Anda di halaman 1dari 14

korosi

1.1 Pengertian Korosi

Korosi atau Perkaratan berasal dari bahasa latin ”Corrodere” yang berarti perusakan
logam. Adapun definisi korosi sebagai berikut.

- Korosi adalah proses degradasi atau deteorisasi perusakan material yang terjadi disebabkan
oleh pengaruh lingkungan sekelilingnya.

- Korosi adalah perusakan material tanpa perusakan mekanis.

- Korosi adalah Kebalikan dari metalurgi ekstraktif.

- Korosi adalah proses elektrokimia dalam mencapai kesetimbangan thermodinamika suatu


sistem.

- Korosi adalah reaksi antara logam dengan lingkungannya.

Korosi adalah suatu penyakit dalam dunia teknik, walaupun secara langsung bukan
merupakan produk teknik. Adanya studi tentang korosi adalah usaha untuk mencegah dan
mengendalikan kerusakan supaya serangannya serendah mungkin dan dapat melampaui nilai
ekonomisnya, atau umur tahannya material lebih lama untuk bisa dimanfaatkan. Caranya
dengan usaha prefentif atau pencegahan dini untuk menghambat korosi. Dan hal ini lebih
baik dari pada harus mengeluarkan biaya perbaikan yang tidak sedikit akibat serangan korosi.

1.1.1 MEKANISME KOROSI

Mekanisme Korosi dalam larutan electrolyte merupakan proses elektrokimia. Teori ini
didasarkan pada terbentuknya sel listrik bila permukaan metal ditutupi electrolyte. Metal
yang terkorosi meninggalkan metal di daerah anoda sebagai kation metal yang larut atau
diubah menjadi componud padatan. Reaksi oksidasi anoda ini diikuti oleh reduksi oleh unsur-
unsur pokok elektrolit di katoda. Anoda dan katoda dapat berupa metal yang sama atau metal
yang berbeda (korosi bimetal). Beda potensial antara anoda dan katoda merupakan gaya
gerak listrik dari aksi korosi. Besarnya arus ditentukan oleh beda potensial sirkuit terbuka
antara anoda dan katoda, besarnya polarisasi elektrokimia yang terjadi di anoda dan katoda
dan tahanan listrik larutan.

1
1.2 Jenis-jenis Korosi

Adapun beberapa jenis korosi yang umum terjadi pada logam sebagai berikut.

1.2.1 Korosi Galvanis (Bemetal Corrosion)

Disebut juga korosi dwilogam yang merupakan perkaratan elektrokimiawi apabila dua
macam metal yang berbeda potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit yang sama.
Elektron akan mengalir dari metal yang kurang mulia (anodik) menuju ke metal yang lebih
mulia (katodik). Akibatnya metal yang kurang mulia berubah menjadi ion-ion positif karena
kehilangan elektron. Ion-ion positif metal bereaksi dengan ion-ion negatif yang berada di
dalam elektrolit menjadi garam metal. Karena peristiwa ini, permukaan anoda kehilangan
metal sehingga terrbentuk sumur-sumur karat atau jika merata akan terbentuk karat
permukaan.

Gambar 1.21.bentuk korosi galvanis pada besi dipinggir laut

1.2.2 Korosi Sumuran (Pitting Corrosion)

Adalah korosi yang terjadi karena komposisi logam yang tidak homogen dan
ini menyebabkan korosi yang dalam pada berbagai tempat. Dapat juga adanya
kontak antara logamyang berlainan dan logam kurang mulia,, maka pada daerah
batas akan timbul korosi berbentuk sumur.

2
Gambar 1.2.2. bentuk korosi sumuran pada besi dipinggir laut

1.2.3 Korosi Erosi (Errosion Corrosion)

Dalam hal ini perusakan karena erosi dan korosi saling mendukung. Logam
yang telah kena erosi akibat terjadinya keausan dan menimbulkan bagian-bagian
yang tajam dan kasar. Bagian-bagian inilah yang mudah terserang korosi dan bila
ada gesekan akan menimbulkan abrasi lebih berat lagi dan seterusnya. Juga pada
wire drawing (penaikan karat) bila di es kasar akan terjadi garis-garis erosi, kalau
kena uap panas akan terjadi korosi.
Logam yang sebelumnya teleh terkena erosi akibat terjadinya keausan dan
menimbulkan bagian-bagian yang tajam dan kasar. Bagian-bagian inilah yang mudah
terserang korosi dan apabila terdapat gesekan maka akan menimbulkan abrasi yang
lebih berat.

1.2.4 Korosi Tegangan (Stress Corrosion)

Korosi Retak Tegang merupakan merupakan intergranular pada logam akibat


kegiatan gabungan antara tegangan tarik static dengan lingkungan khusus.Bentuk
korosi ini sangat lazim dijumpai lingkungan industri.SCC terjadi karena adanya tiga
kondisi yang saling berkaitan, yaitu adanya tegangan tarik, lingkungan yang korosif,
dan temperatur yang tinggi

Korosi erosi dapat juga karena impingment corrosion, ialah akibat fluida yang
sangat deras dan dapat mengikis film pelindungan pada logam. Logam terkikis maka
akan terjadi korosi .

Gaya-gaya seperti tarikan (tensile) atau kompresi (Compressive) berpengaruh sangat


kecil pada proses pengkaratan. Adanya kombinasi antara regangan tarik (tensile stress) dan
lingkungan yang korosif, maka akan terjadi kegagalan material berupa retakan yang disebut
retak karat regangan.

3
Gambar 1.2.4. Terkorosinya baling-baling kapal

1.2.5 Korosi Celah (Crevice Corrosion)

Korosi yang terjadi pada logam yang berdempetan dengan logam lain atau non
logam dan diantaranya terdapat celah yang dapat menahan kotoran dan air sebagai
sumber terjadinya korosi. Konsentrasi Oksigen pada mulut lebih kaya dibandingkan
pada bagian dalam, sehingga bagian dalam lebih anodik dan bagian mulut menjadi
katodik. Maka terjadi aliran arus dari dalam menuju mulut logam yang menimbulkan
korosi.Atau juga perbedaan konsenrasi zat asam. Diamana celah sempit yang terisi
elektrolit (pH rendah) maka terjadilah sel korosi dengan katodanya permukaan
sebelah luar celah yang basah dengan air yang lebih banyak mengandung zat asam
dari pada daerah dalam yang besifat anodik. Maka dari snilah terjadinya korosi
dengan adanya katoda dan anoda.

1.2.6 Korosi Kavitasi (Cavitation Corrosion)

Bila dalam suatu turbin, aliran air dipercepat maka tekanan aliran akan
mengecil hingga pada temperatur tertentu akan terjadi tekanan jenuh dari uap airnya,
maka selanjutnya akan berubah menjad uap air dan akan membentuk gelembung-
gelembung uap air. Juga uadara yang larut akan membentuk gelembung udara.
Gelembung udara dan gelembung uap air akan terbawa aliran air. Suatu saat aliran
akan mengecil (bila pada turbin akan terjadi pada suhunya), maka pada saat itu
gelembung-gelembung akan pecah dan mengakibatkan terjadinya kavitasi pada
logam (logam terkikis pada sudut-sudut turbin). Setelah terjadi kavitasi terjadi reaksi
dengan air maka muncul peristiwa korosi, keduanya berkaitan hingga disebut korosi
kavitasi.

4
Terjadi karena tingginya kecepatan cairan menciptakan daerah-daerah
bertekanan tinggi dan rendah secara berulang-ulang pada permukaan peralatan
dimana cairan tersebut mengalir. Maka terjadilah gelembung-gelembung uap air
pada permukaan tersebut, yang apabila pecah kembali menjadi cairan akan
menimbulkan pukulan pada permukaan yang cukup besar untuk memecahkan film
oksida pelindung permukaan. Akibatnya bagian permukaan yang tidak terlindungi
terserang korosi. Karena bagian tersebut menjadi anodik terhadap bagian yang
terlindungi.
Karena terjadinya korosi pada bagian tersebut, maka akan kehilangan massa dan
menjadi takik. Takik-takik tersebut akan bertambah dalam karena permukaan di
dalam takik tidak sempat membentuk film pelindung karena kecepatan cairan yang
tinggi dan proses kavitasi akan berlangsung secara berulang-ulang.

1.2.7 Korosi Lelah (Fatigue Corrosion)

Korosi kelelahan (Corrosion Fatique) menunjuk kepada proses dimana logam patah
lebih awal  pada kondisi korosi simultan dan pembebanan siklis berulang pada tingkat
tegangan rendah atau siklus yang lebih singkat daripada yang akan dibutuhkan untuk
menimbulkan kelelahan (fatique) untuk logam tersebut dalam lingkungan yang tidak korosif.
Korosi kelelahan adalah hasil dari aktivitas gabungan tegangan siklis atau bolak balik dan
lingkungan korosif. Proses kelelahan diperkirakan disebabkan oleh pecahnya perlindungan
lapisan pasif, dimana disana korosi dipercepat. Jika logam secara simultan dibiarkan dalam
lingkungan korosif, kerusakan akan dialami bahkan pada pembebanan ringan dan dalam
waktu singkat. Korosi ini biasanya terjadi pada turbin uap, pengeboran minyak dan propeller
kapal. Korosi kelelahan adalah kelelahan dalam lingkungan korosif. Ini adalah degradasi
mekanis dari material pada aktivitas penggabungan korosi dan pembebanan siklis. Hampir
semua struktur keteknikan mengalami beberapa bentuk dari tegangan bolak balik, dan
terpapar dalam lingkungan yang merusak selama umur pakainya. Lingkungan memainkan
peran penting dalam kelelahan dari mateial dengan kekuatan struktur yang tinggi seperti alloy
baja,dan aluminium.

5
Gambar di Gambar 1.2.7. di atas menunjukkan contoh tabung dengan kelelahan korosi retak.

Bila logam mendapat beban siklus yang berulang-ulang, tetapi masih dibawah batas
kekuatan luluhnya. Maka setelah sekian lama akan patah karena terjadinya kelelahan logam.
Kelelahan dapat dipercepat dengan adanya serangan korosi. Kombinasi antara kelelahan dan
korosi yang mengakibatkan kegagalan disebut korosi lelah. Korosi lelah terjadi di daerah
yang menderita beban, lasan dan lainnya.

Cara menentukan kerusakan akibat patah lelah harus dengan fraktografi dan SEM
(scanning elektron microscope). Cara penanggulangannya ialah dengan melicinkan
permukaan hinnga bebas dari takikan (menghilangkan sumber konsentrasi), dapat
menggunakan inhibitor atau di pilih material lebih baik dan lebih tahan korosi. Perkecil beban
siklus, perbesar tebal benda kerja dan hilangkan konsentrasi tegangan. Contoh gambar
dibawah ini ;

Gambar 1.2.7 Korosi lelah sebelum diuji SEM Gambar 1.2.7. Korosi lelah setelah diuji SEM

1.2.8 Korosi antar kristal

Terjadinya korosi hanya pada batas kristal, akibat dari serangan elektrolit. Karena
tegangan pada kristal adalah paling tinggi. Dan terjadiny karbida pada batas butir yang dapat
mengakibatkan korosi ini.

1.2.9 korosi intergranular pada batas butir dalam logam struktur (intergranular).

6
 Pengertian Korosi Antar Butir. Trethewey dan Chamberlain menyatakan bahwa
korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia dengan
lingkungannya. Korosi antar butir terjadi apabila daerah batas butir terserang akibat
adanya endapan di dalamnya.

 Batas butir sering menjadi tempat yang lebih disukai untuk proses-proses
pengendapan (precipitation) dan pemisahan (segregation) yang teramati pada banyak
paduan.

 Bahan-bahan asing yang terdapat dalam struktur logam ada 2 macam yaitu logam
antara (intermetallic) dan senyawa.

1.3 Penggetasan Hidrogen

a. Hydrogen Embrittlement

Penggetasan hidrogen adalah suatu proses hilangnya daktilasi baja dengan terserapnya
hidrogen ke dalam struktur material baja. Kekuatan tarik tidak terpengaruh secara nyata.
Daktilasi ini dapat dikembalikan melaui perlakuan panas. Kerusakan hidrogen
menggambarkan pelemahan baja secara permanen karena berkembangnya retak-retak mikro
(microfissures). Retak yang disebabkan oleh kerusakan hidrogen biasanya terjadi di
sepanjang batas butir, karenanya berbeda dengan retak dingin akibat kemasukan hidrogen
yang biasanya bersifat transgranular. Di dalam material baja, atom-atom hidrogen ini
bergabung menjadi molekul (H¬2¬¬) dan menyebabkan terjadinya regangan lokal yang
hebat. Jika baja cukup ductil maka kemungkinan dapat bertahan terhadap regangan lokal ini.

7
Namun jika baja getas dan keras, maka akan terjadi retak-retak halus, yang kemudian
menjadi besar dan mengakibatkan kegagalan materil.

Hilangnya unsur paduan (dealoying)

Biasanya pada dezinkifikasi dan dealuminasi, karena terjadi penguapan dan pelarutan selektif
hingga Zn dan Al keluar dari logam induknya.

Akibatnya logam secara keseluruhannya jadi tidak kuat, karena terjadi penguapan
logam paduan hingga secara keseluruhan logam jadi keropos. Usaha penanggulangannya :
Dilakukan pemberian inhibitor, tarnishing atau memilih logam yang lebih tahan korosi.

b. Hydrogen Damage

Kerusakan hidrogen di dalam material baja terjadi akibat atom-atom hidrogen ini
bergabung menjadi molekul (H¬2¬¬) dan menyebabkan terjadinya regangan lokal. Jika
kemudian gas H2 terperangkap di dalam cacat material seperti inklusi, laminasi maka gas
hidrogen lama kelamaan berkumpul dan menaikkan tekanan di lokasi tersebut. Karena
besarnya tekanan menyebabkan gelembung atau blister. Hal ini tidak terjadi pada suhu yang
tidak terlalu tinggi dan pada daerah yang dekat dengan permukaan.

1.4 Lingkungan Korosi

Ada beberapa pengaruh lingkungan korosi secara umum adalah sebagai berikut.

a. Lingkungan air

Air atau uap air dalam jumlah sedikit atau banyak akan mempengaruhi tingkat korosi
pada logam. Reaksinya bukan hanya antara logam dengan oksigen saja, tetapi juga dengan
uap air yang menjadi reaksi elektrokimia. Karena air berfungsi sebagai:

- Pereaksi. Misalnya pada besi akan berwarna cokelat karena terjadinya besi hidroksida.

- Pelarut. Produk-produk korosi akan larut dalam air seperti besi klorida atau besi sulfat.

- Katalisator. Besi akan cepat bereaksi dengan O2 dari udara sekitar bila ada uap air.

- Elektrolit lemah. Sebagai penghantar arus yang lemah atau kecil.

8
Mekanisme reaksi uap air di udara dengan logam sebagai berikut (Sumber: Supardi,
1997:72).

4H2O 4H+ + 4OH-

4H+ + O2 2H2O

Fe Fe2+ + 2e

2Fe + 4H+ 2Fe2+ + 4H+

2Fe2+ + 4OH2- 2Fe(OH)2

2Fe(OH)2 + H2 + 1/2 O2 2Fe(OH)3

4Fe + 6H2O + 3O2 ¬ 4Fe(OH)3

Korosi pada lingkungan air bergantung pada pH, kadar oksigen dan temperatur.
Misalnya pada baja tahan karat pada suhu 300-500oC bisa bertahan dari karat. Namun pada
suhu yang lebih tinggi 600-650oC baja tahan karat akan terserang korosi dengan cepat.
Demikian juga dengan penambahan kadar O2 dalam air maka akan mempercepat laju korosi
pada logam. Pengaruh kondisi lingkungan yang berubah-ubah sangat mempengaruhi laju
korosi. Seperti faktor-faktor berikut.

- pH

Menurut penelitian Whitman dan Russel ternyata pH dari suatu elektrolit sangat
mempengaruhi pada proses terjadinya korosi pada besi. Pengaturan pH dilakukan dengan
pembubuhan KOH pada air yang pH 6-14 dan pembubuhan asam pada 7-0.

Gambar 2.2 Pengaruh pH pada logam besi

- Kadar Oksigen

Oksigen hampir ada dimana-man, karena potensial redoks sangat tinggi maka oksigen dalam
proses korosi akan terlebih dahulu akan direduksi oleh H+.

Potensial redoks reaksi: O2 + H2O + 4e 4OH- , E=1.23 V.

9
Kelarutan O2 dalam larutan harus dikurangi oleh garam yang terlarut dalam larutan dan
kelarutannya bergantung pada logam yang tercelup dan luasan permukaan logam tercelup
serta temperaturnya.

Adapun macam-macam air seperti air suling merupakan air yang paling bersih dan
bebas dari kation dan anion serta terisolir dari udara dan bebas mikroba. Adapun air hujan
atau salju merupakan proses sulingan alam, namun demikian air ini masih mengandung CO2
dari udara yang dapat membentuk senyawa H2CO3 dan akan bersifat asam menyebabkan
korosif pada baja. Untuk air permukaan komposisinya zat terlarut bergantung pada tanah
yang ditempati atau tempat tergenangnya. Tetapi pada umumnya zat yang terlarut lebih
rendah dari pada air laut. Biasanya air permukaan mengandung Ca2+, Mg2+, NH4+, Cl-, dan
SO-4. Agresifitasnya lebih rendah daripada air laut. Sedangkan untuk air tanah dangkal
seperti sumur zat terlarutnya bergantung pada tanah sekitanya.

Korosi oleh air bersih pada logam yang tidak mulia akan terbentuk reaksi sebagai berikut:
L(OH)2 + H2

Sedangkan untuk air bersih dan adanya O2, akan ada proses oksidasi dari udara sekitarnya.
Hal ini biasanya terjadi pada air dekat permukaan.

Reaksinya: 2L + 3H2O + 3/2O2 2L(OH)3

b. Lingkungan udara

Temperatur, kelembaban relatif, partikel-partikel abrasif dan ion-ion agresif yang


terkandung dalam udara sekitar, sangat mempengaruhi laju korosi. Dalam udara yang murni,
baja tahan karat akan sangat tahan terhadap korosi. Namun apabila udara mulai tercemari
maka serangan korosi dapat mudah terjadi. Salah satu polusi udara yang menimbulkan karosi
adalah NOX dari pabrik asam nitrat, Cl2 dari pabrik soda, dan NaCl dari air laut.

3. Lingkungan asam, basa dan garam

Pada lingkungan air laut, dengan konsentrasi garam NaCl atau jenis garam-garam yang lain
seperti KCl akan menyebabkan laju korosi logam cepat. Sama halnya dengan kecepatan alir

10
dari air laut yang sebanding dengan peningkatan laju korosi, akibat adanya gesekan, tegangan
dan temperatur yang mendukung terjadinya korosi.

Pada larutan basa seperti NaOH (Caustic soda), baja karbon akan tahan terhadap
serangan korosi pada media ini dengan suhu larutan 75 oF (24 oC) dan konsentrasi 45%
berat. Pada larutan asam seperti Asam cromat (CrO3) dengan Asam kromat 10% pada suhu
60oC tidak akan menyerang baja tahan karat. Tingkat korosi akan naik sebanding dengan
temperatur dan konsentrasi yang juga meningkat.

Senyawa kromat mampu sebagai pemasif yang efektif terhadap laju korosi pada
logam. Dalam kenyataannya dapat tereduksi menjadi Cr2O3 yang membentuk serpih yang
berwarna hijau kecoklatan. Cr2O3 banyak digunakan sebagai abrasi pada pemolesan karena
Cr2O3 keras, tajam sehingga mampu mengikis atau mengasah logam menjadi mengkilap.

Penggunaan larutan garam Natrium Cromat / sodium kromat (Na2CrO4) dengan kadar
tertentu mampu menghambat laju korosi. karena sodium kromat sebagai inhibitor kimia,
yaitu suatu zat kimia yang dapat menghambat atau memperlambat suatu reaksi kimia. Secara
khusus, inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang bila ditambahkan ke dalam suatu
lingkungan tertentu, dapat menurunkan laju penyerangan lingkungan itu terhadap suatu
logam.

Selain itu fungsi dari inhibitor adalah mampu memperpanjang umur pakai logam,
melindungi dan memperindah permukaan logam, lebih mengkilap dan terang dengan warna
tertentu yang dihasilkan sesuai inhibitornya.

Penggunaannya sebagai berikut (Sumber: Widharto, 1999:140).

- Na2CrO4 , dengan konsentrasi 50 ppm digunakan pada pipa baja.

- 2,3 gr/l Na2CrO4 untuk sambungan galvanik Cu-Zn-Fe

- 2,4 gr/l Na2CrO4 untuk sambungan galvanik Fe-Al

- 0,1% Na2CrO4 digunakan untuk penghambat laju korosi logam Fe, Cu, Zn dalam
sistem air pendingin (water cooling) dan pada larutan garam (Brines)

- 0,1% -1% Na2CrO4 digunakan untuk penghambat laju korosi (inhibitor) logam Fe,
Pb, Cu, Zn dalam sistem mesin pendingin(engine coolants)

11
yang mempengaruhinya

1.5 Perhitungan Laju Korosi

Logam baja karbon dicelupkan pada lingkungan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Volume lingkungan yang digunakan mengikuti rasio minimum volume larutan terhadap luas
permukaan benda uji adalah 20 ml/cm2, sesuai dengan ASTM G31-72 (Reapproved 1990)
“Standard Practice for Laboratory Immersion Corrosion Testing of Metals”.

Untuk perhitungan laju korosi dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut.

Laju korosi = (mpy)

dimana :

mpy = laju korosi, (mils/year)

W = berat yang hilang, (gr)

A = luas, (cm2)

T = waktu, (jam)

D = density, (gr/cm3)

12
KESIMPULAN

1. Secara umum korosi dapat digolongkan berdasarkan rupanya, keseragaman atau


keserbanekaannya, baik secara mikroskopis maupun makroskopis. Dua jenis
mekanisme utama dari korosi adalah berdasarkan reaksi kimia secara langsung, dan
reaksi elektrokimia. Korosi dapat terjadi didalam medium kering dan juga medium
basah.

2. Sebagai contoh korosi yang berlangsung didalam medium kering adalah penyerangan
logam besi oleh gas oksigen (O2) atau oleh gas belerang dioksida (S02).

3. Didalam medium basah, korosi dapat terjadi secara seragam maupun secara
terlokalisasi. Contoh korosi seragam didalam medium basah adalah apabila besi
terendam didalam larutan asam klorida (HCl).

4. Korosi didalam medium basah yang terjadi secara terlokalisasi ada yang memberikan
rupa makroskopis, misalnya peristiwa korosi galvani sistim besi - seng, korosi erosi,
korosi retakan, korosi lubang, korosi pengelupasan, serta korosi pelumeran,
sedangkan rupa yang mikroskopis dihasilkan misalnya oleh korosi tegangan, korosi
patahan, dan korosi antar butir.

5. Oleh karena itu korosi saangat merugikan misalnya:


a. Dari segi biaya, korosi sangat mahal

13
b. Korosi sangat memboroskan sumber daya alam
c. Korosi sangat tidak nyaman bagi manusia dan terkadang sangat membahayakan
d. Turunya mutu produk akibat terkontaminasi korosi

DAFTAR PUSTAKA

Badaruddin, Mohammad., Ahmad Suudi dan Arinal Hamni. 2006. Perilaku Korosi Retak
Tegang Stainless Steel 304 Dalam Lingkungan Asam Sulfat Akibat Prestrain,
dalam Makara Teknologi vol. 10 No. 2, November 2006, 67-71

Fritz, Jim. 2011. The Use of 2205 Duplex Stainless Steel for Pharmaceutical and
Biotechnology Application. IMOA : London

Nugroho, Dipo. 2008. Klasifikasi Stainless Steel. http://prototyping.multiply.com, diakses


tanggal 22 Mei 2012

Setyowati R, Suparni dan Sari Purnavita. 2008. Kimia Industri. Departemen Pendidikan
Nasional : Jakarta

Wahyu K, dhadhang dan teuku nanda. 2012. Teknologi Sediaan Farmasi. Laboratorium
Farmasetika Unsoed : Purwokerto

Zhang, Y.L. Chiang, M.A. Streicher, NACE International 39 (1998) 114-119

Purba,Michael.Ilmu Kimia Untuk SMU Kelas 3. Erlangga:Jakarta.1997.

14

Anda mungkin juga menyukai