Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Volume 13, Nomor 1, Juni 2012, hlm.62-78

DETERMINAN FAKTOR SOSIAL DAN EKONOMI


TERHADAP KEMISKINAN PENDUDUK

Sirilius Seran
Fakultas Ekonomi Universitas Timor
Jalan Eltari Km.9, Kelurahan Sasi, Kecamatan Kota Kefamenanu, Timor
Nusa Tenggara Timur, Telepon/Fax: 0388(2433012)
E-mail: siriliusseran@yahoo.co.id

Diterima 8 Oktober 2011 / Disetujui 29 April 2012

Abstract: Increasing the quality of human resource via education investment is a sine qua
non for welfare promotion as well as for poverty solution. Education, inflation, income per
capita, consumption, regional gross domestic product, and economy growth are a number of
variables that directly and indirectly affect the poverty. The research uses time series data of
the last ten years (1999-2009) obtained from Central Agency on Statistics (BPS). The aim of
this research is to identify the causal relationship of the influential variables mentioned. The
path analysis is used to analyze the data based on the five models. The simultaneous testing of
table summary shows that the Regression coefficient value of each model is significant, where
F value is smaller than alpha 0,05. The similar conclusion is also shown in partial testing
between the independent variables and dependent variables.
Keywords: education, income, economy growth, path analysis, poverty

Abstrak: Peningkatan sumberdaya manusia melalui investasi pendidikan merupakan syarat


mutlak untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengatasi kemiskinan penduduk. Beberapa
variabel sosial dan ekonomi yang mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung
terhadap kemiskinan adalah pendidikan, inflasi, pendapatan perkapita, konsumsi, Produk
Domestik Regional Bruto, dan pertumbuhan ekonomi. Data yang digunakan adalah time
series antara tahun 1999-2009 berasal dari Badan Pusat Statistik. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan sebab akibat (kausal) antara variabel penelitian. Alat
analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis), berdasarkan lima macam model.
Hasil analisis pengujian secara simultan menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (R)
untuk masing-masing model bersifat signifikan, nilai Signifikan F, lebih kecil dari alfa 0,05.
Kesimpulan serupa juga berlaku bagi pengujian parsial, antara masing-masing variabel bebas
dengan variabel tak bebas.
Kata kunci: pendidikan, pendapatan, pertumbuhan ekonomi, analisis jalur, kemiskinan

PENDAHULUAN (Suryadi, 1997). Angka ini tentu lebih kecil dari


kontribusi yang berasal dari faktor teknologi
dan faktor produksi lainnya, tetapi dalam
Pembentukan modal manusia melalui investasi
jangka panjang peran pendidikan bagi pemba-
dalam bidang pendidikan merupakan cara ter-
ngunan akan semakin besar seiring dengan
baik untuk meningkatkan pertumbuhan eko-
makin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan
nomi. Schultz pada tahun 1978 menemukan
dan teknologi. Hal inilah yang mengakibatkan
bahwa di Kanada, kontribusi pendidikan terha-
pengeluaran pemerintah terutama di negara-
dap pertumbuhan ekonomi sebesar 25 persen,
negara maju terhadap investasi pendidikan cu-
di Ghana: 23,2 persen lebih besar dari yang
kup besar, setidaknya diamati dari rasio inves-
terjadi di Amerika Seikat sebesar: 15,0 persen
tasi pendidikan terhadap GNP di Amerika Seri- disajikan oleh World Bank, Unesco, dan Dikti
kat mencapai 12,5 persen tidak jauh berbeda tahun 2011 (Materi Presentasi Direktur Kelem-
dengan rasio investasi fisik (Psacharopoulos, bagaan Dikti RI, 2011) yang diplotkan dalam
1993). Garis regresi (Y = 3853,96 + 359,64X) mengarah
Peningkatan kualitas tenaga kerja melalui ke kanan atas menunjukkan bahwa lulusan
investasi pendidikan mempunyai korelasi de- Teknik, Sains dan Pertanian mempunyai hu-
ngan pendapatan. Pendapatan dapat didefinisi- bungan positif dengan nilai PDRB perkapita,
kan sebagai balas jasa yang diperoleh faktor setidaknya berlaku bagi tiga Negara yang
produksi karena keterlibatannya dalam proses diamati adalah Malaysia, Portugal, dan Indo-
produksi. Secara konvensional dikenal 4 ma- nesia.
cam faktor produksi: tanah, tenaga kerja, Besarnya pendapatan setiap faktor produk-
modal, skill (entrepreneurship). Dua faktor pro- si sangat bervariasi, tergantung kepada tinggi/
duksi yang disebutkan pertama dikenal sebagai rendahnya produktivitas. Produktivitas meru-
faktor produksi pokok, dianut oleh kelompok pakan rasio antara input dengan output pro-
masyarakat tradisional. Kegiatan produksi da- duksi, diukur dari banyaknya ouput yang diha-
lam masyarakat tradisional hanya menggu- silkan yang tergantung kepada kualitas tenaga
nakan faktor produksi tanah dan tenaga kerja. kerja. Sjamtjik, (2003) mengatakan bahwa, ting-
Jenis pendapatan yang diperoleh dari penyer- kat upah bervariasi antara pekerjaan yang satu
taan tanah dalam kegiatan produksi disebut dengan pekerjaan lainnya disebabkan oleh:
sewa tanah. Sedangkan pendapatan bagi tenaga (1) Pekerjaan yang beragam (Heterogeneous Jobs).
kerja yang terlibat didalam kegiatan produksi Beberapa hal di luar gaji (dalam bentuk uang)
disebut upah/gaji. Kecuali itu, pendapatan yang menyebabkan terjadinya perbedaan upah
yang diperoleh karena kepemilikan faktor mo- yang diterima tenaga kerja adalah: fasilitas
dal, skill dan teknologi masing-masing disebut kerja (Job Aminities), penerimaan tenaga kerja
sebagai bunga modal dan keuntungan (Man- berdasarkan keterampilan (Skill Requirement),
kiw, 2003). BPS (September 2010: 41) mencatat pembayaran upah yang efisien (Efficiency Wa-
bahwa tenaga kerja Indonesia masih dido- ges), pekerjaan sampingan (Other Job).
minasi oleh penduduk yang berpendidikan (2) Pekerja yang beragam (Heterogeneous Work-
SLTA ke bawah. Tahun 2008 dari 102,05 juta ers). Keragaman di antara para pekerja me-
orang tenaga kerja terdapat 94 persen yang nyebabkan perbedaan upah dari masing-ma-
berpendidikan SLTA ke bawah, 6 persen lain- sing tenaga kerja itu sendiri. Keragaman peker-
nya tamat Perguruan Tinggi. ja ini didasarkan kepada perbedaan mutu mo-
Kondisi ini telah berpengaruh terhadap dal manusia (Human Capital Differencies) dan
besarnya pendapatan dan pertumbuhan eko- keinginan pekerja (Worker Preferencies).
nomi dan kemiskinan penduduk. Data yang (3) Pasar kerja yang tidak sempurna. Adanya

Tabel 1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang
ditamatkan Periode Februari 2008-2010 (juta orang)

Pendidikan Tertinggi yang Tahun


ditamatkan 2008 2009 2010
SD ke bawah 55,62 55,43 55,31
Sekolah Menengah Pertama 19,39 19,85 20,30
Sekolah Menengah Atas 13,90 15,13 15,63
Sekolah Menengah Kejuruan 6,71 7,19 8,34
Diploma (I/II/III) 2,66 2,68 2,89
Universitas 3,77 4,22 4,94
Jumlah 102,05 104,49 107,41
Sumber: BPS-Laporan Bulanan, Data Sosial Ekonomi Edisi 4 September 2010

Determinan Faktor Sosial (Sirilius Seran) 63


perbedaan antara permintaan (Demand) dan ngangguran. Hal serupa juga terjadi ketika
penawaran (Supply) tenaga kerja dalam pasar tingkat upah yang berlaku dipasar lebih kecil
kerja telah memicu perbedaan pemberlakuan dari tingkat upah keseimbangan (US$10), misal-
tingkat upah terhadap tenaga kerja. Bila jumlah nya upah menjadi (US$5), merupakan upah
tenaga yang ditawarkan lebih banyak dari yang terendah. Banyak orang akan memilih untuk
dibutuhkan akan menurunkan tingkat upah menganggur daripada bekerja dengan meneri-
(Cateris Paribus) tetapi sebaliknya bila jumlah ma upah yang sangat rendah. Jenis pengang-
tenaga kerja yang ditawarkan lebih sedikit dari guran yang semacam ini dikategorikan sebagai
yang dibutuhkan oleh pasar maka tingkat upah pengangguran terpaksa.
tenaga kerja akan mengalami kenaikan (Gambar Psacharopoulos pada tahun 1989 dalam
1). penelitiannya di Venezuela menemukan bahwa
rata-rata pendapatan yang diterima oleh tenaga
kerja yang berpendidikan tinggi sebesar 178,297
Bolivares/tahun, lebih tinggi dari yang berpen-
didikan sekolah menengah: 106,337 Bolivares/
tahun sedangkan untuk yang tamat SD dan
tidak tamat SD masing-masing pendapatannya
sebesar: 69,452 dan 39,625 Bolivares/tahun
(Psacharopoulos, 1995)
Biro Pusat Statitik Amerika (Bureau of the
Census) pada tahun 1994 menyampaikan bahwa
rata-rata penghasilan tenaga kerja di Amerika
Serikat untuk yang berpendidikan Doktor men-
capai US$54.904.0000/tahun, jauh lebih tinggi
dari tenaga kerja yang berpendidikan Magister,
atau Sarjana. Rata-rata penghasilan terendah
Gambar 1. Tingkat Upah di Pasar Tenaga Kerja
diterima oleh tenaga kerja yang berpendidikan
tidak tamat SD sebesar: US$ 12.809.000/tahun
(Suryadi, 1997).
Upah (Wages) yang berlaku di pasar kerja
Mankiw pada tahun 2003 mengatakan pen-
merupakan harga daripada tenaga kerja yang
dapatan dapat digunakan untuk: (1) konsumsi,
bersangkutan. Penentuan tingkat upah sangat
dan (2) tabungan. Besar atau kecilnya pembia-
tergantung kepada kekuatan tarik menarik
yaan konsumsi rumah tangga tergantung
antara permintaan dan penawaran di pasar
kepada jumlah jiwa yang menjadi tanggungan-
tenaga kerja. Pada tingkat upah sebesar US$10
nya. Tanggungan di sini tidak hanya terbatas
merupakan upah riil keseimbangan (equilibrium
pada keluarga inti (nuclear family) melainkan
= E) terjadi pada saat jumlah antara permintaan
juga termasuk anggota keluarga di luar rumah
(demand labor) dan penawaran tenaga kerja
(extended family). Robins (1990) mengatakan
(supply labor) adalah sama sebesar N (DL=SL).
bahwa besar tanggungan adalah banyaknya
Semua tenaga kerja terserap, sehingga tidak ada
orang yang serumah yang menjadi tanggungan
pengangguran. Tetapi keadaan menjadi terbalik
orang tua termasuk anak kandung, anak angkat
ketika tingkat upah yang berlaku lebih kecil
kedua orang tua dan keluarga lainnya.
atau lebih besar daripada upah keseimbangan
Backer (1993), dalam “A Treatise on the
(US$10). Misalnya upah yang berlaku setinggi
Family”, mengatakan bahwa terdapat trade-off
US$25, (upah tertinggi) orang berbondong-bon-
antara jumlah tanggungan (konsumsi) dengan
dong menawarkan tenaganya sebanyak (N**),
kualitas anak dalam keluarga. Keluarga yang
padahal jumlah yang diminta hanya sebesar
memiliki jumlah tanggungan (anggota keluar-
(N*). Ini berarti terjadi kelebihan (surplus) tena-
ga) yang relatif kecil cenderung mempunyai
ga kerja, tidak semua tenaga kerja tertampung
kemampuan yang relatif lebih tinggi untuk
di pasar kerja, sehingga menimbulkan pe-

64 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 62-78


membiayai pembentukan kualitas anak. bat negatif terhadap kualitas anak-anak mere-
Secara teoritis kualitas anak-anaknya relatif ka.
lebih tinggi daripada keluarga yang memiliki Perubahan pola konsumsi (MPC) tidak ha-
jumlah tanggungan yang relatif besar. Backer nya berkaitan dengan jumlah anak dan selera
(1993:147), selanjutnya menunjukkan hubungan melainkan juga termasuk harga barang. Kenaik-
keterkaitan tersebut dalam gambar indiffirence an harga yang terjadi secara umum dan berlaku
(Gambar 2). pada setiap jenis barang disebut inflasi. Inflasi
dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara
jumlah uang (M) yang beredar dengan output
barang dan jasa (V) dalam perekonomian. Bila
jumlah uang yang beredar (M) melebih dari
jumlah output barang/jasa dalam perekonomi-
an maka akan terjadi inflasi, tetapi jika terjadi
sebaliknya maka disebut deflasi.
Inflasi yang tinggi (dua digit, disebut
hyperinflation) dapat merugikan perekonomian
karena beberapa hal: (1) meningkatkan biaya
produksi, sehingga mengurangi output yang
Sumber: Gary S. Backer (1993), diproduksi mengakibatkan harga barang makin
mahal. (2) mengurangi daya beli masyarakat,
Gambar 2. Hubungan Antara Kualitas Anak de- sehingga tidak semua barang laku terjual, terja-
ngan Jumlah Anak di over produksi. Keuntungan perusahaan men-
jadi berkurang bahkan dapat menimbulkan
kerugian, sehingga akan terjadi rasionalisasi
Garis AB dan CD masing-masing sebagai dalam produksi, menimbulkan pengangguran,
garis anggaran (budget line) yang berbentuk dan pada akhirnya dapat menimbulkan kemis-
cembung ke titik origin, sebagai akibat dari kinan penduduk. (3) Inflasi dapat juga menu-
interaksi dalam menentukan pilihan antara runkan daya saing barang-barang ekspor jika
jumlah barang n dan barang q yang dibutuh- dibandingkan dengan harga barang dari negara
kan. Kepuasan maksimum terjadi pada persing- lain. Akibatnya tidak semua barang laku terjual
gungan antara garis anggaran dan kurva indif- di pasar luar negeri sehingga mengurangi
ference (U dan U’). Titik e dan e’ merupakan devisa negara, dan neraca perdagangan dapat
kepuasan maksimum yang dicapai orang tua menjadi defisit, padahal devisa negara menjadi
dalam memenuhi kebutuhan atas 2 (dua) jenis amat penting dalam perdagangan luar negeri
barang tersebut. Artinya dengan tingkat penda- (4) inflasi dapat mengurangi tabungan. Makin
patan tertentu (AB dan CD) orang tua dapat cepatnya kenaikan harga barang menyebabkan
membelanjakan untuk barang n dan barang q, masyarakat tidak tertarik lagi untuk menabung,
masing-masing mendapat titik kepuasan yang padahal tabungan merupakan awal untuk terja-
sama besarnya, terjadi pada titik e dan e' dinya akumulasi kapital bagi pembangunan.
tersebut. Dalam kasus tersebut, keluarga yang Tetapi apabila inflasinya tidak lebih besar dari
memiliki banyak tanggungan akan mempunyai satu digit (disebut inflasi moderat) dapat
kemampuan yang relatif terbatas untuk menye- menguntungkan dan merangsang pembangun-
kolahkan anak-anaknya pada tingkat pendidik- an, melalui dampaknya pada redistribusi pen-
an yang lebih tinggi. Jangankan tabungan, dapatan dari mereka yang berpendapatan ting-
konsumsi setiap harinya juga jauh dari keten- gi ke mereka yang berpendapatan rendah
tuan/standar kesehatan. Mereka hidup seada- (inflasi moderat).
nya, makan/minum dan pakaian apa adanya. Setidaknya dikenal, dua macam kebijakan
Banyaknya tanggungan telah dan akan mem- untuk mengatasi inflasi, adalah (1) kebijakan
persulit mereka untuk melakukan investasi un- fiskal, dan (2) kebijakan moneter. Kebijakan
tuk pendidikan anak-anaknya, sehingga beraki-

Determinan Faktor Sosial (Sirilius Seran) 65


fiiskal berkaitan dengan n politik pengeluaran
p Tabbungan cend derung meng gurangi kem mam-
p
pemerintah d perpaja
dan akan. Inflasi dapat dite- puan un ntuk membeeli barang. Akibatnya
A tiidak
k
kan melalui pengurangan pengeluaaran peme- semua barang
b laku
u terjual di pasar, sehin ngga
rintah, sehin ngga dapat menekan
m haarga barang, menguraangi keuntungan bahkan n dapat men nim-
s
sedangkan m
melalui polittik perpajakkan, dilaku- bulkan kerugian
k perrusahaan. Paadahal berdaasar-
k dengan cara mening
kan gkatkan paja ak atas per- kan keu untungan yang diperoleh perusah haan
u
usahaan dann atau pajak k perorangaan sehingga inilah yaang akan meembentuk in nvestasi. Inveesta-
m
mengurangi jumlah uan ng beredar dalam ma- si secaraa teoritis beerhubungan positif den ngan
s
syarakat, ng pada akhirnya menurrunkan har-
yan kesempaatan kerja, y yang dapat mengurangi
m i pe-
g barang. Sedangkan
ga S kebijakan
k mo oneter lebih nganggu uran dan k kemiskinan. Investasi juga j
b
berhubungan n dengan po olitik Bank Sentral,
S ada- berhubu ungan positiff dengan jummlah barang dan
laah (1) politiik cash ratio oleh Bank Sentral, (2) jasa (diseebut PDRB) yang diproduksikan daalam
p
politik unt rate, dan (3) politik pasar
discou p terbu- perekonomian.
k (open markket).
ka Seccara sederhaana, PDRB dapat diartikan
Inflasi cenderung
c mengurangi tabungan sebagai penjumlahaan barang dan jasa akhir a
m
masyarakat. Tabungan dapat
d diartik
kan sebagai yang dih hasilkan oleh h sektor perrtanian, indu ustri
b
bagian dari pendapatan
p masyarakatt yang tidak dan sektor jasa. Erffanie (2002), menggunaakan
d
dapat dibelanjakan pada a saat sekaraang melain- data BPS S, memapark kan bahwa kontribusi
k seektor
k
kan disimpaan di lemba aga lembagaa keuangan Industri dan Jasa terhadap PDRB P perkaapita
b
bank dan no on bank lain nnya. Terdap pat tiga ma- sejak tahhun 1993-19998 di atas 600 hingga 73 per-
c
cam motif un ntuk menabu ung: (1) mottif transaksi sen dibaanding sekto or pertanian.. Hal ini sebbagai
d
dagang (bisn
nis), (2) mottif berjaga-jaaga, dan (3) akibat dari
d rendahn nya tingkat pendidikan
p dan
k
kepentingan spekulasi. produktivitas tenag ga kerja tennaga kerja yangy
Motif beerjaga-jaga, untuk mem mbiayai ke- bekerja did sektor peertanian. Berrdasarkan harga
p
perluan tak terduga,
t seddangkan mottif spekulasi konstan 2000 PDB IIndonesia menurut
m peng ggu-
leebih cenderrung berhub bungan den ngan keun- naan terrus mengalaami kenaika an dalam en nam
tuungan (proffit), karena itu tergantu ung kepada tahun teerakhir (Gam mbar 4). Nillai PDRB in nilah
tiingkat bung ga bank. Mak kin tinggi tin
ngkat bunga menjadi dasar untuk menilai tiingginya tingkat
(iinterest = i)) bank makiin tinggi miinat masya- pertumb buhan ekono omi.
rakat untuk menabung g, dan sebaliknya, jika
b
bunga bank mengalami penurunan maka akan
m
mengurangi minat massyarakat un ntuk mena-
b
bung (Gambaar 3).

Interest(i)

Gambar 4. PDB (triliiun Rp) harg


ga Konstan, 2000
menurut P
Penggunaan (Indonesia)
(
0 S
Saving(S)

G
Gambar 3. H
Hubungan antara
a Bung
ga Bank de- Neoo Klasik berranggapan bahwa perttum-
n
ngan Tabung
gan buhan ek konomi hany ya disebabk
kan oleh peraanan
dari fakttor produksii tanah, mod
dal, tenaga kerja,
k

6
66 Jurrnal Ekonom
mi Pembangu
unan Volumee 13, Nomor 1,
1 Juni 2012: 62-78
6
dan skill. Tetapi Nafziger (1997) dalam peneli- patan jauh melebihi dari pendapatan minimum.
tiannya meyakinkan bahwa pertumbuhan eko- Artinya seseorang masih tetap dikatakan mis-
nomi di Negara-negara Industri baru (New kin apabila di lingkungan tempat tinggalnya
Industry Countries=NICs) seperti Taiwan, Korea terdapat sebagian besar penduduk yang mem-
Selatan, Hongkong, dan Singapura menunjukan punyai pendapatan melebihi dari pendapatan
bahwa kontribusi dan K (Kapital) dan L(tenaga minimum (pendapatan garis batas kemiskinan).
kerja) memang dominan antara 50 persen - 90 Konsep inilah yang dikenal sebagai kemiskinan
persen tetapi faktor T (Teknologi) juga sangat relatif. Kemiskinan dapat ditilik dari aspek ke-
berperan. Tercermin dari nilai sisa yakni nilai T timpangan sosial, yang dapat dilihat dari distri-
yang terkandung dalam fungsi produksi Cobb busi pendapatan antara kelompok masyarakat
Douglas: Yt = Tt Kta Ltb. Dimana Yt, adalah yang satu dengan kelompok masyarakat yang
tingkat produksi (output) pada periode t; a dan lain. Dalam penelitiannya, Dumairy, (1996)
b menjelaskan produktivitas dari L dan K. Nilai menemukan bahwa 20 persen kelompok ma-
sisa inilah dianggap sebagai pertumbuhan yang syarakat yang berpendapatan tinggi memiliki
disebabkan oleh kemajuan Teknologi (T). Arti- pendapatan lebih tinggi dari 40 persen kelom-
nya kemajuan T mampu menyumbang 50 per- pok masyarakat yang berpendapatan mene-
sen dan 10 persen terhadap pertumbuhan eko- ngah dan 40 persen yang berpendapatan ren-
nomi bagi NICs yang diamati oleh Nafziger dah. Bank Dunia berpendapat bahwa Indonesia
(1997). termasuk Negara yang memiliki ketimpangan
Melalui proses akselerasi, pertumbuhan rendah dalam hal distribusi pendapatan. Besar-
ekonomi dapat menciptakan kesempatan kerja, nya pendapatan yang diterima oleh 40 persen
meningkatkan pendapatan perkapita penduduk penduduk termiskin terus mengalami kenaik-
yang pada akhirnya dapat mengurangi pe- an. Pada tahun 1984, 40 persen penduduk ter-
ngangguran dan kemiskinan. Kemiskinan da- miskin di pedesaan memperoleh 22,35 persen,
pat diukur dari dua macam pendekatan, ada- kemudian meningkat menjadi 25,32 persen di
lah: (1) Kemiskinan absolut, dan (2) Kemiskinan tahun 1997, kecenderungan serupa juga dialami
relatif. Pengukuran kemiskinan absolut meng- oleh pendudukan di wilayah perkotaan (Tam-
acu kepada sejumlah pendapatan yang cukup bunan, 2003: 108).
untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) Penelitian yang dilakukan oleh Hasan, dan
atau kebutuhan primer, adalah makanan, pa- Quibria pada tahun 2002 menggunakan data
kaian, dan perumahan. Pendapatan yang di- panel dari 45 negara di Asia Timur, dan Sela-
maksudkan adalah pendapatan minimum yang tan, Amerika Latin, dan Karibian, serta Afrika–
cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. Sub-Sahara menemukan bahwa antara pertum-
Batasan pendapatan minimum ini sering dise- buhan ekonomi dengan kemiskinan mempu-
but sebagai garis kemiskinan. Artinya garis nyai hubungan negatif, artinya pertumbuhan
kemiskinan dipergunakan sebagai batas untuk ekonomi yang tinggi akan mengurangi kemis-
menentukan miskin atau tidaknya seseorang. kinan, dan sebaliknya, rendahnya pertumbuh-
Penduduk miskin adalah penduduk yang me- an ekonomi akan memperbesar angka kemis-
miliki rata-rata pengeluaran perbulan di bawah kinan (Todaro, 2003).
garis kemiskinan sebesar Rp211.726 pada tahun Todaro dan Smith pada tahun 2003 me-
2010 (Berita Resmi BPS Juli 2010). Jumlah ngatakan bahwa berdasarkan hasil studi empi-
penduduk miskin mengalami penurunan dari ris di beberapa negara ditemukan bahwa pada
32,53 juta (14,2 persen) pada tahun 2009, menu- awal pertumbuhan ekonomi, distribusi penda-
run menjadi 31,02 juta (13,3 persen) turun 1,51 patan cenderung memburuk, namun pada
juta orang, pada tahun 2010. tahap selanjutnya distribusi pendapatan akan
Kecukupan pendapatan untuk memenuhi membaik seiring dengan makin tingginya per-
kebutuhan dasar tidak serta merta dikatakan tumbuhan ekonomi. Gambar yang sesuai de-
seseorang tidak mengalami kemiskinan, apabila ngan temuan ini dapat berbentuk huruf U
masih terdapat keluarga yang memiliki penda- terbalik sebagai berikut (Gambar 5);

Determinan Faktor Sosial (Sirilius Seran) 67


Koef.Gini bersangkutan mempunyai hubungan langsung
0,75 - terhadap kemiskinan tanpa melalui variabel
lainnya. Terdapat 5 (lima) macam hubungan
0,50 - langsung yang ingin diketahui adalah: (1)
0,35 - hubungan antara pendidikan, dengan kemis-
kinan, (2) hubungan antara inflasi, dengan ke-
0,25 - miskinan, (3) hubungan antara pendapatan, de-
ngan kemiskinan, (4) hubungan antara PDRB,
0 PDRB/Kapita dengan kemiskinan, dan (5) hubungan antara
Sumber: Todaro, & Smith,(2003: 240) pertumbuhan ekonomi. Hubungan tidak lang-
Gambar 5. Hubungan antara Pertumbuhan de- sung, artinya variabel sosial yang bersangkutan
ngan Distribusi Pendapatan mempunyai hubungan terhadap kemiskinan
melalui variabel sosial lainnya. Bentuk hubung-
an tidak langsung yang ingin diketahui dalam
Argumen tentang teori ini bahwa pada penelitian ini adalah: (1) hubungan antara pen-
tahap awal, pembangunan memerlukan per- didikan dengan konsumsi, (2) hubungan antara
ubahan-perubahan yang bersifat struktural., pendidikan dengan pendapatan, (3) hubungan
sehingga konsentrasi pembangunan, lebih ber- antara pendidikan dengan PDRB, (4) hubungan
pusat di sektor industri modern, yang mempu- antara inflasi dengan konsumsi, (5) hubungan
nyai lapangan kerja terbatas namun tingkat antara pendapatan dengan konsumsi, (6) hu-
upah dan produktivitas tinggi. Hipotesis U bungan antara PDRB dengan pendapatan, (7)
terbalik dari Kuznets juga berlaku di Indonesia, hubungan antara pendidikan dengan pertum-
diamati dari besarnya nilai koefisien gini Indo- buhan ekonomi, (8) hubungan antara inflasi
nesia selama tahun 1970-an sampai dengan dengan pertumbuhan ekonomi, (9) hubungan
tahun 1990-an. Pada tahun 1970-an nilai koefi- antara konsumsi dengan pertumbuhan eko-
sien gini, rendah sebesar 0,31; tahun 1980-an nomi, (10) hubungan antara pendapatan de-
tinggi (0,36), dan pada tahun 1990-an nilai ngan pertumbuhan ekonomi, (11) hubungan
koefisien gini kembali menurun menjadi 0,32. antara PDRB dengan pertumbuhan ekonomi
Sementara laju pertumbuhan ekonomi mening-
kat dalam tiga dekade tersebut (Tambunan, METODE PENELITIAN
2003).
Berdasarkan uraian tersebut diketahui bah-
wa secara teoritis maupun empiris kemiskinan Data dan Variabel
dipengaruhi oleh beberapa variabel baik lang- Penelitian ini menggunakan data (sekunder)
sung maupun hubungan tidak langsung. Hu- panel Indonesia (nasional) berasal dari sumber:
bungan langsung artinya variabel sosial yang

Tabel 2. Variabel dan Sumber Data Penelitian


Variabel Pengukuran Satuan Sumber Data
Pendidikan Format yang 1. ≤ SD Orang BPS
ditamatkan (X1) 2. SMP
3. SLTA
4. Diploma
5. Universitas
Inflasi (X2) Tingkat Inflasi (y/y) % BPS
Konsumsi (X3) Pengeluaran Masyarakat Jumlah
Pendapatan (X4) Pendapatan/kapita Jumlah BPS
PDRB (X5) PDRB Jumlah BPS
Pertumbuhan Ekonomi (X6) Tingkat Pertumbuhan % BPS
Kemiskinan (Y) Penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan Jumlah BPS

68 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 62-78


berita resmi BPS Pusat didukung oleh data Matrik Korelasi
terbitan dari Kementerian terkait. Data yang
Analisis jalur (path analysis) merupakan pe-
dimaksud berbentuk time series selama 10 tahun
ngembangan dari analisis regresi diolah dengan
terakhir (tahun 1999-2009, berkaitan dengan
menggunakan software SPSS versi 19. Penggu-
variabel yang diamati. Variabel dan sumber
data yang disajikan dalam Tabel 2. naan alat ini dimaksudkan untuk mengetahui
selain hubungan sebab akibat diantara variabel
Metode Analisis Data penelitian juga diketahui hubungan jalur antara
satu variabel dengan variabel lainnya sesuai de-
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka, ngan model analisis. Pengolahan data menggu-
alat analisis yang digunakan adalah analisis nakan dua macam tahapan: (1) penentuan skala
jalur (Path Analysis). Dimaksudkan untuk me-
data. Data variabel penelitian terlebih dahulu
lacak hubungan sebab akibat (kausal) antara
dikelompokkan berdasarkan 2 (dua) macam
variabel penelitian dan juga untuk mengetahui
skala yaitu: (i) skala ordinal, berlaku bagi varia-
jalur hubungan di antara variabel, berdasarkan
bel pendidikan, dan (ii) skala rasio, berlaku bagi
blok-blok analisis.
variabel inflasi, konsumsi, pendapatan perka-
Pemodelan. Ada dua macam model yang
diajukan adalah: pita, PDRB, pertumbuhan ekonomi, dan kemis-
kinan. (2) penentuan matrik korelasi. Matrik
Model Formal: korelasi merupakan data sheet yang digunakan
1. Blok 1. X3 = P31X1 +P32X2 + P34X4 + untuk menganalisis hubungan jalur di antara
P3q.Q (1) variabel penelitian Matrik korelasi dihasilkan
dengan menggunakan alat analisis yang sesuai
2. Blok 2. X4 = P41X1 + P45X5 + P4r.R (2) dengan skala data dimaksud. Analisis rank
3. Blok 3. X5 = P51X1 + P5s.S (3) spearman digunakan untuk menganalisis data
yang berskala ordinal, sedangkan regresi untuk
4. Blok 4. X6 = P61X1 + P62X2 + P63X3 +
menganalisis data yang berskala rasio.
P64X4 + P65X5 + P6t.T (4)
5. Blok 5. Y = Py1X1 + Py2X2 + Py4X4 + Hipotesis
Py5X5 + Py6X6 + Pyu.U (5)
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut maka
hipotesis yang ingin dibuktikan kebenarannya
Model Informal adalah: (1) Terdapat hubungan negatif dan sig-
Lihat Gambar 6 tentang Model informal: hu- nifikan antara pendidikan dengan kemiskinan,
bungan kausal antarvariabel. (2) Terdapat hubungan positif dan signifikan

Gambar 6. Model Informal: Hubungan Kausal Antarvariabel

Determinan Faktor Sosial (Sirilius Seran) 69


antara inflasi, dengan kemiskinan, (3) Terdapat HASIL DAN PEMBAHASAN
hubungan negatif dan signifikan antara penda-
patan, dengan kemiskinan, (4) Terdapat hu-
Rekapan Koefisien Jalur ke Dalam Model
bungan negatif dan signifikan antara PDRB,
Formal sebagai berikut:
dengan kemiskinan, (5) Terdapat hubungan ne-
gatif dan signifikan antara pertumbuhan eko- 1. X3 = -0,276X1 – 0,043X2 + 0,789X4 + 0,182Q
nomi, dengan kemiskinan, (6) Terdapat hu- 2. X4 = 0,576X1 + 0,563X5 + 0,729R
bungan negatif dan signifikan antara pendidik-
an dengan konsumsi, (7) Terdapat hubungan 3. X5 = 0,607X1 + 0,794S
positif dan signifikan antara pendidikan de- 4. X6 = 1,161X1 – 0,835X2 + 1,512X3 + 12,217X4
ngan pendapatan, (8) Terdapat hubungan posi- + 0,249X5 + 0,786T
tif dan signifikan antara pendidikan dengan
5. Y = -0,571X1 + 0,283X2 – 0,696X4 – 0,376X5
PDRB, (9) Terdapat hubungan negatif dan sig-
– 0,023X6 + 0,167U
nifikan antara inflasi dengan konsumsi, (10)
Terdapat hubungan positif dan signifikan anta-
Penyajian Model Empiris:
ra pendapatan dengan konsumsi, (11) Terdapat
hubungan positif dan signifikan antara PDRB Penyajian hasil analisis kedalam model (empi-
dengan pendapatan, (12) Terdapat hubungan ris) analisis jalur (Gambar 7).
positif dan signifikan antara pendidikan de-
ngan pertumbuhan ekonomi, (13) Terdapat hu- Pembahasan
bungan negatif dan signifikan antara inflasi Untuk mengetahui hubungan sebab akibat di
dengan pertumbuhan ekonomi, (14) Terdapat antara variabel independen (variabel bebas=X)
hubungan positif dan signifikan antara kon- terhadap variabel dependen (variabel tak bebas
sumsi dengan pertumbuhan ekonomi, (15) =Y=kemiskinan) maka pembahasan hasil pene-
Terdapat hubungan positif dan signifikan anta- litiannya mengacu pada model analisis yang di-
ra pendapatan dengan pertumbuhan ekonomi, tampilkan mengikuti blok-blok analisis regresi
(16) Terdapat hubungan positif dan signifikan jalur sebagai berikut:
antara PDRB dengan pertumbuhan ekonomi. Hubungan antara pendidikan, inflasi, dan
pendapatan terhadap konsumsi. Pendidikan

Gambar 7. Model Informal: Hubungan Kausal Antarvariabel

70 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 62-78


(formal) merupakan suatu upaya sadar yang di-
lakukan secara sistematis dan terencana untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampu-
an. Djojonegoro pada tahun 1996 mengatakan
bahwa pendidikan adalah suatu upaya yang
sistematis untuk membentuk manusia yang
terampil dan produktif (Bachtiar, 2000). Pendi-
dikan membuat orang menjadi memahami dan
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,
yang dapat mempengaruhi perilaku terhadap Gambar 8. Hubungan antara variabel pendidik-
an (X1), inflasi (X2), dan variabel pen-
pola dan kebiasaan konsumsi. Mereka yang
dapatan (X4) terhadap variabel kon-
berpendidikan tinggi akan lebih selektif mela-
sumsi (X3)
kukan pengeluaran untuk konsumsi.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa
nilai koefisen regresi (beta terstandart) variabel
Kasus trade off dan atau saling meniadakan
pendidikan terhadap pengeluaran konsumsi
terjadi antara S dan C. Bila terjadi kenaikan
sebesar -0,275. Artinya makin tinggi pendidikan
pendapatan (ceteris paribus), dan C mengalami
makin rendah pengeluaran konsumsi, walau-
kenaikan maka S akan mengalami penurunan,
pun di lain pihak terdapat kenaikan pendapat-
dan sebaliknya jika S yang mengalami kenaikan
an sebagai akibat dari tingginya pendidikan
maka C akan mengalami penurunan. Soal ke-
terakhir yang ditamatkan (H7 terbukti). Pola
putusan, apakah S dan atau C yang mengalami
hubungan ini menjadi signifikan pada taraf
penurunan tergantung kepada preference dari
signifikansi 0,044 lebih kecil daripada nilai alfa
masing-masing konsumen, karena itu sifatnya
0,050 (H6 terbukti). Kecenderungan serupa,
relatif.
hubungan negatif juga terjadi antara inflasi
Perubahan C, tidak hanya karena perubah-
dengan konsumsi, dengan koefisien sebesar
an pendidikan, pendapatan, inflasi, pola kon-
-0,043 dan nilai signifkan 0,005 lebih kecil dari
sumsi (selera) melainkan juga karena kesadaran
alfa 0,050 (H9 terbukti).Temuan ini mem-
orang akan makin pentingnya faktor kesehatan.
perkuat teori bahwa inflasi cenderung mengu-
Nicholson pada tahun 2002 mengatakan bahwa
rangi pengeluaran konsumsi. Kecuali itu, bah-
hampir semua penelitian membuktikan bahwa
wa pendapatan mempunyai hubungan positif
orang yang memiliki pendapatan yang lebih
dengan pengeluaran konsumsi, dengan nilai
tinggi akan menikmati kesehatan yang lebih
koefisien sebesar 0,789 dan nilai signifikan 0,220
baik. Hal ini bermula dari kesadaran terhadap
lebih kecil dari alfa 0,050 (H10 terbukti). Ni Lu
pola hidup sehat, yang lebih cenderung dialami
Sili Antari (2008), dalam penelitian terhadap 80
oleh orang yang berpendidikan tinggi. Dengan
orang responden pekerja migran dan nonper-
demikian makin tinggi pendidikan tidak hanya
manen di Bali (Kabupaten Badung) menemu-
berimbas positif kepada kemampuan, produk-
kan bahwa pendapatan mempunyai hubungan
tivitas, dan pendapatan tetapi juga terhadap
positif dengan konsumsi untuk kedua kelom-
juga terjadi perubahan pemahaman tentang
pok masyarakat tersebut.
pola hidup sehat, melalui mengkonsumsi ma-
Hubungan positif dan signifikan ini sesuai
kanan/minuman bergizi, berolahraga, terma-
dengan teori yang disampaikan oleh J.M. Key-
suk bertamasya. Ini semua membutuhkan biaya
nes bahwa pendapatan dimanfaatkan untuk
yang tidak sedikit. Dengan demikian maka
kepentingan konsumsi dan tabungan (Mankiw,
dapat dikatakan bahwa orang yang berpen-
2003). Meningkatnya pendapatan dapat mem-
didikan tinggi dan berpendapatan tinggi relatif
perbesar/memperkecil konsumsi, dan mengu-
lebih sehat daripada orang yang berpendidikan
rangi/memperbesar tabungan (Y = C + S), di
rendah, dan pendapatan rendah.
mana Y adalah pendapatan, C adalah konsum-
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pen-
si, dan S adalah tabungan.
didikan, inflasi, dan pendapatan secara secara

Determinan Faktor Sosial (Sirilius Seran) 71


bersama-sama mempunyai hubungan yang kan bahwa nilai koefisien beta berstandar anta-
sangat kuat dan bersifat signifikan dengan ra pendidikan dengan PDRB sebesar 0,563 dan
konsumsi dengan nilai koefisien regresi (R) signifikan 0,029 sehingga hipotesis (H8 terbuk-
sebesar 0.983, sedangkan besarnya nilai kon- ti). Melalui mekanisme pasar maka, besarnya
tribusi (R²) dari ketiga macam variabel tersebut PDRB tersebut akan terdistribusi kembali kepa-
terhadap besarnya konsumsi sebesar 0,967, da penduduk.
mendekati 1.
Hubungan antara Pendidikan dan PDRB,
terhadap Pendapatan Perkapita. Hasil peneli-
tian memperlihatkan bahwa pendidikan formal
mempunyai hubungan positif dengan penda-
patan perkapita penduduk. Nilai koefisiennya
sebesar 0,576 dan signifikansi 0,021 (H7 terbuk-
ti). Temuan empiris ini menggambarkan bahwa
makin tinggi pendidikan makin tinggi kualitas
penduduk sehingga orang akan lebih cende-
rung mencari pekerjaan yang mengandalkan
kemampuan otak (brain) daripada otot. Jenis
pekerjaan semacam ini akan menghasilkan pro-
duktivitas yang tinggi sebagai dasar dalam
Gambar 9. Rata-rata Penghasilan/tahun di Ame-
penentuan upah/gaji. Karena itu tidak meng-
rika Menurut Pendidikan Tenaga
herankan jika penduduk yang berpendidikan Kerja ($000)
tinggi memiliki pendapatan yang lebih tinggi
dari yang berpendidikan rendah. Studi yang
dilakukan oleh Psacharopoulos, (1995:10-11) di Pendidikan dan PDRB secara simultan
Venezuela (1989), menemukan bahwa rata-rata mempunyai hubungan signifikan dengan
pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja pendapatan perkapita, dengan nilai koefisien
yang berpendidikan tinggi sebesar 178,297 regresi (R=0,684). Sedangkan kontribusi kedua
Bolivares/tahun, lebih tinggi dari yang berpen- variabel tersebut terhadap pendapatan perka-
didikan sekolah menengah: 106,337 Bolivares/ pita sebesar 47 persen. Pendidikan mempunyai
tahun sedangkan untuk yang tamat SD dan hubungan yang kuat dengan besarnya PDRB.
tidak tamat SD masing-masing pendapatannya Hasil penelitian menemukan bahwa nilai koefi-
sebesar: 69,452 dan 39,625 Bolivares/tahun. sien regresi sebesar 0,607 dengan nilai F hitung
Biro Pusat Statitik Amerika (Bureau of the Cen- sebesar 0,048 lebih kecil dari alfa 0,05. (H11
sus, (1994) menyampaikan bahwa rata-rata terbukti), sedangkan nilai koefisien determina-
penghasilan tenaga kerja di Amerika Serikat sinya sebesar 0,368.
untuk yang berpendidikan Doktor mencapai
US $ 54.904.0000/tahun, jauh lebih tinggi dari
tenaga kerja yang berpendidikan Magister, atau
Sarjana. Rata-rata penghasilan terendah diteri-
ma oleh tenaga kerja yang berpendidikan tidak
tamat SD sebesar US$ 12.809.000/tahun (Surya-
di, 1997) (Gambar 9). Besarnya Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), tergantung kepada
besarnya barang dan jasa yang dihasilkan oleh
penduduk. Karena itu penduduk/tenaga kerja
yang berkualitas akan menghasilkan PDRB
Gambar 10. Hubungan antara Variabel Pendi-
yang lebih tinggi. dikan (X1), PDRB (X5), terhadap
Hasil analisis penelitian ini menggambar- Variabel Pendapatan (X4)

72 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 62-78


Hubungan antara pendidikan, inflasi, kon- dikan tenaga kerja mengalami peningkatan
sumsi, pendapatan, dan PDRB terhadap per- maka pertumbuhan ekonomi akan bertambah
tumbuhan ekonomi. Berbagai penelitian mem- sebesar 1,161. Hubungan ini bersifat signifikan,
buktikan bahwa pendidikan (formal) mempu- dengan nilai sebesar 0,015 lebih kecil dari alfa
nyai korelasi positif dengan kualitas tenaga 0,05, sehingga hipotesis H-12 menjadi terbukti.
kerja dan produktivitas tenaga kerja. Makin Secara teori diketahui bahwa inflasi cende-
tinggi pendidikan makin tinggi kualitas dan rung mengurangi daya beli masyarakat, sehing-
produktivitas. Produktivitas diukur dari rasio ga tidak semua barang/output laku terjual di
antara banyaknya output barang dan jasa yang pasar, berarti terdapat over produksi. Keun-
dihasilkan dengan input sumberdaya yang di- tungan yang diperoleh perusahaan akan berku-
gunakan dalam berproduksi. Denison dalam rang, bahkan dapat mengalami kerugian. Da-
penelitiannya menemukan bahwa 23 persen lam kondisi ini maka perusahaan perusahaan
dari pertumbuhan output masyarakat Amerika akan melakukan rasionalisasi, dengan mengu-
antara tahun 1930-1960 dapat dijelaskan oleh rangi output yang diproduksi. Pengurangan
meningkatnya rata-rata tingkat pendidikan output dapat berpengaruh negatif terhadap
tenaga kerja (Suryadi, 1997). Penelitian serupa pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian ma-
juga menghasilkan bahwa kontribusi pendidik- ka inflasi mempunyai hubungan negatif de-
an terhadap pertumbuhan output masyarakat ngan pertumbuhan ekonomi, sama seperti yang
Amerika antara tahun 1950-1967 sebesar 15 per- ditemukan dalam penelitian ini. Nilai koefisien
sen. Adam Smith (1776), Heinrich Von Thunen beta terstandar -0,835 pada taraf signifikan
(1875), Schultz (1960), dan Becker (1993) menga- 0,041, sehingga hipotesis (H13) bahwa terdapat
takan bahwa sumberdaya manusia, melalui hubungan negatif signifikan antara inflasi de-
pendidikan menunjang pertumbuhan ekonomi ngan pertumbuhan ekonomi terbukti diterima.
(economic growth). Selanjutnya dijelaskan bahwa Hipotesis ini bertentangan dengan teori Jean
pengeluaran untuk sektor pendidikan harus Baptista Say (Todaro, 2003), yang dikenal de-
dipandang sebagai investasi produktif yang ngan sebutan Hukum Say, bahwa penawaran
sangat bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi. (Supply) akan menciptakan permintaannya
Kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan (Demand) sendiri atau S=D. Teori ini mengan-
ekonomi bervariasi untuk tiap-tiap negara se- daikan bahwa pendapatan akan dibelanjakan
perti nampak dalam Tabel 3. semuanya di pasar, sehingga semua barang
Penelitian ini memperoleh hasil serupa yang diproduksikan akan terserap oleh pasar.
bahwa pendidikan mempunyai hubungan Kenyataan menunjukkan bahwa pendapatan ti-
dengan pertumbuhan ekonomi, dengan nilai dak hanya dimanfaatkan untuk kepentingan
koefisien beta terstandart sebesar 1,161. Nilai konsumsi melainkan juga untuk tabungan
positif ini menggambarkan bahwa bila pendi- (Mankiw, 2003) Y = C + S. Y adalah pendapat-

Tabel 3. Kontribusi Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Perbandingan Antarnegara)

No Negara Persentase No. Negara Persentase


1 Kanada 25,5 11 Norwegia 7,0
2 Amerika Serikat 15,0 12 Inggris 12,0
3 Belgia 14,0 13 Uni Soviet 6,7
4 Denmark 4,0 14 Korea 16,5
5 Perancis 6,0 15 Jepang 3,3
6. Jerman Barat 2,0 16 Malaysia 14,7
7 Greek 3,0 17 Filipina 10,5
8 Israel 4,7 18 Ghana 23,2
9 Itali 7,0 19 Kenya 12,4
10 Belanda 5,0 20 Nigeria 16,0
Sumber: Psacharopoulos (1985), dalam Ace Suryadi, 1997

Determinan Faktor Sosial (Sirilius Seran) 73


an, C adalah konsumsi, dan S adalah tabungan. koefisien berstandar untuk masing-masingnya
Tabungan dapat membentuk akumulasi kapi- terhadap pertumbuhan ekonomi adalah 1,512
tal, yang amat penting bagi pembangunan untuk konsumsi, 12,217 untuk variabel penda-
(Todaro & Smith, 2003: 92). Tabungan dapat patan perkapita, dan 0,249 untuk variabel
mengurangi kemampuan untuk membeli ba- PDRB. Nilai signifikansi untuk ketiga variabel
rang, sehingga akan selalu terjadi di pasar bah- tersebut lebih kecil dari alfa 0,050 sehingga
wa S tidak akan sama dengan D. Hipotesis (H14, H15, dan H16) terbukti diteri-
Perteori diketahui bahwa pembentukan ma.
PDRB dapat berasal dari pendapatan dan pe- Kesimpulan yang sama juga diperolah
ngeluaran masyarakat. Dalam model pereko- ketika diuji serempak yaitu pendidikan, inflasi,
nomian tertutup, dikenal tiga macam rumah konsumsi, pendapatan dan PDRB mempunyai
tangga dalam perekonomian adalah: (1) rumah hubungan signifikan dengan pertumbuhan eko-
tangga produsen, (2) rumah tangga konsumen, nomi. Nilai koefisien regresi (R = 0,618) dan be-
dan (3) rumah tangga pemerintah. Aktivitas sarnya kontribusi variabel pendidikan, inflasi,
dari masing-masing rumah tangga perekono- konsumsi, pendapatan, dan PDRB sebesar 38
mian tersebut pada akhirnya akan memperoleh persen terhadap pertumbuhan ekonomi (X6).
balas jasa yang disebut sebagai pendapatan. Hubungan simultan ini bersifat signifikan 0,038
Besarnya pendapatan ini akan mempengaruhi lebih kecil dari alfa 0,050.
pengeluaran. Hubungan antara pendidikan, inflasi, pen-
dapatan, PDRB, Pertumbuhan ekonomi terha-
dap kemiskinan penduduk. Perteori diketahui
bahwa, pendidikan (formal) meningkatkan kua-
litas dan produktivitas. Produktivitas diukur
dari rasio antara barang dan jasa yang dipro-
duksikan dengan input (tenaga kerja) yang
disertakan dalam produksi. Makin banyak out-
put makin produktif. Besarnya output yang
diproduksikan oleh masing-masing sektor pro-
duktif disebut sebagai produk domestik regio-
nal bruto (PDRB). PDRB menjadi dasar dalam
Gambar 11. Hubungan antara variabel pendi- perhitungan pertumbuhan ekonomi, yang ber-
dikan (X1), inflasi (X2), konsumsi hubungan negatif dengan kemiskinan pendu-
(X3), pendapatan (X4), PDRB (X5), duk.
terhadap variabel pertumbuhan
ekonomi (X6)

Pengeluaran yang dilakukan oleh pro-


dusen disebut investasi, pengeluaran yang dila-
kukan oleh konsumen disebut konsumsi, dan
pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah
dapat dalam bentuk investasi dan atau kon-
sumsi. Pendapatan dan pengeluaran yang di-
peroleh dan dilakukan oleh ketiga macam
rumah tangga tersebut dapat membentuk
PDRB, yang pada akhirnya berpengaruh positif
Gambar 12. Hubungan antara variabel pendi-
terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini
dikan (X1), inflasi (X2), Pendapatan
membuktikan bahwa pendapatan, pengeluaran
(X4), PDRB(X5), dan variabel per-
dan besarnya PDRB, mempunyai hubungan tumbuhan ekonomi (X6) terhadap
positif dengan pertumbuhan ekonomi. Nilai kemiskinan penduduk (Y)

74 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 62-78


Makin tinggi pertumbuha
M p an ekonomi makin
m Inflasi m
mempunyai hubungan
h p
positif de-
mengu urangi angk ka kemiskinan pend duduk. nggan kemiskiinan, makin n tinggi infllasi makin
Penelittian ini mennemukan bah hwa variabeel pen- baanyak masyarakat misk kin. Walaup pun demi-
didikann, inflasi, pendapatan,
p PDRB, dan n per- kiaan berdasark kan data emmpiris diketahhui bahwa
tumbu uhan ekonomi secara simultan berhu- b huubungannya tidak selallu linear (Gambar 13),
bungan n sangat ku uat (R= 0,9886) dan sign nifikan tettapi masih ppositif.
dengan n kemiskinan n. Hal inilaah yang mengakibatkan nilai
Keelima variabbel ini memp punyai konttribusi kooefisien regreesi terstanda
ar hanya sebbesar 0,283
terhadap penurun nan angka keemiskinan pendu-
p tettapi signifik
kan antara inflasi
i denggan kemis-
duk seebesar 97 perrsen. Secara parsial, dikeetahui kiaan (H2 terbuukti diterimaa).
bahwaa masing-m masing dari kelima macam m
variabeel tersebut berhubunga
b an dengan kemis-
k
kinan penduduk.
p Pendidikan
P m
memiliki hu
ubung-
an neggatif dan signnifikan denggan nilai koeefisien
-0,571 terhadap keemiskinan penduduk, seehing-
ga hipootesis H1 yaaitu terdapatt hubungan nega-
tif dann signifikann antara pen ndidikan deengan
kemiskkinan dinyattakan terbuk kti diterima.
In
nflasi cenderrung mengu urangi dayaa beli
masyarrakat, mengurangi konssumsi dan menim-m
bulkann kelaparan yang padaa akhirnya meng- m
akibatkkan kemiskinan. Kemisk kinan adalah h sua-
Gaambar 14. H
Hubungan an
ntara Pertum
mbuhan de-
tu keaddaan yang seerba kekuran ngan dialammi oleh
ng
gan Kemiskiinan
sebagiaan pendudu uk, diukur daari jumlah pendu-
p
duk yaang berada di bawah garis g kemiskkinan.
Batasannnya adalah h sejumlah pendapatan
p t
terten-
Berbeda d dengan infla asi, pendapatan men-
tu yanng dihitung berdasarkaan tingkat peme- p
cerrminkan ten ntang kualiitas hidup seseorang.
nuhan kebutuhan fisik
f minimu um. Jumlah batas-
Mereka yang memiliki peendapatan yang y lebih
an penndapatan ini berbeda tiaap Negara baahkan
tinnggi dari baatas garis keemiskinan ak kan mem-
antar wilayah di dalam suaatu Negaraa juga
puunyai kemam mpuan yang g lebih untu uk meme-
berbedda (Tambuna an, 2003). Jik
ka jumlah penda-
p
nuuhi kebutuh han hidupny ya. Dengan demikian
patan yang
y dipero
oleh kurang dari batas penda-
p
maaka terjadi trrade off antarra pendapataan dengan
patan minimum maka seseeorang/kelo ompok
keemiskinan, m makin tingg gi pendapattan makin
masyarrakat tersebu ut tergolongg miskin.
meengurangi ju umlah pend duduk miskin n. Tambu-
naan, (2003) m menyebutkan n bahwa sttudi yang
dillakukan oleh Ravalltion n dan Chen,, (1997) di
677 negara seedang berkembang meenemukan
baahwa penurrunan kemisskinan ham mpir selalu
dib barengi den
ngan kenaika an rata-rata pendapat-
ann perkapita aatau standarr kehidupan. Kecende-
ru
ungan serupa juga ditem mukan dalaam peneli-
tiaan ini bahw wa pendapa atan mempu unyai hu-
buungan negaatif dengan n faktor keemiskinan,
deengan nilai k
koefisien regrresi terstand dar sebesar
0,6696, dan Sign
nifikan (H3 terbukti,
t diteerima).
Selanjutnyya Mills da an Pernia (11993) juga
Sumber: Statistik Indoneesia, tahun 2000--2010
meenemukan b bahwa kemisskinan di su uatu Nega-
ra akan semak kin rendah jikaj laju pertumbuhan
Gambaar 13. Hubunngan antara Inflasi
I dengaan Ke-
(PD DRB) ekono ominya pad da tahun-tah hun sebe-
miskin
nan

Determ
minan Faktorr Sosial (Sirilius Seran) 75
lumnya tinggi (Tambunan, 2003). Wodon pada http://www.adb.org/documents/
tahun 1999 menggunakan data panel regional periodicals/adr/pdf/Adr-Vol.24-
untuk kasus Bangladesh menunjukkan bahwa 2Agrawal.pdf. Diakses tanggal 23 De-
pertumbuhan ekonomi mengurangi tingkat sember 2011.
kemiskinan baik di daerah perkotaan maupun
Antari, Ni Luh. 2009. Pengaruh Pendapatan, Pendi-
di daerah pedesaan (Tambunan, 2003). Hasil
dikan, dan Remitan terhadap Pengeluaran Kon-
penelitian ini juga memperoleh yang sama, bah-
wa PDRB mempunyai hubungan negatif de- sumsi Pekerja Migran Nonpermanen di Kabupa-
ngan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi ter- ten Badung (Studi Kasus pada Dua Kecamatan
bukti mempunyai hubungan negatif dengan di Kabupaten Badung). http://ejurnal.unud.
kemiskinan dan terbukti signifikan, walaupun ac.id/new/indeks.p.html. Diakses tanggal
hubungannya tidak selalu linear (Gambar 13). 20 Agustus 2011.
Dengan demikin maka hipotesis 4 dan hipotesis Barro, Robert J. 2010. Education and Economic
5 terbukti signifikan. Growth, Harvard University. http://www.
oecd.org/dataoecd/5/49/1825455.pdf.
SIMPULAN Diakses tanggal 22 Desember 2011.
Berita Resmi Statistik-Badan Pusat Statistik. No.12
Pendidikan (formal) membuat orang menjadi /02/Th.XIV, 7 Februari 2011. Pertumbuhan
pintar, dan menguasasi teknologi sehingga Ekonomi Indonesia. http://dev. sapa.or.id/
meningkatkan produktivitas. Tenaga kerja yang download/1/profil kemiskinan. Diakses
memiliki produktivitas yang tinggi dapat mem- tanggal 3 Juni 2011.
peroleh pendapatan yang lebih tinggi dari Bachtiar, Syamsiar. 2000. Hubungan Karakteristik
mereka yang rendah produktivitas. Pendapatan Individu dan Produktivitas Wanita Pekerja di
berhubungan dengan konsumsi dan kemiskin- Provinsi Sulawesi Tenggara. Disertasi tidak
an. Dikatakan miskin jika jumlah pendapatan
Terbit. Program Pascasarjana Universitas
yang diperoleh tidak melebihi daripada keten-
Negeri Malang.
tuan garis batas kemiskinan. Kemiskinan juga
dapat dipantau dari tidak cukupnya pendapat- Black, Hair, Anderson, and Totham. 1998. Multi-
an untuk memenuhi kebutuhan konsumsi variate Data Analysis. Fifth Edition. Prentice-
rumah tangga. Pendapatan dapat digunakan Hall. International Inc.
untuk konsumsi, selain tabungan. Makin tinggi Basov, S. 2002. Heterogenous Human Capital: Life
pendapatan (ceteris paribus) makin tinggi daya Cycle Investment in Health and Education.
beli masyarakat, dan makin banyak output http://www.economics.unimelb.edu.an.
barang dan jasa yang laku terjual di pasar, se- Diakses tanggal 25 Juli 2011.
hingga keuntungan pengusaha meningkat.
Becker, G.S. 1993. A Treatise on the Family. Cam-
Keuntungan pengusaha dapat menambah in-
vestasi, membuka lapangan pekerjaan, berpe- bridge: Harvard University Press.
ngaruh terhadap pertumbuhan ekonomi yang Campbell, M.E and Haveman R., et al. 2008.
pada akhirnya dapat mengurangi penganggur- Income Inequality and Racial Gaps in Test
an dan kemiskinan. Hipotesis yang terurai Scores. http://www.sanford.duke/pdf. Di-
dalam penelitian ini, secara statistik terbukti akses tanggal 25 Desember 2011.
diterima secara nyata. Durkin Jr., T.T. 2000. Measuring Social Capital and
Its Economic Compact. http://www. CAHRS.
DAFTAR PUSTAKA com/socialcapital.html. Diakses tanggal 12
Desember 2011.
Pradeep, Agrawal. 2007. Economic Growth and Desi, Dwi dan Bastias. 2010. Analisis Pengaruh
Poverty Reduction: Evidence from Kazakhstan. Pengeluaran Pemerintah atas Pendidikan, Ke-
sehatan, dan Infrastruktur terhadap Pertum-

76 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 62-78


buhan Ekonomi Indonesia Periode 1969- 2009. Data Set. http://www.ideasrespec.org/
http://eprints.undip. ac.id/ 22810/ Diakses p/wbk/wbrwps/2927.htm. Diakses tanggal
tanggal 19 Desember 2011. 20 Desember 2011.
Eckel Cathering, and Cathleen Johnson. 2003. Kingdom Geeta Gandhi. 2002. Education of Women
Human Capital Investment by the Poor: Cali- and Socio Ecoonomic Development. http://
brating Policy with Laboratory Experiments. bahai-Library.com/kingdom_educationa_
Departement of Economics Virginia Poly- Women_ Development. Diakses tanggal 20
technic Institute and State University Desember 2011.
Blacksburg. http://www.VA 24060. 540- Helen F, Ladd. 2011. Education and Poverty: Con-
231-7707. eckelc.edu. Diakses tanggal 21 fronting the Evidence. http://sanford. duke.
Desember 2011. edu/research/papers.pdf/Diakses tanggal
Ehrenberg Ronald. G and Robert S. Smith. 2003. 21 Desember 2011.
Modern Labor Economics-Theory and Public Mankiw, Gregory N. 2003. Teori Makroekonomi -
Policy-Eighth Edition. New York: Electronic Edisi Kelima (Terjemahan). Jakarta: Erlang-
Publishing Service Inc.. ga.
Fiyya, Setiyaningrum. 2005. Hubungan Tingkat Mitch David. 2010. Education and Economi Growth
Pendidikan Ibu dan Status Ekonomi Keluarga in Historical Prespective. University of Mary-
dengan Pertumbuhan Anak, umur 2-5 tahun di land Baltimore Country. http:// www.
Wilayah Kerja Puskesmas Bangetayu Keca- encyclopedia/article/mitch.educatio. Diak-
matan Genuk Kota Semarang. Diakses tanggal ses tanggal 23 Desember 2011.
20 Desember 2011. Mubyarto. 2003. Teori Investasi dan Pertumbuhan
Gatswacth. 2003. Take Education Out of Gats. Ekonomi dalam Ekonomi Pancasila. Th.II- No.4
http://www.gatswatch.org/ Juli, 2003 http://www.ekonomi rakyat.org/
educationoutgats/statement.html. Diakses edisi_16/ar. Diakses tanggal 20 Juli 2011.
tanggal 21 Desember 2011 Nafziger, Wayne E. 1997. The Economics of Deve-
Gylfi, & Tholfodur Gylfason. 2003. Education, loping Countries. Edition third. New Jersey:
Social Equality and Economic Growth: A view Prentice-Hall International, Inc.
of the Landscape. http://cesifo. Oxfordjour Nicholson, Walter. 2002. Mikroekonomi Interme-
nals.org/content/49/4/557/. Diakses tang- diate dan Aplikasinya-Edisi ke delapan (ter-
gal 20 Desember 2011. jemahan). Jakarta: Erlangga.
Hanushele, Eric A., et al. 2008. Education and Norton, W. 2002. Economic Growth and Poverty:
Economic Growth. http://www. education Insearch of Trickledown. http://www.
ext.org/educationandeconomicgrowth/. questia.com/google. Diakses tanggal 19
Diakses tanggal 23 Desember 2011. Desember 2011.
International Istitute for Applied System Nurkolis. 2002. Pendidikan Sebagai Investasi Jangka
Schlossplatz. 2008. Economic Growth in Panjang. http://re-searchengines.com/
Developing Countries: Education Proves nurkolis5.html. Diakses tanggal 22 Sep-
Key. http://www.iiasa.ac.at. Diakses tang- tember 2011.
gal 23 Desember 2011.
Oyekate T.O. 2011. Income Redistribution Growth
Ismail, Rahma. 1998. Sumbangan Pendidikan Kepada and Poverty Dynamic during the Period of
Pertumbuhan Ekonomi Malaysia, 1970-1996 Economic Reform Nigeria. http://www.
http://journalarticle.ukm.my/ 133. Diakses inpindia.In/411/. Diakses tanggal 20 De-
tanggal 20 Desember 2011. sember 2011.
Jr.H Richard Adams. 2003. Economic Growth, Panu Poutvaara. 2005. Social Security Inventives,
Inequality, and Poverty: Findings from a new Human Capital Investment and Mobility of

Determinan Faktor Sosial (Sirilius Seran) 77


Labor. Centre for Economic and Business com/pendidikan/ekonomi-pendidikan/.
Research, Cesifo and IZA. 20 January 2005. Diakses tanggal 8 September 2011.
Psacharapoulos, G. 1993. The Profitability of In- Tambunan, T.T.H. 2003. Perekonomian Indonesia -
vestment in Education: Concept and methods. Beberapa Masalah Penting. Jakarta: Ghalia
http://www.Socserv2.SocSci.Mcmaster. Indonesia.
ca/. Diakses, tanggal 19 Agustus 2011. Tambunan T.T.H. 2004. Pertumbuhan Ekonomi
Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2009. dan Pengurangan Kemiskinan: Kasus Indo-
http://tnp2k.wapresri.go.id/data/profil- nesia. Jurnal: Kajian Ekonomi Vol.3 No. 2.
kemiskinan-indonesia.html. Diakses tanggal Palembang. Program Studi Ilmu Ekonomi
7 Juni 2011. Program Pascarjana Universitas Sriwijaya.
Ranis, Gustav. 2004. Human Development and Todaro, M. P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia
Economi Growth. Yale University. http:// Ketiga (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
www.econ.yale.edu/growth_pdf/Diakses Woesman Ludger and Jamison, et al. 2011. Educa-
tanggal 21 Desember 2011. tion and Economic Growth. http://
Robins, Stephen P. 1990. Organizational Behavior education-ext.org/education and Econo mic
Concepts. Controversies and Application (Four Growth. Diakses tanggal 20 September 2011.
edition). India New Delhi: Prentice Hall. Soto Marcelo and Daniel Cohon. 2007. Economic
Schultz, T.W. 1981. Investing in People: The Eco- Growth and Human Capital: Good Data, Good
nomic of Population Quality. Amerika Serikat: Results. Volume 12 Issue 1. http:// ideas.
University of California Press. repec.org/s/kap/Jecgro.htm. Diakses tang-
Sjamtjik, M.L. 2003. Pengaruh Pendidikan ter- gal 20 September 2011.
hadap Penghasilan Tenaga Kerja di Kota Jaypee Sevila and David, et al. 2003. Geography and
Palembang. Kajian Ekonomi-Jurnal Penelitian Poverty Trap. Volume 8 Issue 4. http://
Bidang Ekonomi. Vol.2 Nomor 1. Palembang. ideas.repec.org/s/Kap/jecgro.htm. Diakses
Program Studi Ilmu Ekonomi-Pascasarjana tanggal 20 September 2011.
Universitas Sriwijaya. Gugerty Kay Mary and Michael Roemer. 1997.
Solow, Roberth M..2003. Poverty and Economic Does Economic Growth Reduce Poverty?
Growth. http://www.irp.wis.edu/publica http://pdf.usaid.gou/pdf_.docs/PNACA6
tion/focus/pdf. Diakses tanggal 20 Desem- 56. pdf. Diakses tanggal 20 September 2011.
ber 2011. Jongwanich Juthatpit. 2007. Workers Remittance
Stamatakis, D & P.E. Petrakis. 2001. Growth and Economic Growth and Poverty in Developing
Educational Levels: a Comparative Analysis. Asia and the Pacific Countries. http:// www.
http://www.scribd.com/doc/60782262/. unescap.org/pdd/publications/workingpa
Diakses tanggal 20 Desember 2011. per/wp0701/pdf. Diakses tanggal 20 Sep-
Suryadi, A. 1997. Pendidikan,Investasi SDM dan tember 2011.
Pembangunan. Jakarta: Pusat Informatika Weale Martin and Philip Stevens. 2003. Education
Balitbang DIKBUD . and Economic Growth. National Institute of
Suharsaputra, Uhar. 2003. Nilai Ekonomi dari Economic and and Social Reaech, 2, Dean
Pendidikan. http://uharsaputra.wordpress. Trenc Stree, London SWIP 3HE. Diakses
tanggal 20 September 2011.

78 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 62-78

Anda mungkin juga menyukai