Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

PHANEROGAMAE A

MATERI 6 TEKNIK PEMBUATAN HERBARIUM

DOSEN PENGAMPUH MATA KULIAH :


Prof. Dr. Arijani, MS
Dr. Femmy R. Kawuwung, M.Si

DISUSUN OLEH :
Camel G. Mundaeng
(19 507 011)
Semester 5

JURUSAN BIOLOGI
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, yang telah
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah
ini. Karena cinta dan kasih-Nyalah Ia telah mengaruniakan saya berbagai hikmat
pengetahuan serta talenta yang luar biasa sehingga Makalah ini dapat selesai dengan
baik.

Makalah ini berisikan tentang materi mengenai Phanerogamae. Dengan adanya


Makalah ini, saya berharap kita semua dapat lebih memahami tentang
Phanerogamae, khususnya Teknik Pembuatan Herbarium.

Semoga dengan membaca dan memahami isi dari Makalah ini pembaca dapat
memberikan wawasan yang lebih luas lagi kepada orang-orang yang ada disekitar
kita, mengenai Teknik Pembuatan Herbarium.

Dalam pembuatan Makalah ini mungkin masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, oleh karena itu saya berharap pembaca dapat memberikan kritikan dan
saran yang membangun dalam melengkapi kekurangan dalam penulisan Makalah
ini. Disampaikan terimakasih juga kepada semua pihak yang ikut ambil bagian
dalam pembuatan Makalah ini.

Semoga Makalah ini bermanfaat bagi kita sekalian.

Bitung, 31 Oktober 2021

Camel G. Mundaeng,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................. 1
1.3 Rumusan Masalah .............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3


2.1 Pengertian Herbarium ........................................................................ 3
2.2 Fungsi Herbarium ............................................................................... 4
2.3 Cara Pengkoleksian Tumbuhan .......................................................... 5
2.4 Pembuatan Spesimen Herbarium ....................................................... 11
2.5 Definisi Klasifikasi ............................................................................. 13
2.6 Tujuan Klasifikasi .............................................................................. 17
2.7 Sejarah Klasifikasi.............................................................................. 17
2.8 Macam – macam Klasifikasi .............................................................. 31

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 33


3.1 Kesimpulan......................................................................................... 33
3.2 Saran ................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Herbarium adalah kumpulan tumbuhan kering yang dipres dan ditempelkan
pada lembaran kertas, biasanya kertas manila yang menghasilkan suatu label dan
data yang rinci serta disimpan dalam rak-rak atau lemari besi dalam urutan menurut
aturan dimana herbarium itu disimpan. Herbarium sangat penting untuk digunakan
dalam pekerjaan taksonomi.
Pembuatan herbarium merupakan suatu aktifitas pengawetan tanaman untuk
keperluan penelitian lebih lanjut. Fungsi dari herbarium adalah membantu
identifikasi tumbuhan lainnya yang sekiranya memiliki persamaan cirri-ciri
morfologinya. Dengan kata lain, herbarium merupakan tumbuhan yang diawetkan
yang nantinya dapat dijadikan perbandingan dengan tumbuhan yang akan
diidentifikasi.
Herbarium memiliki dua jenis yang cukup dikenal yaitu herbarium basah dan
herbarium kering. Herbarium basah merupakan awetan dari suatu hasil eksplorasi
yang sudah diidentifikasi dan ditanam bukan lagi di habitat aslinya. Sedangkan
herbarium kering adalah awetan yang dibuat dengan cara pengeringan, namun tetap
terlihat cirri-ciri morfologinya sehingga masih bisa diamati dan dijadikan
perbandingan pada saat determinasi selanjutnya.
Berdasarkan uraian di atas, Makalah ini akan memberikan Penjelasan
mengenai Teknik Pembuatan Herbarium yang dapat digunakan sebagai bahan
Pembelajaran.

1.2 Tujuan
Tujuan dari Pembuatan Makalah Phanerogamae ini adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi Persyaratan tugas dalam Mata Kuliah Phanerogamae A
2. Untuk mengetahui pengertian herbarium.
3. Untuk mengetahui tujuan pembuatan herbarium.
4. Untuk mengetahui cara pengkoleksian tumbuhan.
5. Untuk mengetahui proses pembuatan herbarium.
6. Untuk mengetahui pengertian klasifikasi.
7. Untuk mengetahui tujuan klasifikasi.

1
8. Untuk mengetahui sejarah klasifikasi.
9. Untuk mengetahui macam –macam klasifikasi.

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan Masalah yang diangkat dalam Makalah Phanerogamae ini adalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan herbarium?
2. Apa tujuan pembuatan herbarium?
3. Bagaimana cara pengkoleksian tumbuhan ?
4. Bagaimana proses pembuatan herbarium?
5. Apa yang dimaksud dengan klasifikasi?
6. Apa tujuan klasifikasi ?
7. Bagaimana sejarah klasifikasi ?
8. Apa saja macam-macam klasifikasi ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HERBARIUM


Herbarium berasal dari kata ―hortus dan botanicus‖, artinya kebun
botani yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah
koleksi spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim
klasifikasi.
Herbarium merupakan karya referensi tiga dimensi, herbarium bukan
hanya untuk mendefinisikan suatu pohon, namun segala sesuatu dari pohon.
Mereka memegang bagian yang sebenarnya dari bagian mereka itu. Nama
latin untuk koleksi ini ataupun Herbarium adalah Siccus Hortus, yang secara
harfiah berarti taman kering, dan setiap specimen menekan yang terpasang
pada selembar kertas yang diulisi dengan apa tanaman yang dikumpulkan itu,
kapan dan dimana ditemukannya. Dikutip dalam
(https://muizabdulaziz.wordpress.com/)
Herbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh
Turnefor (1700) untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca
Ghini (1490-1550) seorang Professor Botani di Universitas Bologna, Italia
adalah orang pertama yang mengeringkan tumbuhan di bawah tekanan dan
melekatkannya di atas kertas serta mencatatnya sebagai koleksi ilmiah
(Ramadhanil, 2003).
Herbarium dibuat dari spesimen yang telah dewasa, tidak terserang
hama, penyakit atau kerusakan fisik lain. Tumbuhan berhabitus pohon dan
semak disertakan ujung batang, daun, bunga dan buah, sedang tumbuhan
berbentuk herba disertakan seluruh habitus. Herbarium kering digunakan
untuk spesimen yang mudah dikeringkan, misalnya daun, batang, bunga dan
akar, sedangkan herbarium basah digunakan untuk spesimen yang berair dan
lembek, misalnya buah (Setyawan dkk, 2005).

3
2.2 FUNGSI HERBARIUM
• Mengkoleksi spesimen herbarium seluruh jenis tumbuhan yang
dijumpai dan membuat koleksi herbarium.
• Mendeskripsikan seluruh jenis tumbuhan yang dijumpai.
• Mengidentifikasi seluruh jenis tumbuhan yang dijumpai.
• Menyusun kunci identifikasi seluruh jenis tumbuhan yang dijumpai

1) Manfaat Herbarium
Herbarium dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk
mentakrifkan takson tumbuhan, ia mempunyai holotype untuk tumbuhan
tersebut. Herbarium juga dapat digunakan sebagai bahan penelitian untuk
para ahli bunga atau ahli taksonomi, untuk mendukung studi ilmiah
lainnya seperti survey ekologi, studi fitokimia, penghitungan kromosom,
melakukan analisa perbandingan biologi dan berperan dalam mengungkap
kajian evolusi. Kebermanfaatan herbarium yang sangat besar ini menuntut
perawatan dan pengelolaan spesimen harus dilakukan dengan baik dan
benar (Setyawan dkk, 2005).
Herbarium basah, setelah material herbarium diberi label gantung
dan dirapikan, kemudian dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Satu
lipatan kertas koran untuk satu spesimen. Tidak benar digabungkan
beberapa spesimen di dalam satu lipatan kertas. Selanjutnya, lipatan kertas
koran berisi material herbarium tersebut ditumpuk satu diatas lainnya.
Tebal tumpukan disesuaikan dengan dengan daya muat kantong plastik (40
× 60) yang akan digunakan. Tumpukkan tersebut dimasukkan ke dalam
kantong plastik dan disiram alcohol 70 % atau spiritus hingga seluruh
bagian tumbukan tersiram secara merata, kemudian kantong plastik
ditutup rapat dengan isolatip atau hekter supaya alcohol atau spiritus tidak
menguap keluar dari kantong plastik (Onrizal, 2005).
Herbarium kering, cara kering menggunakan tiga macam proses
yaitu pengeringan langsung, yakni tumpukan material herbarium yang
tidak terlalu tebal di pres di dalam sasak, untuk mendpatkan hasil yng
optimum sebaiknya di pres dalam waktu dua minggu kemudian
dikeringkan diatas tungku pengeringan dengan panas yang diatur di dalam
oven.

4
Pengeringan harus segera dilakukan karena jika terlambat akan
mengakibatkan material herbarium rontok daunnya dan cepat menjadi
busuk. Pengeringan bertahap, yakni material herbarium dicelup terlebih
dahulu di dalam air mendidih selama 3 menit, kemudian dirapikan lalu
dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Selanjutnya, ditempuk dan
dipres, dijemur atau dikeringkan di atas tungku pengeringan. Selama
proses pengeringan material herbarium itu harus sering diperiksa dan
diupayakan agar pengeringan nya merata. Setelah kering, material
herbarium dirapikan kembali dan kertas koran bekas pengeringan tadi
diganti dengan kertas baru. Kemudian material herbarium dapat dikemas
untuk diidentifikasi (Onrizal, 2005).

2.3 CARA PENGKOLEKSIAN TUMBUHAN


Cara mengoleksi pohon-pohon yang tinggi, liana dan epifit yakni
dengan mengumpulkan apa saja yang dimiliki oleh tanaman tersebut yang
diseleksi tanpa merusak tanaman tersebut. Pada pengoleksian idealnya
harus berisi semua bagian tanaman seperti akar, batang, daun, buah, biji
dan sebagainya.
Dalam pengumpulan tumbuhan dilapangan harus memperhatikan
hal-hal berikut: Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek
penting dalam praktek pembuatan herbarium. Spesimen herbarium yang
baik harus memberikan informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut
kepada para peneliti. Dengan kata lain, suatu koleksi tumbuhan harus
mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan harus ada keterangan yang
memberikan seluruh informasi yang tidak nampak pada spesimen
herbarium. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengkoleksi tumbuhan
antara lain:
a. Perlengkapan
Beberapa perlengkapan yang diperlukan untuk mengkoleksi
tumbuhan di lapangan antara lain: gunting tanaman, buku catatan, label,
pensil, lensa tangan, Koran bekas, penekan/penghimpit, tali pengikat,
vasculum, kantong plastik, alkohol, kantong kertas (untuk cryptogamae,
buah dan biji), peta, kamera dan sebagainya. b. Apa yang dikoleksi:

5
1. Tumbuhan kecil harus dikoleksi seluruh organnya
2. Tumbuhan besar atau pohon, dikoleksi sebagian cabangnya dengan
panjang 30-40 cm yang mempunyai organ lengkap: daun (minimal
punya 3 daun untuk melihat phylotaksis), bunga dan buah, diambil
dari satu tumbuhan. Untuk pohon yang sangat tinggi, pengambilan
organ generatifnya bisa dilakukan dengan galah, ketapel atau
menggunakan hewan, misalnya beruk.
3. Untuk pohon atau perdu kadang-kadang penting untuk
mengkoleksi kuncup (daun baru) karena kadang-kadang stipulanya
mudah gugur dan brakhtea sering ditemukan hanya pada bagian-
bagian yang muda.
4. Tumbuhan herba dikoleksi seluruh organnya kecuali untuk herba
besar seperti Araceae.
5. Koleksi tumbuhan hidup; dianjurkan untuk ditanam di kebun
botani dan rumah kaca. Contoh:
o Epifit, anggrekà akarnya dibungkus dengan lumut,
akar-akar paku, serat kelapa o Biji-biji tumbuhan air
disimpan dalam air o Biji-biji kapsul kering jangan diambil
dari kapsulnya.
c. Catatan lapangan
Catatan lapangan segera dibuat setelah mengkoleksi tumbuhan,
berisi keteranganketerangan tentang ciri-ciri tumbuhan tersebut yang
tidak terlihat setelah spesimen kering. Beberapa keterangan yang
harus dicantumkan antara lain: lokasi, habitat, habit, warna (bunga,
buah), bau, eksudat, pollinator (kalau ada), pemanfaatan secara lokal,
nama daerah dan sebagainya.
d. Pengeringan spesimen
Setelah dilabel (etiket gantung) koleksi dimasukkan ke dalam
lipatan kertas koran à dimasukkan ke kantong plastik à disiram dengan
alkohol 70 % hingga basahà dikeringkan. Pengeringan dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu: panas matahari, menggunakan
kayu bakar, arang dan dengan listrik.

6
e. Proses pengeringan:
5-10 spesimen diapit dengan penekan atau sasak ukuran 45 x 35 cm.
Untuk specimen yang banyak, bisa digunakan karton atau
aluminium berombak/beralur untuk mengapit specimen sehingga
tidak perlu mengganti-ganti kertas Koran, diletakkan vertikal.
Buah-buah besar dipisah, dimasukkan ke dalam kantong, beri label
dan keringkan terpisah.
Tumbuhan yang sangat lunak dimasukkan ke dalam air mendidih
beberapa menit untuk membunuh jaringan dan mempercepat
pengeringan.
Dibalik-balik secara teratur, kertas diganti beberapa kali terutama
hari pertama, kalau specimen sudah kaku lebih ditekan lagi \
1,5-2 hari specimen akan kering
f. Pembuatan herbarium
1. Mounting
Spesimen yang sudah kering dijahit atau dilem di atas kertas
karton
Gunakan kertas yang kuat atau tidak cepat rusak dan kaku,
ukuran 29 x 43 cm
Untuk tumbuhan Palmae atau tumbuhan lain yang organnya
besar, 1 spesimen dimounting pada beberapa lembar kertas.
2. Labeling
Label yang berisi keterangan-keterangan tentang tumbuhan
tersebut diletakkan di sudut kiri bawah atau sudut kanan bawah
Spesimen dipisahkan sesuai dengan kelompoknya kemudian
diidentifikasi
Dianjurkan membuat lembar label kosong untuk kemungkinan
perubahan nama.
Buku catatan di lapangan digunakan untuk mengisi label yang
digunakan pada specimen herbarium meliputi :
1. Nomor koleksi
2. Nomor specimen
3. Suku
4. Lokasi
5. Ketinggian

7
6. Tanggal
7. Habitat : meliputi topografi, tanah, air, dan tipe vegetasi.
8. Nama daerah 3. Pengasapan dan peracunan (Fumigasi)
Sebelum memasukkan spesimen ke herbarium terlebih dahulu
harus diasap dengan carbon bisulfida dalam ruangan tertentu.
Metode lain dapat dilakukan dengan menambahkan kristal
paradiklorobenzen. Umumnya herbariumherbarium melakukan
fumigasi dengan interval 1, 2, 3 tahun. Umumnya spesimen
disusun ke dalam kotak atau lemari khusus berdasarkan
alphabet .
Contoh Koleksi Tumbuhan Palmae
1. Kesulitan yang dihadapi dalam mengoleksi tumbuhan
palmae
a) Ukurannya besar Palmae memiliki ukuran yang besar
sehingga tidak dapat dikoleksi secara utuh.Hanya
jenis-jenis palmae ukuran kecil yang dapat dikoleksi
secara utuh.
b) Memerlukan jangka waktu yang lama Kolek si
tanaman palmae memerlukan waktu yang lama, sebab
umbuhan ini perkembangan alat reproduksinya
lama, sehingga dalam mengambil tahap-
tahap reproduksinya memerlukan waktu yang lama.
c) Sebagian berumah dua Sebagian palmae berumah dua
sehingga kia memerlukan dua individu yaitu tumbuhan
jantan dan tumbuhan betina.
d) Kadang memerlukan perijinan Kadang-kadang palem
liar yang akan kita koleksi mempunyai nilai ekonomi
bagi penduduk, sehingga perlu ijin atau perlu
pembayaran.
e) Perlu pemotretan Karena keterbatasan waktu untuk
mengambil koleksi, sehingga perlu
pemotretanpemotretan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pemotretan : 1. Soliter atau kluster
2. Bunga tegak atau menggantung
3. Bersihkan vegetasi sekitar (kalau perlu)

8
4. Untuk tumbuhan yang berumah dua perlu diambil
tumbuhan jantan dan betina.
5. Perlu gambar-gambar dengan lensa close up
(mahkot kecil, permukaan batang, dan lain-lain.
2. Bagian-bagian yang akan dijadikn herbarium
a) Daun menyirip : ujung daun, rakhis, dan jarak rakhis
(dicatat).
b) Daun palma atau Costopalma keseluruhan daun yang
berbentuk kipas:
– Kecil (seluruhnya)
– Besar (separuh dapat dibuang)
– Sebagian yang menghubungkan helaian daun dan
tangkai daun dibuat beberapa daun.
c) Batang
– Palem yang tidak terlalu besar (separuh batang tua)
– Besar (buat potongan melintang) perhatikan ada
tidaknya duri, bekas-bekas melekatnya daun dan
lainnya.
d) Rangkaian bunga
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
– Aksis rangkaian bunga msih utuh
– Bunga masih utuh dengan cabang lateral
– Rangkaian bunga
e) Braktea Braktea perlu dikoleksi secara utuh
f) Bunga Karena bunga jantan mudah luruh maka perlu
dimasukkan ke amplop. Perlu juga dicatat mengenai
distribusi bunga secara keseluruhan, possisi rachis
terhadap keseluruhan bunga. Bunga yang masih
melekat perlu diawetkan.
g) Buah dan biji Sebagian diawetkan basah sebagian
diawetkan kering
h) Kecambah Koleksi satu seri stadium perkembangan

9
CARA KOLEKSI TANAMAN PISANG
Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. Catat data-data lingkungan ( tempat dan lain-lain)
2. Batang semu : warna, lapisan lilin, tinggi, dan diameter.
3. Daun : tegak/menyebar, panjang/lebar, warna, lapisan lilin pada tangkai
daun, dan tepi tangkai daun.
4. Tandan buah : tegak/menggantung, jarak sisir yang satu dengan yang
lain, dan jumlah. 5. Buah : melengkung ke atas atau melengkung ke
bawah, panjang, diameter, warna sebelum dan sesudah masak.
Rakhis : batang dari tandan buah di bagian terminal memanjang sesudah
buahbuah terbentuk.
Jantung pisang : bentuk dan warna 8. Braktea : posisi, warna permukaan
9. Bunga 10. Foto tumbuhan keseluruhan

CARA KOLEKSI TUMBUHAN PAKU


1. Ambil tumbuhan fertile
2. Bila ukuran kecil ambil seluruhnya
3. Bila besar:
– Tangkai bagian basal tumbuhan termasuk batang, tempat melekatnya
dan bagian ujung
– Lamina (bika besar ambil bawah, tengah, ujung)
– Sisik dari tangkai ental yang mudah lepas perlu dijaga.
4. Apabila sori hanya muncul pada satu bagian daun ental sebaiknya
seluruhnya diambil 5. Apabila spora dihasilkan oleh ental berbeda, ental
fertile dan steril diambil. Yang umum diperhatikan adalah :
– Batang/rimpang : ukuran, bentuk, permukaan, susunan berkas
pengangkut
– Tangkai : susunan berkas pengangkut, permukaan
– Ental : bentuk seluruhnya, tepi dan vena, sori, letak, bentuk,
susunan

10
2.4 PEMBUATAN SPESIMEN HERBARIUM
Berikut adalah langkah-langkah membuat herbarium :
1. Pilih tanaman yang akan anda gunakan sebagai spesimen. Saat memilih
jenis tanaman, sebaiknya perhatikan kadar air dan kelengkapan bagian
dari tanaman. Tanaman dengan kadar air yang cukup tinggi, akan
mempengaruhi lama waktu pengepresan, sehingga meningkatkan
resiko pembusukan / berjamur apabila proses tidak dilakukan dengan
benar. Selain itu, pastikan tanaman tersebut sehat. Lampirkan label
yang berisikan nama tanaman, tanggal, dan lokasi pengambilan. Hindari
mengumpulkan bahan dalam cuaca basah.
2. Perhatikan kebersihan dari tanaman, apabila terdapat banyak kotoran,
dapat dicuci pada air mengalir dengan kecepatan rendah (jangan sampai
ada bagian yang patah), namun apabila hanya terdapat sedikit kotoran,
tanaman tidak perlu dilakukan proses pencucian, hanya dilap dengan
tissue bersih.
3. Semprot tiap bagian tanaman menggunakan alkohol 70%, pastikan
penyemprotan sudah merata.
4. Selanjutnya susun tanaman diatas kertas merang / kertas roti. Saat
menyusun, perhatikan agar tidak ada bagian tanaman yang terlipat.
Dalam menyusun tanaman pada proses ini, pada bagian daun, arah
permukaan daun sebaiknya bersilangan. Ada yang permukaan atas, dan
ada yang permukaan bawah. Hal tersebut dilakukan untuk
mempermudah proses pengamatan herbarium ketika sudah kering.
Apabila tanaman sulit diatur, anda dapat melakukan sedikit proses
penjahitan pada beberapa bagian tertentu (batang, tangkai daun, dsb)
agar tanaman bisa tetap rapi saat proses pengeringan.
5. Apabila terdapat bagian yang memiliki kadar air lebih tinggi, seperti
buah, biji, dan bunga, maka proses pengeringan akan sedikit berbeda.
Pada pengeringan biji, mulamula buat kantong dari kertas kemudian
masukkan biji kedalamnya, dan tutup bagian atas kantong dengan
isolasi/lem. Untuk bunga, dibagian atas kertas merang / kertas roti,
lapisi kembali dengan beberapa lembar tissue. Hal tersebut bertujuan
agar kadar air lebih dapat terserap. Kemudian untuk buah, apabila buah
memiliki daging / lapisan yang cukup tebal, maka sebaiknya buah

11
dibelah terlebih dahulu menjadi 2 bagian, kemudian dilakukan prosedur
yang sama seperti bunga.
6. Selanjutnya setelah melakukan proses nomor 4 dan 5, tutup tanaman
dengan kertas merang/ kertas roti kembali. Taruh didalam alat
pengepres yang memiliki ventilasi udara. Jangan lupa untuk menuliskan
label yang berisikan tanggal dimulainya proses pengeringan /
pengepresan. Pengepresan sebaiknya dilakukan menggunakan alat
pengepres kayu, kemudian berikan beban diatasnya.
7. Diamkan sekitar 4-6 minggu didalam ruangan dengan suhu dan
kelembaban yang stabil (kering). Tiap satu minggu sekali, dapat
dilakukan pengecekan, apabila kertas pengepresan dirasa lembab, dapa
dilakukan proses penggantian.
8. Setelah kering, dapat dilakukan penataan pada kertas spesimen. Perlu
diperhatikan dalam penataan pada kertas spesimen, tanaman kering
sebaiknya ditempelkan dengan cara dijahit dengan tujuan untuk
meningkatkan estetika. Kelengkapan tanaman, jenis tanaman, dan
kerapihan adalah kunci utama dalam penilaian herbarium. Jangan lupa
untuk menempelkan label yang sudah disiapkan, serta deskripsi pada
tiap bagian tanaman. Label harus menyertakan nama tanaman dan
penulis, keluarga tanaman, deskripsi, lokasi, tanggal, kolektor dan
rincian lainnya yang relevan. Label harus ditempatkan di pojok kanan
bawah.
9. Bingkai dengan papan kayu dan hias sesuai tema yang diinginkan.
10. Jangan lupa untuk mendokumentasikan tiap tahapan yang anda lakukan.

A. HAL YANG DIPERHATIKAN DALAM MEMBUAT HERBARIUM


1. PENGUMPULAN
o Pengumpulan tanaman dilakukan dengan melakukan eksplorasi di
lapangan. o masukan tumbuhan kedalam halaman sebuah buku
yang tebal.
o Ambilah terutama dari bagian tumbuhan yang berbunga atau
malahan yang berbuah.
o Buatlah sedikitnya 2 sampel yang lengkap dari tiap jenis.

12
o Bagian dari tumbuhan yang besar sedikitnya panjangnya 30-40 cm
dan sedikitnya harus ada satu daun dan satu inflorescencia (susunan
bunga) yang lengkap, kecuali kalau bagiannya yang khusus masih
terlalu besar.
o Sediakan buku untuk mencatat kehususan seperti : warna, bau,
bagian dalam tanah, tinggi tempat dari permukaan laut, tempat,
banyaknya tanaman tersebut.

2. Cara mengeringkan o Tumbuhan diatur diatas kertas kasar dan kering,


yang tidak mengkilat, misalkan kertas Koran
o Letakan diantara beberapa halaman yang dobel dan sertakan dalam
setiap jenis catatan yang dibuat untuk tanaman tersebut
o Juga biasanya digunakan etiket gantung yang diikatkan pada bahan
tumbuhtumbuhan, yang berhubungan dengan buku catatan
lapangan
o Tumbuh-tumbuhan yang berdaging tebal, direndam beberapa detik
dalam air yang mendidih. Lalu tekanlah secara perlahan-lahan
o Gantilah untuk beberapa hari kertas pengering tersebut.
o Ditempat yang kelembabannya sangat tinggi, dapat dijemur
dibawah sinar mata hari atau didekatkan di dekat api (diutamakan
dari arang).
o Tanaman dikatakan kering kalau dirasakan tidak dingin lagi dan
juga terasa kaku.
Diusahakan bahwa seluruh sample terus-menerus dalam keadaan
kering.
o Makin cepat tanaman mengering, maka makin baik warna itu yang
didapat.

3. Pengawetan o Tanaman yang dikeringkan selalu bersifat hygroscopis,


akan mudah sekali terserang jamur
o Usahakanlah penyimpanan herbarium di tempat kering dan
jemurlah koleksi tersebut sekali-kali dibawah sinar matahari
o Terhadap serangan serangga, yang juga memakan tumbuh-
tumbuhan yang sangat kering, dapat dipakai bubukan belerang,

13
naphtaline, atau yang lebih baik dapat digunakan
paradichloorbenzol

4. Pembuatan herbarium /penyelesaian o Tempel herbarium pada kertas


o Tempelkan nama pada kertas o Tuliskan diatas kertas herbarium data
mengenai tanggal, tempat ditemukan, tempat mereka tumbuh, nama
penemu, catatan khusus, nama familia dan nama spesies.
Contoh:
Bahan : Rumput Setaria (Setaria anceps) dan Gamal (Glirisida sepium),
Selotip untuk menempel tanaman yang sudah dikeringkan, Label untuk
menandai tanaman yang sudah di keringkan tersebut serta Lem untuk
menempel label.
Alat : Triplek untuk mengepres, Kertas koran untuk alas bahan dan
mempercepat pengeringan, Pemberat untuk mengepres, Kertas Karton
untuk menempel hasil tanaman yang sudah dikeringkan, Gunting untuk
menggunting bahan herbarium yang terlalu besar.
Cara membuat :
1. Mengambil sampel Rumput Setaria (Setaria Anceps) dan Gamal
(Gliricidia sepium) berupa daun, batang dan buahnya.
2. Meletakkan sampel diatas triplek yang sudah diberi alas kertas koran.

3. Menata sampel dengan baik, kemudian ditutup dengan kertas koran,


kemudian di tutup dengan triplek lagi.

14
4. Mengepress triplek dengan pemberat selama 1 minggu. Agar tekanan
yang dihasilkan lebih kuat dan tanaman menjadi lebih cepat kering.

5. Mengganti alas koran agar herbarium tidak lembab dan berjamur serta
mempercepat proses pengeringan.
6. Tanaman dikatakan kering kalau dirasakan tidak dingin lagi dan juga
terasa kaku.
7. Menempel Tanaman Rumput Setaria (Setaria Anceps) dan Gamal
(Gliricidia sepium) pada kertas karton.
8. Menuliskan nama pada kertas dengan kertas label. Label tersebut berisi
data mengenai tanggal, tempat ditemukan, tempat mereka tumbuh, nama
penemu, catatan khusus, nama familia dan nama spesies.

2.5 DEFINISI KLASIFIKASI


Klasifikasi adalah penyusunan tumbuhan secara teratur ke dalam
suatu herarki. Sistem penyusunan ini berasal dari kumpulan informasi
tumbuhan secara individual yang menggambarkan kekerabatan.

15
Menurut Rideng (1989) klasifikasi adalah pembentukan takson-
takson dengan tujuan mencari materi keseragaman dalam keanekaragaman.
Dikatakan pula bahwa klasifikasi adalah penempatan organisme secara
berurutan pada kelompok tertentu (takson) yang didasarkan pada perbedaan
dan persamaan. Sedangkan (Tjitrosoepomo, 1993)mengatakan bahwa dasar
pengadaan klasifikasi adalah keseragaman kesamaan-kesamaan itulah yang
dijadikan dasar klasifikasi. Dalam biologi klasifikasi atau penggolongan
tumbuhan adalah proses pengaturan tumbuhan dalam tingkat-tingkat kesatuan
kelasnya yang sesuai secara ideal. Ini dicapai dengan menyatakan golongan-
golongan yang sama dan memisahkan golongan-golongan yang berbeda.
Hasil proses pengaturan ini ialah suatu sistem klasifikasi, yang sengaja
diciptakan untuk hubungan kekerabatan jenis-jenis tumbuhan atau sama
lainnya. Dalam perkembangannya sistem klasifkasi dibedakan menjadi 4
sistem berdasarkan cara pemilihan sifat daam menyusun klsifikasi, antara
lain:
– Sistem artifisial (sistem buatan)
– Sistem natural (sistem alam)
– Sistem filogenetik
– Sistem kontemporer
Tingkat takson sangat penting karena tanpa adanya tingkat-tingkat
takson maka faedah dari sistem klasifikasi tidak dapat dihasilkan. Takson
dinyatakan sebagai unit taksonomi tingkat yang namapun, sehingga setiap
tumbuhan dapat dianggap termasuk dalam sejumlah takson yang berurutan
dari bawah keatas menurut tingkatnya. Tingkat-tingkat takson utama yang
sering kita kenal sehari-hari adalah jenis (spesies), marga (genus), suku
(familia), bangsa (ordo), kelas (classis), devisi (devisio) dan dua (regnum).
Klasifikasi dapat ditinjau dari dua aspek yaitu :
1. Aspek proses
Dari segi proses, klasifikasi terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu
proses pengelompokan (grouping) dan proses perangkingan (rangking).
Proses pengelompokan yang dilakukan pada tumbuhan atau objek lain
yang diklasifikasikan dadasarkan pada besar kecilnya persamaan yang
ditunjukan oleh masing-masing tumbuhan atau objek tersebut.proses
perangkingan dilakukan pada masing-masing kelompok tumbuhan atau
objek lain pada klasifikasi tersebut, dapat kita rumuskan definisi klasifikasi

16
tumbuhan sebagai suatu proses pengelompokan tumbuhan berdasarkan
total kesamaan yang ditunjukannya dan penempatan masing-masing
kelopok tersebut pada kesatuan kelasnya secara ideal.
2. Aspek hasil
Dari segi hasil, klasifikasi dapat diartikan sebagai suatu sistem klasifikasi.

2.6 TUJUAN KLASIFIKASI


Mendeskripsikan jenis makhluk hidup
Dengan adanya klasifikasi, kita dapat mendeskripsikan ciri-ciri
suatu jenis makhluk hidup untuk membedakan dengan jenis makhluk
hidup lainnya.
Mengelompokkan makhluk hidup
Makhluk hidip dapat dikelompokkan berdasarkan persamaan dan
ciri-ciri yang dimiliki.
Mengetahui persamaan makhluk hidup
Dengan mengetahui persamaan dan ciri yang dimiliki makhluk hidup,
kita bisa mengetahui hubungan kekerabatan. Semakin banyak persamaan
yang dimiliki, semakin dekat hubungan kekerabatannya. Memberi nama
pada makhluk hidup

2.7 SEJARAH KLASIFIKASI


SISTEM KLASIFIKASI BERDASARKAN PERAWAKAN
Sistem klasifikasi ini dikembangkan oleh orang-orang Yunani
hingga bertahan sampai 10 abad. Tumbuhan diklasifikasikan hanya
berdasarkan perawakannya: pohon, semak, herba, dan tumbuhan pemanjat.
Sampai dengan pertengahan abad ke XVIII satu-satunya sistem klasifikasi
yang dianut adalah sistem klasifikasi buatan yang dibuat oleh Theophrastus
(370-285), murid dari Aristoteles, dan dianggap sebagai Bapak Botani.
Theophrastus (370-285 B.C). Theophrastus mengklasifikasi semua
tumbuhan berdasarkan pada bentuk atau tekstur: pohon, perdu, semak, dan
herba; dan membedakan siklus tumbuhan: annual (semusim), biennial
(dwitahunan), dan perennial (bertahunan). Theophrastus juga membedakan
antara infloresen sentripetal (indeterminate/tidak terbatas) dan sentrifugal
(determinate/terbatas); mengenal perbedaan dalam posisi bakal buah dan
mahkota polypetalous (polipetal) dan gamopetalous (gamopetaly) (Gambar

17
1.1). Meskipun, Theophrastus mengelompokan semua tumbuhan, dia hanya
mengenal hubungan kekerabatan antara tumbuhan masih samar-samar, dan
klasifikasi yang terbentuk adalah klasifikasi buatan. Dalam bukunya,
Historia Plantarum, dia mengelompokan secara kasar dan menggambarkan
sekitar 480 jenis tumbuhan. Albertus Magnus (1192-11280). Pada abad
pertengahan dan abad-abad berikutnya kemudian muncul nama-nama ahli
sistematika tumbuhan di Eropa terutama di Jerman, Belanda, Inggris, dan
Belgia. Albertus Magnus telah mengenal perbedaan struktur batang, selain
itu juga telah membedakan tumbuhan dikotil dan monokotil, tumbuhan
berpembuluh dan tidak. Pada zamannya telah digunakan lensa sederhana
untuk mengamati tumbuhan dan secara garis besar konsep Theophrastus
dapat diterimanya.
Otto Brunsfels (1464-1534) merupakan ilmuwan yang pertama kali
menggolongkan perfecti dan imperfecti, penggolongan tumbuhan
berdasarkan ada tidaknya bunga dan yang pertama kali mengemukakan
konsep marga (genus). Dia pula yang pertama kali menghasilkan gambar
ilustrasi dari tumbuhan herba yang sebagian besar dibuat berdasarkan
material dari pekerjaan Theophrastus, Dioscorides, dan Plinius. Andrea
Cesalpino (1516-1603). Para herbalis periode 1500-1580 kebanyakan
mempelajari tumbuhan untuk keperluan praktis misalnya penggunaan untuk
keperluan obat atau pertanian. Sangat sedikit yang memikirkan tentang
klasifikasi tumbuhan. Andrea Cesalpino dalam bukunya De Plantis (1583)
mengemukakan dasar-dasar klasifikasi dari 1.500 tumbuhan. Pemikirannya
lebih maju dibandingkan dengan konsep asli yang lebih berdasarkan
manfaat tumbuhan. Pendekatan ilmiah telah digunakan untuk
klasifikasinya. Secara taksonomi, tumbuhan tersebut diklasifikasikan
berdasarkan perawakan pohon atau herba, kemudian lebih lanjut
berdasarkan tipe buah dan biji yang dihasilkan. Dia juga membedakan
ovarium superior dan inferior, ada tidaknya umbi, getah atau latex dan
jumlah ruangan di dalam ovarium. Caesalpino menuliskan pendapatnya
dalam bentuk naratif, tidak menyusun dalam bentuk suatu garis besar
ataupun sinopsis, namun pemikiranpemikirannya memengaruhi ahli-ahli
sesudahnya seperti de Turnefort, John Ray, dan Linnaeus. Jean (Johann)
Bauhin (1541-1631) sangat terkenal dengan hasil ilustrasinya yang
bergambar, Historia Plantarum Universalis (1650) dalam 3 jilid yang sangat

18
komprehensif, memuat sinonim 5.000 tumbuhan. Buku ini diterbitkan oleh
menantunya J.H. Cherler, dan untuk pertama kalinya memuat pertelaan
diagnosis yang bagus dari spesies. Sebelumnya Gaspard Bauhin (1560-
1624) yang merupakan kakak Cherler menerbitkan buku Pinax Theatri
Botanici (1623) berisi tentang nama dan sinonim 600 jenis mampu bertahan
cukup lama. Gaspard Bauhin juga mengklasifikasikan tumbuhan
berdasarkan tekstur dan bentuknya, ia merupakan orang pertama yang
memakai tatanama binomial untuk jenis dan kemudian dipopulerkan oleh
Linnaeus. Joseph Pitton De Tournefort (1656-1708), mengelompokkan
tumbuhan berbunga menjadi 2 kategori, yaitu pohon dan herba. Masing-
masing dibagi lagi berdasarkan ciri bunganya, mempunyai petal atau tidak,
bunga tunggal atau majemuk. Sistem pengelompokan ini banyak digunakan
di Eropa, seperti di Prancis dipertahankan sampai digantikan oleh sistem de
Jussieu (1780). Sedangkan di negara Eropa lainnya juga tetap bertahan
sampai digantikan oleh sistem Linnaeus. De Tournefort menyempurnakan
konsep mengenai apa yang disebut genus yang telah dirintis oleh Brunfels.
John Ray (1628-1705) dari Inggris mengklasifikasikan tumbuhan jauh
sebelum Linnaeus dan banyak mengambil pemikiran dari para
pendahulunya, misalnya Albertus Magnus dan Cesalpino. Dalam bukunya
Methodus Plantarum, ia mengusulkan klasifikasi kurang lebih 18.000
spesies. Ray menyusun sistem klasifikasi dengan dasar tumbuhan yang
terlihat serupa dikelompokkan bersama, sehingga dianggap sebagai pioner
sistem alam. Sistem klasifikasi Ray dibagi dalam kelompok utama, yaitu
tumbuhan berkayu dan herba. Dia telah mengenal tumbuhan dikot dan
monokot, serta kelas-kelas berdasarkan tipe buahnya. Ray juga membagi
tumbuhan berdasarkan tipe daun dan bunganya. Sistemnya didasarkan atas
bentuk dan morfologi dari struktur tumbuhan, dan dalam banyak sisi lebih
bagus dari sistem buatan Linnaeus yang datang kemudian (Gambar 1).

19
SISTEM KLASIFIKASI BUATAN
Pada periode ini, sistem klasifikasi didisain sebagai sistem buatan
didasarkan atas pemikiran Carolus Linnaeus dengan tujuan untuk
membantu dalam identifikasi. Carolus Linnaeus (1707-1778) menyusun
sistem klasifikasi yang dikenal sebagai sistem ‖seksual‖ karena Linnaeus
memusatkan perhatian terhadap jumlah benang sari dan hubungan antara
benang sari yang satu dengan lainnya, serta terhadap bagian-bagian bunga
lainnya (Gambar 2). Menurut pendapatnya organ reproduksi lebih penting
dibandingkan dengan ciri lainnya. Sistem Linnaeus ini mengenal adanya
24 kelas untuk menampung dunia tumbuhan yang diklasifikasikan
berdasarkan jumlah, posisi, pengaturan, dan panjang benang sari.
Selanjutnya, kelas-kelas tadi dibagi menjadi beberapa ordo (bangsa)
berdasarkan sifat-sifat putik bunganya. Karena mengabaikan ciri
morfologi maka pengelompokan yang berdasarkan alat reproduksi seksual
tumbuhan ini menghasilkan suatu sistem yang kaku dan tidak alamiah.
Akan tetapi, kegunaannya terasa sangat besar untuk memudahkan
identifikasi tumbuhan. Sistem Linnaeus yang didasarkan atas alat
reproduksi (jumlah alat kelamin) dikenal pula sebagai sistem numerik.
Buku Linnaeus yang sangat terkenal adalah Spesies Plantarum terbit
Tahun 1753. Tahun tersebut ditetapkan sebagai tahun titik tolak
berlakunya tatanama tumbuhan terutama tumbuhan berpembuluh.
Linnaeus memberikan referensi yang sangat berharga dalam identifikasi
tumbuhan berdasarkan ciri seksualnya.

20
Dalam buku Spesies Plantarum, Linnaeus memberikan nama
spesies tumbuhan memakai tatanama binomial yang sebelumnya telah
dirintis oleh Caspar Bauhin. Linnaeus dan tokoh seangkatannya sangat
dihargai karena banyak menciptakan suatu mekanisme klasifikasi. Mereka
berasumsi bahwa spesies adalah dasar landasan taksonomi. Mereka dapat
memahami dengan jelas bahwa beberapa tumbuhan mempunyai hubungan
sangat dekat satu dengan lainnya, akan tetapi klasifikasinya tidak
menggambarkan hubungan kekerabatan dan tidak sesuai dengan
kehendak alam sehingga sistemnya disebut sistem buatan. Sampai dengan
Tahun 1760, sistem Linnaeus digunakan secara luas di Belanda, Jerman,
dan Inggris, akan tetapi tidak pernah digunakan di Prancis. Pada waktu itu
sistem yang dipakai di Prancis adalah sistem de Tourneford sampai
kemudian digantikan oleh sistem dari de Jussieu.
Sistem Linnaeus cukup lama dipergunakan. Buku Spesies
Plantarum disempurnakan dan disunting ulang oleh Carl Ludwig
Willdenow (1765-1812) dari Universitas Berlin, Jerman sehingga
merupakan buku yang sangat komprehensif terdiri dari 9 jilid. Di Amerika
sistem Linnaeus dibawa oleh para ahli botani yang berimigrasi ke
Amerika, sampai kemudian muncul sistem-sistem klasifikasi tumbuhan di
Amerika

21
SISTEM KLASIFIKASI FENETIK
Hampir separuh dari abad ke delapan belas merupakan saat-saat
penting, karena banyak sekali ditemukan dan dikumpulkan tumbuhan
hidup, biji, dan spesimen herbarium dari seluruh penjuru dunia yang
dibawa ke Eropa, yang pada waktu itu merupakan pusat ilmu botani.
Banyak sekali jenis yang baru dikenal, masing-masing diberi nama,
dipertelakan dan ditempatkan dalam sistem klasifikasi. Pengetahuan yang
dipelajari pada waktu itu lebih mengarah ke organografi dan fungsi
tumbuhan. Dampak dari perkembangan ilmu optik sangat besar terhadap
perkembangan ilmu botani. Babak baru dalam sejarah taksonomi
tumbuhan ditandai dengan munculnya sistem klasifikasi alam yang
didasarkan pada hubungan kekerabatan dengan berdasar pada banyaknya
persamaan bentuk yang terlihat.
Antonie Laurent De Jussieu (1748-1836) mengusulkan sistem
klasifikasi baru untuk menyempurnakan sistem yang dibuat pamannya. De
Jussieu mengklasifikasikan tumbuhan menjadi tiga kelompok:
acotyledoneae, monocotyledoneae dan dicotyledoneae, kemudian
dikelompokkan kembali menjadi lima kelompok berdasarkan ciri
mahkota, yaitu apetalae, petalae, monopetalae, polypetaleae, dan diclinae.
Usulan klasifikasi baru ini terbit tahun 1789 dalam bukunya Genera
Plantarum, yang berisi pengelompokan tumbuhan berbunga menjadi 15
kelas dan dibagi lagi menjadi 100 ordo (Ordines naturale), dan masing-
masing dibedakan, diberi nama dan dipertelakan (Gambar 3).
Augustin Pyrame De Candolle (1778-1841) dan dua generasinya
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi ilmu botani. Khususnya
dalam bidang fisiologi, morfologi, dan taksonomi. Karya yang terkenal
dalam bidang botani antara lain dalam bidang fisiologi, morfologi, dan
terutama taksonomi. Dia yang merevisi karya Lamarck Flore Franqoise
dan karya monumentalnya adalah ‗Prodromus sistematis naturalis regni
vegetabilis‘ yang menggambarkan setiap spesies tumbuhan berbiji.
Lamarck mengenalkan pendekatan filosofi yang sangat dihargai oleh
banyak kalangan ilmiah sampai pertengahan abad berikutnya.

22
SISTEM KLASIFIKASI FILOGENETIK
Sejak terbitnya buku The Origin of Species dan diterimanya teori
evolusi yang dicetuskan oleh Darwin, muncul ketidakpuasan dengan
sistem de Candolle ini. Sistem yang muncul pada periode ini telah
memasukkan unsur proses evolusi, yang kemudian dapat diterima oleh
para ahli biologi bahwa kehidupan yang ada sekarang merupakan hasil dari
proses evolusi. Sistem klasifikasi pada periode ini mengklasifikasikan
tumbuhan dari bentuk yang sederhana hingga bentuk yang kompleks, dan
hampir semua sistemnya telah mempertimbangkan hubungan genetik dari
nenek moyang.
Dalam sistem klasifikasinya, spesies-spesies tidak lagi sebagai
sesuatu yang statis, mantap, dan tidak berubah-ubah, melainkan
merupakan populasi yang bervariasi, dinamis, selalu mengalami
perubahan, dan diakui sebagai keturunan dari spesies yang sudah pernah
ada sebelumnya. Suatu takson memiliki anggota yang saling berkerabat
erat satu sama lain sebab berasal dari satu nenek moyang yang sama
melalui proses evolusi. Dalam sistem filogeni, urutan klasifikasi sekaligus
menunjukkan urutan filogeninya.

23
Dasar klasifikasi yang digunakan terutama adalah hubungan
kekerabatan dan sifat primitif serta majunya suatu kelompok. Sistem ini
berkembang dengan cepat terutama dengan diterimanya teori Darwin
secara luas. Dari teorinya, para ahli botani berpendapat bahwa bentuk
kehidupan yang ada sekarang adalah hasil proses evolusi. Klasifikasi
disusun dengan melihat keturunan dan hubungan kekerabatan. Upaya
untuk menemukan hubungan filogenetik semacam ini dilakukan dengan
cara mengelompokkan organisme hidup ke dalam suatu deret mulai dari
bentuk paling primitif sampai bentuk yang paling maju. Untuk hal ini tidak
sedikit hambatan maupun masalah yang dihadapi. Diperlukan bukti-bukti
dari beberapa sumber. Jumlah tumbuhan hidup dewasa ini sangat banyak,
sementara spesies-spesies baru bermunculan, sedangkan spesies- spesies
yang lebih dahulu telah punah, serta banyak spesies bervariasi dan tidak
mantap. Dengan demikian, pola klasifikasi menjadi tidak
berkesinambungan dan bersifat kompleks. Catatan tentang fosil menjadi
penting untuk menentukan asal-usul sekelompok tumbuhan yang
berevolusi. Ditambah adanya perbedaan pandangan yang mencolok dari
para ahli botani terhadap arti penting berbagai tanda atau kelompok sifat
tumbuhan. Pada gilirannya, pendapat-pendapat tersebut telah berubah
karena adanya penemuan tumbuhan yang semakin bertambah banyak serta
beberapa fakta baru mengenai tumbuhan. Dengan demikian, untuk
kepentingan klasifikasi apa pun terhadap tumbuhan selalu tidak kunjung
selesai, dan bersifat sementara serta sewaktuwaktu mengalami revisi.
Penggolongan tumbuhan dalam sistem filogeni berasumsi bahwa
arah pertama dalam evolusi pada dunia tumbuhan maupun hewan dimulai
dari organisme yang dianggap primitif (sederhana) menuju bentuk yang
lebih kompleks (maju). Banyak sekali bukti, baik berasal dari tumbuhan
hidup maupun fosil, memperlihatkan urut-urutan tersebut. Keragaman
yang dihasilkan dengan adanya gerak mekanisme evolusioner
memungkinkan kita untuk mengelompokkan organisme menjadi spesies,
genus, familia, ordo, kelas serta divisi, dan mengaturnya ke dalam suatu
urut-urutan yang tertib. Semua hal tersebut didasarkan atas terdapatnya
sifat-sifat primitif atau maju pada tumbuhan.

24
Pada umumnya, sekelompok tumbuhan dianggap mempunyai
hubungan paling erat (dekat), jika terdapat ciri-ciri atau tanda-tanda yang
serupa, sedangkan hubungan kekerabatan dianggap paling renggang (jauh)
apabila ciri-ciri yang sama sangat sedikit ditemukan.
Walaupun arah evolusi yang umum memperlihatkan
kecenderungan progresif, namun pada spesies tertentu ada gejala ke arah
kemunduran atau ke arah sifat-sifat yang lebih sederhana. Kesulitan dalam
penelaahan filogenetik menjadi bertambah dengan adanya kenyataan
tersebut, misalnya apakah keadaan maupun struktur tumbuhan tertentu itu
memang benar-benar primitif, ataukah sifat primitif itu terjadi hanya
sebagai akibat proses kemunduran. Berbagai kesulitan ini terdapat di
mana-mana karena barang bukti terjadinya proses kemunduran bisa
didapat pada bentuk organisme sederhana, seperti ganggang dan fungi,
maupun pada tumbuhan berpembuluh yang lebih tinggi tingkatannya.
Sebagai contoh misalnya, pada bermacam-macam bunga dapat dilihat
bahwa bagian-bagian tertentu seperti benangsari, mahkota bunga, ataupun
seluruh bagian bunga, mungkin tidak ada. Ditinjau secara morfologi luar,
mungkin tidak ada bukti bahwa bagian-bagian bunga itu pernah terdapat
sebelumnya, atau digantikan oleh kelenjar, sisik, maupun kelenjar madu.
Namun, jika ditinjau secara anatomi, mungkin terlihat adanya berkas-
berkas pembuluh pada posisi yang sesuai dengan kondisi bunga yang di
dalamnya berkembang dengan sempurna. Kesulitan lain yang ditemukan
dalam penafsiran tentang hubungan kekerabatan evolusioner adalah
evolusi konvergen (memusat). Istilah ini digunakan untuk perkembangan
struktur serupa pada organisme yang tidak mempunyai hubungan
kekerabatan maupun hubungan kekerabatannya jauh. Bentuk semacam itu
meskipun tidak berasal dari nenek moyang yang sama, tetapi dapat
memperlihatkan kesamaan yang mungkin menyesatkan dalam mencari
bukti-bukti hubungan kekerabatan. Sebuah contoh tentang evolusi
konvergen ialah asal usul bebas jaringan pembuluh dalam lima golongan
tumbuhan berpembuluh berbeda. Hal ini dapat dilihat pada: 1) tumbuhan
monokot; 2) tumbuhan dikot; 3) rane-ranean (Sellaginellales); 4) paku
sejati (Filicales); dan 5) belinjo-belinjoan (Gnetales).

25
Meskipun berhadapan dengan evolusi yang bersifat mundur
(retrogresif), konvergensi (memusat), dan berbagai kesulitan lainnya,
namun penelaahan tentang evolusi dalam dunia tumbuhan akan tetap
berjalan, yang tujuannya berupa klasifikasi berdasarkan kekerabatan
karena keturunan. Klasifikasi semacam itu mungkin tidak pernah
sempurna, tetapi daya upaya yang dilakukan akan menghasilkan pola arah
klasifikasi yang lebih teliti serta didasarkan atas hubungan genetik dan
bukan dengan melihat kesamaan sifat dalam bentuk luarnya saja. Upaya
ini akan menuju kepada pengertian yang lebih baik perihal prosesproses
evolusioner yang telah membentuk dunia makhluk hidup. Salah satu ciri
sistem filogeni adalah penyusunan silsilah atau penyusunan pohon filogeni
untuk mencoba menunjukkan asal usul setiap kesatuan taksonomi.
Dasar-dasar filsafat teori evolusi itu sebenarnya tidak
mengakibatkan perubahan klasifikasi yang luar biasa. Sistem de Candolle
serta Bentham dan Hooker tidak banyak berbeda isinya dengan sistem
klasifikasi yang disusun sesudah keluarnya Teori Darwin, kecuali dalam
istilah-istilah, misalnya kesamaan diganti dengan kekerabatan.
August Wilhelm Eichler (1839-1887), pada Tahun 1875
mengusulkan sistem klasifikasi berdasarkan pendekatan genetik di antara
tumbuhan, dan menyetujui terhadap konsep evolusi. Pengaruh sistemnya
sampai sekarang masih terasa, sistem tersebut menggantikan sistem de
Candolle termasuk di Amerika dan Inggris ketika pengaruh Bentham dan
Hooker sangat dominan. Eichler membagi tumbuhan dalam dua subgrup:
Cryptogamae dan Phanerogamae (tumbuhan berbiji). Cryptogamae terdiri
dari tiga divisi: Thallophyta, Bryophyta, serta Pteridophyta, sedangkan
Phanerogamae terdiri dari tumbuhan berbiji. Eichler memisahkan Alga
dari Fungi dan membagi Alga menjadi Cyanophyceae, Chlorophyceae,
Phaeophyceae, dan Rhodophyceae. Byrophyta dibagi menjadi
Hepaticae dan Musci, sedangkan Pteridophyta dibagi menjadi tiga
kelas:
Equisetineae, Lycopodineae, dan Filicineae. Phanerogamae dibagi
menjadi Angiospermae dan Gymnospermae. Angiospermae dibagi
menjadi dua kelas: Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae. Klasifikasi
Engler untuk phanerogamae telah memperkirakan bahwa puncak
perkembangan evolusi ditunjukkan oleh proses reproduksinya, seperti

26
yang digambarkan oleh Hutchinson (1948): ‖.....tumbuhan tanpa mahkota
bunga..... biasanya lebih primitif dibandingkan dengan tumbuhan yang
mahkota bunganya berkembang sempurna....‖. Eichler berpendapat bahwa
tumbuhan yang ruwet susunan dan organisasi tubuhnya terutama alat
perkembangbiakannya merupakan golongan yang termaju evolusinya.
Sekalipun sistemnya sudah sering ditinggalkan orang, tetapi karena
kesederhanaannya maka garis-garis klasifikasinya dan istilah-istilah yang
dipakai Eichler masih dipakai orang sampai sekarang.
Sistem klasifikasi filogeni yang diusulkan para ahli botani sesudah
itu dapat dibagi menjadi dua golongan besar ―aliran Engler‖ dan ―aliran
Ranales‖. Sistem klasifikasi aliran Engler dibuat oleh Adolph Engler
(1844-1930) dipakai banyak orang karena buku-bukunya yang terkenal.
Pada Tahun 1892 ia memublikasikan bukunya dengan memakai dasar
klasifikasi dari Eichler yang kemudian banyak dipakai oleh para ahli
botani di dunia. Sistem Engler berbeda dengan sistem Eichler karena lebih
detil dan banyak membahas tentang tatanama dari kategori utama
dibandingkan filosofi atau dasar-dasar konsep dari kategori yang
dikembangkan. Tumbuhan berbiji yang oleh Engler disebut Embryophyta
Siphonogama dibagi menjadi Gymnospermae dan Angiospermae,
kemudian Angiospermae dibagi menjadi Dicotyledoneae dan
Monocotyledoneae. Tumbuhan dikotil dibagi menjadi anak-kelas
Archiclamideae (terdiri dari Choripetalae yang mempunyai petal lepas,
dan Apetalae tanpa petal) dan Metachlamideae (korola/mahkotanya
gamopetalous atau bersatu). Dengan sistem ini anak-kelas dibagi lagi
menjadi ordo yang tersusun atas familia-familia yang dekat
kekerabatannya. Dalam penyusunan prinsip-prinsip sistematika, Engler
dan Diels (1936) mengemukakan bahwa bunga diclamydeous (perhiasan
bunga terdiri dari dua seri kelopak dan mahkota) berasal dari bunga
monoclamydeous (perhiasan bunga dalam satu seri atau tersusun
berkarang). Demikian juga tentang perihal primitif dan majunya suatu
plasentasi ovarium, serta anggapan bahwa bunga unisek adalah primitif.
Salah satu alasan mengapa sistem Engler banyak digunakan karena
Engler bersama Prantl menggunakan sistemnya untuk klasifikasi
tumbuhan dengan cara menerbitkan dalam 20 jilid buku, yang diberi nama
Die naturlichen pflanzenfamilie (1887-1899), berisi cara identifikasi untuk

27
semua genera tumbuhan mulai dari alga hingga yang paling maju
tingkatannya (tumbuhan berbiji). Publikasi ini disertai dengan gambar dan
kunci-kunci yang modern. Edisi kedua disunting oleh para ahli sistematika
Jerman yang terbit pada tahun 1924, dengan hanya mengalami sedikit
perubahan dan modifikasi pada sistemnya Engler dan Gilg‘s. Oleh Engler
dan Diels selanjutnya diterbitkan buku Syllabus der Pflanzenfamilien, satu
buku dengan banyak edisi memberikan susunan kelas, ordo dan familia
tumbuhan. Edisi terakhir, edisi ke-17 dipublikasikan tahun 1936.
Engler menganggap tumbuhan monokot lebih primitif
dibandingkan dengan dikot, anggrek lebih berkembang dibandingkan
dengan rumput, dan di antara tumbuhan dikot yang tidak mempunyai
perhiasan bunga yang disebut Amentiferae dianggap jenis primitif
dibandingkan dengan yang mempunyai mahkota bunga. Pandangan ini
banyak yang tidak menyetujuinya. Pengaruh sistem Engler ini banyak
diminati karena uraian dalam publikasinya detil termasuk ensiklopedi
yang disunting oleh Engler.
Richard von Wettstein (1862-1931), ahli botani dari Austria,
publikasinya terbit Tahun 1901 Handbuch der sistematischen Botanik
dalam 2 jilid (19301935), memberikan pandangan tentang filogeni pada
tumbuhan. Sementara struktur pola sistemnya menyerupai Engler, namun
ada penyusunan ulang pada banyak familia dikot dan ditambahkan
pandangan tentang filogenetik secara kontemporer. Secara umum sistem
secara filogenetik Wettstein lebih bagus dibandingkan klasifikasi Engler.
Oswald Tippo (1942) mengajukan suatu kerangka sistem
klasifikasi filogeni dunia tumbuhan, Bryophyta, dan Tracheophyta
(tumbuhan berpembuluh dari paku-pakuan) sampai tumbuhan berbiji
adalah berasal dari ganggang hijau Chlorophyta. Divisi Tracheophyta
dibagi menjadi kelas-kelas Psilopsida, Sphenopsida, Cycopsida dan
Pteropsida. Sistem klasifikasi Tippo ini sampai sekarang masih ada yang
menggunakan.
Aliran Ranales berpendapat bahwa tumbuhan berbiji primitif
bunganya runjung menyerupai organ reproduksi pada tusam. Mereka
berpendapat bahwa bunga primitif mempunyai bagian-bagian yang
banyak, lengkap dan lepaslepas, dan sistem penyerbukannya dibantu oleh
serangga.

28
Keturunannya masih bersifat primitif, misalnya pada suku-suku
Magnoliaceae, Annonaceae, Nymphaeaceae, dan lain-lain yang masuk
dalam golongan Ranales.
Charles Edwin Bessey (1845-1915) adalah salah seorang pemuka
aliran Ranales, merupakan orang Amerika pertama yang menyusun
klasifikasi tumbuhan berdasarkan filogeni. Dia tidak sependapat dengan
hipotesis Eichler dan Engler. Pada awal kariernya, sebagai ahli botani
dipengaruhi oleh pemikiran teori evolusi Darwin maupun Wallace.
Menurutnya, sistem Bessey dipengaruhi oleh de Candolle, Bentham dan
Hooker yang telah disesuaikan dengan prinsip-prinsip evolusi.
Selanjutnya, cohort adalah ordo dan masih banyak lagi nama-nama baru,
di antaranya ordo (bangsa) dikenal sebagai familia. Setelah mengalami
beberapa revisi bentuk terakhir dengan penyusunan ordo dan familia
muncul pada tahun 1915.
Bessey menggambarkan kecenderungan dalam paham yang lebih
maju (kadang-kadang reversal), dan sistem klasifikasinya tercermin dalam
diagram yang digambarkannya. Konsepnya hampir menyerupai Linnaeus
dan de Jussieu. Meskipun Bessey mengemukakan bahwa sistem klasifikasi
harus merefleksikan filogeni, namun cara menghasilkan suatu bentuk
klasifikasi tumbuhan sangat sulit untuk dicapai. Pemikiran Bessey
memengaruhi sistem klasifikasi yang ada sekarang yang cukup populer
yakni Cronquist (1981), Dahlgren (1983), Thakhtayan (1997), dan Thorne
(1999).
Hans Hallier (1868-1932) memublikasikan sistem klasifikasi
filogeni dengan prinsip yang sama dengan Bessey. Perbedaannya terdapat
tambahan hasil penelitian dalam bidang paleobotani, anatomi, serologi,
dan ontogeni, sedangkan Bessey lebih banyak memuat sintesa-sintesa
yang tidak banyak diuji. Hallier tidak sependapat dengan konsep Engler.
Uraiannya tentang monokot lebih kritis dibandingkan dengan dikot.
John Hutchinson (1884-1972) adalah seorang tokoh lain penganut
aliran ranales. Sistem klasifikasinya memakai pemikiran-pemikiran dari
Bessey dan menambahkan dengan pemikirannya sendiri.

29
Bukunya yang terkenal adalah Families of Flowering Plants.
Familia - familia pada Dicotyledoneae dikelompokkan dalam golongan
Lignosae yang umumnya berkayu, sedangkan perdu dan herba
dimasukkan dalam golongan herbaceae.
Sistem klasifikasi Bessey dan Hutchinson besar sekali
pengaruhnya terhadap penganut-penganut aliran ranales. Awal Tahun
1950-an beberapa sistem klasifikasi baru diusulkan. Pengembangan sistem
klasifikasi telah memakai datadata dan pengetahuan tentang struktur
tumbuhan, fisiologi dan komposisi kandungan kimianya. Banyak
penemuan paleobotani yang membantu interpretasi filogeni. Beberapa
sistem filogeni diusulkan, contoh sistem klasifikasi filogeni modern
diuraikan di bawah ini.
Armen L. Takhtajan (1910), seorang ahli botani Rusia yang
mengawali publikasinya tentang evolusi tumbuhan berbunga pada tahun
1940-an. Garis besar evolusi tumbuhan berbunga dan sistem klasifikasi
pertamanya mulai dikenal dengan diterjemahkannya karya Takhtajan pada
Tahun 1950. Karyakarya awalnya lebih banyak membicarakan pola
evolusi angiospermae, sedangkan versi lain dari karyanya terbit Tahun
1980.
Awal Tahun 1980-an berkembang konsensus tentang kekerabatan.
Atur J. Cronquist (1919-1992) seorang ahli botani Amerika
mengembangkan sistem klasifikasi hingga sekarang ini banyak digunakan
di Amerika. Karyakarya awalnya tentang filogeni Angiospermae paralel
dengan Takhtajan. Cronquist memublikasikan garis besar sistem
klasifikasi untuk tumbuhan dikot pada Tahun 1957, kemudian
berkorespondensi secara intensif dengan Takhtajan yang banyak
membantu mewujudkan ide-idenya. Tahun 1968 terbit bukunya The
Evolution and Clasification of the Flowering Plants. Tahun 1981 pada
bukunya An Integrated Sistem Classification of Flowering Plants, memuat
banyak modifikasi dan mencakup uraian detil dari masingmasing suku.
Kelebihan sistem Cronquist ini adalah didokumentasikan dengan
baik, dilengkapi dengan pertelaan, informasi tentang anatomi, kandungan
kimia, dimulai dengan angiospermae yang ada di garis awal, meskipun
penempatan kelompok-kelompoknya kadang-kadang berbeda dengan
yang sudah ada sebelumnya.

30
Konsensus di akhir abad ke dua puluh, tidak lagi menggunakan
ideide Engler, dan teori kladistik tidak lagi bertahan. Perubahan ini
disebabkan banyak data-data baru, metode analisa yang baru, dan
kenyataan bahwa sistematika tidak lagi mendeskripsikan kekerabatan di
alam namun cenderung hipotesa filogeni.

SISTEM KLASIFIKASI KONTEMPORER


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dalam abad
ke-20 ini pasti akan berpengaruh pula terhadap perkembangan ilmu
taksonomi tumbuhan. Kecenderungan untuk mengkuantitatifkan data
penelitian dan penerapan matematika dalam pengolahan data yang
diperoleh telah menyusup pula ke dalam ilmu-ilmu sosial yang semula tak
pernah atau belum memanfaatkan matematika serta belum
mempertimbangkan pula kemungkinan-kemungkinan yang dapat di capai
dengan penerapan pendekatan kuantitatif matematik.
Perkembangan teknologi, khusus nya di bidang elektronika yang
dalam abad nukluer maju dengan pesat ini, telah pula menjamah bidang
taksonomi tumbuhan, yang sejak beberapa dasawarsa belakangan ini juga
sudah di jalari ―penyakit‖ penerapan metode penelitian kuantitatif yang
pengelohan datanya memanfaatkan jasa-jasa komputer pula. Kumputer
telah digunakan secara luas dalam pengembangan metode kuantitatif
dalam klasifikasi tumbuhan, yang melahirkan bidang baru dalam
taksonomi tumbuhan yang dikenal sebagai taksonomi numerik,taksometri
atau taksonometri.
Pengolahan data secara elektronik (EDP—Elektronic Data
Processing), juga sudah diterapkan untuk berbagai prosedur dalam
penilitian taksonomi antara lain dalam penyimpanan dan pengambilan
laporan-laporan atau informasi.

2.8 MACAM-MACAM KLASIFIKASI


1. Sistem alami adalah sistem klasifikasi yang disusun berdasarkan
banyaknya persamaan ciri-ciri morfologis (bentuk Iuar) yang dimiliki oleh
makhluk hidup. Misalnya kuda, gajah, sapi, danbuaya dikelompokkan
dalam hewan berkaki empat.

31
2. Sistem artifisial adalah sistem klasifikasi yang disusun berdasarkan adanya
satu atau sedikit persamaan ciri morfologis, alat reproduksi, lingkungan
tempat tumbuh (habitat), dan daerah tempat penyebaran tanpa
memerhatikan kesamaan strukturnya. Misalnya pengelompokan tumbuhan
berdasarkan bentuk daun warna bunga, habitat, dan daerah penyebarannya.
Sistem Filogenetik. muncul setelah dikemukakan teori evolusi oleh
Charles Darwin pada tahun 1859 yang menyusun takson berdasarkan sifat
morfologi, anatomi, fisiologi, dan jauh dekatnya hubungan kekerabatan
antara takson yang satu dengan yang lainnya, serta mengacu pada
hubungan evolusioner nenek moyang dan keturunannya.

32
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
- Herbarium adalah kumpulan tumbuhan kering yang dipres dan ditempelkan
pada lembaran kertas, biasanya kertas manila yang menghasilkan suatu label
dan data yang rinci serta disimpan dalam rak-rak atau lemari besi dalam urutan
menurut aturan dimana herbarium itu disimpan.
- Herbarium memiliki dua jenis yaitu herbarium basah dan herbarium kering.
Herbarium basah merupakan awetan dari suatu hasil eksplorasi yang sudah
diidentifikasi dan ditanam bukan lagi di habitat aslinya. Sedangkan herbarium
kering adalah awetan yang dibuat dengan cara pengeringan, namun tetap
terlihat cirri-ciri morfologinya sehingga masih bisa diamati dan dijadikan
perbandingan pada saat determinasi selanjutnya.
- Manfaat dari pembuatan herbarium ini antara lain: sebagai alat peraga, sebagai
media penelitian, sebagai alat bantu, sebagai bukti adanya keanekaragaman,
sebagai specimen acuan untuk mempublikasikan specimen baru, dan dapat
digunakan untuk pertukaran herbarium antar daerah dan Negara. Dalam
pembuatan herbarium ini kelompok beringin menggunakan tanaman: Ciplukan
(Physalis angulata L.),Kenikir (Cosmos caudatus), Kangkung (Ipomoea
reptans),Jambu air (Eugenia aquea burm ).

3.2 SARAN
Saya menyadari bahwa dalam Pembuatan Makalah ini masih terdapat
kekurangan didalamnya, baik dalam bentuk kata – kata yang kurang berkenan
maupun data yang kurang jelas untuk itu saya mohon maaf yang sebesar – besarnya.
Kiranya para pembaca dapat berkenan untuk memberikan saran dan kritikan
yang membangun bagi saya, agar dapat menjadi pelajaran dan modal bagi saya
dalam membuat Makalah yang lebih baik lagi.

33
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. _____. Teknik Pembuatan Herbarium. URL: http//:pdfcoffe.com. Diakses


tanggal 31 Oktober 2021

Campbell, N.A., Mitchell, L.G. & Reece, J.B. (1999). Biology concept and
connection (third edition). tt: Benyamin Cummings.

Davis, P.H. & Heywood, V.H. (1963). Principles of angiosperm taxonomy.


Edinburg & London: Oliver & Boyd.

Judd, Campbell, W.S. Kellog, E.A., Stevens, P.F., & Donoghue, M.J. (2002). Plant
systematics: A phylogenetic approach (second edition). Sunderland, MA:
Sinauer Associates, Inc.

Lawrence, G.H.M. (1951). Taxonomy of vascular plants. New York: Macmillan.

Pujoarinto, A. (2001). Taksonomi tumbuhan tinggi. Jakarta: Pusat Penerbitan


Universitas Terbuka.

Soerjani, Tjitrosoepomo, M. G., & Kostermans, A.J.H.H. (ed.). (1987). Weeds of


rice in Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rifai, M.A. (1976). Sendi-sendi botani sistematika. Bogor: Herbarium Bogoriense.

Walters, D.R., & Keil, J. (1977). Vascular plant taxonomy (third edition). tt:
Kendall/Hunt Publishing Company.

34

Anda mungkin juga menyukai