) pertumbuhan produktifitas faktor total pertumbuhan ekonomi antar negara di 98
yang mencerminkan perkembangan negara selama periode 1960 – 1985. Dia
teknologi di wilayah tersebut. mengungkapkan bahwa tingkat pertumbu-
Modifikasi dari model dasar yang han GDP perkapita riil secara positif terkait
digunakan untuk merumuskan keempat dengan keadaan human capital (diproksi
faktor di atas dengan menggunakan model dengan school-enrollment tahun 1960) dan
pertumbuhan Neoklasik Solow, yang ke- secara negatif terkait dengan keadaan awal
mudian dikembangkan oleh Mankiw et.al. tingkat GDP per kapita riil (1960) (Barro,
(1992: 416), dalam bentuk fungsional sebagai: 1991: 407). Kontribusi bagi model pertum-
buhan ekonomi Neoklasik Solow diberikan
Y = f (A,K,L,E) ......................................(2) oleh Mankiw et.al. (1992). Mereka menam-
di mana Y merupakan laju pertumbuhan bahkan akumulasi human capital (H) ke
PDRB per kapita atas dasar harga berlaku, A dalam model pertumbuhan Neoklasik So-
adalah pertumbuhan produktivitas faktor low. Model yang dikembangkan oeh
total (TFPG) yang mencerminkan perkem- Mankiw et.al. ini menghasilkan estimasi
bangan teknologi dan merupakan intersep yang lebih baik dibandingkan model awal
dalam persamaan regresi atau residual per- Solow. O’Neill (1995) menggunakan model
tumbuhan, K adalah pertumbuhan modal yang sama digunakan oleh Mankiw et.al.
yang diproksi dengan pertumbuhan pem- untuk melihat implikasinya bagi ketidak-
bentukan modal tetap domestik bruto, L merataan cross-country.
merupakan pertumbuhan kuantitas tenaga Easterly dan Levine (2000) menguji
kerja dan E merupakan pertumbuhan kuali- fakta-fakta konvensional di dalam teori
tas SDM/tenaga kerja yang diproksi dengan pertumbuhan ekonomi. Hasil-hasil yang
pertumbuhan educational attainment pen- diperoleh dari pengujian mereka antara lain:
didikan sekolah menengah/lanjutan. 1) secara empiris pertumbuhan ekonomi
Penelitian-penelitian yang terkait menekankan peran dari pertumbuhan pro-
dengan pertumbuhan ekonomi maupun dis- duktivitas faktor, residual TFP merupakan
paritas pertumbuhan regional memberikan yang terbaik untuk menghitung variasi per-
hasil yang beragam. Hulten dan Schwab tumbuhan cross-country dan cross-time, 2)
(1984) mengemukakan berdasarkan peneli- pertumbuhan tidak stabil, sementara itu
tiannya bahwa perbedaan pertumbuhan di akumulasi faktor lebih stabil, hal ini mene-
wilayah Amerika Serikat terutama disebab- kankan pentingnya peran “something else”
kan oleh perbedaan pertumbuhan tenaga dalam menjelaskan variasi pertumbuhan
kerja dan lebih jauh lagi oleh perbedaan ekonomi, 3) semua faktor produksi mengalir
pertumbuhan stok modal. Faktor residual ke daerah yang terkaya, sehingga mereka
sesungguhnya tidak mempunyai peran ter- kaya karena tingginya A dari pada tingginya
jadinya perbedaan pertumbuhan regional K, 4) memperkuat penemuan awal Solow
(Armstrong dan Taylor, 1993: 64). Berten- bahwa akumulasi faktor fisik gagal
tangan dengan Hulten dan Schwab (1984), menerangkan perbedaan pertumbuhan cross-
Klenow dan Clare (1997) menyimpulkan country atau cross-time.
bahwa perbedaan tingkat pertumbuhan di

41 41
Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Jawa dengan Luar
JurnalJawa (ArditoPembangunan
Ekonomi Bhinadi) Vol. 8 No. 1, Juni 2003 Hal: 39 - 48

Guha-Khasnobis dan Bari (2001) menguji


Yit = f(Ait, Kit, Lit, Eit)
determinan-determinan pertumbuhan di Asia
Selatan. Mereka mengungkapkan bahwa di mana:
TFP merupakan kontributor yang signifikan Yit = pertumbuhan PDRB per kapita atas
bagi pertumbuhan. Hasil penelitiannya juga dasar harga konstan 1993 wilayah i
menjelaskan mengapa tingkat pertumbuhan pada tahun t,
di Asia Timur lebih tinggi dibandingkan Ait = pertumbuhan produktivitas faktor
Asia Selatan. Faktor-faktor yang mem- total wilayah i dalam tahun t,
punyai kontribusi pada lebih tingginya per- merupakan Intersep dari model
tumbuhan di Asia Timur dibandingkan Asia pertumbuhan
Selatan adalah: 1) pendidikan yang diterima Kit = pertumbuhan kapital wilayah i pada
di sekolah (kualitas), 2) keterbukaan (TFPG tahun t,
channel), 3) kekuatan institusi, dan 4) ukuran Lit = pertumbuhan kuantitas tenaga kerja
pemerintah (melalui jalur akumulasi kapital). wilayah i pada tahun t,
Eit = pertumbuhan kualitas sumber daya
manusia wilayah i pada tahun t.
METODE PENELITIAN
Model dasar yang akan digunakan
untuk mengestimasi sumber-sumber pertum-
buhan di Jawa dan luar Jawa, sebagaimana
berikut:
Gambar 1.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan PDRB per Kapita Riil

Laju Pertumbuhan PDRB per Kapita

Pertumbuhan Pertumbuhan Jumlah Pertumbuhan Kualitas Pertumbuhan


Kapital Tenaga Kerja SDM/Tenaga Kerja TFP

Investasi oleh Aliran modal Pertumbuhan educational


penduduk yang masuk attainment secondary school
lokal ke wilayah

Aliran tenaga kerja Keinginan penduduk usia


yang masuk ke wilayah kerja untuk bekerja

Sumber: Modifikasi dari Armstrong and Taylor, 1993.

42 42
Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Jawa dengan Luar
JurnalJawa (ArditoPembangunan
Ekonomi Bhinadi) Vol. 8 No. 1, Juni 2003 Hal: 39 - 48

Dalam studi ini model pertumbuhan di atas Breusch dan Pagan (1980) menya-
akan diestimasi dengan menggunakan panel rankan untuk menggunakan Lagrange
data. Teknik penaksiran dengan multiplier test untuk menguji random effect
menggunakan panel data memungkinkan yang didasarkan pada residual OLS (Greene,
untuk dilakukannya penggabungan antara 2000: 572).
data time-series dan cross-section. 2
Sebelum model diestimasi dengan Ho: u = 0 (atau Corr[wit , wis ] =
model yang tepat, maka akan dilakukan 2
0) Ha: u 0
terlebih dulu uji spesifikasi model apa yang
akan dipakai, apakah fixed effect ataukah Uji statistiknya adalah:
random effect ataukah keduanya
2 2
memberikan hasil yang sama. Pilihan antara n T

1
fixed effect dan random effect ditentukan u
nT i1 t 1
dengan menggunakan Hausman’s Test atau LM
n T
2(T 1) e 2 it
masing-masing test melakukan uji i1 t1
signifikansi. Uji signifikansi untuk fixed
effect menggunakan uji F statistik, Dengan hipotesis nol, LM didistri-
sedangkan untuk random effect busikan sebagai chi-square dengan satu
menggunakan uji Breusch-Pagan. derajat kebebasan. Jika hasil perhitungan
Uji hipotesis bahwa = 0, = 0, atau LM > 2 dengan satu derajat kebebasan,
0, 0 salah satu uji yang dapat digunakan maka Ho ditolak, artinya metode random
adalah menggunakan estimator variabel effect model bisa digunakan untuk menges-
dummy dan F-test, dengan membandingkan timasi persamaan regresi.
residual pada unrestricted model dan Perbedaan angka pertumbuhan antara
restricted model, sebagai berikut: wilayah Jawa dengan luar Jawa akan diuji
ssecara statistik untuk menentukan apakah
(Ru2 R 2 )p /n 1 perbedaan pertumbuhan antara kedua
F(n-1,nT-n-K) =
2
1 R /(nT
u n K) wilayah tersebut signifikan. Teknik statistik
yang akan digunakan untuk menguji apakah
dimana, R2 merupakan koefisien ada perbedaan rata-rata pertumbuhan regional
determinasi, u mengacu pada unrestricted per kapita antara wilayah Jawa dengan Luar
model dan p mengacu pooled atau restricted Jawa adalah uji t dan uji F.
model, n = jumlah unit cross-section; T =
jumlah unit waktu dan K = jumlah HASIL DAN PEMBAHASAN
parameter yang akan diestimasi (Green, Hasil estimasi regresi untuk Jawa dan
2000: 562). Jika ternyata hasil perhitungan luar Jawa menggunakan metode fixed effect
uji F F[(n-1), (nT-n-K)] ini berarti Ho secara lengkap terdapat dalam Lampiran B
ditolak, artinya intersep untuk semua unit dan disajikan secara ringkas pada Tabel 1.
cross sections tidak sama. Dalam hal ini,
akan digunakan fixed effect model untuk
mengestimasi persamaan regresi.

43 43
Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Jawa dengan Luar
JurnalJawa (ArditoPembangunan
Ekonomi Bhinadi) Vol. 8 No. 1, Juni 2003 Hal: 39 - 48

Tabel 1. Hasil Estimasi Regresi untuk Jawa dan Luar Jawa, Tahun 1987-2000
Fixed Effects
Migas Nonmigas
K 0,445530** 0,451768**
(t) (4,221678) (6,103952)
L -0,069886* -0,064898*
(-0,309341) (-0,643867)
E 0,121254* 0,120143*
(1,228313) (1,559397)
D1 1,224226 1,026403
D2 1,981827 0,897022
R2 0,437577 0,155503
F 8,947261 19,05258
Sumber: BPS, data diolah
Keterangan:
* = tidak signifikan pada tingkat signifikansi 5%.
** = signifikan pada tingkat signifikansi 5%
Tabel 1. di atas menunjukkan hasil Douglass menunjukkan faktor efisiensi
estimasi regresi dengan menggunakan me- masing-masing wilayah pada masing-
tode fixed effect. Sebelum menggunakan masing tahun. Dari hasil Tabel 1 terlihat
model fixed effect, terlebih dahulu akan di- bahwa sektor migas mempunyai peran cu-
lakukan tes signifikansi dengan uji F. Hasil kup besar di dalam mempengaruhi efisiensi
pengujian ditunjukkan di bawah ini. suatu wilayah. Wilayah Jawa mempunyai
Hasil uji F terhadap model pertumbuhan nilai efisiensi 1,12 lebih rendah dari luar
dengan PDRB per kapita migas: Jawa sebesar 1,98. Efek migas tampak de-

F (2 ( 0 , 437577 0 , 313384 ) /2 1
1 , 2 . 14 2 3) 5 ,078845
1 0 , 437577 /( 2 . 14 2 3)

Hasil perhitungan uji F (5,078845) F[(2- ngan lebih besarnya nilai efisiensi luar Jawa
1), (2.14-2-3)] sebesar 4,28, ini berarti Ho dibandingkan Jawa. Propinsi-propinsi
ditolak, artinya intersep untuk semua unit penghasil migas lebih banyak terdapat di
cross sections tidak sama. luar Jawa dari pada di Jawa. Peranan migas
Hasil uji F terhadap model pertumbuhan dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
dengan PDRB per kapita nonmigas: suatu wilayah dengan demikian relatif besar.
( 0 ,623600 0 ,637063 ) /2 1
F (2 1 , 2 . 14 2 3) 0 ,82266
1 0 ,623600 /( 2 . 14 2 3)

Hasil perhitungan uji F (-0,82266) F[(2-1), Wilayah-wilayah penghasil migas memiliki


(2.14-2-3)] sebesar 4,28, ini berarti Ho kemungkinan untuk berkembang lebih cepat
diterima, artinya intersep untuk semua unit dari wilayah-wilayah lain yang bukan
cross sections sama. penghasil migas. Hal ini diperkuat dengan
Nilai konstanta intersep sebagaimana hasil penelitian yang mengunakan data tanpa
ditunjukkan dalam Tabel 1, jika dikem- migas.
balikan kepada fungsi produksi Cobb-

44 44
Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Jawa dengan Luar
JurnalJawa (ArditoPembangunan
Ekonomi Bhinadi) Vol. 8 No. 1, Juni 2003 Hal: 39 - 48

Pada data tanpa migas, besarnya nilai han tenaga kerja sebesar 1 persen, justru
koefisien Jawa dengan luar Jawa hampir akan menurunkan pertumbuhan pendapatan
sama. Nilai koefisien di wilayah Jawa sebe- perkapita sebesar 0,07 persen. Pertumbuhan
sar 1,02 lebih tinggi dari luar Jawa 0,90. kualitas SDM (E) juga mempunyai kontri-
Hasil ini menunjukkan bahwa nilai koefisien busi positif sebagaimana pertumbuhan
efisiensi di Jawa lebih tinggi dari pada luar kapital. Setiap terjadi pertumbuhan kualitas
Jawa menggunakan data nonmigas. SDM (E) sebesar 1 persen, akan mendorong
Mengingat kegiatan-kegiatan ekonomi ber- pertumbuhan pendapatan per kapita sebesar
pusat di Jawa, maka terdapat upaya pening- 0,12 persen.
katan efisiensi yang lebih baik dibandingkan Pada data menggunakan nonmigas,
di luar Jawa. Lebih rendahnya tingkat efisiensi nilai koefisien K1 adalah 0,45, artinya setiap
di luar Jawa dibandingkan Jawa juga pertumbuhan kapital sebesar 1 persen akan
dikarenakan lebih buruknya infrastruktur mendorong pertumbuhan pendapatan per
perekonomian di luar Jawa. Ketersediaan kapita sebesar 0,45 persen. Sedangkan per-
infrastruktur tentunya akan berpengaruh tumbuhan tenaga kerja (L), justru mem-
terhadap besarnya biaya-biaya produksi. punyai kontribusi negatif. Setiap pertumbu-
Intersep di dalam model panel data han tenaga kerja sebesar 1 persen, justru
juga bisa menunjukkan rata-rata nilai pro- akan menurunkan pertumbuhan pendapatan
duktivitas faktor total. Hasil tes signifikansi perkapita sebesar 0,06 persen. Pertumbuhan
fixed effect menunjukkan signifikan pada kualitas SDM (E) juga mempunyai kontri-
data migas, sedangkan pada data nonmigas busi positif sebagaimana pertumbuhan
tidak signifikan. Artinya, nilai intersep Jawa kapital. Setiap terjadi pertumbuhan kualitas
dengan luar Jawa berbeda pada data migas SDM (E) sebesar 1 persen, akan mendorong
dan sama pada data nonmigas. Perbedaan pertumbuhan pendapatan per kapita sebesar
yang terjadi pada pertumbuhan pendapatan 0,12 persen.
per kapita antara Jawa dengan luar Jawa Angka negatif dari koefisien regresi
menggunakan data migas lebih disebabkan pertumbuhan tenaga kerja menunjukkan
oleh adanya perbedaan efisiensi atau pro- bahwa marginal productivity of labor
duktivitas faktor total antara Jawa dengan mengalami penurunan. Akibatnya setiap
luar Jawa dan bukan oleh perbedaan per- tambahan tenaga kerja di dalam setiap
tumbuhan kapital, pertumbuhan tenaga kerja proses produksi, justru akan menurunkan
maupun pertumbuhan kualitas SDM. produksi. Jumlah tenaga kerja yang semakin
Hal berbeda bila menggunakan data bertambah ternyata sudah tidak lagi mampu
nonmigas. Perbedaan pertumbuhan per menambah produktivitas. Efisiensi peng-
kapita antara Jawa dengan luar Jawa lebih gunaan tenaga kerja di dalam proses pro-
disebabkan oleh perbedaan pertumbuhan duksi dengan demikian harus ditingkatkan.
kapital, pertumbuhan tenaga kerja dan per- Kasus tersebut sebenarnya terutama terjadi
tumbuhan kualitas SDM, bukan oleh perbe- di sektor pertanian, di mana tahap produk-
daan efisiensi atau produktivitas faktor total. sinya sudah berada pada tahap ketiga. Ciri
Pada data menggunakan migas, nilai produksi tahap tiga adalah menurunnya total
koefisien K1 adalah 0,45, artinya setiap ke- produksi dan marginal productivity of labor
naikan pertumbuhan kapital sebesar 1 persen negatif. Mengingat kontribusi sektor perta-
akan mendorong pertumbuhan pendapatan nian terhadap PDRB masih relatif tingi,
per kapita sebesar 0,45 persen. Sedangkan demikian pula sebagian besar penduduk
pertumbuhan tenaga kerja (L), justru mem- bekerja di sektor pertanian, penelitian ini
punyai kontribusi negatif. Setiap pertumbu-

45 45
Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Jawa dengan Luar
JurnalJawa (ArditoPembangunan
Ekonomi Bhinadi) Vol. 8 No. 1, Juni 2003 Hal: 39 - 48

mengungkap secara rata-rata marginal pro- proses produksi. Tidak mudah untuk menga-
ductivity of labor negatif. takan supaya dilakukan pengurangan jumlah
Efek tertinggi dari seluruh variabel tenaga kerja, karena akan meningkatkan
bebas adalah pertumbuhan kapital (K), ke- jumlah pengangguran. Salah satu yang bisa
mudian diikuti pertumbuhan kualitas sumber dilakukan adalah dengan meningkatkan
daya manusia (E) dan pertumbuhan tenaga kualitas tenaga kerja.
kerja (L). Hal ini berarti bahwa pemerataan Peningkatan kualitas tenaga kerja
yang paling penting dilakukan adalah mutlak perlu dilakukan, karena kontri-
pemerataan kapital, diikuti pemerataan businya terhadap pertumbuhan pendapatan
kualitas SDM di Jawa dengan luar Jawa. per kapita masih relatif kecil. Peningkatan
Penyebab ketimpangan antara Jawa dengan kualitas sumber daya manusia dapat dilaku-
luar Jawa terjadi karena perbedaan nilai- kan melalui peningkatan pendidikan. Pro-
nilai pertumbuhan kapital, pertumbuhan gram pemerintah wajib belajar 9 tahun di-
tenaga kerja dan pertumbuhan kualitas harapkan dapat meningkatkan pendidikan
SDM. tenaga kerja di Indonesia. Masih relatif ren-
Pemerataan modal fisik mutlak perlu dahnya pendidikan tenaga kerja di Indone-
dilakukan supaya tidak terjadi bias pem- sia, menyebabkan kualitas tenaga kerja di
bangunan pada daerah-daerah tertentu yang Indonesia juga relatif rendah, akibatnya pro-
akan mengakibatkan ketimpangan antar duktivitas relatif rendah, dan kontribusinya
wilayah semakin tinggi. Akumulasi modal terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita
fisik jangan sampai menumpuk di wilayah juga relatif rendah.
Jawa, untuk mendorong pertumbuhan Rata-rata pertumbuhan PDRB per
wilayah luar Jawa, akumulasi modal fisik kapita riil wilayah Jawa selama periode
juga perlu diarahkan ke luar Jawa. pengamatan (1987-2000) lebih rendah dari
Semakin meningkatnya angkatan pada rata-rata pertumbuhan PDRB per
kerja di Indonesia menjadi beban tersendiri kapita luar Jawa. Rata-rata pertumbuhan
bagi penyediaan lapangan kerja yang me- PDRB per kapita migas riil di Jawa selama
madai. Bagi negara seperti Indonesia yang periode 1987-2000 sebesar 1,55 persen, le-
mempunyai penduduk sangat besar, masalah bih rendah dari pada luar Jawa sebesar 3,06
angkatan kerja dan penyerapan lapangan persen. Demikian pula apabila mengguna-
kerja selalu menjadi masalah tersendiri. Di kan indikator pertumbuhan PDRB per kapita
satu sisi apabila penyerapan tenaga kerja nonmigas riil. Pertumbuhan PDRB per
terlampau besar tanpa melihat efisiensi kapita nonmigas riil Jawa sebesar 1,47 per-
penggunaan tenaga kerja, maka kontribusi sen lebih rendah dari pada luar Jawa 1,99
tenaga kerja di dalam proses produksi se- persen. Perbedaan pertumbuhan PDRB per
makin lama akan semakin menurun, bahkan kapita riil antara Jawa dengan luar Jawa
bisa negatif. Sebaliknya, apabila penyerapan setelah dilakukan pengujian secara statistik
tenaga kerja sangat memperhitungkan ternyata tidak signifikan. Hasil uji t dan uji F
efisiensi dan pada saat bersamaan jumlah pada tingkat signifikansi 5 persen menun-
lapangan kerja terbatas, maka jumlah jukkan tidak terdapatnya disparitas pertum-
pengangguran akan semakin meningkat. buhan PDRB per kapita riil antara Jawa
Sebagaimana terlihat dalam hasil estimasi dengan luar Jawa.
regresi, kontribusi tenaga kerja dalam per-
tumbuhan pendapatan per kapita negatif. Hal SIMPULAN DAN SARAN
ini menunjukkan bahwa telah terjadi ine- Hasil estimasi regresi untuk Jawa dan
fisiensi penggunaan tenaga kerja di dalam Luar Jawa menggunakan PDRB per kapita

46 46
Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Jawa dengan Luar
JurnalJawa (ArditoPembangunan
Ekonomi Bhinadi) Vol. 8 No. 1, Juni 2003 Hal: 39 - 48

migas riil menunjukkan bahwa perbedaan dan pertumbuhan kualitas SDM tidak penga-
angka pertumbuhan pendapatan per kapita ruhnya sangat kecil dan tidak signifikan.
riil antara Jawa dengan luar Jawa terutama Pertumbuhan tenaga kerja mempunyai kon-
disebabkan oleh perbedaan produktivitas tribusi yang negatif, sedangkan pertumbu-
faktor total. Pertumbuhan kapital secara han kualitas SDM mempunyai kontribusi
positif juga signifikan di dalam mempenga- positif. Nilai efisiensi atau produktifitas
ruhi pertumbuhan pendapatan per kapita dan faktor total Jawa lebih tinggi dibandingkan
mempunyai peran paling besar dibandingkan luar Jawa.
pertumbuhan tenaga kerja dan pertumbuhan Hasil pengujian secara statistik
kualitas sumber daya manusia. Peran per- menggunakan uji t dan uji F untuk mengeta-
tumbuhan tenaga kerja dan pertumbuhan hui ada tidaknya disparitas regional di Indo-
kualitas SDM sangat kecil dan tidak signifi- nesia memberikan hasil bahwa tidak terda-
kan di dalam model pertumbuhan ekonomi pat disparitas pertumbuhan pendapatan per
regional. Pertumbuhan tenaga kerja mem- kapita antara Jawa dengan luar Jawa. Perbe-
punyai kontribusi negatif, dan kontribusi daan yang terjadi pada angka rata-rata per-
pertumbuhan kualitas SDM kontribusinya tumbuhan pendapatan regional antara Jawa
positif. Nilai efisiensi atau produktifitas dengan luar Jawa tidak signifikan secara
faktor total wilayah Jawa lebih rendah dari statistik.
pada luar Jawa. Saran yang dapat dikemukakan ter-
Hasil estimasi regresi untuk Jawa dan kait dengan hasil penelitian ini antara lain,
Luar Jawa menggunakan PDRB per kapita adanya upaya meningkatkan kualitas tenaga
nonmigas riil metode fixed effect juga kerja di Indonesia. Sehingga produktivitas
memberikan hasil yang hampir sama. Per- tenaga kerja bisa meningkat. Secara umum,
tumbuhan kapital dan pertumbuhan kualitas kegiatan-kegiatan ekonomi di luar Jawa
SDM bertanda positif, sedangkan pertumbu- khususnya sektor nonmigas diupayakan ter-
han tenaga kerja bertanda negatif. Perbedaan jadinya peningkatan efisiensi. Peningkatan
angka pertumbuhan antara Jawa dan luar efisiensi di luar Jawa tentunya terkait
Jawa terutama disebabkan oleh pertumbuhan dengan perbaikan infrastruktur perekono-
kapital di kedua wilayah tersebut. Sebagai- mian.
mana data migas, pertumbuhan tenaga kerja

DAFTAR PUSTAKA
Ardito Bhinadi, “Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas Regional di Indone-
sia”, (2002), Tesis. Program Studi Magister Sains Universitas Gadjah Mada.
Armstrong, Harvey and Jim Taylor, (1993), Regional Economics and Policy, Second Edition,
Harvester Wheatsheaf.
Barro, Robert J., (1991), “Economic Growth in A Cross Section Countries”, Quarterly Jour-
nal of Economics, 407-443.
, (1998), “Notes on Growth Accounting”, NBER Working Paper Series 6654,
http://www.nber.org/papers/w6654.
Easterly, William, and Ross Levine, (2000), “It’s Not Factor Accumulation: Stylized Facts
and Growth Models”, Development Research Group, World Bank,
http://www.worldbank.org/research/growth.

47 47
Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Jawa dengan Luar
JurnalJawa (ArditoPembangunan
Ekonomi Bhinadi) Vol. 8 No. 1, Juni 2003 Hal: 39 - 48

Greene, William H., (2000), Econometric Analysis, Fourth Edition, Prentice-Hall, Inc.
Guha-Khasnobis, Basudeb and Faisal Bari, (2001), “Sources of Growth in South Asian Countries”,
Paper for Presentation at the UNU/WIDER Development Conference on Growth
and Poverty, Helsinki 25-26 May, http://www.worldbank.org/research/growth.
Hill, Hal, (1996), Transformasi Ekonomi Indonesia sejak 1966: Sebuah Studi Kritis dan
Komprehensif, Cetakan 1, Tiara Wacana Yogya.
Hsiao, Cheng, (1986), Analysis of Panel Data, Cambridge University Press.
Maddala, G.S., (2001), Introduction to Econometrics, Third Edition, John Willey & Sons, Ltd.
Mankiw, N. Gregory, (2000), Teori Makrekonomi, Edisi Keempat, Penerbit Erlangga.
, David Romer and David N. Weil, (1992), “A Contribution to the Empirics of Eco-
nomic Growth”, Quarterly Journal of Economics, May, 407-437.
Soelistyo, 1997, “Pemerataan dalam Pembangunan”, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar,
Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.
Suahasil Nazara, (1994), “Pertumbuhan Ekonomi Regional di Indonesia”, Prisma 8, 19-36.
Todaro, Michael P., (2000), Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Ketujuh, Penerbit
Erlangga.
World Bank, 1991, World Development Report, The Challenge of Development. Oxford
University Press.
Yusuf Wibisono, (2001), “Determinan Pertumbuhan Ekonomi Regional: Studi Empiris antar
Propinsi di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, Vol. 1, No. 2, 52-83.

48 48
Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Jawa dengan Luar
JurnalJawa (ArditoPembangunan
Ekonomi Bhinadi) Vol. 8 No. 1, Juni 2003 Hal: 39 - 48

JURNAL YANG DI REVIEW

JUDUL : DISPARITAS PERTUMBUHAN EKONOMI


JAWA DENGAN LUAR JAWA

JURNAL : JURNAL EKONOM I PEM BANGUNAN


Kajian Ekonomi Negara Berkembang
Volume dan halaman:Vol. 8 No. 1, Hal: 39 – 48
Tahun: Juni 2003
Penulis: Ardito Bhinadi
Reviewer: Moh. Nur Khozin
Tanggal: 21 Oktober 2021
Abstrak; Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ruang dinamis pembangunan Indonesia yang
tidak seimbang. Perkembangan lintas wilayah menunjukkan bahwa wilayah di Jawa secara
umum berkembang lebih cepat dibandingkan wilayah lainnya. Perbedaan pertumbuhan
lintas wilayah, Jawa dan luar Jawa
berdampak pada kesenjangan kekayaan dan berkembangnya lintas wilayah. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memperkirakan sumber-sumber pertumbuhan daerah antara
Jawa dengan daerah lain, dan menganalisis disparitas wilayah antara Jawa dengan wilayah
lainnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahunan. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan PDRB per kapita atas dasar harga
konstan (Y), pertumbuhan modal (K), pertumbuhan tenaga kerja (L) dan pertumbuhan
modal manusia (E). Model daerah pertumbuhan ekonomi diperkirakan dengan data panel.
Uji-t dan uji-F digunakan untuk menganalisis disparitas pertumbuhan pendapatan.
Kesimpulan umum dari penelitian ini adalah fakta bahwa secara signifikan pertumbuhan
modal (K) mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah. Tapi, pertumbuhan tenaga kerja
(L) dan manusia pertumbuhan modal (E) tidak. Hasil uji statistik menunjukkan tidak terjadi
disparitas pertumbuhan wilayah
Pengantar: Studi tentang disparitas pertumbuhan regional selalu menjadi topik yang
menarik.
Belum adanya kesepakatan diantara para peneliti mengenai sumber-sumber disparitas
pertumbuhan regional membuka peluang untuk terus dilakukannya penelitian dan studi
yang lebih mendalam. Ini ditunjukkan dari banyaknya publikasi penelitianpenelitian
tentang disparitas pertumbuhan regional yang telah dilakukan sampai saat ini. Demikian
pula halnya studi tentang disparitas pertumbuhan regional di Indonesia.
Dinamika spasial pembangunan Indonesia memperlihatkan ketidakseimbangan Lihat
antara lain studi cross-section yang dilakukan oleh Barro (1991), Ardani (1992), Mankiw,
et.al. (1992), Easterly and Levine (2000), Guha-Khasnobis and Bari (2001) untuk mencari
faktor-faktor yang mempengaruhi disparitas pertumbuhan ekonomi regional (antar negara).

49 49
Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Jawa dengan Luar
JurnalJawa (ArditoPembangunan
Ekonomi Bhinadi) Vol. 8 No. 1, Juni 2003 Hal: 39 - 48

antara Jawa dengan pulau-pulau lainnya atau antara Kawasan Barat Indonesia (KBI)
dengan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Perkembangan antardaerah memperlihatkan
bahwa daerah di Pulau Jawa umumnya mengalami perkembangan ekonomi jauh lebih
cepat dibandingkan dengan daerah lainnya di luar Jawa. Pembangunan ekonomi yang telah
menghasilkan pertumbuhan tinggi (sebelum krisis Juli 1997) belum dapat mengatasi
sepenuhnya permasalahan kesenjangan antar daerah. Ada dua topik atau permasalahan
utama yang menarik untuk dikaji lebih mendalam ketika membicarakan tentang disparitas
pertumbuhan ekonomi regional.
Pembahasan: Peningkatan kualitas tenaga kerja mutlak perlu dilakukan, karena
kontribusinya terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita masih relatif kecil. Peningkatan
kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan melalui peningkatan pendidikan. Program
pemerintah wajib belajar 9 tahun diharapkan dapat meningkatkan pendidikan tenaga kerja
di Indonesia. Masih relatif rendahnya pendidikan tenaga kerja di Indonesia, menyebabkan
kualitas tenaga kerja di Indonesia juga relatif rendah, akibatnya produktivitas relatif
rendah, dan kontribusinya terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita juga relatif rendah.
Rata-rata pertumbuhan PDRB perkapita riil wilayah Jawa selama periode pengamatan
(1987-2000) lebih rendah dari pada rata-rata pertumbuhan PDRB perkapita luar Jawa.
Rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita migas riil di Jawa selama periode 1987-2000
sebesar 1,55 persen, lebih rendah dari pada luar Jawa sebesar 3,06 persen. Demikian pula
apabila menggunakan indikator pertumbuhan PDRB per kapita nonmigas riil. Pertumbuhan
PDRB perkapita nonmigas riil Jawa sebesar 1,47 persen lebih rendah dari pada luar Jawa
1,99 persen. Perbedaan pertumbuhan PDRB perkapita riil antara Jawa dengan luar Jawa
setelah dilakukan pengujian secara statistik ternyata tidak signifikan. Hasil uji t dan uji F
pada tingkat signifikansi 5 persen menunjukkan tidak terdapatnya disparitas pertumbuhan
PDRB per kapita riil antara Jawa dengan luar Jawa.
Simpulan; Hasil estimasi regresi untuk Jawa dan Luar Jawa menggunakan PDRB per
kapita migas riil menunjukkan bahwa perbedaan angka pertumbuhan pendapatan per
kapita riil antara Jawa dengan luar Jawa terutama disebabkan oleh perbedaan produktivitas
faktor total. Pertumbuhan kapital secara positif juga signifikan di dalam mempengaruhi
pertumbuhan pendapatan per kapita dan mempunyai peran paling besar dibandingkan
pertumbuhan tenaga kerja dan pertumbuhan kualitas sumber daya manusia. Peran
pertumbuhan tenaga kerja dan pertumbuhan kualitas SDM sangat kecil dan tidak signifikan
di dalam model pertumbuhan ekonomi regional. Pertumbuhan tenaga kerja mempunyai
kontribusi negatif, dan kontribusi pertumbuhan kualitas SDM kontribusinya positif. Nilai
efisiensi atau produktifitas faktor total wilayah Jawa lebih rendah dari pada luar Jawa.
Hasil estimasi regresi untuk Jawa dan Luar Jawa menggunakan PDRB per kapita nonmigas
riil metode fixed effect juga memberikan hasil yang hampir sama. Pertumbuhan kapital dan
pertumbuhan kualitas SDM bertanda positif, sedangkan pertumbuhan tenaga kerja bertanda
negatif. Perbedaan angka pertumbuhan antara Jawa dan luar Jawa terutama disebabkan
oleh pertumbuhan kapital di kedua wilayah tersebut. Sebagaimana data migas,

50 50
Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Jawa dengan Luar
JurnalJawa (ArditoPembangunan
Ekonomi Bhinadi) Vol. 8 No. 1, Juni 2003 Hal: 39 - 48

pertumbuhan tenaga kerja dan pertumbuhan kualitas SDM tidak pengaruhnya sangat kecil
dan tidak signifikan. Pertumbuhan tenaga kerja mempunyai kontribusi yang negatif,
sedangkan pertumbuhan kualitas SDM mempunyai kontribusi positif. Nilai efisiensi atau
produktifitas faktor total Jawa lebih tinggi dibandingkan luar Jawa.
Hasil pengujian secara statistik menggunakan uji t dan uji F untuk mengetahui ada
tidaknya disparitas regional di Indonesia memberikan hasil bahwa tidak terdapat disparitas
pertumbuhan pendapatan perkapita antara Jawa dengan luar Jawa. Perbedaan yang terjadi
pada angka rata-rata pertumbuhan pendapatan regional antara Jawa dengan luar Jawa tidak
signifikan secara statistik.
Kekuatan penelitian:Pada data menggunakan migas, nilai koefisien K1 adalah 0,45, artinya
setiap kenaikan pertumbuhan kapital sebesar 1 persen akan mendorong pertumbuhan
pendapatan per kapita sebesar 0,45 persen. Sedangkan pertumbuhan tenaga kerja (L), justru
mempunyai kontribusi negatif. Setiap pertumbuhan tenaga kerja sebesar 1 persen, justru
akan menurunkan pertumbuhan pendapatan perkapita sebesar 0,07 persen. Pertumbuhan
kualitas SDM (E) juga mempunyai kontribusi positif sebagaimana pertumbuhan kapital.
Setiap terjadi pertumbuhan kualitas SDM (E) sebesar 1 persen, akan mendorong
pertumbuhan pendapatan per kapita sebesar 0,12 persen.
Kelemahan penelitian: Pada data menggunakan nonmigas, nilai koefisien K1 adalah 0,45,
artinya setiap pertumbuhan kapital sebesar 1 persen akan mendorong pertumbuhan
pendapatan perkapita sebesar 0,45 persen. Sedangkan pertumbuhan tenaga kerja (L), justru
mempunyai kontribusi negatif. Setiap pertumbuhan tenaga kerja sebesar 1 persen, justru
akan menurunkan pertumbuhan pendapatan perkapita sebesar 0,06 persen. Pertumbuhan
kualitas SDM (E) juga mempunyai kontribusi positif sebagaimana pertumbuhan kapital.
Setiap terjadi pertumbuhan kualitas SDM (E) sebesar 1 persen, akan mendorong
pertumbuhan pendapatan per kapita sebesar 0,12 persen. Angka negatif dari koefisien
regresi pertumbuhan tenaga kerja menunjukkan bahwa marginal productivity of labor
mengalami penurunan. Akibatnya setiap tambahan tenaga kerja di dalam setiap proses
produksi, justru akan menurunkan produksi. Jumlah tenaga kerja yang semakin bertambah
ternyata sudah tidak lagi mampu menambah produktivitas. Efisiensi penggunaan tenaga
kerja di dalam proses produksi dengan demikian harus ditingkatkan. Kasus tersebut
sebenarnya terutama terjadi di sektor pertanian, di mana tahap produksinya sudah berada
pada tahap ketiga.

51 51

Anda mungkin juga menyukai