Anda di halaman 1dari 6

BRB 5

PTANUSIA DAN TIASRAT1

ada bab sebelumnya kita sudah melihat, bahwa manusia memerlukan kebenaran di dalam

P hidupnya. Kebenaran adalah dasar bagi manusia untuk menjadi otentik. Kebenaran juga bi
membuat hidup manusia menjadi bahagia. Akan tetapi kebenaran bukanlah satu-satunya
ang diperlukan untuk menjadi otentik. Manusia juga perlu mengenali sisi-sisi "gelap" yang ada d
:alam dirinya. Pengenalan itu akan berbuah kemampuan menjaga jarak dan menata dorongan-do-
-cngan hasrat tersebut. Tanpa pengenalan terhadap hasratnya, manusia akan dijajah oleh hasratnya
,endiri. Pada bab ini, berdasarkan pemikiran Simon Blackburn, penulis akan mencoba memaparkan
:.spek-aspek mendasar dari hasrat manusia.

Hasrat adalah unsur halus di dalam diri manusia yang sangat sulit dipahami. Orang sering
^lerasa bahwa ia menginginkan A. Padahal yang sungguh diinginkannya adalah B. Hasrat terkait de-
-gan keinginan. Sedari kecil banyakorangdiajarkan untuk menutupi hasratnya, bahkan dari dirinya
Mungkin saja tidak ada orang yang sungguh mengenali hasrat di dalam dirinya. Diri manusia
'endiri.
adalah sesuatu yang sangat rumit, terdiri dari berbagai lapis, elusif (selalu lolos dari genggaman kon-
dan bahkan ambigu. Ketika kita merasa mengenal tentang diri kita sendiri, pada saat yang samq,
'ep),
liri itu lolosdari pemahaman kita, dan berubah menjadi sesuatu yang lain.
Menurut Blackburn hasrat manusia yang paling mendasar adalah hasrat seksual. Ketika orang
nembicarakan hasrat, yang ada di kepalanya sebenarnya langsung mengacu pada hasrat seksual ma-
-rusid. Akan tetapi seks bukanlah akar terdalam dari hasrat. Orang melakukan hubungan seks dengan
canyak alasan. Ada yang melakukannya untuk mendapatkan keturunan. Ada yang melakukannya un-
:;k membuktikan, bahwa ia sanggup melakukannya. Ada yang melakukannya untuk membuktikan
cintanya pada pasangannya. Ada yang melakukannya hanya untuk menyingkirkan kekasih sebelum-
:ya, meningkatkan karirnya, atau untuk mendapatkan uang. Pada kasus terakhir orang berhubungan
seks tanpa hasrat. Hasrat menjadi lenyap di dalam seks yang bertujuan. Seks bukan bertujuan untuk
Nt enj adi M anusi a Otentik
50

seks, tetapi untuk sesuatu di luar seks itu sendiri. Yang terakhir
ini biasanya
dilakukan
terjadi pada orang tua. Pada anak muda, menurut Blackburn, seks
sebagai cara sekaligus sebagai tujuan pada dirinya sendiri.

Bisa saja dikatakan tujuan dari orang muda berhubungan seks bukanlah
seks itu sendiri, tetapi orgasme dan ejakulasi. Setelah orgasme
orang merasa-
semacam itu-
kan pelepasan yang rnenenangkan sekaligus melelahkan. Kondisi
lah yang ingin dicari. Akan tetapi menurut Blackburn, analisis
ini salah' orang
muda justru rnenganggap orgasme sebagai Bangguan yang tidak diinginkan.
la takut jika ia orga-
Orgasme adalah pernutus kenikmatan yang tidak diundang'
s*e, muka ia akan leiah, dan tidak mampu memuaskan pasangannya. Bahkan
pada pe-
menurut Bertrand Russell, hasrat adalah dorongan yang mengarah
y'ang/ Jl
musnahan dirinya sendiri, seperti pada seks. Seks adalah tindakan
kaca mata i
dipuaskan, justru memusnahkan hasrat seks itu sendiri. Dalam
orgasme bukanlah puncak seksualitas, melainkan akhir dari seks.2
Tentu saia orgasme adalah momen kenikmatan yang layak menj i tu-
juan. Orgasnne j uga bisa dipandang sebagai tujuan ptlncak' Orang ti akan

berhenti, samPa i ia tiba pada tujuan final. Hal yang sama terjadi
di da hu-

bungan seksual. Akan tetapi menurut Blackburn, yang menjadi sumber


ke-
dari
nikmatan bukan Iah tujuan semata, melainkan prosesnya' Tujuan utama
juga proses untuk menca-
berhubungan seks bukanlah orgasrne semata, tetapi
pai orgasme itu. Pola berpikir yang sama kurang lebih bisa diterapkan
di dalam
pencapa-
menjalani hidup. Yang nikmat di dalam hidup bukanlah kenikmatan
untuk
ian tujuan itu sendiri, tetapi juga jerih payah dan usaha yang dilakukan
mencapai kenikmatan.3
Secara biologis hasrat mungkin hanya soal rangsangan
seksual' Akan te-
mendapatkan
tapi menurut Blackburn, pandangan ini tidaklah tepat. Orang bisa
tertentu dapat
rangsangan seksual, namun tidak rnemiliki hasrat. Obat-obatan
dalanr
membuat orang terangsang, narnun tidak memiliki hasrat. Kenikmatan,
Bahkan dina-
bentuk apapun, dapat n'rembuat orang mendapatkan rangsangan.
rangs-
mika perdagangan di pasar (saham?) bisa membuat orang memperoleh
ada unsur
angan, yang beru.iung pada terciptanya rangsangan seksual. Memang
hasrat di dalam rangsangan ini, walaupun tidak banyak. Hasrat,
dalam arti ini,
dinnaknai sebagai suatu kondisi psikologis yang memiliki tujuan
tertentu'
clapat
Akan tetapi apa tujuan sesungguhya dari hasrat?a
Tujuan dari pemenuhan hasrat adalah kenikmatan. Dua orang berhu-
kenik-
bungan seks. Yang mereka inginkan bukanlah sekedar orgasme, tetapi
matan di dalam proses berhubungan seks menujir orgasme tersebut'
Dalam
Manusia dan Hasrat 51

arti ini ada dua macam kenikmatan, yakni kenikmatan pada proses menuju
orgasme, dan kenikmatan orgasme itu sendiri. Jadi kenikmatan itu pun memi-
liki banyak versi. "Mungkin", demikian tulis Blackburn, "hasrat secara esensial
adalah antisipasi dari kenikmatan aktivitas seksual."s

Hasrat dan Filsafat


Pada awalnya para filsuf Yunani Kuno menunjukkan perhatian besar ter-
hadap seks. Phytagoras berpendapat bahwa waktu terbaik bagi manusia untuk
berhubungan seks adalah ketika ia mau memperlemah dirinya sendiri. Hip-
pocrates, bapak ilmu kedokteran, dan Platon, salah seorang filsuf terbesar di
masa Yunani Kuno, berpendapat bahwa aktivitas seksual adalah aktivitas yang
berbahaya, karena menghabiskan begitu banyak tenaga. Hippokrates bahkan
juga menulis, bahwa mimpibasah adalah tanda kegilaan. Pandangan ini masih
bertahan sampai abad ke-l9. Pada abad kelima sebelum Masehi, Hesiodotus
menulis, bahwa hasrat terkait dengan eros, dan eros adalah musuh dari akal
budi. Dengan demikian hasrat dipandang melulu terkait dengan ekses tertentu.6
Cara berpikir yang berbeda dapat ditemukan di dalam tradisi filsafat ti-
mur. Di dalam filsafat Tao, seks dikaitkan dengan keabadian jiwa manusia. Di
Calam beberapa tulisan Tao, menurut Blackburn, tertulis bahwa kaisar kuning
vellow emperor) menjadi abadi setelah ia bercinta dengan 1200 wanita. Peng
Tu, seorangTaois bijak dari Cina kuno, bercinta dengan 10 sampai 20 wanita
setiap malamnya. la hidup sehat sampai tua.7

Hasrat, seperti sudah disinggung sebelumnya, adalah dorongan aktif un-


:rk mendapatkan kenikmatan yang pada akhirnya memusnahkan dirinya sen-
llri.Thomas Hobbes, seorangfilsuf lnggrisabad ke-17, punya pendapatsendiri
-lengenai hal ini. la adalah filsuf yang terkenal dengan ungkapan, bahwa kondi-
.i alamiah manusia adalah perang semua melawan semua. Jadi manusia, pada
.ondisi alamiahnya, adalah mahluk yang saling menghancurkan satu sama lain.
a menulis, "dorongan yang disebut sebagai hasrat... adalah kenikmatan sen-
sual, akan tetapi bukan hanya itu; ada juga kenikmatan di dalam pikiran: untuk

r
:u sesuai dengan gabungan dua nafsu bersama, untuk membuat nikmat orang
ain, dan untuk dibuat nikmat oleh orang lain;... ini bukanlah sesuatu yang sen-
I
rual, tetapi kenikmatan pikiran, mempertimbangkan imajinasi dari kekuasaan
, ang mereka miliki untuk membuat nikmat."8

Apa logika di balik tulisan Hobbes tersebut? Ada dua orang berhubungan
seks. Sebut saja namanya Anton dan Dewi. Anton memberikan kenikmatan

i(-l
:ada Dewi. Dewi senang dengan apa yang dilakukan Anton. Anton juga se-
52 Menjadi M anusia Otentik

nang karena Dewi mengalami kenikq:latan. Keduanya memperoleh kenikmatan


timbal balik. Hal yang sama juga,terjad,i sebaliknya. Dewi memberi kenikmatan
pada Anton. Anton merasa njkmat. Dewi senang karena Anton senang dengan
apa yang dilakukannya. Dewj,mengi nginkan Anton, sekaligus ingin, supaya
Anton juga menginginkannya: J|ka semua berjalan lancar, itulah yang terj
dan terjadi secara timbal balik. Tidak ada yang disembunyikan. Tidak ada
hongan. "Di sini", demikian Blackburn, "hasrat seperti saling membuat m k
bersama, suatu simponi gabungan atas kenikmatan dan tanggapan. Ada keber-
samaan murni, atau apa yang penulis sebut sebagai kesatuan Hobbesian."g

Kenikmatan bukanlah soal badaniah semata. Memang badan memain-


kan peranan. Akan tetapi kenikmatan pikiran ketika melakukan sesuatu jugalah
penting. Kenikmatan ini tentunya terkait dengan kepentingan pribadi, tetapi
juga tidak bisa disebut sebagai hedonistik ataupun narsisistik. Si penikmat ti-
dak hanya memperoleh kenikmatan karena diri sendiri, tetapi juga karena ia
memberikan kenikmatan pada orang lain. Kenikmatan timbal balik semacam
ini memberikan suapan kenikmatan yang besar pada hasrat. Tidak heran ba-
nyak orang tidak bisa hidup tanpa seks.

Orgasme di dalam pemenuhan hasrat seksual merupakan suatu penga-


laman kesatuan. Dua orang menjadi satu. Hasrat kesatuan yang serupa dapat
diterapkan untuk memahami kenikmatan, ketika orang bermain musik bersa-
ma. Ketika gitar dimainkan, yang kemudian diikuti oleh drum, bass, keyboard,
serta diikuti dengan vokal yang indah, semua itu menciptakan perasaan penuh
dan satu. Blackburn sendiri berpendapat bahwa seks itu mirip seperti sebuah
percakapan yang bermutu. Di dalam percakapan yang bermutu, orang bisa me-
lebarkan penulis pemikirannya ke segala arah secara sadar. Tubuh memang
berperan di dalam percakapan, tetapi pikiran jauh lebih memainkan peranan.
Dengan demikian kenikmatan yang diperoleh ketika berhubungan seks, ber-
main musik bersama, dan mengalami percakapan bermutu adalah soal pera-
saan penuh dan utuh yang diberikannya. Perasaan penuh dan utuh yang hanya
bisa diperoleh dari pemenuhan hasrat yang bersifat timbal balik.10

Kesatuan yang bersifat timbal balik ini tidaklah bisa dipelajari secara
teknis. Buku-buku yang mengajarkan cara berhubungan seks, 90 cara untuk
mencapai percakapan bermutu, dan sebagainya justru akan menghilangkan
"mistik" yang membuat kesatuan itu menjadi mungkin. Penjelasan teknis dan
mekanis tentang seks dan percakapan justru membuat roh kesatuan yang mem-
buat tindakan itu terasa nikmat menghilang. ltulah juga sebab mengapa pene-
litian ilmiah di bidang seksologi, yang dilakukan secara intensif oleh Kinsey,
Manusia dan Hasrat 53

justru luput dari pemahaman akan esensi seksualitas. "Bukanlah gerakan", de-
mikian Blackburn, "melainkan pikiran dibalik gerakan itulah yang penting bagi
pemuasan hasrat."ll

Kesatuan di dalam percakapan, seks, dan bermain musik bersama bu-


kanlah kesatuan yang bersifat individualistik, seperti penulis bermain musik
dan kamu bermain musik, serta secara kebetulan kita cocok, melainkan bahwa
kita melakukannya secara bersama. Di dalam proses itu, kita berdua saling me-
nyadari keberadaan masing-masing, dan saling membuat penyesuaian. Logika
yang sama kurang lebih berlaku di dalam hubungan seksual dan percakapan
yang bermutu. Kebersamaan di dalam tindakan dan pikiran itulah yang men-
ciptakan perasaan nikmat.
Akan tetapi kehidupan nyata tidaklah berlangsung seideal itu. Kebosanan
seringkali menjadi masalah. Kecenderungan individualistik juga bisa menghan-
curkan momen kesatuan yang muncul dari kebersamaan itu. Rasa malu men-
ciptakan sikap tertutup, dan itu pada akhirnya bermuara pada ketakutan yang
menganggu relasi timbal balik. Kecurigaan dan prasangka juga bisa memutus
relasi timbal balik tersebut. Prasangka membuat orang tidak mampu saling
menafsirkan satu sama lain. Kesatuan yang terjadi juga bisa menjadi semu, ar-
tifisial, atau palsu. Kepatuhan yang berlebihan bisa menciptakan sikap berpu-
t
ra-pura merasakan kenikmatan, yang pada akhirnya merusak selurulf proses,
-
seperti seorang istri yang berpura-pura menikmati berhubungan seks dengan
suaminya, dan berpura-pura juga orgasme, atau seperti seorang istri yang ber-
it
pura-pura menikmati percakapan mengenai pertandingan sepak bola dengan
h
suaminya. "Kita", demikian tulis Blackburn, "dapat membayangkan bahwa kita
l-
a
mengalami kesatuan Hobbesian ketika sebenarnya kita tidak mengalaminya.
b
'1.
Anda dapat berpikir bahwa anda telah menciptakan kenikmatan timbal balik
padahal sebenarnya tidak."12
rr-

a- Dengan demikian kenikmatan pemuasan hasrat manusia terletak di da-


/a lam perasaan utuh dan satu, yang muncul akibat relasi timbal balik. lnilah pun-
cak pemuasan hasrat. Momen ini sekaligus faktual dan ideal. Artinya momen
ini sungguh terjadi, sekaligus juga bisa lumpuh akibat gangguan-gangguan yang
rra
ada. Kesatuan Hobbesian, menurut Blackburn, dapatlah diwujudkan secara
uk
nyata di dalam realitas. Cangguan memang ada tetapi itu pun bisa dilampaui.
an
Dengan memahami hasrat manusia sebagai dorongan yang diarahkan pada
lan
kenikmatan dalam kerangka kesatuan dan relasi timbal balik, maka kita bisa
rm-
memahami hasrat dalam kerangka kemanusiaan. Hasrat adalah sumber keba-
ne-
hagiaan yang membuat hidup manusia semakin manusiawi. Yang membuat
8Y,
54 Menjadi M anusia Otentik

hasrat manusia punya nama jelek adalah kesalahpahaman, ideologi, dan kon-
trol berlebihan terhadap hasrat itu sendiri.l3 Hasrat adalah bagian dari manusia
yang tanpanya, manusia tidak akan pernah jadi manusia. Sudah saatnya kita
memandang dan memahami hasrat sebagai bagian dari kemanusiaan kita, dan
bukan sebagai perversi, cacat, apalagi sebagai godaan setan.***

Pertanyaan-pertanyaan Refle ktif


1. Apa yang dimaksud dengan hasrat manusia? Apa beda hasrat tersebut
dengan hasrat bianatang?
2. Apa tujuan dasar dari hasrat? Mengapa?
3. Mengapa l"lasrat tersebut dikatakan akan menghancurkan dirinya sendiri?
Jelaskan dan berikan contoh secukupnya!
4. Apa yang dimaksud Hobbes sebagai hasrat untuk mencapai kesatuan?
Jelaskan dan berikan contoh secukupnya!

1 Penulis mengacu pada Simon Blackburn, Lust, Oxford, Oxford University Press, 2004.
2 Lihat, ibid, hal. 15.
3 Lihat, ibid.
4 Lihat, ibid, hal. 16.
s tbid.
6 Lihat, Blackburn, 2O04,ha|.29.
7 Lihat,ibi4 hal.31.
8 Dikutip oleh Blackburn,2OO4, ibid.
9 lbid, hal. 88.
10 Lihat, ibi4 hal" 89.
11 lbid, hal. 90
12 lbid, hal. 12.
'13 Lihat, ibid, hal. 133.

-oo0oo-

Anda mungkin juga menyukai