Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang pengaruh kebijakan (Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) terhadap status kemiskinan nelayan tradisional Tegalsari,
Kota Tegal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif yang berupaya
menggali dan mengeksplorasi lebih jauh tentang kaitan antara dampak kebijakan PSBB
dengan status kemiskinan nelayan. Teori yang digunakan sebagai alat bantu menelaah hasil
adalah teori lingkaran setan kemiskinan dan siklus kebijakan publik. Kebijakan pemerintah
kota Tegal dalam penanganan pandemi Covid-19 tampak melanggengkan status
kemiskinan nelayan tradisional Tegalsari. Terutama terkait kebijakan PSBB (Pembatasan
Sosial Berskala Besar), ada dua faktor yang menyebabkan bertambah mapannya
kemiskinan nelayan, yakni: kebijakan ini telah memberikan batasan ruang gerak ekonomi
yang menyulitkan terjadinya transaksi antara nelayan dan pembeli, serta menurunkan harga
jual ikan di pasaran. Hal ini perlu diperhatikan oleh pemerintah agar selalu melakukan
evaluasi dalam kebijakannya, khususnya dalam penanggulangan pandemi dan kemiskinan.
Pemerintah juga perlu melakukan pembenahan birokrasi serta mengupayakan keterbukaan
informasi dan komunikasi terhadap masyarakat.
Kata kunci : Kemiskinan, Nelayan Tradisional, Pembatasan Sosial Berskala Besar
Abstract
This study aims to provide an overview of the influence of (Large-Scale Social Restrictions
(PSBB) on the poverty status of traditional fishermen in Tegalsari, Tegal City.Using a
qualitative-descriptive method, this study explores and explores the relationship between
the impact of the PSBB policy and the poverty status of fishermen. This study uses a vicious
cycle of poverty theory and the public policy cycle to help examine the results. In short,
instead of policies helping to ease the burden, those that exist have added to the bankruptcy
of the fishermen's life. Especially about the PSBB (Large-Scale Social Restrictions) policy,
two factors have led to the added poverty of fishermen, namely: this policy has limited
economic space which makes it difficult for fishermen to make transactions between
fishermen and buyers, and reduces the selling price of fish in the market. The government
needs to pay attention to this so that it always evaluates its policies, especially in dealing
with pandemics and poverty. The government also needs to reform the bureaucracy and
strive for information and communication open to the public.
Keywords: Poverty, Traditional Fishermen, Large-Scale Social Restrictions
37
http://ojs.uho.ac.id/index.php/NeoRespublica NeoRespublica : Jurnal Ilmu Pemerintahan
Volume 2, No. 1, Desember 2020, hlm 37-55
ISSN 2716-0777 (online)
Pendahuluan
Pandemi covid-19 telah memberikan dampak negatif yang sangat
dirasakan bagi umat manusia. Di bidang ekonomi misalnya, sedang dihadapkan
dengan krisis yang mengancam keberlangsungan moda kehidupan masyarakat.
Hampir semua sektor pekerjaan yang masuk dalam sirkuit kapital merasakan
kengerian ini (Setiawan & Nurwati, 2020). Para Nelayan, khususnya nelayan
tradisional, juga ikut merasakan dampak tersebut. Sebagaimana data lapangan yang
dirilis oleh KIARA (2020), banyak dari nelayan terpaksa menjual hasil
tangkapannya dengan harga murah, yang mana penurunan harganya bisa sampai 50
persen. Hal ini dikarenakan banyaknya pengolahan ikan yang tutup karena
mengikuti arahan pemerintah dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19.
Dalam nalar umum, dapat dikatakan jika wilayah pesisir memiliki
potensi sumberdaya alam yang sangat tinggi. Potensi tersebut seharusnya dapat
mensejahterakan kehidupan nelayan. Namun kenyataanya, kehidupan masyarakat
nelayan terus berada dalam kemiskinan. Parahnya kemiskinan ini telah menjadi
identitas kehidupan mereka (Nasution A. Bahaudin dalam Fatmasari, tanpa tahun).
Nurkse misalnya, dalam (Kuncoro, 1997: 132), menyebutkan bahwa kemiskinan
semacam ini tidak lain disebabkan oleh lingkaran setan kemiskinan(Vicious Circle
of Poverty), di mana aspek kemiskinan para nelayan terus berputar tanpa putus.
Dalam kondisi khusus, sebenarnya lingkaran kemiskinan ini dapat saja
berubah apabila ada unsur yang mengintervensi serta membentuk warna (kondisi)
baru (Kadji, 2004). Fenomena pandemi Covid-19 serta kebijakan penanganan
pemerintah, misalnya kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), juga
akan ikut menjadi unsur yang mewarnai proses lingkaran setan tersebut. Tetapi,
nampaknya unsur kebijakan penanganan pemerintah ini bukannya memperbaiki
tetapi justru menambah keruh keadaan. Alasannya jelas, tentu karena kebijakan
yang kurang tepat. Sehingga masyarakat nelayan lah yang harus menanggung beban
dampaknya.
Kampung nelayan tradisional Kelurahan Tegalsari (selanjutnya hanya
disebut Tegalsari), Kota Tegal, mempunyai cerita menarik yang menggambarkan
kondisi ini. Sebagaimana disebutkan Ode & Jurianti (tanpa tahun), bahwa Tegalsari
38
http://ojs.uho.ac.id/index.php/NeoRespublica NeoRespublica : Jurnal Ilmu Pemerintahan
Volume 2, No. 1, Desember 2020, hlm 37-55
ISSN 2716-0777 (online)
39
http://ojs.uho.ac.id/index.php/NeoRespublica NeoRespublica : Jurnal Ilmu Pemerintahan
Volume 2, No. 1, Desember 2020, hlm 37-55
ISSN 2716-0777 (online)
Metode
Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan penelitian dengan metode
kualitatif-deskriptif. Sumber data di dalam penelitian ini adalah data primer, yakni
data diperoleh secara langsung dari sumbernya tanpa perantara pihak lain (langsung
dari objeknya). Data diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data
berupa wawancara mendalam (depth interview) terhadap: beberapa nelayan
tradisional Kelurahan Tegalsari, Lurah, DPC (Dewan Pimpinan Cabang) HNSI
(Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia) Kota Tegal, Dinas Kelautan Perikanan
Pertanian dan Pangan Kota Tegal dan akademisi pemerhati kebijakan. Data
dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu menganalisis dan
menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan
disimpulkan, yang pada akhirnya data akan disajikan dalam bentuk uraian narasi.
Adapun peneliti menggunakan teori Vicious Circle of Poverty yang dicanangkan
Ragnar Nurkse sebagai pisau analisa. Sedangkan teori siklus kebijakan publik kami
gunakan untuk membedah kaitannya kebijakan pemerintah terhadap objek
penelitian. Sehingga kedua teori ini akan membantu peneliti dalam menjawab
pertanyaan penelitian ini.
40
http://ojs.uho.ac.id/index.php/NeoRespublica NeoRespublica : Jurnal Ilmu Pemerintahan
Volume 2, No. 1, Desember 2020, hlm 37-55
ISSN 2716-0777 (online)
41
http://ojs.uho.ac.id/index.php/NeoRespublica NeoRespublica : Jurnal Ilmu Pemerintahan
Volume 2, No. 1, Desember 2020, hlm 37-55
ISSN 2716-0777 (online)
habisnya ikan dilaut. Hal ini diungkapkan oleh Tarkim, warga RT 4, bahwa
keberadaan arad dan cantang telah menjadi sapu laut yang menyapu bersih
keberadaan ikan. Sehingga nelayan tradisional yang hanya bermodal jaring biasa
hanya bisa menangkap ikan sisaan saja.
42
http://ojs.uho.ac.id/index.php/NeoRespublica NeoRespublica : Jurnal Ilmu Pemerintahan
Volume 2, No. 1, Desember 2020, hlm 37-55
ISSN 2716-0777 (online)
kapal besar bermuatan puluhan ton ikan yang melaut dalam skala nasional dan
internasional secara bersamaan mendarat ke wilayah Kota Tegal. Fenomena ini
sudah menjadi tradisi menjelang hari raya idul fitri. Keadaan tersebut diperparah
karena idul fitri berlangsung bersamaan dengan PSBB.
Sebagaimana yang dijelaskan Riswanto, Ketua Dewan Pimpinan Cabang
HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia) Tegal, hal ini dikarenakan
kedatangan kapal-kapal nelayan besar yang bersandar menjelang hari raya Idhul
Fitri. Persediaan ikan yang melimpah ini secara otomatis menyebabkan depot ikan
(atau biasa disebut cold storage) yang ada di Tegal penuh. Hal ini menjadikan
berkurangnya penyerapan ikan dari nelayan oleh konsumen karena ikan dari cold
storage pun belum terjual. Peristiwa banjirnya pasokan ikan di wilayah Kota Tegal
yang tidak dibarengi dengan jumlah permintaan yang tinggi menjadikan turunnya
harga ikan di Tegal (Riswanto, 2020).
Beberapa daftar harga ikan yang mengalami penurunan yang disebabkan
oleh adanya tradisi penurunan harga menjelang idul fitri dan pandemi covid-19
sebagai berikut:
Tabel 1. Harga Ikan yang mengalami penurunan di Kota Tegal
Harga per Kilo (sebelum Harga per Kilo (setelah
Jenis Ikan menjelang idul fitri dan menjelang idul fitri dan
pandemi covid-19) pandemi covid-19)
Kuniran 10.000 8.000
Coklatan Kecil 12.500 10.000
Blamah 12.000 210.000
Abangan Besar 22.500 19.500
Abangan Sedang 19.000 16.000
Abangan Kecil 17.500 15.000
Tengiri 50.000 36.000
Tongkol 20.000 14.000
Bambangan 45.000 25.000
Ngangas 40.000 15.000
Balong 35.000 25.000
Pirik (Pakan Itik) 2.000 1.000
Rajungan 80.000 40.000
Bandeng Tambak 20.000 10.000
Sumber: diolah dari Riswanto, Ketua DPC HNSI Kota Tegal
Harga diatas merupakan jenis ikan yang biasa didapat oleh nelayan besar.
Sedangkan para nelayan tradisional mereka hanya mendapatkan jenis ikan yang
43
http://ojs.uho.ac.id/index.php/NeoRespublica NeoRespublica : Jurnal Ilmu Pemerintahan
Volume 2, No. 1, Desember 2020, hlm 37-55
ISSN 2716-0777 (online)
kerap kali tidak laku dijual. Tarjuned, warga RT 4, misalnya, menuturkan bahwa
nelayan tradisional hanya mendapatkan jenis ikan yang tidak laku dijual, seperti
Ikan Belo yang hanya dihargai Rp.50.000 per basket atau setara 30 kg. Harga itupun
merupakan harga sebelum menjelang hari raya dan pandemi, dan ia memperkirakan
bisa jadi harga tersebut anjlog lagi di masa sekarang.
Hasil
Minimnya
Tangkap
Modal
Rendah
Kesenjangan Pendapatan
Ekonomi Rendah
44
http://ojs.uho.ac.id/index.php/NeoRespublica NeoRespublica : Jurnal Ilmu Pemerintahan
Volume 2, No. 1, Desember 2020, hlm 37-55
ISSN 2716-0777 (online)
Lingkaran ini menjadi siklus yang tak pernah berhenti kecuali ada faktor
lain yang mempengaruhi, bisa menjadikan lebih baik atau buruk. Tampaknya
pandemi covid-19 menjadi faktor yang pemicu lingkaran setan kemiskinan nelayan
tradisional lebih buruk. Diryo menyebut ini sebagai double kemiskinan. Untuk
keluar dari jeratan lingkar kemiskinan ini Diryo, sebagai pemerhati kebijakan,
menyebutkan perlu adanya kebijakan makro yang memperhatikan nelayan
tradisional. Sebab nelayan tradisional dinilai sebagai kelompok marginal yang
hampir tidak pernah tersentuh kebijakan. Jika posisi mereka terus demikian, maka
lingkar kemiskinan akan tetap langgeng melekat pada mereka.
45
http://ojs.uho.ac.id/index.php/NeoRespublica NeoRespublica : Jurnal Ilmu Pemerintahan
Volume 2, No. 1, Desember 2020, hlm 37-55
ISSN 2716-0777 (online)
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). PSBB Kota Tegal diterapkan mulai dari 23
April 2020 dan berakhir pada 23 Mei 2020 (Anggraini, 2020).
Pasal 3 Peraturan Walikota Tegal Nomor 8 Tahun 2020, menyebutkan
bahwa tujuan dari dibentuknya peraturan walikota tersebut adalah untuk
“membatasi kegiatan tertentu dan pergerakan orang dan/atau barang dalam
menekan penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19), meningkatkan antisipasi
perkembangan eskalasi penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19),
memperkuat upaya penanganan kesehatan akibat Corona Virus Disease (COVID-
19), serta guna menangani dampak sosial dan ekonomi dari penyebaran Corona
Virus Disease (COVID-19)”. Berdasarkan hal tersebut, dapat kita lihat bahwa
pandemi Covid-19 telah berdampak pada sektor sosial dan ekonomi masyarakat
sehingga dengan peraturan walikota tersebut diharapkan mampu memberikan
sumbangsih perbaikan sosial dan ekonomi masyarakat Kota Tegal.
Peraturan Walikota tersebut memberikan gambaran tentang strategi yang
ditempuh oleh Pemerintah Kota Tegal untuk menangani dampak sosial dan
ekonomi masyarakat terdampak Covid-19. Hal tersebut dapat kita lihat pada pasal
24 yang berbunyi “Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan sosial kepada
penduduk daerah rentan yang terdampak dalam memenuhi kebutuhan pokoknya
selama pelaksanaan PSBB” (Peraturan Walikota Tegal Nomor 8 Tahun 2020).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Peraturan Walikota Tegal tersebut
tidak mewajibkan, melainkan hanya membolehkan, Pemerintah Kota Tegal untuk
menjamin kebutuhan pokok masyarakat terdampak Covid-19 melalui bansos.
Selama PSBB Kota Tegal diberlakukan, bantuan sosial disalurkan oleh
pemerintah kota pada bulan Mei 2020 dengan berjumlah 61.285 paket sembako
(PanturaPost, 2020). Bantuan sosial tersebut sejatinya bersumber dari pendanaan
yang beraneka ragam. Tidak hanya bantuan sembako dari Pemerintah Kota Tegal,
lembaga dan program lain juga ikut serta memberikan sumbangsih. Berikut
rinciannya:
46
http://ojs.uho.ac.id/index.php/NeoRespublica NeoRespublica : Jurnal Ilmu Pemerintahan
Volume 2, No. 1, Desember 2020, hlm 37-55
ISSN 2716-0777 (online)
47
http://ojs.uho.ac.id/index.php/NeoRespublica NeoRespublica : Jurnal Ilmu Pemerintahan
Volume 2, No. 1, Desember 2020, hlm 37-55
ISSN 2716-0777 (online)
Dari hasil wawancara data nelayan calon penerima bantuan sosial yang
dihimpun oleh DPC HNSI Kota Tegal berjumlah 5.456 keluarga. Data tersebut
diajukan kepada Dinas Kelautan, Perikanan, dan Pangan Kota Tegal yang
kemudian disinkronkan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Tegal.
Setelah disinkronkan, Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Tegal menyatakan
bahwa nelayan yang berhak menerima bantuan sosial hanya berjumlah 3.024.
Pemangkasan jumlah keluarga nelayan yang akan menerima bantuan sosial tersebut
disebabkan karena beberapa nama nelayan yang diajukan sudah tercantum namanya
di dalam bantuan sosial lain, karena pada prinsipnya 1 keluarga hanya berhak
menerima 1 bantuan sosial. Oleh karena itu, maka nama-nama nelayan yang sudah
tercantum di bantuan sosial lain menjadi dihapus.
Di samping bantuan sosial di atas, terdapat pula bantuan terhadap nelayan
yang diperoleh dari pihak lain yaitu dari Ditpolair Polda jateng berupa 25 paket
sembako, Komunitas Harley Davidson Tegal berupa 2 alat cuci tangan yang
ditempatkan di pelabuhan, serta dari pengusaha berupa uang senilai 60 juta yang
rencananya akan dicairkan dalam bentuk sembako.
48
http://ojs.uho.ac.id/index.php/NeoRespublica NeoRespublica : Jurnal Ilmu Pemerintahan
Volume 2, No. 1, Desember 2020, hlm 37-55
ISSN 2716-0777 (online)
49
http://ojs.uho.ac.id/index.php/NeoRespublica NeoRespublica : Jurnal Ilmu Pemerintahan
Volume 2, No. 1, Desember 2020, hlm 37-55
ISSN 2716-0777 (online)
50
http://ojs.uho.ac.id/index.php/NeoRespublica NeoRespublica : Jurnal Ilmu Pemerintahan
Volume 2, No. 1, Desember 2020, hlm 37-55
ISSN 2716-0777 (online)
Evaluasi atau
Perencanaan
penghentian
Kebijakan
Kebijakan
Formulasi
Implementasi Kebijakan dan
Kebijakan pengambilan
Keputusan
51
http://ojs.uho.ac.id/index.php/NeoRespublica NeoRespublica : Jurnal Ilmu Pemerintahan
Volume 2, No. 1, Desember 2020, hlm 37-55
ISSN 2716-0777 (online)
Kesimpulan
Kebijakan yang kurang tepat dalam menghadapi pandemi Covid-19
berdampak pada tataran masyarakat sebagai objek yang diperintah. Kebijakan
pemerintah kota Tegal dalam penanganan pandemi Covid-19 tampak
melanggengkan status kemiskinan nelayan tradisional Tegalsari. Dampak PSBB
begitu dirasakan oleh warga, khususnya nelayan tradisional. Pemerintah kota Tegal
perlu belajar dari siklus kebijakan, khususnya kebijakan penanganan pandemi ini
terhadap nelayan. Urgensinya jelas, tampak bahwa segala sesuatu yang dirasakan
oleh nelayan selalu bersumber dari kebijakan pemerintah. Kemiskinan yang
sebelumnya menjangkiti mereka sebelum pandemi tentu merupakan implikasi
kebijakan, belum lagi ditambah dengan pelanggengan status kemiskinan mereka
akibat PSBB menjadikan mereka menghadapi kondisi kesengsaraan ganda. Maka
dari itu, alangkah baiknya jika pemerintah melakukan beberapa hal yang perlu
digarisbawahi, antara lain: melakukan evaluasi kebijakan pada penanggulangan
pandemi dan kemiskinan, melakukan reformasi birokrasi yang fleksibel, tidak
berbelit dan satu arah, serta mengupayakan adanya keterbukaan informasi dan
komunikasi terhadap masyarakat.
Referensi
Adib Auliawan Herlambang. (2020, January 11). Gelombang Tinggi, Nelayan
Tradisional Kota Tegal Diimbau Tak Melaut. Retrieved May 31, 2020,
from Ayosemarang.com website:
52
http://ojs.uho.ac.id/index.php/NeoRespublica NeoRespublica : Jurnal Ilmu Pemerintahan
Volume 2, No. 1, Desember 2020, hlm 37-55
ISSN 2716-0777 (online)
https://www.ayosemarang.com/read/2020/01/11/50451/gelombang-
tinggi-nelayan-tradisional-kota-tegal-diimbau-tak-melaut
Ahmad, Z. B. (2013). Pemberdayaan Nelayan Pesisir Laut dan Pantai (Universitas
Negeri Makasar). https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Anggraini, H. (2020). Pertama di Indonesia , Kota Tegal Akhiri PSBB.
Batubara, B. (2020). Teman Rebahan: Kapitalisme dan Covid-19 (D. Cipta, Ed.).
Yogyakarta: Penerbit Gading.
Fatmasari, D. (n.d.). Analisis Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Pesisir Desa
Waruduwur, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Firhansyah, M. (2020). PSBB Kisruh Bantuan Sosial. Retrieved June 1, 2020, from
Ombudsman.go.id website: ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--psbb--
kisruh-bantuan-sosial-%0AAsisten
Fitria Chusna Farisa. (2018, September 13). Polemik Data Pemilih Ganda Pemilu
2019, Ini 5 Faktanya. Retrieved June 1, 2020, from Kompas.com website:
https://nasional.kompas.com/read/2018/09/13/08580441/polemik-data-
pemilih-ganda-pemilu-2019-ini-5-faktanya?page=2
Hanoatubun, S. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia.
Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(April), 146–153.
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.13651.94241/1
Imron, M. (2003). Kemiskinan dalam Masyarakat Nelayan. Jurnal Masyarakat Dan
Budaya, 5(1), 63–82. https://doi.org/10.14203/JMB.V5I1.259
Jann, W., & Wegrich, K. (2007). Theories of the Policy Cycle. In F. Fischer, Gerald
J. Miller, & M. S. Sidney (Eds.), Handbook of Public Policy: Theory,
Politics, and Methods (pp. 43–62).
https://doi.org/10.1176/appi.ps.58.9.1231
Kadji, Y. (2004). Kemiskinan dan Konsep Teoritisnya. Retrieved from
https://repository.ung.ac.id/get/simlit_res/1/318/Kemiskinan-dan-
Konsep-Teoritisnya.pdf
Kiara. (2020). Penanganan Covid-19 dan Ekonomi Nelayan yang kian Terpuruk.
Retrieved May 11, 2020, from kiara.or.id website:
53
http://ojs.uho.ac.id/index.php/NeoRespublica NeoRespublica : Jurnal Ilmu Pemerintahan
Volume 2, No. 1, Desember 2020, hlm 37-55
ISSN 2716-0777 (online)
http://www.kiara.or.id/read-offline/125211/penanganan-covid-19-dan-
ekonomi-nelayan-yang-kian-terpuruk.pdf
Kuncoro, M. (1997). Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah, dan Kebijakan.
Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan.
Lilisnawati. (2020, March 8). Prakiraan Cuaca 8 Maret 2020, Kota Tegal Berawan
dan Diguyur Hujan. Retrieved May 31, 2020, from ayotegal.com website:
http://www.ayotegal.com/read/2020/03/08/2723/prakiraan-cuaca-8-
maret-2020-kota-tegal-berawan-dan-diguyur-hujan
Ode, W. A., & Jurianti, S. (n.d.). Permasalahan Permukiman Kumuh Kampung
Nelayan Tegalsari, Kota Tegal. Retrieved from
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/60341373/KAMPU
NG_NELAYAN_TEGALSARI20190820-57372-2stupb.pdf?response-
content-disposition=attachment%3B
filename%3DPERMASALAHAN_PERMUKIMAN_KUMUH_KAMPU
NG_NE.pdf&X-Amz-Algorithm=AWS4-HMAC-SHA256&X-Amz-
Credentia
PanturaPost. (2020). 61.285 Keluarga di Kota Tegal akan Terima Bantuan JPS
COVID-19.
Post, P. (2020). Imbah COVID-19 , Pendapatan Nelayan di Tegal Turun. Retrieved
May 17, 2020, from Kumparan.com website:
kumparan.com/panturapost/imbah-covid-19-pendapatan-nelayan-di-
tegal-turun-drastis-meski-ikan-%0Amelimpah-
1tKeBkrF1MT/full%0ANews1
Purwanto, E. A. (2007). Mengkaji Potensi Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
untuk pembuatan Kebijakan Anti Kemiskinan. Jurnal Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik, 10(3), 295–324.
Riana, F. (2020). Cegah Covid-19 Jokowi Terbitkan PP tentang PSBB, Simak
Isinya.
Rosni, R. (2017). Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Di Desa
Dahari Selebar Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara. Jurnal Geografi,
9(1). https://doi.org/https://doi.org/10.24114/jg.v9i1.6038
54
http://ojs.uho.ac.id/index.php/NeoRespublica NeoRespublica : Jurnal Ilmu Pemerintahan
Volume 2, No. 1, Desember 2020, hlm 37-55
ISSN 2716-0777 (online)
Wawancara
Tarjune. (2020). Kelurahan Tegalsari, 17 Mei 2020
Warmo. (2020). Kelurahan Tegalsari, 17 Mei 2020
Tarkim. (2020). Kelurahan Tegalsari, 17 Mei 2020
Maming. (2020).Kelurahan Tegalsari, 17 Mei 2020
Indriyani. (2020). Kota Tegal, 22 Mei 2020
Rusbandi. (2020). Kelurahan Tegalsari Kota Tegal, 22 Mei 2020
Riswanto. (2020). Kota Tegal, 22 Mei 2020
Diryo Suparto. (2020). Universitas Pancasakti Tegal, 22 Mei 2020
55