Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehendak-Nyalah makalah ini
dapat terselesaikan. Penulisan Makalah ini bertujuan untuk mengetahui defenisi korosi. Selain itu
juga untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan korosi,mekanisme terjadinya
korosi, menjelaskan bentuk-bentuk korosi.
Dengan terselesaikannya Makalah ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang
bahan-bahan yang dapat timbulkan dan mempercepat terjadinya korosi (karat), proses terjadinya
korosi, kerugian serta cara mencegah terjadinya korosi.
Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik serta
saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapakan demi penyempurnaan
makalah ini. Semoga Makalah ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca tentang pengertian
korosi, faktor terjadinya korosi dan bentuk-bentuk korosi.

          Medan, 29 Oktober 2014

Penulis

(Toni Aprianto Manik S.Si)

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………. 1


DAFTAR ISI …………………………………………………………………………... 2
BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………………..... ...... 5
1.1.Latar belakang ..........…………………………………………………….. 5
1.2.rumusan masalah ……………………………………………........…….. 5
1.3.Tujuan penelitian ……………………………………………........……… 5
1.4 Metode penulisan ……………………………………………………….. 5

BAB II : PEMBAHASAN ………………………………………………………….. 6


 2.1. Pengertian korosi ......………………………………………………….. 6
 2.2.mengapa logam terkorosi……………………………....……………. 6
2.3.faktor penyebab korosi.……………………………………………........ 8
2.4.Bentuk-bentuk korosi ......………………………………………… 11

BAB III : PENUTUP ................……………………………………………… 21


3.1. Kesimpulan………………………………………………………….. 21
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 22

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Korosi adalah suatu pokok bahasan yang menyangkut berbagai disiplin ilmu, atau dengan
kata lain ini menggabungkan unsur-unsur fisika, kimia, metalurgi, elektronika dan
perekayasaan. Kebanyakan dari kita yang berkecimpung dalam penanggulangan korosi sering
mempunyai latar belakang salah satu atau beberapa disiplin ilmu utama itu tetapi tidak semuanya
jadi seorang pakar elektrokimia tidak selalu mendalami aspek-aspek korosi dari segi metalurgi
atau rekayasa, sementara pakar metalurgi perekayasa mekanik atau perekayasa struktur tidak
harus memahami secara lengkap prisip-prinsip kelistrikan dibalik suatu uji suatu korosi.
Demikian pula seorang mahasiswa sering menemui kesulitan didalam memahami korosi karena
kurang pengetahuannya dalam salah satu atau beberpa ilmu dasar tadi. Untuk pemahaman korosi
khususnya dilingkungan air penting sekali memahami teori yang paling mendasar sebelum
memahami teori yang lebih kompleks. Teori tersebut adalah sel korosi basah sederhana dimana
teori tersebut adalah suatu rangkaian sederhana yang terdiri dari empat komponen. Komponen
tersebut adalah sebagai berikut :
a). Anoda.
Anoda biasanya terkorosi dengan melepasakan elektron-elektron dari atom-atom logam
netral untuk membentuk ion-ion yang bersangkutan. Yang ion mungkin tetap tinggal dalam
larutan atau bereaksi membentuk hasil korosi yang tidak larut. Reaksi yang terjadi adalah :
M → Mn+ + ne
 b). Katoda 
Katoda biasanya tidak mengalami korosi, walaupun mungkin menderita kerusakan dalam
kondisi-kondisi tertentu. Dua reaksi yang penting dan umum yang terjadi pada katoda,
tergantung pH yang bersangkutan yaitu :
1. pH < 7 : H+ + e → H (atom)
2H → H2 (gas)
2. pH ≥ 7 : 2 H2O + O2 + 4e → 4 OH-
c).Elektrolit

3
Istilah elektrolit diberikan kepada larutan, yang dalam halini harus bersifat
mengantarkan listrik.
d). Hubungan Listrik  
Antara anoda dan katoda harus terdapat hubungan listrik agar arus dalam sel korosi dapat
mengalir.

Gambar 1. Sel Korosi Basah Sederhana

Korosi adalah proses perusakan pada permukaan logam yang disebabkan oleh terjadinya
reaksi kimia (reaksi elektro kimia) pada permukaan logam. Pada hakikatnya korosi adalah suatu
reaksi dimana suatu logam dioksidasi sebagai akibat dari serangan kimia oleh lingkungan (uap
air,oksigen di atmosfer, oksida asam yang terlarut dalam air).
Korosi merupakan reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang
menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. . Contoh korosi yang paling lazim adalah
perkaratan besi.Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara)
mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida dan karbonat. Rumus kimia
karat besi adalah Fe2O3. xH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah

4
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan korosi?


2. Mengapa logam terkorosi?
3. Bagaiamana mekanisme terjadinya korosi?
4. Apa yang menyebabkan terjadinya korosi?
5. Jelaskan bentuk-bentuk korosi?

1.3. Tujuan masalah

1. Mengetahui pengertian dari korosi

2. Mengetahui penyebab terjadinya korosi pada logam

3. Mengetahui proses terjadinya korosi

4. Mengetahui apa saja faktor penyebab korosi

5. Mengetahui bentuk-bentuk korosi.

1.4.    Metode Penulisan


Dalam penulisan makalah ini menggunakan metode literatur, dimana informasi diperoleh dari
buku-buku, artikel, internet, dan bahan bacaan lainnya.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Korosi

Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam
dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling
lazim adalah perkaratan besi. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan
oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat.
Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah. Pada
korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.

Reaksi di anoda: Fe(s)→ Fe2+(aq) + 2e

Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak sebagai
katode, di mana oksigen tereduksi.

Reaksi di katoda : O2(g) + 4H+(aq) + 4e → 2H2O(l)

atau

O2(g) + 2H2O(l) + 4e → 4OH-(aq)

Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang
kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari
besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode,
bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.

2.2. Mengapa logam terkorosi?

Logam adalah sebuah unsur kimia yang siap membentuk ion (kation) dan memiliki ikatan
logam, dan kadangkala dikatakan mirip dengan kation di awan elektron. Ada banyak alasan
mengapa logam lebih bermanfaat dibandingkan unsur lain. Logam memiliki sejumlah elektron
bebas yang bergerak ke seluruh bahan sehingga logam memiliki sifat penghantaran listrik dan
panas yang baik, selain itu logam tidak tembus cahaya, mengkilap dan kuat. Namun sayang,
logam sangat dipengaruhi oleh korosi karena logam sangat reaktif jika bereaksi dengan

6
lingkungan yang korosif. Ketika logam bergabung kembali dengan unsur-unsur yang ada di
lingkungan, logam memiliki kecenderungan untuk berubah dari keadaan energi tinggi ke
keadaan energi rendah yang pada akhirnya membentuk produk korosi. Energi bebas merupakan
faktor satu-satunya yang menentukan apakah korosi akan berlangsung secara spontan atau tidak.
Logam mengalami korosi spontan jika perubahan energi bebas bernilai negatif dan sebaliknya.
Pada temperatur kamar kebanyakan senyawa kimia logam memiliki harga-harga energi bebas
yang lebih rendah dibandingkan logam murni. Mudah tidaknya suatu logam terkorosi dapat
dipahami dari deret volta ataupun nilai potensial elektroda standarnya. Sebagai contoh logam
besi dengan potensial elektroda -0,4 V mudah terkorosi dibandingkan dengan emas yang
memiliki potensial elektroda standar +1,6 V. Di bawah ini dicantumkan Tabel potensial reduksi
baku sebagai berikut:

7
2.3. Faktor penyebab korosi

Pada umumnya ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya percepatan korosi, yaitu:
a. Uap air

Dilihat dari reaksi yang terjadi pada korosi, air merupakan salah satu faktor penting untuk
berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak mengandung uap air (lembab) akan
mempercepat berlangsungnya proses korosi.

b.    Oksigen.

Udara yang banyak mengandung gas oksigen akan menyebabkan terjadinya korosi.
Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang mengandung reaksi redoks. Reaksi yang
terjadi ini merupakan sel Volta mini. sebagai contoh, korosi besi terjadi apabila ada oksigen (O 2)
dan air (H2O). Logam besi tidaklah murni, melainkan mengandung campuran karbon yang
menyebar secara tidak merata dalam logam tersebut. Akibatnya menimbulkan perbedaan
potensial listrik antara atom logam dengan atom karbon (C). Atom logam besi (Fe) bertindak
sebagai anode dan atom C sebagai katode. Oksigen dari udara yang larut dalam air akan
tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya reaksi redoks
pada peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O 2 dan H2O yang mengalami kontak dengan
permukaan logam, maka semakin cepat berlangsungnya korosi pada permukaan logam tersebut.
c.    Larutan garam

Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk melangsungkan transfer
muatan. Hal itu mengakibatkan elektron lebih mudah untuk dapat diikat oleh oksigen di udara.
Air hujan banyak mengandung asam, dan air laut banyak mengandung garam, maka air hujan
dan air laut merupakan korosi yang utama.

Larutan garam menyerang lapisan mild stell dan lapisan stainless stell selain itu dapat
menyebabkan terjadinya pitting (kebocoran), crevice (retek / celah), korosi, dan juga pecahnya
alooys (paduan logam yang bersifat tahan karat). Larutan ini biasanya ditemukan pada campuran
minyak-air dalam konsentrasi yang tinggi yang akan menyebabkan proses korosi. Proses ini
disebabkan oleh kenaikan konduktivitas larutan garam dimana larutan garam lebih konduktif

8
sehingga menyebabkan laju korosi juga akan lebih tinggi. Sedangkan pada kondisi kelautan
garam dapat mempercepat laju korosi logam karena larutan garamnya lebih konduktif, sama
halnya dengan kecepatan alir dari air laut yang sebanding dengan peningkatan laju korosi,
akibatnya terjadi gesekan, tegangan dan temperatur yang mendukung terjadinya korosi.

d.    Permukaan logam yang tidak rata

Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan, yang
akhirnya akan berperan sebagai anode dan katode. Permukaan logam yang licin dan bersih akan
menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab sukar terjadi kutub-kutub yang akan bertindak sebagai
anode dan katode.

e.    Keberadaan Zat Pengotor

Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi


tambahan sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai contoh, adanya
tumpukan debu karbon dari hasil pembakaran BBM pada permukaan logam mampu
mempercepat reaksi reduksi gas oksigen pada permukaan logam. Dengan demikian peristiwa
korosi semakin dipercepat.

f.    Kontak dengan Elektrolit

Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju korosi dengan
menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi elektrolit yang besar dapat
melakukan laju aliran elektron sehingga korosi meningkat.

g.    Temperatur

Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara umum,
semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini disebabkan dengan
meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi kinetik partikel sehingga kemungkinan
terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada
logam semakin meningkat. Efek korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat
pada perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya menimbulkan panas akibat

9
gesekan (seperti cutting tools ) atau dikenai panas secara langsung (seperti mesin kendaraan
bermotor).
h.    pH (Potential of Hydrogen)

Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar, karena
adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:
   2H+(aq) + 2e- → H2
Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom logam yang
teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin besar.

i.    Metalurgi

• Permukaan logam

Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan memiliki
kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi.Permukaan logam yang kasar cenderung
mengalami korosi

• Efek Galvanic Coupling

Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-atom unsur lain yang
terdapat pada logam tersebut sehingga memicu terjadinya efek Galvanic Coupling , yakni
timbulnya perbedaan potensial pada permukaan logam akibat perbedaan E° antara atom-atom
unsur logam yang berbeda dan terdapat pada permukaan logam dengan kemurnian rendah. Efek
ini memicu korosi pada permukaan logam melalui peningkatan reaksi oksidasi pada daerah
anode.
j.    Mikroba

Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan peningkatan korosi
pada logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu mendegradasi logam melalui
reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang mampu
menyebabkan korosi, antara lain: protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri reduksi sulfat,

10
dan bakteri oksidasi sulfur-sulfida. Thiobacillus thiooxidans, Thiobacillus ferroxidans.

2.4. Bentuk-bentuk Korosi

Berdasarkan bentuk dan tempat terjadinya korosi, korosi terbagi dalam beberapa jenis antara
lain:

1. Korosi Seragam (Uniform Corrosion)

Korosi seragam adalah korosi yang terjadi pada permukaan material akibat bereaksi dengan
oksigen Biasanya korosi seragam ini terjadi pada material yang memiliki ukuran butir yang halus
dan homogenitas yang tinggi. Jenis korosi ini mengakibatkan rusaknya konstruksi secara total.

Gambar 2.4.1. Korosi Seragam (Uniform Corrosion) pada kaleng minuman

Mekanisme Uniform Corrosion :  dengan distribusi seragam dari reaktan katodik atas seluruh
permukaan logam yang terekspose. Pada lingkungan asam (pH < 7), terjadi reduksi ion hidrogen
dan pada lingkungan basa (pH > 7) atau netral (pH = 7), terjadi reduksi oksigen. Kedua
berlangsung secara "seragam" dan tidak ada lokasi preferensial atau lokasi untuk reaksi katodik
atau anodik. Katoda dan anoda terletak secara acak dan bergantian dengan waktu. Hasil akhirnya
adalah hilangnya kurang lebih yang seragam dimensi.

2. Korosi Sumuran (Pitting Corossion)

Korosi sumuran adalah korosi yang terjadi akibat cacat pada permukaan material seperti
celah atau lubang kecil. Pada daerah cacat ini akan lebih anodik dibandingkan permukaan

11
material sehingga korosi akan menuju bagian dalam material. Korosi sumuran adalah salah satu
bentuk yang paling merusak dari korosi.

Gambar 2.4.2a. Korosi Sumuran pada westafle

Mekanisme Pitting Corrosion : Untuk material bebas cacat, korosi sumuran disebabkan oleh
lingkungan kimia yang mungkin berisi spesies unsur kimia agresif seperti klorida. Klorida sangat
merusak lapisan pasif (oksida) sehingga pitting dapat terjadi pada dudukan oksida. Lingkungan
juga dapat mengatur perbedaan sel aerasi (tetesan air pada permukaan baja, misalnya) dan pitting
dapat dimulai di lokasi anodik (pusat tetesan air).

12
Gambar 2.4.2b. Mekanisme Pitting Corrosion

3. Korosi Celah ( Crevice Corrosion)


Korosi celah mengacu pada serangan lokal pada permukaan logam atau berbatasan langsung
dengan kesenjangan atau celah antara dua permukaan bergabung. Kesenjangan atau celah dapat
terbentuk antara dua logam atau logam dan bahan non-logam. Di luar kesenjangan atau tanpa
celah, kedua logam yang tahan terhadap korosi. Kerusakan yang disebabkan oleh korosi celah
biasanya dibatasi pada satu logam di wilayah lokal dalam atau dekat dengan permukaan yang
bergabung.

Gambar 2.4.3a .Korosi Celah pada sambungan pipa

Mekanisme Crevice Corrosion : dimulai oleh perbedaan konsentrasi beberapa kandungan kimia,
biasanya oksigen, yang membentuk konsentrasi sel elektrokimia (perbedaan sel aerasi dalam
kasus oksigen). Di luar dari celah (katoda), kandungan oksigen dan pH lebih tinggi - tetapi
klorida lebih rendah.

13
Gambar 2.4.3b. Mekanisme Korosi Celah

4. Korosi Batas Butir ( Intergranular Corrosion)

Korosi batas butir adalah korosi yang terjadi pada atau di sepanjang batas butir dan batas
butir bersifat anodik dan bagian tegah butir bersifat katodik. Korosi ini terjadi akibat presipitasi
dari pengotor seperti khromium di batas butir, yang menyebabkan batas butir menjadi rentan
terhadap serangan korosi. Dimana presipitat krom karbida terbentuk karena karbon meningkat
yang ada di sekitarnya, sehingga krom disekitarnya akan berkurang dan terjadi korosi. Proses
terbentuknya presipitat karbon karbida disebut sentisiasi. Terjadi pada temperatur 500-800
sehingga kekurangan krom yang memudahkan terjadinya korosi.

Gambar 2.4.4a. Korosi Batas Butir pada pipa

Mekanisme intergranular corrosion : jenis serangan ini diawali dari beda potensial dalam
komposisi, seperti sampel inti “coring” biasa ditemui dalam paduan casting. Pengendapan pada
batas butir, terutama kromium karbida dalam baja tahan karat, merupakan mekanisme yang
diakui dan diterima dalam korosi intergranular.

14
Gambar 2.4.4b. Mekanisme Korosi Batas Butir

5. Korosi Retak Tegangan (Stress Corrosion Cracking = SCC )

Korosi retak tegangan (SCC) adalah proses retak yang memerlukan aksi secara bersamaan
dari bahan perusak (karat) dan berkelanjutan dengan tegangan tarik. Ini tidak termasuk
pengurangan bagian yang terkorosi akibat gagal oleh patahan cepat. Hal ini juga termasuk
intercrystalline atau transkristalin korosi, yang dapat menghancurkan paduan tanpa tegangan
yang diberikan atau tegangan sisa. Retak korosi tegangan dapat terjadi dalam kombinasi dengan
penggetasan hidrogen.

Gambar 2.4.5a. Korosi Retak Tegangan pada sebuah logam

Mekanisme SCC : terjadi akibat adanya hubungan dari 3 faktor komponen, yaitu (1) Bahan
rentan terhadap korosi, (2) adanya larutan elektrolit (lingkungan) dan (3) adanya tegangan.
Sebagai contoh, tembaga dan paduan rentan terhadap senyawa amonia, baja ringan rentan
terhadap larutan alkali dan baja tahan karat rentan terhadap klorida. Berikut retak serta bentuk
penjalarannya yang di akibatkan oleh korosi tegangan :

15
Gambar 2.4.5b. Mekanisme Korosi Retak Tegangan (SCC)

6. Korosi Erosi (Errosion Corrosion)

Korosi erosi mengacu pada tindakan gabungan yang melibatkan erosi dan korosi di hadapan cairan
korosif yang bergerak atau komponen logam yang bergerak melalui cairan korosif, yang menyebabkan
percepatan terdegradasinya suatu logam.

Gambar 2.4.6a. Korosi Erosi pada baling-baling kapal

Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi ini antara lain :

 Persentase ketidaksamaan, material yang lebih anodik


 Area permukaan Anodik dan Katodik
 Temperatur
 Persentase larutan elektrolit
 Kesediaan oksigen

Mekanisme erosion corrosion : efek mekanik aliran atau kecepatan fluida dikombinasikan
dengan aksi cairan korosif menyebabkan percepatan hilangnya dari logam. Tahap awal
melibatkan penghapusan mekanik film pelindung logam dan kemudian korosi logam telanjang
oleh cairan korosif  yang mengalir. Proses siklus ini sampai pelubangan komponen terjadi.

16
Gambar 2.4.6b. Mekanisme Korosi Erosi

7. Korosi Galvanik

Korosi galvanik adalah korosi yang terjadi pada dua logam yang berbeda jenis jika di
hubungkan. Korosi ini juga terjadi karena pasangan elektrikal pada dua logam atau paduan
logam yang memiliki perbedaan komposisi. Logam yang lebih anodik akan terkorosi sementara
logam lainnya yang lebih katodik akan terlindungi. Posisi logam pada deret volta akan
menentukan apakah suatu logam lebih anodik atau katodik.

17
Gambar 2.4.7a. Korosi Galvanik pada Sambungan Baut

Mekanisme korosi galvanik : korosi ini terjadi karena proses elektrokimiawi dua macam metal
yang berbeda potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit sama. Dimana elektron
mengalir dari metal kurang mulia (Anodik) menuju metal yang lebih mulia (Katodik), akibatnya
metal yang kurang mulia berubah menjadi ion – ion positif karena kehilangan elektron. Ion-ion
positif metal bereaksi dengan ion negatif yang berada di dalam elektrolit menjadi garam metal.
Karena peristiwa tersebut, permukaan anoda kehilangan metal sehingga terbentuklah sumur -
sumur karat (Surface Attack) atau serangan karat permukaan.

Gambar 2.4.7b. Mekanisme Korosi Galvanik

8. Korosi Lelah (Fatigue Corrosion)

Korosi kelelahan (Corrosion Fatique) menunjuk kepada proses dimana logam patah lebih
awal  pada kondisi korosi simultan dan pembebanan siklis berulang pada tingkat tegangan
rendah atau siklus yang lebih singkat daripada yang akan dibutuhkan untuk menimbulkan
kelelahan (fatique) untuk logam tersebut dalam lingkungan yang tidak korosif. Korosi kelelahan
adalah hasil dari aktivitas gabungan tegangan siklis atau bolak balik dan lingkungan korosif.
Proses kelelahan diperkirakan disebabkan oleh pecahnya perlindungan lapisan pasif, dimana
disana korosi dipercepat. Jika logam secara simultan dibiarkan dalam lingkungan korosif,
kerusakan akan dialami bahkan pada pembebanan ringan dan dalam waktu singkat. Korosi ini
biasanya terjadi pada turbin uap, pengeboran minyak dan propeller kapal. Korosi kelelahan
adalah kelelahan dalam lingkungan korosif. Ini adalah degradasi mekanis dari material pada

18
aktivitas penggabungan korosi dan pembebanan siklis. Hampir semua struktur keteknikan
mengalami beberapa bentuk dari tegangan bolak balik, dan terpapar dalam lingkungan yang
merusak selama umur pakainya. Lingkungan memainkan peran penting dalam kelelahan dari
mateial dengan kekuatan struktur yang tinggi seperti alloy baja,dan aluminium.

Gambar 2.4.8. Korosi Lelah sebelum diuji SEM Gambar 2.4.8. Korosi Lelah setelah diuji SEM

9. Korosi Kavitasi (Cavitation Corrosion)

Bila dalam suatu turbin, aliran air dipercepat maka tekanan aliran akan mengecil hingga pada
temperatur tertentu akan terjadi tekanan jenuh dari uap airnya, maka selanjutnya akan berubah
menjad uap air dan akan membentuk gelembung-gelembung uap air. Juga uadara yang larut akan
membentuk gelembung udara. Gelembung udara dan gelembung uap air akan terbawa aliran air.
Suatu saat aliran akan mengecil (bila pada turbin akan terjadi pada suhunya), maka pada saat itu
gelembung-gelembung akan pecah dan mengakibatkan terjadinya kavitasi pada logam (logam
terkikis pada sudut-sudut turbin). Setelah terjadi kavitasi terjadi reaksi dengan air maka muncul
peristiwa korosi, keduanya berkaitan hingga disebut korosi kavitasi.

Terjadi karena tingginya kecepatan cairan menciptakan daerah-daerah bertekanan tinggi dan
rendah secara berulang-ulang pada permukaan peralatan dimana cairan tersebut mengalir. Maka
terjadilah gelembung-gelembung uap air pada permukaan tersebut, yang apabila pecah kembali
menjadi cairan akan menimbulkan pukulan pada permukaan yang cukup besar untuk
memecahkan film oksida pelindung permukaan. Akibatnya bagian permukaan yang tidak
terlindungi terserang korosi. Karena bagian tersebut menjadi anodik terhadap bagian yang
terlindungi.

19
Karena terjadinya korosi pada bagian tersebut, maka akan kehilangan massa dan menjadi
takik. Takik-takik tersebut akan bertambah dalam karena permukaan di dalam takik tidak sempat
membentuk film pelindung karena kecepatan cairan yang tinggi dan proses kavitasi akan
berlangsung secara berulang-ulang.

20
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
    1. Korosi adalah proses perusakan pada permukaan logam yang disebabkan oleh terjadinya
reaksi kimia (reaksi elektro kimia) pada permukaan logam.
  2.   Faktor yang menyebabkan timbulnya percepatan korosi antara lain : uap air, oksigen,
larutan garam, permukaan logam yang tidak rata.
   3. Bentuk-bentuk korosi yang umum ditemukan pada korosi logam dilingkungan laut antara
lain korosi merata, korosi celah, korosi sumuran, korosi galvanik, korosi tegangan, korosi lelah,
korosi erosi, korosi kavitasi, korosi intergranular pada batas butir.

21
DAFTAR PUSTAKA

Akhadi,Mukhlis. 2006. Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia


Chandler,K.A. 1985. Marine and Offshone Corrosion. Batter Work
Hermawan, Beni. 2007. Dari http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia
Ismunandar, 2008. Dari http://www2.kompas.com
Tretthewey,Kenneth.1991.Korosi untuk Mahasiswa Sains dan Rekayasa.Jakarta:PT gramedia
Oxtoby,David W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta:  Erlangga
http://www.diveholidayisle.com
http://denisemelodi.blogspot.com/2013/09/makalah-korosi.html

22

Anda mungkin juga menyukai