PENDAHULUAN
Sebagai salah satu cabang hukum internasional yang relatif baru, hukum
udara mulai berkembang pada awal abad ke-20 setelah munculnya pesawat
udara.
Pesawat udara diartikan sebagai setiap mesin atau alat yang dapat
terbang di atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara, tetapi bukan karena
dapat mengelilingi bumi dalam hitungan jam. Suatu hal yang mustahil untuk
keberadaan pesawat kian penting saat ini. Hal ini mengingat kebutuhan
manusia akan sarana transportasi yang cepat, aman, dan nyaman. Sejalan
1
K. Martono, dan Ahmad Sudiro, 2012, Hukum Udara Nasional dan Internasional Publik,
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hlm. 3.
keselamatan dan keamanan penerbangan.2 Penerbangan adalah satu kesatuan
sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar
peranannya sebagai unsur yang perlu bagi penerbangan. Hukum udara dapat
yaitu udara. Dengan tafsiran ini maka pengertian hukum udara akan menjadi
sangat luas, karena akan meliputi hukum publik nasional dan internasional
mengenai udara.
1919.
2
J.G. Starke, 2010, Pengantar Hukum Internasional 1, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 306
3
Pasal 1 angka 1 UURI No.1 Tahun 2009
Keselamatan Penerbangan adalah suatu keadaan terpenuhinya
kebandarudaraan.
Untuk itu, keamanan penerbangan juga harus diperketat baik dari sisi
4
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan mengatakan bahwa bandar udara
adalah kawasan didaratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai
tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang,
dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas
keamanan dan keselamatan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya
manusia, fasilitas dan prosedur.5 Pembinaan keamanan dan keselamatan
penerbangan.6
dalam Pasal 44 Konvensi Chicago 1944, yang salah satu poin mengatakan
konvensi yang sama, yang mengatur tentang fasilitas navigasi udara dan
5
Zulaichah dan Faridha Nahar, 2013, Sistem Pengelolaan Keamanan Penerbangan Untuk
Mendukung Rencana Peningkatan Status Bandar Udara Menjadi Bandar Udara Internasional
(Studi Kasus di Bandar Udara Abdurachman Saleh – Malang), Wartha Ardhia Jurnal
Perhubungan udara, hlm. 194
6
K. Martono, 2007, Kamus Hukum dan Regulasi penerbangan, Jakarta: PT RajaGrafindo, hlm.
103
7
International Civil Aviation Organization, untuk selanjutnya disebut ICAO
kesalahan dalam penanganan yang menyebabkan kecelakaan pesawat udara.
beracun, korosif, dan gas atau uap yang mudah terbakar dalam kondisi normal
udara. Ini ditujukan untuk bahan atau barang berbahaya yang biasanya
8
Chapter 1 Annex 18 The Safe Transport of Dangerous Goods by Air
9
Lampiran Bab I angka (1) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 90 Tahun 2013 Tentang
Keselamatan Pengangkutan Barang Berbahaya Dengan Pesawat Udara
10
Lihat Chapter 4, Op.Cit
Di sisi lain, meskipun aturan terhadap pengamanan barang berbahaya
penerbangan.
harus turun dari pesawat udara, ketika sebuah powerbank terbakar dibagasi
lebih lanjut dan penumpang yang memiliki tas tersebut dibawa ke kantor
11
Veronika Yasinta, 2018, “Powerbank” Terbakar di Bagasi Pesawat, Pramugari Panik,
Penerbangan Ditunda 3 Jam, www.tribunnews.com, terakhir diakses pada tanggal 01 Oktober
2018 Pukul 23.38 wib
12
International Air Transport Association atau IATA, untuk selanjutnya disebut IATA
13
Shintaloka Pradita Sicca, 2018, Kemenhub Keluarkan Surat Edaran Pembatasan Power Bank di
Pesawat, www.tirto.id, terakhir diakses pada tanggal 21 Oktober 2018 Pukul 01.13
rating maksimal powerbank yang diperbolehkan masuk ke dalam kabin
Surat Edaran Nomor 015 Tahun 2018 yang ditetapkan pada tanggal 09 Maret
bagasi kabin dan dilarang pada bagasi tercatat. Peralatan yang boleh dibawa
hanya yang mempunyai daya per jam (watt-hour) tidak lebih dari 100 Wh.16
Sedangkan peralatan yang mempunyai daya per jam lebih dari 100 Wh tapi
tidak lebih dari 160 Wh harus mendaptkan persetujuan dari maskapai dan
peralatan yang mempunyai daya per jam lebih dari 160 Wh atau besarnya
14
Ibid
15
Adi Fida Rahman, 2018, Ini Penjelasan Soal Powerbank Dibatasi Terbang di Pesawat,
www.detik.com , terakhir diakses pada tanggal 01 Oktober 2018 Pukul 23.03 wib
16
Kapasitas 100Wh jika dikonversi dalam mAh (biasa tertulis dalam kemasan powerbank) adalah
sebesar 27.000mAh. Jadi powerbank yang bisa dibawa ke dalam kabin adalah yang berkapasitas di
bawah 27.000mAh dengan voltase 3.6V – 3.85V
daya per jam tidak dapat diidentifikasi, maka peralatan tersebut dilarang
keamanan penerbangan yang telah (wajib) memiliki lisensi atau surat tanda
kecakapan petugas (SKTP) yang diberi tugas dan tanggung jawab di bidang
dalam bandar udara harus diperiksa sesuai dengan prosedur dan memastikan
bukan termasuk barang yang dilarang untuk diangkut atau barang berbahaya
(dangerous goods).
17
Aviation Security, untuk selanjutnya disingkat Avsec
standar produk. Untuk mengurangi resiko kecelakaan yang diakibatkan oleh
internasional.
angkutan udara niaga dan angkutan udara asing yang melintasi wilayah udara
pesawat udara, para petugas di darat dan masyarakat, dan instalasi di kawasan
18
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara
dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang
atau terdapat perbedaan antara pengaturan hukum internasional dengan
B. Perumusan Masalah
sebagai berikut :
goods) di indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
hukum udara
2. Manfaat Praktis
umum
b. Sebagai bahan kajian ilmiah yang menjadi salah satu syarat untuk
E. Metode Penelitian
19
Soerjono Soekanto, 2007, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press, hlm. 42
sebagai cara melakukan penelitian-penelitian yang bertujuan
1. Pendekatan Penelitian
permasalahan.20
2. Sifat Penelitian
teknologi. Lalu analisa yang berasal dari pemikiran otentik penulis yang
deskriptif analitis.21
20
Bambang Sunggono, S.H., M.S., 2009, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, hlm. 43
21
Prof. Dr. H. Zainuddin Ali, M.A., 2009, Metode Peneilitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, hlm.
21
Dalam penelitian hukum normatif, teknik pengumpulan data
penelitian yang dilakukan terhadap bahan pustaka atau data sekunder yang
mencakup:
Tentang Penerbangan
Nasional
Penerbangan Sipil
dari data yang telah diolah, perlu adanya analisis sebagai akhir dari
penyelidikan.
22
Soerjono Soekanto, 2007, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press, hlm 52
23
H Zainal Hasikin A, 2016, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 19
b. Klasifikasi data, yaitu menempatkan data sesuai dengan bidang
menganalisisnya.
5. Analisis Data
dari buku-buku dan literatur lain. Data yang diperoleh penulis akan
bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtut, logis, tidak tumpang
analisis.24
24
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
hlm. 127