ada bab sebelumnya kita sudah melihat, bahwa manusia memerlukan kebenaran di dalam
P hidupnya. Kebenaran adalah dasar bagi manusia untuk menjadi otentik. Kebenaran juga bi
membuat hidup manusia menjadi bahagia. Akan tetapi kebenaran bukanlah satu-satunya
ang diperlukan untuk menjadi otentik. Manusia juga perlu mengenali sisi-sisi "gelap" yang ada d
:alam dirinya. Pengenalan itu akan berbuah kemampuan menjaga jarak dan menata dorongan-do-
-cngan hasrat tersebut. Tanpa pengenalan terhadap hasratnya, manusia akan dijajah oleh hasratnya
,endiri. Pada bab ini, berdasarkan pemikiran Simon Blackburn, penulis akan mencoba memaparkan
:.spek-aspek mendasar dari hasrat manusia.
Hasrat adalah unsur halus di dalam diri manusia yang sangat sulit dipahami. Orang sering
^lerasa bahwa ia menginginkan A. Padahal yang sungguh diinginkannya adalah B. Hasrat terkait de-
-gan keinginan. Sedari kecil banyakorangdiajarkan untuk menutupi hasratnya, bahkan dari dirinya
Mungkin saja tidak ada orang yang sungguh mengenali hasrat di dalam dirinya. Diri manusia
'endiri.
adalah sesuatu yang sangat rumit, terdiri dari berbagai lapis, elusif (selalu lolos dari genggaman kon-
dan bahkan ambigu. Ketika kita merasa mengenal tentang diri kita sendiri, pada saat yang samq,
'ep),
liri itu lolosdari pemahaman kita, dan berubah menjadi sesuatu yang lain.
Menurut Blackburn hasrat manusia yang paling mendasar adalah hasrat seksual. Ketika orang
nembicarakan hasrat, yang ada di kepalanya sebenarnya langsung mengacu pada hasrat seksual ma-
-rusid. Akan tetapi seks bukanlah akar terdalam dari hasrat. Orang melakukan hubungan seks dengan
canyak alasan. Ada yang melakukannya untuk mendapatkan keturunan. Ada yang melakukannya un-
:;k membuktikan, bahwa ia sanggup melakukannya. Ada yang melakukannya untuk membuktikan
cintanya pada pasangannya. Ada yang melakukannya hanya untuk menyingkirkan kekasih sebelum-
:ya, meningkatkan karirnya, atau untuk mendapatkan uang. Pada kasus terakhir orang berhubungan
seks tanpa hasrat. Hasrat menjadi lenyap di dalam seks yang bertujuan. Seks bukan bertujuan untuk
Nt enj adi M anusi a Otentik
50
seks, tetapi untuk sesuatu di luar seks itu sendiri. Yang terakhir
ini biasanya
dilakukan
terjadi pada orang tua. Pada anak muda, menurut Blackburn, seks
sebagai cara sekaligus sebagai tujuan pada dirinya sendiri.
Bisa saja dikatakan tujuan dari orang muda berhubungan seks bukanlah
seks itu sendiri, tetapi orgasme dan ejakulasi. Setelah orgasme
orang merasa-
semacam itu-
kan pelepasan yang rnenenangkan sekaligus melelahkan. Kondisi
lah yang ingin dicari. Akan tetapi menurut Blackburn, analisis
ini salah' orang
muda justru rnenganggap orgasme sebagai Bangguan yang tidak diinginkan.
la takut jika ia orga-
Orgasme adalah pernutus kenikmatan yang tidak diundang'
s*e, muka ia akan leiah, dan tidak mampu memuaskan pasangannya. Bahkan
pada pe-
menurut Bertrand Russell, hasrat adalah dorongan yang mengarah
y'ang/ Jl
musnahan dirinya sendiri, seperti pada seks. Seks adalah tindakan
kaca mata i
dipuaskan, justru memusnahkan hasrat seks itu sendiri. Dalam
orgasme bukanlah puncak seksualitas, melainkan akhir dari seks.2
Tentu saia orgasme adalah momen kenikmatan yang layak menj i tu-
juan. Orgasnne j uga bisa dipandang sebagai tujuan ptlncak' Orang ti akan
berhenti, samPa i ia tiba pada tujuan final. Hal yang sama terjadi
di da hu-
arti ini ada dua macam kenikmatan, yakni kenikmatan pada proses menuju
orgasme, dan kenikmatan orgasme itu sendiri. Jadi kenikmatan itu pun memi-
liki banyak versi. "Mungkin", demikian tulis Blackburn, "hasrat secara esensial
adalah antisipasi dari kenikmatan aktivitas seksual."s
r
:u sesuai dengan gabungan dua nafsu bersama, untuk membuat nikmat orang
ain, dan untuk dibuat nikmat oleh orang lain;... ini bukanlah sesuatu yang sen-
I
rual, tetapi kenikmatan pikiran, mempertimbangkan imajinasi dari kekuasaan
, ang mereka miliki untuk membuat nikmat."8
Apa logika di balik tulisan Hobbes tersebut? Ada dua orang berhubungan
seks. Sebut saja namanya Anton dan Dewi. Anton memberikan kenikmatan
i(-l
:ada Dewi. Dewi senang dengan apa yang dilakukan Anton. Anton juga se-
52 Menjadi M anusia Otentik
Kesatuan yang bersifat timbal balik ini tidaklah bisa dipelajari secara
teknis. Buku-buku yang mengajarkan cara berhubungan seks, 90 cara untuk
mencapai percakapan bermutu, dan sebagainya justru akan menghilangkan
"mistik" yang membuat kesatuan itu menjadi mungkin. Penjelasan teknis dan
mekanis tentang seks dan percakapan justru membuat roh kesatuan yang mem-
buat tindakan itu terasa nikmat menghilang. ltulah juga sebab mengapa pene-
litian ilmiah di bidang seksologi, yang dilakukan secara intensif oleh Kinsey,
Manusia dan Hasrat 53
justru luput dari pemahaman akan esensi seksualitas. "Bukanlah gerakan", de-
mikian Blackburn, "melainkan pikiran dibalik gerakan itulah yang penting bagi
pemuasan hasrat."ll
hasrat manusia punya nama jelek adalah kesalahpahaman, ideologi, dan kon-
trol berlebihan terhadap hasrat itu sendiri.l3 Hasrat adalah bagian dari manusia
yang tanpanya, manusia tidak akan pernah jadi manusia. Sudah saatnya kita
memandang dan memahami hasrat sebagai bagian dari kemanusiaan kita, dan
bukan sebagai perversi, cacat, apalagi sebagai godaan setan.***
1 Penulis mengacu pada Simon Blackburn, Lust, Oxford, Oxford University Press, 2004.
2 Lihat, ibid, hal. 15.
3 Lihat, ibid.
4 Lihat, ibid, hal. 16.
s tbid.
6 Lihat, Blackburn, 2O04,ha|.29.
7 Lihat,ibi4 hal.31.
8 Dikutip oleh Blackburn,2OO4, ibid.
9 lbid, hal. 88.
10 Lihat, ibi4 hal" 89.
11 lbid, hal. 90
12 lbid, hal. 12.
'13 Lihat, ibid, hal. 133.
-oo0oo-