“INTRANATAL CARE”
DISUSUN OLEH :
FENI ANGGRAINI
20186523014
A. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan bantuan
atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Rukiyah, dkk (2012).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluAaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin. Nurhati (2009).
Persalinan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: Persalinan spontan adalah
persalianan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri melaluai jalan lahir. Persalianan
buatan adalah persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan
forceps atau dilakukan dengan operasi cesarean. Persalianan anjuran adalah persalinan
tidak dimulai dengan sendirinya, baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,
pemberian phytomenadione. Rukiyah, dkk (2012).
B. Etiologi
Ada 2 kategori pengaruh utama yang menyebabkan timbulnya puncak kontraksi yang
berperan dalam persalinan :
1. Factor Hormonal yang menyebabkan kontraksi uterus
a. Rasio estrogen
b. Pengaruh eksitosin
c. Pengaruh hormonal fetus
2. Faktor mekanis
a. Regangan otot-otot uterus
b. Regangan atau iritasi serviks
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada
hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan faktor-faktor
humoral, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf, dan nutrisi.
1. Teori penurunan hormone
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif
terhadap oksitosin, akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesteron tertentu. (Harianto, 2010)
2. Teori oksitosin
Oksitosin diketahui merupakan suatu uterotonin yang sangat poten (dalam
konsentrasi yang sangat rendah), yang menyebabkan kontraksi uterus pada
uterus.Efektivitas oksitosin dalam menginduksi persalinan aterm, potensi besar
uterotonin, dan keberadaannya secara alami pada manusia cukup menjadi alasan
untuk menduga bahwa oksitosin mungkin terlibat dalam inisiasi persalinan
3. Teori plasenta menjadi tua
Pada UK 40 minggu, sirkulasi darah plasenta turun dan terjadi degenerasi
tropoblast yang menyebabkan penurunan produksi hormon (estrogen&progesteron).
4. Teori peregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia
otot-otot uterus (Sumarah, 2008).
5. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua, disangka menjadi salah satu
penyebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa
prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra dan ekstra amnial
menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga
disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban
maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.
(Obstetri Fisiologi : 223 )
Tanda – tanda permulaan persalinan yang terjadi beberapa minggu sebelum persalinan
adalah :
4. Perasaan sakit perut dan dipinggang karena kontraksi lemah dari uterus.
5. Serviks menjadi lebih lembek dan mulai mendatar, sekresinya pun akan
bertambah bisa bercampur darah (Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2004).
Tanda – tanda pasti persalinan yang terjadi beberapa saat sebelum persalinan adalah.
Terjadinya his persalinan yang bersifat :
4. Pengeluaran lendir dan darah (bloody show) yang lebih banyak karena
robekan kecil pada serviks, Pengeluaran Cairan yang terjadi pada beberapa
kasus ketuban pecah, dan dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsung dalam waktu 24 jam kemudian.
5. Pada pemeriksaan dalam serviks telah mendatar dan pembukaan telah ada
(Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2004).
1. Usia Ibu
3. Jarak kelahiran
5. Posisi fetus
6. Kondisi selaput ketuban
Power pertama pada persalinan adalah kekuatan yang dihasilkan kontraksi otot rahim
yang terjadi diluar kesadaran. Power terdiri dari 2 faktor, yaitu :
b. Tenaga mengejan.
Adanya kontraksi otot dinding perut maka menyebabkan peningkatan tekanan intra
abdominal (serupa tenaga mengejan sewaktu BAB namun lebih kuat).
Setelah kepala sampai pada dasar panggul timbul suatu reflek pasien menutup
glotisnya, mengkontraksikan otot –otot perutnya dan menekan diafragma kebawah.
Hal ini berhasil bila pembukaan sudah lengkap dan efektif sewaktu ada kontraksi.
D. Patofisiologi
Cunningham, et al (2005) membagi persalinan aktif kedalam tiga kala yang berbeda.
Kala satu persalinan disebut stadium pendataran dan dilatasi serviks, kala dua persalinan
sebagai stadium ekspulsi janin, dan kala tiga adalah stadium pemisahan dan ekspulsi
plasenta. Manuaba (2007) menambahkan kala empat persalinan sebagai fase
pengawasan.
1. Kala I (Kala Pembukaan)
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga seviks membuka lengkap yaitu sekitar
10 cm (APN 2007).
Adalah kala pembukaan yang berlangsung mulai pembukaan 0 cm sampai dengan
pembukaan 10 cm (lengkap). Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam
sedangkan multigravida berlangsung sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva Friedman
pembukaan jalan lahir dapat diperhitungkan, untuk primigravida 1 cm/jam, dan
multigravida 2 cm/jam sehingga sampai pembukaan lengkap dapat diperhitungkan
Dalam kala I dibagi menjadi 2 fase :
- Fase Laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter 3 cm
- Fase Aktif :
Fase Akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4cm
Fase Dilatasi Maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat
cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm
Fase Deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam
pembukaan 9 cm menjadi 10 cm (lengkap)
Fase-fase tersebut diatas dapat dijumpai pada pasien primigravida maupun
multigravida, hanya pada pasien multigravida fase-fase tersebut terjadi lebih
pendek
2. Kala II (Kala Pengeluaran / Pengusiran Janin)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi, dengan menunjukkan gejala dan tanda: ibu ingin
meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu merasakan adanya peningkatan
tekanan pada rektum dan/atau vagina, perineum menonjol, vulva-vagina dan sfingter
ani membuka, dan meningkatnya pengeluaran bloody show. Tanda pasti kala II
ditentukan melalui informasi obyektif yaitu pembukaan serviks sudah lengkap atau
terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina (APN, 2007).
Aderhold dan Robert dalam Varney (2007) membagi kala II persalinan kedalam 3
fase:
1) Fase I, periode tenang: dari dilatasi lengkap sampai desakan untuk mengejan
atau awitan usaha mengejan yang sering dan berirama.
2) Fase II, mengejan aktif: dari awitan usaha mengejan yang berirama sampai
bagian presentasi tidak lagi mundur di antara usaha mengejan (crowning).
3) Fase III, perineal: dari crowning bagian presentasi sampai pelahiran semua
tubuh bayi.
Kala II persalinan berlangsung sekitar 11/2 sampai 2 jam pada primigravida dan 1/2
sampai 1 jam pada multigravida (Mochtar, 1998).
3. Kala III (Kala pelepasan plasenta/pengeluaran uri)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup perubahan
bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, dan semburan darah mendadak dan
singkat (APN, 2007). Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi
lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200cc
(Mochtar, 1998). Saifuddin (2002) menyatakan bahwa perdarahan pervaginam yang
melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan.
4. Kala IV (Kala observasi 2 jam)
Melakukan observasi terhadap terjadinya perdarahan post partum yang paling sering
terjadi 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan :
- Tingkat kesadaran
- Pemeriksaan TTV
- Kontraksi uterus
- Jumlah perdarahan
Perdarahan di anggap normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc
E. Komplikasi
F. Pemeriksaan Penunjang
G. Penatalaksanaan
1. Kala I
a. Mengukur TTV
b. Auskultasi DJJ
c. Memperhatikan kontraksi uterus, dilatasi uterus, penurunan presentasi terendah
dan kemajuan persalinan serta perineum
2. Kala II
Mengajari ibu untuk mengejan
3. Kala III
a. Pengawasan terhadap perdarahan
b. Memperhatikan tanda plasenta lepas
4. Kala IV
a. Pemeriksaan fisik, observasi TTV dan KU
b. Kontraksi rahim
c. Letakkan bayi yang telah dibersihkan disebelah ibu
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien: Nama , jenis kelamin, suku/budaya, agama, tingkat pendidikan, dll.
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat kehamlan,persalinan dan nifas yang lalu
b. Riwayat kehamilan sekarang, meliputi: keadaan waktu hamil keluhan yang di
rasakan selama hamil, imunisasi dan pemeriksaan selama, kehamilan (ANC),
hamil ke berapa
c. Riwayat Ginekologi
1) Riwayat menstruasi:1.Menarche 2.Siklus haid 3.Lama haid 4.banyak haid
5.dismenorhoe.. 6. HPHT 7. HPL
2) Riwayat pernikahan :1.Usia pernikahan suami-istri 2.Pernikahan
- Riwayat KB:1.Apakah klien mengikuti program KB/tidak, Jenis KB yang di
gunakan
d. Riwayat Kesehatan Keluarga: Apakah dalam keluarga terdapat penyakit
keturunan,ataupun penyakit menular.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan atau keadaan umum
b. Tingkat kesadaran:umumnya sadar penuh
c. Tanda-tanda vital
d. Kepala: warna rambut, kebersihan, keluhan nyeri atau tidak, lesi ada atau tidak,
edema ada atau tidak
e. Mata: fungsi penglihatan, tanda-tanda anemis ada atau tidak, warna kornea,
sklera ikterik atau tidak
f. Hidung: fungsi penciuman, adanya nyeri tekan ada atau tidak, kesimetrisan,
kebersihan, kesimetrisan, kebersihan
4. Pengkajian
1. Kala I
a. Memeriksa tanda-tanda vital.
b. Mengkaji kontraksi tekanan uterus dilatasi serviks dan penurunan
karakteristitik yang mengambarkan kontraksi uterus: frekuensi, internal,
intensitas, durasi, tonus.
c. Penipisan serviks, evasemen mendahului dilatasi serviks pada kehamilan
pertama dan sering diikuti pembukaan dalam kehamilan berikutnya.
d. Pembukaan serviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang menentukan
bahwa kekuatan kontraksi uterus yang efektif dan kemajuan persalinan.
e. Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi jumlah fetus,
letrak janin, penurunan janin.
f. Pemeriksaan Vagina: membran, serviks, foetus, station.
g. Tes diagnostik dan laboratorium: Specimen urin, tes darah, ruptur
membran, cairan amnion (warna, karakter dan jumlah).
2. Kala II
a. Tanda yang menyertai kala II: Keringat terlihat tiba-tiba diatas bibir,
adanya mual, bertambahnya perdarahan, gerakan ekstremitas, pembukaan
serviks, his lebih kuat dan sering, ibu merasakan tekanan pada rektum,
merasa ingin BAB, ketuban +/-, perineum menonjol, anus dan vulva
membuka, gelisah mengatakan saya ingin BA, pada waktu his kepala janin
tampak di vulva.
b. Melakukan monitoring terhadap: His (frekuensi, kekuatan, jarak,
intensitas), keadaan janin (penurunan janin melalui vagina), kandung
kemih penuh/tidak, nadi dan tekanan darah.
c. Durasi kala II → kemajuan pada kala II : Primigravida berlangsung 45– 60
menit , multipara berlangsung 15 – 30 menit.
3. Kala III
a. Pelepasan plasenta ditandai oleh tanda-tanda berikut:
1) Adanya kontraksi vunds yang kuat
2) Perubahan pada bentuk uterus dari bentuk lonjong ke bentuk bulat
pipih sehingga plasenta bergerak kebagian bawah
3) Keluarnya darah hitam dari introuterus
4) Terjadinya perpanjangan taliu pusat sebagai akibat plasenta akan
keluar.
5) Penuhnya vagina (plasenta diketahui pada pemeriksaan vagina atau
rektal , atau membran poetus terlihat pada introitus).
b. Status Fisik mental
Perubahan secara Psikologi setelah melahirkan akan dijumpai, curah
jantung meningkat dengan cepat pada saat sirkulasi maternal ke plasenta
berhenti.didapatkan melalui pemeriksaan: Suhu, nadi, dan pernafasan,
pemeriksaan terhadap perdarahan (warna darah dan jumlah darah)
c. Tanda-tanda masalah potensial: Saat praktisi keperawatan primer
mengeluarkan plasenta perawat mengobservasi tanda-tanda dari ibu,
perubahan tingkat kesadaran atau perubahan pernafasan
4. Kala IV
a. Tanda tanada vital: Vital sign dapat memberikan data dasar untuk
diagnosa potensial,komplikasi seperti perdarahan dan hipertermia. Pada
kala IV observasi vital sign sangat penting untuk mengetahui perubahan
setelah melahirkan seperti : pulse biasanya stabil sebelum bersalin selama
1 jam pertama dan mengalami perubahan setelah terjadi persalinan yaitu
dari cardiovaskuler.
b. Kandung kemih: Dengan observasi dan palpasi kandung kemih. Jika
kandung kemih menengang akan mencapai ketinggian suprapubik dan
redup pada perkusi. Kateterisasi mungkin diperlukan mencegah
peregangan kandung kemih dan retensi kandung kencing jika klien tidak
bisa kencing.
c. Lochea: Jumlah dan jenis lochea dikaji melalui observasi perineum ibu
dan kain dibawah bokong ibu. Jumlah dan ukuran gumpalan darah jika
dilihat dicatat hasil dan bekuannya.
d. Perinium: Perawat menanyakan kepada ibu atau menganjurkan untuk
mengiring dan melenturkan kembali otot otot panggul atas dan dengan
perlahan-lahan mengangkat bokong untuk melihat perineum.
e. Temperatur: Temperatur ibu diukur saat satu jam pertama dan sesuaikan
dengan keadaan temperatur ruangan. Temperatur biasanya dalam batas
normal selama rentang waktu satu jam pertama,kenaikan pada periode ini
mungkin berhubungan dengan dehidrasi atau kelelahan.
f. Kenyamanan: Kenyamannan ibu dikaji dan jenis analgetik yang
didapatkan selama persalinan akan berpengaruh terhadap persepsi
ketidaknyamanannya.
g. Tanda-tanda potensial masalah: Karena pendarahan dapat menyebabkan
potensial masalah komplikasi,perawat harus waspada adanya potensial
komplikasi (Nurarif, 2015).
H. Diagnosa Keperawatan
1. Kala I: Nyeri persalinan b.d kontraksi uterus
2. Kala II: Nyeri persalinan b.d tekanan mekanis pada bagian presentasi
3. Kala III: Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif perdarahan
4. Kala IV: Risiko infeksi b.d gangguan integritas kulit; Risiko perdarahan b.d
komplikasi pascapartum ( atoni uterus, retensi plasenta)
DAFTAR PUSTAKA