Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS CAMPURAN DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN DENGAN

SPEKTROFOTOMETER
ANNISA SYABATINI
J1B107032
KELOMPOK 4
PROGRAM STUDI S-1 KIMIA FMIPA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
ABSTRAK
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau absorbans suatu contoh sebagai
fungsi panjang gelombang. Tujuan percobaan ini adalah untuk memeriksa keaditifan, panjang
gelombang maksimum dan absorbansi KMnO4 dan K2Cr2O7 denganspektrofotometer spektronik-20.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau absorbans suatu contoh sebagai
fungsi panjang gelombang; pengukuran terhadap suatu deretan contoh pada suatu panjang
gelombang tunggal mungkin juga dapat dilakukan. Metode spektrofotometri sinar tampak (visible)
didasarkan pada penyerapan sinar tampak oleh suatu larutan berwarna. Percobaan dilakukan dengan
melakukan pengenceran terlebih dahulu yaitu larutan KMnO4: 0,25.10-5, 0,5.10-5, 1.10-5, 2.10-5, 3.10-
5
 M, larutan K2Cr2O70,5.10-4, 1.10-4, 2.10-4, 4.10-4, 8.10-4 M, kemudian mengukur transmitan dari
larutan tersebut sehingga diperoleh grafik antara panjang gelombang dengan absorbansi untuk
menentukan panjang gelombang maksimum. Sedangkan larutan campuran dapat ditentukan
konsentrasinya dari perhitungan dengan menggunakan grafik hubungan antara konsentrasi dengan
absorbansi. Dari grafik dapat diketahui bahwa panjang gelombang maksimum untuk KMnO 4 400 nm
dan untuk K2Cr2O7 410 nm. Nilai K pada larutan KmnO4 dengan panjang gelombang 400 nm dan 410
nm masing-masing adalah 3425, 38 dan 1174,62 sedangkan pada larutan K2Cr2O7 pada panjang
gelombang 400 nm adalah 20,24 dan pada panjang gelombang 410 adalah -47,14. Pada pengukuran
larutan campuran pada panjang gelombang 400 nm dan 410 nm adalah sebesar 5,408×10 -4 M dan
-1,51×10-3 M.
Kata Kunci : Absorbansi, spektrofotomer spektronik -20
PENDAHULUAN
Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang menjorok ke dalam daerah
ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih panjang-panjang gelombang tertentu dengan lebar
pita kurang dari 1 nm. Proses ini memerlukan penggunaan instrumen yang lebih rumit dan karenanya
lebih mahal. Instrumen yang digunakan untuk maksud ini adalah spektrofotometer, dan seperti
tersirat dalam nama ini, instrumen ini sebenarnya terdiri dari dua instrumen dalam satu kotak
sebuah spektrometer dan sebuah fotometer [1].
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau absorbans suatu contoh sebagai
fungsi panjang gelombang; pengukuran terhadap suatu deretan contoh pada suatu panjang
gelombang tunggal mungkin juga dapat dilakukan. Alat-alat demikian dapat dikelompokkan naik
sebagai manual atau perekam, maupun sebagai sinar-tunggal atau sinar-rangkap. Dalam praktek,
alat-alat sinar tunggal biasanya dijalankan dengan tangan dan alat-alat sinar-rangkap biasanya
menonjolkan pencatatan spektrum absorbsi, tetapi adalah mungkin untuk mencatat satu spektrum
dengan suatu alat sinar tunggal. Unsur-unsur terpenting suatu spektrofotometer adalah sebagai
berikut:
1.  Sumber energi radiasi yang kontinyu dan meliputi daerah spektrum, di mana alat ditujukan untuk
dijalankan.
2.  Monokromator, yang merupakan suatu alat untuk mengisolasi suatu berkas sempit dari panjang
gelombang-panjang gelombang daru spektrum luas yang disiarkan oleh sumber (tentu saja tepat
monokromatisitas tidak dicapai).
3.  Wadah untuk contoh.
4.  Detektor yang merupakan suatu transducer yang mengubahenergi radiasi menjadi isyarat listrik.
5.  Penguat dan rangkaian yang bersangkutan yang membuat isyarat listrik cocok untuk diamati.
6.  Sistem pembacaan yang dapat mempertunjukkan besarnya isyarat listrik [2].
Panjang gelombang cahaya UV atau cahaya tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron.
Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada
panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi yang lebih sedikit akan
menyerap cahaya dalam daerah tampak (yakni senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih
mudah dipromosikan daripada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV yang lebih
pendek [3].
Suatu spektrofotometer standar terdiri atas spektrofotometer untuk menghasilkan cahaya dengan
panjang gelombang terseleksi yaitu bersifat monokromatik serta suatu fotometer yaitu suatu piranti
untuk mengukur intensitas berkas monokromatik, digabungkan bersama dinamakan sebagai
spektrofotometer [2].
Bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari
sinar masuk akan dipantulkan, sebagian di serap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan. Jika
intensitas sinar masuk dinyatakan oleh Io, Ia intensitas sinar terserap, It intensitas sinar diteruskan,
Ir intensitas sinar terpantulkan, maka:
Io = Ia + It + Ir  …..(1)
Untuk antar muka udara-kaca sebagai akibat penggunaan sel kaca, dapatlah dinyatakan bahwa sekitar
4 persen cahaya masuk dipantulkan. Ir biasanya terhapus dengan penggunaan suatu kontrol, seperti
misalnya sel pembanding, jadi:
Io = Ia + It …..(2) [1].
Spektrum absorbsi dapat diperoleh dengan menggunakan bermacam-macam bentuk contoh: gas,
lapisan tipis cairan, larutan dalam bermacam-macam pelarut, dan bahkan padat. Kebanyakan
pekerjaan analitik menyangkut larutan, dan kita diharapkan di sini untuk mengembangkan satu
uraian kuantitatif dari hubungan konsentrasi larutan dan kemampuannya untuk menyerap radiasi.
Pada waktu yang sama, kita harus sadar bahwa besarnya absorbsi akan tergantung juga pada jarak
yang dijalani oleh radiasi melewati larutan [2].
Hukum Lambert menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik melewati medium tembus cahaya,
laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas
cahaya. Ini setara dengan menyatakan bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang secara
eksponensial dengan bertambahnya ketebalan medium yang menyerap. Atau dengan menyatakan
bahwa lapisan manapun dari medium itu yang tebalnya sama akan menyerap cahaya masuk
kepadanya dengan fraksi yang sama. hukum ini dapat dinyatakan oleh persamaan diferensial:
- …..(3)
dengan I ialah intensitas cahaya-masuk dengan panjang gelombang, l adalah tebalnya medium, dan k
faktor kesebandingan [1].
Sejauh ini telah dibahas absorbsi cahaya dan transmisi cahaya untuk cahaya monokromatik sebagai
fungsi ketebalan lapisan penyerap saja. Tetapi dalam analisis kuantitatif orang terutama berurusan
dengan larutan. Beer mengkaji efek konsentrasi penyusun yang berwarna dalam larutan, terhadap
transmisi maupun absorbsi cahaya. Dijumpainya hubungan yang sama antara transmisi dan
konsentrasi seperti yang ditemukan Lambert antara transmisi dan ketebalan lapisan, yakni intensitas
berkas cahaya monokromatik berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat
penyerap secara linier. Ini dapat ditulis dalam bentuk:
It = I0.e-k’c = I0.10-0,4343k’c = I0.10-K’c …..(4) [1].
Lambert (1760) dan Beer (1852) dan juga Bouguer menunjukkan hubungan berikut:
T =  Pt =  10-abc …..(5)
Po
b =  jarak tempuh optik
c = konsentrasi
log (T) = log  Pt = – abc …..(6)
Po
a  = tetapan absorpsivitas
T = transmitansi
log  1 =  log  Po = abc = A …..(7)
T              Pt
A  = absorbansi
- log (T) i.e.A = abc …..(8)
1 =  T-1 isopasitas (tidak tembus
T      cahaya)
A = abc …..(9)
A = absorptivitas (yakni tetap)
Hukum di atas dapat ditinjau sebagai berikut:
1. jika suatu berkas radiasi monokromatik yang sejajar jatuh pada medium pengabsorpsi pada
sudut tegak lurus setiap lapisan yang sangat kecilnya akan menurunkan intensitas berkas
b.  jika suatu cahaya monokromatis mengenai suatu medium yang transparan, laju pengurangan
intensitas dengan ketebalan medium sebanding dengan intensitas cahaya
1. intensitas berkas sinar monokromatis berkurang secara eksponensial bila konsentrasi zat
pengabsorpsi lemah [4].
Spektrofotometri serap merupakan pengukuran interaksi antara radiasi elektromagnetik panjang
gelombang tertentu yang sempit dan mendekati monokromatik, dengan molekul atau atom dari suatu
zat kimia. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa molekul selalu mengabsorbsi cahaya
elektromagnetik jika frekuensi cahaya tersebut sama dengan frekuensi getaran dari molekul tersebut.
Elektron yang terikat dan elektron yang tidak terikat akan tereksitasi pada suatu daerah frekuensi,
yang sesuai dengan cahaya ultraviolet dan cahaya tampak [5].
Spektra UV-Vis telah lama digunakan untuk menentukan karakteristik gambut. Metode yang
seringkali digunakan untuk menentukan karakteristik zat humus dari gambut adalah metode
degradatif, dan non-degradatif, di samping itu analisis komposisi kimia dan gugus fungsi. Salah satu
metode non-degradatif ialah penggunaan spektrofotometer UV-VIS [6].
Spektrofluorometrik mudah, akurat, sensitif dan selektif, spektrometrik serapan atom dan
sprektrofotometrik digambarkan untuk penentuan kuantitatif dari sepuluh fluoroquinolon
(amifloxacin, ciprofloxacin hydrochloride, difloxacin hydrochloride, enoxacin, enrofloxacin,
levofloxacin, norfloxacin, ofloxacin pefloxacin mesylate, dan lomefloxacin hydrochloride).
Pengembangan metode spektrofluorimetrik, spektrofotometrik dan spektrometrik serapan atom telah
diterapkan dengan sukses untuk penentuan narkoba yang dipelajari dalam farmasi bentuk sediaan
dengan suatu ketepatan dan ketelitian yang baik dibandingkan dengan pejabat dan laporan metoda-
metoda seperti ketika  diungkapkan oleh uji-t dan uji-F. metoda spektrometrik serapan atom juga
digunakan untuk penentuan obat-obatan yang dipelajari di dalam air seni dan plasma. Metoda-
metoda yang diusulkan bersifat menguntungkan daripada  banyak  dari metoda-metoda
spektrofotometri yang dilaporkan untuk penentuan narkoba yang dipelajari dalam farmasi bentuk
sediaan dan dalam cairan biologis. Mereka juga lebih murah, lebih sederhana dan waktu yang
mengkonsumsi dibanding metoda-metoda HPLC [7].
METODOLOGI PERCOBAAN
A.  Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah spektrofotometer spektronik-20, tabung kuvet,
labu takar, pipet 10 ml, pipet 5 ml, pipet tetes, botol semprot dan botol sampel.
B.  Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan baku KMnO4 10-4 M, larutan baku
K2Cr2O7 5×10-4 M, larutan H2SO4 dan akuades.
1. C. Cara kerja
2. 1. Keaditifan absorbans larutan KMnO4 dan K2Cr2O7
Larutan-larutan KMnO4 10-4 M, K2Cr2O7 5×10-4 M dan larutan campuran KMnO4 dan K2Cr2O7 dengan
perbandingan 12:8 disiapkan. Absorbans larutan KMnO4 10-4 M, K2Cr2O75×10-4 M diukur dengan
panjang gelombang 400-590 nm dengan kenaikan 10 nm. Kemudian dibuat grafik hubungan antara
panjang gelombang dengan nilai absorbans dan panjang gelombang maksimum ditentukan dimana
absorbans bernilai maksimum.
1. 2. Nilai K
Larutan KMnO4 diencerkan dengan H2SO4 sampai 100 ml dengan konsentrasi 2,5.10-5 M; 0,5.10-5 M;
1.10-5 M; 2.10-5 M; 3.10-5 M. Dengan langkah yang sama, larutan K2Cr2O7diencerkan dengan akuades
sampai 100 ml dengan konsentrasi 2,5.10-5 M; 0,5.10-5 M; 1.10-5 M; 2.10-5 M; 3.10-5 M. Diukur
absorbans masing-masing larutan pada panjang gelombang maksimum K2Cr2O7 dan panjang
gelombang KMnO4 serta sebaliknya. Kemudian dibuat grafik hubungan antara konsentrasi dengan
panjang gelombang, sehingga nantinya akan diperoleh empat grafik dan empat nilai K (nilai K sebagai
slope).
1. 3. Analisis Contoh Campuran
Komposisi campuran yang diberikan ditetapkan dengan jalan mengukur absorbans larutan itu pada
panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. A. HASIL
1.   Pengukuran Absorbansi Larutan KMnO4 dan K2Cr2O7 dengan Spektrofotometer Spektronik-20
Absorbansi (A)
l
KMnO4
No   K2Cr2O75.10-
 
(nm) 4
 M
10-4 M
1. 400 0,1952 -0,0119
2. 410 0,1512 0,0052
3. 420 0,1124 -0,0069
4. 430 0,0747 -0,0043
5. 440 0,0458 -0,0035
6. 450 0,0278 -0,0026
7. 460 0,0223 -0,0052
8. 470 0,0241 -0,0026
9. 480 0,0195 -0,0052
10. 490 0,0186 -0,0035
11 500 0,0186 -0,0009
12. 510 0,0106 -0,0035
14. 520 0,0088 -0,0009
15. 530 0,0061 -0,0043
16. 540 0,0088 -0,0043
17. 550 0,0088 -0,0017
18. 560 0,0061 0,0017
19. 570 -0,0009 -
20. 580 0 -
21. 590 0,0009 -
2.   Pengukuran Absorbansi Larutan KMnO4 dengan Berbagai Konsentrasi
Absorbansi (A)
[KMnO4]
No l = 400 l = 410
 
nm nm
1. 0,25 x10-5 0,0195 0,0778
2. 0,5 x10-5 0,0306 0,0757
3. 1 x10-5 0,0757 0,0685
4. 2 x10-5 0,0937 0,0904
5. 3 x10-5 0,1146 0,1068
3.   Pengukuran Absorbansi Larutan K2Cr2O7 dengan Berbagai Konsentrasi
[K2Cr2O7] Absorbansi
No
  (A)
l =400 nm
1. 2,5×10-5 0,0009
2. 5 x10-5 0,0269
3. 1 x10-4 0,0079
4. 2 x10-4 0,0205
4.   Analisis Campuran KMnO4 dengan K2Cr2O7
λ (nm) %T A
400 82,6 0,0830
     
410 82,6 0,0830
GRAFIK
Grafik 1. Hubungan panjang gelombang dengan nilai absorbansi pada KMnO4 10-4 M
Grafik 2. Hubungan panjang gelombang dengan nilai absorbansi pada K2Cr2O7 5.10-5 M
Grafik 3. Hubungan konsentrasi dengan panjang gelombang larutan KMnO 4 pada 400 nm
Grafik 4. Hubungan konsentrasi dengan panjang gelombang larutan KMnO4 pada 410 nm
Grafik 5. Hubungan konsentrasi dengan panjang gelombang larutan K2Cr2O7 pada 400 nm
Grafik 6. Hubungan konsentrasi dengan panjang gelombang larutan K2Cr2O7 pada 410 nm
Perhitungan
Diketahui :
persamaan regresi linier:
y = ax + b
a=k
k11 = 3425,38
k12 = 1174,62
k21 = 20,24
k22 = -47,14
Sampel X: A1 = 0,082
A2 = 0,082
Ditanya : C1 dan C2 pada sampel X ?
Jawab :
# Pengenceran Larutan KMnO4
V1 .    M1 =  V2 .    M2
20 mL. 0,25.10-5 M  =  V2 . 10-4
V2 =   0,5 mL
V1 .    M1 =  V2 .    M2
20 mL. 0,5.10-5 M     =  V2 . 10-4
V2 =   1 mL
V1 .    M1 =  V2 .    M2
20 mL. 1.10-5 M        =  V2 . 10-4
V2 =   2 mL
V1 .    M1 =  V2 .    M2
20 mL. 2.10-5 M        =  V2 . 10-4
V2 =  4 mL
V1 .    M1 =   V2 .    M2
20 mL. 3.10-5 M        =  V2 . 10-4
V2 =   6 mL
# Pengenceran Larutan K2Cr2O7
V1 .    M1 =  V2 .    M2
20 mL. 0,5.10-4 M     =  V2 . 10-3
V2 =   1 mL
V1 .    M1 =  V2 .    M2
20 mL. 1.10-4 M        =  V2 . 10-3
V2 =  2 mL
V1 .    M1 =  V2 .    M2
20 mL. 2.10-4 M        =  V2 . 10-3
V2 =   4 mL
V1 .    M1 =  V2 .    M2
20 mL. 4.10-4 M        =  V2 . 10-3
V2 =  8 mL
V1 .    M1 =  V2 .    M2
20 mL. 8.10-4 M        =  V2 . 10-3
V2 =  16 mL
# Perhitungan C1 dan C2 pada sampel
A1 = k11 C1 + k12 C2
A2 = k21 C1 + k22 C2
0, 082 = 3425,38C1+ 1174,62C2 x -47,14
0, 082 = 20,24C1 + (- 47,14)C2 x 1174,62
-3,86 =-161472,41C1+(-55371,59C2)
96,32=    23774,31C1+(-55371,59C2)
- 100,18 = -185246,72 C1
C1 = -100,18/-185246,72
= 5,408×10-4
Jadi, nilai C1 adalah 5,408×10-4 M
Nilai C2:
0, 082 = 20,24(5,408×10-4) + (- 47,14)C2
0, 082= (0,01095) + (- 47,14)C2
47,14C2 = 0,01095 - 0,082
C2 = -0,0711/47,14
= -1,51×10-3
Jadi, nilai C2 adalah -1,51×10-3 M
1. B. Pembahasan
1. 1. Spektrofotometer Spektronik-20
Gambar Spektrofometer Spektronik-20
Spektronik-20 yang ditunjukkan pada gambar di atas pada hakekatnya terdiri dari monokromator
kisi-difraksi dan sistem deteksi elektronik, amplifikasi dan pengukuran. Spektronik-20 merupakan
spektrometer visible yang susunannya menggunakan satu berkas tunggal (single beam).
Spektrofotometer jenis ini memiliki susunan paling sederhana yang terdiri dari sumber sinar,
monokromator, kisi difraksi dan sistem pembacaan secara langsung.
Cahaya putih dari lampu wolfram difokuskan oleh lensa A ke celah masuk; lensa B mengumpulkan
cahaya dari celah masuk itu dan memfokuskan ke celah keluar setelah dipantulkan dan didespersikan
oleh kisi difraksi untuk memperoleh berbagai panjang gelombang. Cahaya monokromatik yang
menembus celah keluar melewati sampel yang akan diukur dan jatuh ke tabung foto.
2.   Keaditifan Absorbansi Larutan KMnO4 dan K2Cr2O7
Panjang gelombang maksimum dapat diketahui dengan melihat nilai absorbansi maksimum yang
terukur pada spektronik-20 untuk panjang gelombang tertentu. Larutan yang digunakan sebagai
larutan standar adalah larutan KMnO4 dan larutan K2Cr2O7. Masing-masing larutan dengan volume
tertentu diencerkan hingga menjadi larutan standar dengan konsentrasi yang telah ditentukan. Untuk
larutan KMnO4 diencerkan dengan menambahkan H2SO4. Pengenceran dengan mengguanakan
H2SO4 adalah untuk memberikan suasana asam pada larutan tersebut sehingga tidak terbentuk zat
pengganggu seperti MnO2, sedangkan untuk larutan K2Cr2O7 diencerkan dengan aquades.
Larutan standar dibuat dengan maksud untuk membuat kurva standar atau kurva kalibrasi sehingga
nanti akan diperoleh panjang gelombang maksimum dari larutan standar tersebut. Kenapa panjang
gelombang maksimum yang dipilih, hal ini karena di sekitar panjang gelombang maksimum tersebut,
bentuk kurva serapan adalah datar sehingga hukum Lambert-Beer akan terpenuhi dengan baik
sehingga kesalahan yang ditimbulkan pada panjang gelombang maksimum dapat diperkecil.
Larutan KMnO4 dan larutan K2Cr2O7 menghasilkan warna komplementer yang dapat menyerap
cahaya. Warna-warna ini ditimbulkan oleh adanya panjang gelombang yang dimiliki larutan tersebut. 
Setiap warna memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda dengan  interval tertentu.
Dari hasil pengamatan diperoleh  panjang gelombang maksimum untuk larutan standar
KMnO4 adalah 400 nm dan untuk larutan standar K2Cr2O7 adalah 410 nm.
3.   Nilai K
Nilai k dapat ditentukan dengan cara mengukur absorbans dari larutan-larutan dengan konsentrasi
yang berbeda yang telah diencerkan sebelumnya pada panjang gelombang maksimum tersebut. Nilai
k ditentukan dari kemiringan kurva standar hubungan absorbansi dengan konsentrasi larutan.
Penentuan nilai k pada larutan standar KMnO4 dan K2Cr2O7 dilakukan pada konsentrasi yang sangat
kecil. Hal ini bertujuan agar absorbans yang dihasilkan sangat kecil pada panjang gelombang
maksimum kedua larutan standar tersebut.  Untuk memperoleh konsentrasi yang kecil, maka pada
percobaan ini larutan KMnO4 diencerkan menggunakan asam sulfat sebagai pelarutnya, sedangkan
larutan K2Cr2O7 menggunakan akuades sebagai pelarutnya.
Nilai k yang diperoleh dari percobaan ini yaitu nilai k dari grafik hubungan absorban KMnO 4vs
konsentrasi pada panjang gelombang 400 nm adalah  3425,38 dan pada panjang gelombang 410 nm
diperoleh nilai k sebesar 1174,62. Sedangkan nilai k yang diperoleh dari grafik hubungan absorban
K2Cr2O7 vs konsentrasi pada panjang gelombang 400 nm adalah 20,24 dan pada panjang gelombang
410 nm diperoleh nilai k yaitu -47,14.
4.   Analisis Contoh Campuran
Sampel yang akan ditentukan konsentrasinya, dapat dianalisis dengan menggunakan spektronik-20
pada panjang gelombang maksimum suatu larutan standar. Dari percobaan yang telah dilakukan,
dapat diperoleh komposisi dari larutan sampel X yaitu sebesar  C1= 5,408×10-4 M dan        C2=
-1,51×10-3 M. Nilai negatif tersebut disebabkan oleh adanya kesalahan baik dalam pengambilan data
maupun pada prosedur kerja yang keliru. Dari hasil pengukuran diperoleh absorbans sampel pada
panjang gelombang KMnO4 (400 nm) sebesar 0,1952 dan pada panjang gelombang K2Cr2O7 (410 nm)
sebesar 0,0052.
KESIMPULAN
Penentuan keaditifan serta penentuan panjang gelombang maksimum larutan KMnO4 dan 
K2Cr2O7 dapat dilakukan dengan menggunakan     spektrofotometer khususnya dengan spektronik-20
yakni dengan melihat nilai absorbansi maksimum yang terukur pada spektronik-20 untuk panjang
gelombang tertentu. Panjang gelombang maksimum larutan KMnO4 10-4 M adalah 400 nm dan
larutan K2Cr2O7 10-3 M adalah 410 nm dengan nilai K yang diperoleh dari keempat grafik tersebut
adalah 3425,38; 1174,62; 20,24  dan -47,14 dan nilai C1 dan C2 yang diperoleh dari larutan campuran
atau larutan contoh pada panjang gelombang maksimum adalah sebesar  5,408×10-4 M dan -1,51×10-
3
 M.
REFERENSI
1. Basset, J. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. EGC. Jakarta.
2. Underwood, A. L. 1990. Analisis Kimia Kiantitatif Edisi ke Enam. Erlangga. Jakarta.
3. Khopkar, SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
4. Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
5. Henry, A, Suryadi MT & Arry Yanuar. 2002. Analisis spektrofotometri UV-Vis pada obat
influenza dengan menggunakan aplikasi sistem persamaan linier. Proceedings, Komputer dan
Sistem Intelijen Auditorium Universitas Gunadarma. Jakarta.
6. Riwandi, 2002. Sifat Kimia Gambut dan Derivat Asam Fenolat : Komposisi Unsur vs
Spektra UV-VIS Ekstrak Gambut dengan Natrium-Pirofosfat. Program Studi Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian, Bengkulu.
7. Salem, Hesham. 2005. Spectrofluorimetric, Atomic Absorption Spectrometric and
Spectrophotometric Determination of Some Fluoroquinolones. Department of Analytical
Chemistry, Faculty of Pharmacy Minia University, Egypt.

Anda mungkin juga menyukai