Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

“INTRANATAL CARE”

DISUSUN OLEH :

FENI ANGGRAINI
20186523014

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN + NERS PONTIANAK


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
TAHUN 2021/2022
DAFTAR ISI
BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan bantuan
atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Rukiyah, dkk (2012).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluAaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin. Nurhati (2009).
Persalinan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: Persalinan spontan adalah
persalianan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri melaluai jalan lahir. Persalianan
buatan adalah persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan
forceps atau dilakukan dengan operasi cesarean. Persalianan anjuran adalah persalinan
tidak dimulai dengan sendirinya, baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,
pemberian phytomenadione. Rukiyah, dkk (2012).

B. Etiologi

Ada 2 kategori pengaruh utama yang menyebabkan timbulnya puncak kontraksi yang
berperan dalam persalinan :
1. Factor Hormonal yang menyebabkan kontraksi uterus
a. Rasio estrogen
b. Pengaruh eksitosin
c. Pengaruh hormonal fetus
2. Faktor mekanis
a. Regangan otot-otot uterus
b. Regangan atau iritasi serviks

Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada
hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan faktor-faktor
humoral, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf, dan nutrisi.
1. Teori penurunan hormone
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif
terhadap oksitosin, akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesteron tertentu. (Harianto, 2010)
2. Teori oksitosin
Oksitosin diketahui merupakan suatu uterotonin yang sangat poten (dalam
konsentrasi yang sangat rendah), yang menyebabkan kontraksi uterus pada
uterus.Efektivitas oksitosin dalam menginduksi persalinan aterm, potensi besar
uterotonin, dan keberadaannya secara alami pada manusia cukup menjadi alasan
untuk menduga bahwa oksitosin mungkin terlibat dalam inisiasi persalinan
3. Teori plasenta menjadi tua
Pada UK 40 minggu, sirkulasi darah plasenta turun dan terjadi degenerasi
tropoblast yang menyebabkan penurunan produksi hormon (estrogen&progesteron).

4. Teori peregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia
otot-otot uterus (Sumarah, 2008).
5. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua, disangka menjadi salah satu
penyebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa
prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra dan ekstra amnial
menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga
disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban
maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.
(Obstetri Fisiologi : 223 )

C. Tanda dan Gejala

Tanda – tanda permulaan persalinan yang terjadi beberapa minggu sebelum persalinan
adalah :

1. Lightening/settling/dropping yaitu, kepala turun memasuki pintu atas


panggul. Pada primigravida terjadi saat 4 –6 minggu terakhir kehamilan,
sedangkan pada multigravida terjadi saat partus mulai.

2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.


3. Perasaan sering atau susah kencing (polakisuria), karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawah janin.

4. Perasaan sakit perut dan dipinggang karena kontraksi lemah dari uterus.

5. Serviks menjadi lebih lembek dan mulai mendatar, sekresinya pun akan
bertambah bisa bercampur darah (Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2004).

Tanda – tanda pasti persalinan yang terjadi beberapa saat sebelum persalinan adalah.
Terjadinya his persalinan yang bersifat :

1. Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.

2. Sifatnya teratur, interval semakin pendek dan kekuatanya semakin besar.

3. Semakin ibu beraktivitas kekuatan his akan semakin besar.

4. Pengeluaran lendir dan darah (bloody show) yang lebih banyak karena
robekan kecil pada serviks, Pengeluaran Cairan yang terjadi pada beberapa
kasus ketuban pecah, dan dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsung dalam waktu 24 jam kemudian.

5. Pada pemeriksaan dalam serviks telah mendatar dan pembukaan telah ada
(Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2004).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemajuan persalinan dan kelahiran

1. Usia Ibu

2. Berat badan ibu

3. Jarak kelahiran

4. Berat bayi dan usia gestasi

5. Posisi fetus
6. Kondisi selaput ketuban

7. Tempat menempelnya plasenta dan Faktor psikologi

Faktor – faktor yang mempengaruhi kekuatan persalinan :

Power (kekuatan yang mendorong janin keluar).

Power pertama pada persalinan adalah kekuatan yang dihasilkan kontraksi otot rahim
yang terjadi diluar kesadaran. Power terdiri dari 2 faktor, yaitu :

a. His (kontraksi otot rahim pada persalinan).

b. Tenaga mengejan.

Adanya kontraksi otot dinding perut maka menyebabkan peningkatan tekanan intra
abdominal (serupa tenaga mengejan sewaktu BAB namun lebih kuat).
Setelah kepala sampai pada dasar panggul timbul suatu reflek pasien menutup
glotisnya, mengkontraksikan otot –otot perutnya dan menekan diafragma kebawah.
Hal ini berhasil bila pembukaan sudah lengkap dan efektif sewaktu ada kontraksi.

D. Patofisiologi

Cunningham, et al (2005) membagi persalinan aktif kedalam tiga kala yang berbeda.
Kala satu persalinan disebut stadium pendataran dan dilatasi serviks, kala dua persalinan
sebagai stadium ekspulsi janin, dan kala tiga adalah stadium pemisahan dan ekspulsi
plasenta. Manuaba (2007) menambahkan kala empat persalinan sebagai fase
pengawasan.
1. Kala I (Kala Pembukaan)
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga seviks membuka lengkap yaitu sekitar
10 cm (APN 2007).
Adalah kala pembukaan yang berlangsung mulai pembukaan 0 cm sampai dengan
pembukaan 10 cm (lengkap). Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam
sedangkan multigravida berlangsung sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva Friedman
pembukaan jalan lahir dapat diperhitungkan, untuk primigravida 1 cm/jam, dan
multigravida 2 cm/jam sehingga sampai pembukaan lengkap dapat diperhitungkan
Dalam kala I dibagi menjadi 2 fase :
- Fase Laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter 3 cm
- Fase Aktif : 
Fase Akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi  4cm
Fase Dilatasi Maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat
cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm
Fase Deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam
pembukaan 9 cm menjadi 10 cm (lengkap)
Fase-fase tersebut diatas dapat dijumpai pada pasien primigravida maupun
multigravida, hanya pada pasien multigravida fase-fase tersebut terjadi lebih
pendek
2. Kala II (Kala Pengeluaran / Pengusiran Janin)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi, dengan menunjukkan gejala dan tanda: ibu ingin
meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu merasakan adanya peningkatan
tekanan pada rektum dan/atau vagina, perineum menonjol, vulva-vagina dan sfingter
ani membuka, dan meningkatnya pengeluaran bloody show. Tanda pasti kala II
ditentukan melalui informasi obyektif yaitu pembukaan serviks sudah lengkap atau
terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina (APN, 2007).
Aderhold dan Robert dalam Varney (2007) membagi kala II persalinan kedalam 3
fase:
1) Fase I, periode tenang: dari dilatasi lengkap sampai desakan untuk mengejan
atau awitan usaha mengejan yang sering dan berirama.
2) Fase II, mengejan aktif: dari awitan usaha mengejan yang berirama sampai
bagian presentasi tidak lagi mundur di antara usaha mengejan (crowning).
3) Fase III, perineal: dari crowning bagian presentasi sampai pelahiran semua
tubuh bayi.
Kala II persalinan berlangsung sekitar 11/2 sampai 2 jam pada primigravida dan 1/2
sampai 1 jam pada multigravida (Mochtar, 1998).
3. Kala III (Kala pelepasan plasenta/pengeluaran uri)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup perubahan
bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, dan semburan darah mendadak dan
singkat (APN, 2007). Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi
lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200cc
(Mochtar, 1998). Saifuddin (2002) menyatakan bahwa perdarahan pervaginam yang
melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan.
4. Kala IV (Kala observasi 2 jam)
Melakukan observasi terhadap terjadinya perdarahan post partum yang paling sering
terjadi 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan :
- Tingkat kesadaran
- Pemeriksaan TTV
- Kontraksi uterus
- Jumlah perdarahan
Perdarahan di anggap normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc

E. Komplikasi

Menurut Wiknjosostro (2005) komplikasi adalah sebagai berikut :

1. Perdarahan masa nifas

Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah


perdarahan dengan jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir. Ada
dua jenis menurut waktunya, yaitu perdarahan dalam 24 jam pertama
setelah melahirkan dan perdarahan nifas. Perdarahan post partum
dalam 24 jam pertama biasanya masih berada dalam pengawasan ketat
dokter. Dalam dua jam pertama, kondisi terus dipantau, salah satunya
untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum. Sementara
itu, perdarahan masa nifas dapat terjadi ketika sudah tidak berada di
rumah sakit lagi. Oleh karena itu harus waspada terhadap kemungkinan
terjadinya perdarahan post partum.

2. Infeksi paska persalinan (post partum)


Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan.
Keadaan ini ditandai oleh peningkatan suhu tubuh, yang dilakukan
pada dua kali pemeriksaan, selang waktu enam jam dalam 24 jam
pertama setelah persalinan. Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat
celcius dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis),
maka dikatakan bahwa telah terjadi infeksi post partum. Infeksi yang
secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah infeksi
pada rahim, daerah sekitar rahim, atau vagina. Infeksi ginjal juga
terjadi segera setelah persalinan.
3. Ruptur uteri
Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim
tidak utuh. Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri,
misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan
sebelumnya. Selain itu, kehamilan dengan janin yang terlalu besar,
kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan, seperti pada
kehamilan kembar, dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang
dan menipis sehingga robek.
4. Trauma perinium
Parineum adalah otot, kulit, dan jaringan yang ada diantara kelamin
dan anus. Trauma perineum adalah luka pada perineum sering terjadi
saat proses persalinan. Hal ini karena desakan kepala atau bagian tubuh
janin secara tiba-tiba, sehingga kulit dan jaringan perineum robek.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium rutin (Hb dan urinalisis serta protein urine).


untuk mendeteksi apakah terdapat protein pada urine yang merupakan salah
satu tanda preeklamsia.
2. Pemeriksaan ultrasonografi.
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) merupakan salah satu jenis pemeriksaan
yang dianjurkan pada ibu hamil. Biasanya, pemeriksaan ini sering dilakukan
untuk mengetahui jenis kelamin dari bayi yang akan dilahirkan. Namun,
pemeriksaan USG sebenarnya memiliki banyak tujuan, tak hanya untuk
mengetahui jenis kelamin janin saja. Pada dasarnya, pemeriksaan kandungan
dilakukan untuk memeriksa kesehatan dan perkembangan janin selama di
dalam kandungan.
Memeriksakan kandungan lewat USG juga dapat dilakukan untuk
memastikan janin berada pada tempat yang tepat, yaitu dalam kantung
kehamilan di dalam rahim. Biasanya, kantung kehamilan sudah mulai terlihat
pada saat kehamilan memasuki usia 4-6 minggu. Pada saat ini, ibu hamil
sudah bisa melakukan pemeriksaan USG untuk memastikan posisi janin di
dalam kandungan.
Sementara itu, bentuk, ukuran, dan detak jantung janin biasanya
membutuhkan waktu yang sedikit lama untuk dapat terdeteksi lewat USG.
Umumnya detak jantung bayi baru dapat dideteksi setelah kehamilan
menginjak usia lebih dari 8 minggu. Oleh karena itu, USG pertama saat hamil
disarankan untuk dilakukan saat usia kehamilan sudah lebih dari 7 minggu.
Dengan begitu, pemeriksaan mungkin akan memberikan hasil yang
lebih jelas seputar kesehatan janin, perkiraan kelahiran hingga ukuran serta
kemungkinan bayi mengalami kelebihan atau kekurangan berat badan. Untuk
menentukan perkiraan persalinan, pemeriksaan USG disarankan untuk
dilakukan pada trimester pertama kehamilan, yaitu saat usia janin kurang dari
3 minggu. Sebab, pemeriksaan pada masa ini biasanya memiliki tingkat
keakuratan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan usia lain selama hamil.

3. Pemantauan janin dengan kardiotokografi.


4. Amniosentesis dan kariotiping.
5. Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu
petugas kesehatan dalam mengambil keputusan saat pelaksanaan. Partograf
dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif). Partograf dimulai atau dibuat untuk
setiap ibu bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut normal
atau dengan komplikasi.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan
menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini
kemungkinan terjadinya partus lama.
3. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,
kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,
membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang
diberikan.

G. Penatalaksanaan

1. Kala I
a. Mengukur TTV
b. Auskultasi DJJ
c. Memperhatikan kontraksi uterus, dilatasi uterus, penurunan presentasi terendah
dan kemajuan persalinan serta perineum
2. Kala II
Mengajari ibu untuk mengejan
3. Kala III
a. Pengawasan terhadap perdarahan
b. Memperhatikan tanda plasenta lepas
4. Kala IV
a. Pemeriksaan fisik, observasi TTV dan KU
b. Kontraksi rahim
c. Letakkan bayi yang telah dibersihkan disebelah ibu

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien: Nama , jenis kelamin, suku/budaya, agama, tingkat pendidikan, dll.
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat kehamlan,persalinan dan nifas yang lalu
b. Riwayat kehamilan sekarang, meliputi: keadaan waktu hamil keluhan yang di
rasakan selama hamil, imunisasi dan pemeriksaan selama, kehamilan (ANC),
hamil ke berapa
c. Riwayat Ginekologi
1) Riwayat menstruasi:1.Menarche 2.Siklus haid 3.Lama haid 4.banyak haid
5.dismenorhoe.. 6. HPHT 7. HPL
2) Riwayat pernikahan :1.Usia pernikahan suami-istri 2.Pernikahan
- Riwayat KB:1.Apakah klien mengikuti program KB/tidak, Jenis KB yang di
gunakan
d. Riwayat Kesehatan Keluarga: Apakah dalam keluarga terdapat penyakit
keturunan,ataupun penyakit menular.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan atau keadaan umum
b. Tingkat kesadaran:umumnya sadar penuh
c. Tanda-tanda vital
d. Kepala: warna rambut, kebersihan, keluhan nyeri atau tidak, lesi ada atau tidak,
edema ada atau tidak
e. Mata: fungsi penglihatan, tanda-tanda anemis ada atau tidak, warna kornea,
sklera ikterik atau tidak
f. Hidung: fungsi penciuman, adanya nyeri tekan ada atau tidak, kesimetrisan,
kebersihan, kesimetrisan, kebersihan
4. Pengkajian
1. Kala I
a. Memeriksa tanda-tanda vital.
b. Mengkaji kontraksi tekanan uterus dilatasi serviks dan penurunan
karakteristitik yang mengambarkan kontraksi uterus: frekuensi, internal,
intensitas, durasi, tonus.
c. Penipisan serviks, evasemen mendahului dilatasi serviks pada kehamilan
pertama dan sering diikuti pembukaan dalam kehamilan berikutnya.
d. Pembukaan serviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang menentukan
bahwa kekuatan kontraksi uterus yang efektif dan kemajuan persalinan.
e. Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi jumlah fetus,
letrak janin, penurunan janin.
f. Pemeriksaan Vagina: membran, serviks, foetus, station.
g. Tes diagnostik dan laboratorium: Specimen urin, tes darah, ruptur
membran, cairan amnion (warna, karakter dan jumlah).
2. Kala II
a. Tanda yang menyertai kala II: Keringat terlihat tiba-tiba diatas bibir,
adanya mual, bertambahnya perdarahan, gerakan ekstremitas, pembukaan
serviks, his lebih kuat dan sering, ibu merasakan tekanan pada rektum,
merasa ingin BAB, ketuban +/-, perineum menonjol, anus dan vulva
membuka, gelisah mengatakan saya ingin BA, pada waktu his kepala janin
tampak di vulva.
b. Melakukan monitoring terhadap: His (frekuensi, kekuatan, jarak,
intensitas), keadaan janin (penurunan janin melalui vagina), kandung
kemih penuh/tidak, nadi dan tekanan darah.
c. Durasi kala II → kemajuan pada kala II : Primigravida berlangsung 45– 60
menit , multipara berlangsung 15 – 30 menit.
3. Kala III
a. Pelepasan plasenta ditandai oleh tanda-tanda berikut:
1) Adanya kontraksi vunds yang kuat
2) Perubahan pada bentuk uterus dari bentuk lonjong ke bentuk bulat
pipih sehingga plasenta bergerak kebagian bawah
3) Keluarnya darah hitam dari introuterus
4) Terjadinya perpanjangan taliu pusat sebagai akibat plasenta akan
keluar.
5) Penuhnya vagina (plasenta diketahui pada pemeriksaan vagina atau
rektal , atau membran poetus terlihat pada introitus).
b. Status Fisik mental
Perubahan secara Psikologi setelah melahirkan akan dijumpai, curah
jantung meningkat dengan cepat pada saat sirkulasi maternal ke plasenta
berhenti.didapatkan melalui pemeriksaan: Suhu, nadi, dan pernafasan,
pemeriksaan terhadap perdarahan (warna darah dan jumlah darah)
c. Tanda-tanda masalah potensial: Saat praktisi keperawatan primer
mengeluarkan plasenta perawat mengobservasi tanda-tanda dari ibu,
perubahan tingkat kesadaran atau perubahan pernafasan
4. Kala IV
a. Tanda tanada vital: Vital sign dapat memberikan data dasar untuk
diagnosa potensial,komplikasi seperti perdarahan dan hipertermia. Pada
kala IV observasi vital sign sangat penting untuk mengetahui perubahan
setelah melahirkan seperti : pulse biasanya stabil sebelum bersalin selama
1 jam pertama dan mengalami perubahan setelah terjadi persalinan yaitu
dari cardiovaskuler.
b. Kandung kemih: Dengan observasi dan palpasi kandung kemih. Jika
kandung kemih menengang akan mencapai ketinggian suprapubik dan
redup pada perkusi. Kateterisasi mungkin diperlukan mencegah
peregangan kandung kemih dan retensi kandung kencing jika klien tidak
bisa kencing.
c. Lochea: Jumlah dan jenis lochea dikaji melalui observasi perineum ibu
dan kain dibawah bokong ibu. Jumlah dan ukuran gumpalan darah jika
dilihat dicatat hasil dan bekuannya.
d. Perinium: Perawat menanyakan kepada ibu atau menganjurkan untuk
mengiring dan melenturkan kembali otot otot panggul atas dan dengan
perlahan-lahan mengangkat bokong untuk melihat perineum.
e. Temperatur: Temperatur ibu diukur saat satu jam pertama dan sesuaikan
dengan keadaan temperatur ruangan. Temperatur biasanya dalam batas
normal selama rentang waktu satu jam pertama,kenaikan pada periode ini
mungkin berhubungan dengan dehidrasi atau kelelahan.
f. Kenyamanan: Kenyamannan ibu dikaji dan jenis analgetik yang
didapatkan selama persalinan akan berpengaruh terhadap persepsi
ketidaknyamanannya.
g. Tanda-tanda potensial masalah: Karena pendarahan dapat menyebabkan
potensial masalah komplikasi,perawat harus waspada adanya potensial
komplikasi (Nurarif, 2015).

H. Diagnosa Keperawatan
1. Kala I: Nyeri persalinan b.d kontraksi uterus
2. Kala II: Nyeri persalinan b.d tekanan mekanis pada bagian presentasi
3. Kala III: Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif perdarahan
4. Kala IV: Risiko infeksi b.d gangguan integritas kulit; Risiko perdarahan b.d
komplikasi pascapartum ( atoni uterus, retensi plasenta)

I. Rencana Asuhan Keperawatan


No. Diagnose Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Kala I: Nyeri melahirkan Setelah dilakukan Intervensi utama - Reaksi nonverbal
tindakan Keperawatan bisa
berhubungan dengan Manajemen nyeri
3 x24 jam diharapkan menggambarkan
kontraksi uterus nyeri pasien berkurang - Lakukan pengkajian nyeri yang
dengan kriteria hasil: nyeri komphrehensif dirasakan pasien
a) Mampu yang meliputi lokasi,
- Lingkungan yang
mengontrol nyeri karakteristik, onset / nyaman dapat
saat terjadi durasi, frekuensi, mengurangi
kontraksi kualitas, intensitas /
persepsi nyeri
b) Melaporkan beratnya nyeri dan
pasien.
bahwa nyeri faktor penceetus
berkurang - Nyeri pada kala 1
c) Mengatakan rasa - Observasi reaksi merupakan efek
nyaman setelah nonverbal dari samping dari
nyeri berkurang ketidaknyamanan
kontraksi yang
- Kendalikan faktor dapat mendorong
lingkungan yang dapat bayi mendekati
mempengaruhi respon jalan lahir.
pasien terhadap Sehingga nyeri
ketidaknyamanan hanya
diminamalisir
- Ajarkan penggunaan menggunakan
teknik nonfarmakologi tekhnik non-
(hypnosis, relaksasi, farmakologi
bimbingan antisipatif,
terapi musik)
2 Kala II: Nyeri melahirkan Setelah dilakukan Intervensi utama - Data dasar dalam
berhubungan dengan tekanan tindakan Keperawatan menentukan
3x24 jam diharapkan Manajemen nyeri
mekanis pada bagian intervensi
presentasi nyeri pasien berkurang - Lakukan pengkajian selanjutnya
dengan kriteria hasil: nyeri komphrehensif
- Reaksi nonverbal
yang meliputi lokasi,
a) Mampu bisa
karakteristik, onset /
mengontrol nyeri menggambarkan
saat terjadi durasi, frekuensi, nyeri yang
kontraksi kualitas, intensitas /
dirasakan pasien
b) Melaporkan beratnya nyeri dan
bahwa nyeri faktor penceetus - Lingkungan yang
berkurang nyaman dapat
- Observasi reaksi
c) Mengatakan rasa mengurangi
nyaman setelah nonverbal dari persepsi nyeri
nyeri berkurang ketidaknyamanan
pasien.
- Kendalikan faktor
- Posisi yang
lingkungan yang dapat
nyaman dapat
mempengaruhi respon
mempengaruhi
pasien terhadap
ketidaknyamanan kekuatan meneran
- Atur posisi yang - Cara meneran
nyaman bagi klien yang benar dapat
(dorsal menghemat tenaga
rekumben/litotomi) dan
memaksimalkan
- Ajarkan klien tentang
kekuatan klien
cara meneran dengan
dalam persalinan
benar
3 Kala III: Kekurangan volume Setelah dilakukan Intrvensi utama - Data dasar dalam
tindakan Keperawatan menentukan
cairan berhubungan dengan
3x24 jam diharapkan intervensi
kehilangan cairan aktif volume cairan - Monitor status hidrasi selanjutnya
meningkat dengan (misalnya membran
perdarahan - Dehidrasi dapat
kriteria hasil:
mukosa lembab, denyut
mempengaruhi
a) Asupan cairan nadi adekuat dan tanda-tanda vital,
terpenuhi tekanan
terutama nadi
b) Tekanan darah darahortostatik)
dan denyut nadi - Untuk
- Monitor tanda-tanda
radial dalam batas mengetahui
normal vital pasien
balance cairan
c) Keseimbangan - Jaga intake / asupan pasien
intake dan output yang akurat dan catat
dalam 24 jam output pasien - Mengurangi
terjaga terjadinya
d) Turgor kulit - Pertahankan agar perdarahan
elastis pasien tetap tirah
e) Membrane - Tranfusi darah
baring jika terjadi
mukosa lembab dapat mencegah
pendarahan aktif
terjadinya anemia
- Kolaborasi dengan
- Mengganti cairan
dokter untuk pemberian
yang hilang
tranfusi darah
melalui perdarahan
4 Kala IV: Risiko perdarahan Setelah dilakukan Intervensi utama - Untuk
tindakan Keperawatan mengetahui
berhubungan dengan Manajemen imunisasi /
3x24 jam diharapkan apakah pasien
komplikasi pascapartum risiko infeksi vaksinasi
mengalami
berkurang dengan - Catat nilai Hb dan HT kehilangan banyak
( atoni uterus, retensi
kriteria hasil: darah (anemia)
sebelum dan sesudah
plasenta)
a) Asupan cairan terjadìnya perdarahan atau tidak
terpenuhi - Berikan masase pada - Menghindari
b) Tekanan darah perdarahan dari
fundus uteri.
dan denyut nadi
jalan lahir
radial dalam batas - Monitor tanda-tanda
normal vital - Untuk
c) Keseimbangan menghindari
intake dan output - Pertahankan agar terjadinya
dalam 24 jam pasien tetap tirah perdarahan yang
terjaga baring jika terjadi lebih banyak.
f) Turgor kulit pendarahan aktif
elastis - Untuk
Membran mukosa - Lakukan manual mengeluarkan
lembab placenta placenta yang
belum lepas

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai