MATERI 3
Oleh :
( Kelompok 2)
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmatnya, kami sebagai
kelompok 2 sebagai penyusunan makalah ini dapat menyelesaikannya secara sederhana dan
tepat waktu. Adapun karya tulis ini kami rangkum dari beberapa sumber yang dapat dipercaya
yang kami cantumkan dalam lembar Daftar Pustaka dengan harapan karya ini dapat
menambah pengetahuan kita tentang evaluasi terhadap data umur dan jenis kelamin terkait
dengan fertilitas, mortalitas, dan mobilitas penduduk. Penulisannya didasari dari sumber-
sumber dibuku dan internet.
Makalah “EVALUASI TERHADAP DATA UMUR DAN JENIS KELAMIN
TERKAIT DENGAN FERTILITAS, MORTALITAS, DAN MOBILITAS PENDUDUK”
disusun guna memenuhi tugas dari Bapak Prof. Dr. Drs. I Ketut Sudibia, S. U. pada mata
kuliah Analisis Kependudukan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana. Selain
itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa penulisan karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari segi isi maupun tulisan. Oleh sebab itu kami sangat mengaharapkan kritik dan saran guna
lebih menyempurnakan penulisan pada masa yang akan datang. Akhir kata, semoga karya ini
dapat menambah ilmu pengetahuan dan kemampuan kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………... i
Daftar Isi……………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan Masalah………………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Evaluasi Data Umur dan Jenis Kelamin…………………...………..…… 2
2.2 Fertilitas Penduduk………............………………………….…………… 5
2.3 Mortalitas Penduduk……….……………………....……………………. 7
2.4 Mobilitas Penduduk……………………………………………………... 8
BAB III PENUTUP
3.1 10
Kesimpulan………………………………………………………………. 10
3.2 Saran…………………………………………………………………….. 11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Penulis karya tulis ini mempunyai tujuan dari pembuatannya yaitu agar para pembaca
dapat mengevaluasi data umur dan jenis kelamin terkait dengan fertilitas, mortalitas, dan
mobilitas penduduk.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Kesalahan juga terjadi ketika penduduk yang tahu umurnya secara pasti tetapi,
karena alasan tertentu, melaporkan umurnya lebih tua atau lebih muda dari yang
sebenarnya.
Mengingat pentingnya data mengenai umur, maka untuk memperoleh
keterangan umur yang lebih baik, dalam sensus-sensus penduduk yang lalu dan survei
penduduk antar sensus telah ditempuh berbagai cara yaitu :
Bagi responden yang tahu tanggal lahirnya dalam kalender Masehi,
umur responden bisa langsung dihitung, sedangkan bagi responden
yang tahu tanggal kelahirannya dalam kalender Islam, Jawa dan
Sunda, umur responden dihitung dengan menggunakan tabel konversi
kalender yang disediakan dalam buku pedoman pencacahan.
Responden yang tidak tahu tanggal kelahirannya, tetap diupayakan
memperoleh keterangan tentang umur dengan menghubungkan
kejadian penting setempat atau nasional, serta dapat membandingkan
dengan umur orang atau tokoh setempat yang diketahui waktu
kelahirannya.
Pelaporan Jenis Kelamin
Pelaporan jenis kelamin umumnya lebih akurat dibandingkan dengan
pelaporan umur. Adapun kesalahan yang terjadi dalam pelaporan jenis
kelamin yaitu kesalahan umurnya dikarenakan kekurangan pencacahan
(coverage error). Kesalahan semacam ini dapat terjadi disebabkan petugas
pencacah yang kurang cermat melakukan pendataan penduduk ataupun oleh
masyarakat yang melaporkannya. Hal ini terutama terjadi kalau dalam suatu
masyarakat ada diskriminasi terhadap perempuan, misalnya di India, dimana
kehadiran seorang bayi perempuan umumnya tidak dikehendaki karena
keluarga anak perempuan harus membayar mahar kepeda calon mempelai
laki-laki kalau mau menikah. Di Cina, anak laki-laki lebih diinginkan daripada
anak perempuan. Kebiasan semacam ini akan membuat penduduk perempuan,
terutama bayi dan anak-anak, cenderung mengalami kekurangan
pelaporan (under reported).
Kesalahan pelaporan umur dapat dilihat pada data Rasio Jenis Kelamin
(RJK) menurut umur hasil SUPAS 2005. Kalau pelaporan umur baik, RJK
pada suatu umur tertentu tidak berbeda besar dengan umur yang disekitarnya.
3
Pada usia 0-4 tahun biasanya sedikit di atas 100, setelah umur tersebut
RJK turun secara teratur dan mencapai nilai di bawah 100 pada usia tua.
Gambaran seperti ini tidak terlihat pada Tabel 2.1 dan Gambar 2.2, karena
RJK berfluktuasi naik turun tidak menentu dan yang cukup menarik adalah
RJK pada kelompok usia 20-24 tahun, 25-29 tahun, 30-34 tahun dan 35-39
tahun sangat rendah. Ada pendapat yang menyebutkan bahwa hal ini karena
mobilitas laki-laki pada usia tersebut sangat besar, sehingga banyak yang
lewat cacah pada waktu pencacahan.
Cara yang paling mudah untuk mendeteksi kesalahan dalam pelaporan
jenis kelamin adalah dengan menggunakan rasio jenis kelamin. Rasio jenis
kelamin adalah perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dengan
4
banyaknya banyaknya penduduk perempuan. Evaluasi jumlah penduduk dari
aspek jenis kelamin dapat digunakan untuk mendeteksi tingkat akurasi
data dan memberikan gambaran struktur penduduk suatu wilayah menurut
jenis kelamin. Pada awal-awal tahun kelahiran, secara umum jumlah
penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Melalui proses
demografi, penduduk laki-laki biasanya cenderung lebih rentan dalam hal
tingkat kesehatan dan memiliki angka harapan hidup yang lebih rendah dari
penduduk perempuan. Di sisi lain penduduk laki-laki memiliki mobilitas
yang lebih tinggi dari penduduk perempuan terkait aktivitasnya untuk
bersekolah atau mencari pekerjaan di tempat lain.
2.2 Fertilitas Peenduduk
Dalam analisis fertilitas dikenal beberapa konsep tentang kelahiran yaitu lahir
hidup, lahir mati dan abortus. Lahir Hidup (live birth) adalah kelahiran seorang bayi
tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan
tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan. Suatu kelahiran disebut dengan lahir
hidup (live birth) apabila pada waktu lahir terdapat tanda-tanda kehidupan misalnya
berteriak, bernafas, dan jantung berdetak (Mantra,1985). Lahir mati (still
birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang sudah berumur paling
sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan.
Sedangkan, abortus adalah peristiwa kematian bayi dalam kandungan dengan umur
kehamilan kurang dari 28 minggu. Adapun beberapa masalah pengukuran fertilitas
penduduk yaitu :
Kesulitan dalam mengukur tingkat kemampuan biologis seorang perempuan
untuk melahirkan, sehingga pengukuran dilakukan terhadap kelahiran hidup.
Fertilitas melibatkan dua orang (suami dan istri), sedangkan kematian hanya
melibatkan orang yang meninggal tersebut.
Tidak semua perempuan mengalami resiko melahirkan, karena adanya
kemungkinan perempuan tersebut tidak mendapat pasangan hidup, bercerai,
dan sebagainya.
Dalam fertilitas penduduk dapat dibagi menjadi dua macam yaitu :
Pengukuran fertilitas tahunan, adalah mengukur jumlah kelahiran pada tahun
tertentu dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mengalami resiko
melahirkan pada tahun tersebut.
5
Pengkukuran fertilitas komulatif, adalah mengukur jumlah rata-rata anak yang
dilahirkan oleh perempuan hingga mengakhiri batas usia subur.
Data fertilitas diperoleh dari registrasi, sensus atau survei sampel. Data umur
dalam fertilitas juga mengandung kesalahan pelaporan tentang informasi
fertilitas (content error) maupun kesalahan cakupan (coverage error).Adapun
beberapa kelemahan data fertilitas menurut sumber data yaitu :
a) Registrasi
Data fertilitas yang tersedia dari registrasi adalah statistik kelahiran (birth
statistics). Kelemahan data tersebut adalah sebagai berikut:
Kesalahan memberikan informasi tentang fertilitas terjadi karena orang
tua tidak memahami pengertian mengenai lahir hidup.Sesuai dengan
definisi UN dan WHO, perhitungan kelahiran harus memasukkan
semua bayi yang lahir hidup, dan sebaiknya tidak memasukkan
kehamilan yang tidak menghasilkan bayi lahir hidup. Masalah terjadi
karena bayi lahir hidup yang meninggal sesaat sesudah dilahirkan atau
bayi yang meninggal sebelum sempat dilaporkan sering gagal dicatat.
Jadi, data registrasi selalu mempunyai kecenderungan ‘kekurangan’
pencatatan kelahiran.
Kesalahan mengenai kelengkapan (completeness) atau cakupan
registrasi (coverage error). Masalah kelengkapan ini disebabkan
ketidaklengkapan pencatatan semua wilayah geografi atau semua
kelompok penduduk suatu negara dan ketidaklengkapan pencatatan
semua peristiwa penting yang terjadi diwilayah registrasi.
Ketepatan pencatatan waktu. Tahun registrasi adalah saat kelahiran
terjadi. Akan tetapi, di negara yang kurang berkembang banyak
pencatatan dilakukan tidak sesuai dengan tahun kelahiran sehingga
sering terdapat perbedaan antara tahun registrasi dan tahun kelahiran.
b) Evaluasi Data dan Sensus Penduduk dan Survei
Dalam sensus penduduk dan survei, data fertilitas biasanya dapat
diperoleh dari 3 sumber yaitu :
Sumber data fertilitas dapat diperoleh dari pertanyaan mengenai anak
yang dilahirkan terakhir dalam waktu satu tahun sebelum pencacahan.
6
Sumber kedua adalah informasi yang diperoleh dari pertanyaan kepada
wanita pernah kawin mengenai jumlah anak yang pernah dilahirkan.
Data ini disebut jumlah Anak Lahir Hidup atau ALH. Data ini
merupakan data yang sifatnya retrospektif artinya menanyakan kepada
responden mengenai kelahiran sejak pertama kali menikah sehingga
sering mengandung kekurangan cacah karena unsur ‘lupa
mengingat’ (memory lapse). Hal ini terutama terjadi pada responden
usia 40 tahun atau lebih.
Sumber data ketiga adalah informasi yang tercatat dalam daftar
anggota rumah tangga, yakni mengenai anak-anak yang tinggal dalam
rumah tangga bersama ibunya menurut umur anggota rumah tangga
dan hubungan dengan kepala rumah tangga.
2.3 Mortalitas Penduduk
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga komponen proses
demografi yang mimiliki pengaruh terhadap struktur penduduk. Menurut Budi Utomo
(1985), mati adalah peristiwa hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara
permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Seperti halnya dengan
data fertilitas, data mortalitas dapat diperoleh dari 3 sumber data yaitu :
a) Data mortalitas dari registrasi vital
Peristiwa kematian idealnya dicatat melalui sistem registrasi vital
karena sistem ini dapat mencatat kejadian kematian segera setelah
peritiwa kematian tersebut terjadi dari waktu ke waktu. Pada kenyataannya,
sistem registrasi vital di indonesia yang bersifat nasional sampai saat ini
belum berjalan dengan semestinya atau dapat dikatakan belum ada.
Sistem registrasi vital yang baru bersifat lokal dan terbatas pada
beberapa tempat tertentu saja dan masih belum mampu mencatat semua
kejadian kelahiran dan kematian ditempat tersebut. (mengapa system registrasi
yang bersifat nasional belum berjalan dengan semestinya?)
Akibatnya, perkiraan angka kematian di Indonesia selama ini
masih berdasarkan data kematian yang bukan berasal dari sistem
registrasi vital. Di Indonesia, sensus atau survei penduduk masih merupakan
sumber data kematian yang diandalkan.
b) Data mortalitas dari sensus dan survei
7
Berbeda dengan sistem registrasi vital, pada sensus atau survei kejadian
kematian dicatat setelah sekian lama peristiwa kematian terjadi. Data
kematian yang diperoleh melalui sensus atau survei dapat digolongkan
menjadi 2 bentuk yaitu :
Bentuk langsung (direct mortality data)
Data kematian bentuk langsung diperoleh dengan
menanyakan kepada kepala rumah tangga atau wakilnya tentang
ada tidaknya kejadian kematian dalam rumah tangganya selama
kurun watu tertentu. Apabila ada tidaknya kematian tersebut
dibatasi selama satu terakhir menjelang waktu sensus atau survei
dilakukan, maka data kematian yang diperoleh dikenal sebagai
“current mortality data‟.
Bentuk tidak langsung ( indirect mortality data)
Data kematian bentuk tidak langsung diperoleh melalui
pertanyaan tentang kelangsungan hidup (survivorship) golongan
penduduk tersebut, seperti anak, ibu, dan ayah. Misalnya, wanita
pernah kawin ditanyakan tentang umurnya, jumlah anak yang lahir
hidup dan jumlah anak yang masih hidup.
8
Informasi mengenai migrasi dalam sensus umumnya diperoleh dari
pertanyaan mengenai tempat tinggal saat pencacahan, tempat lahir, dan tempat tinggal
lima tahun yang lalu. Dari semua keterangan tersebut, hanya dimungkinkan
untuk mengetahui terjadinya migrasi yang bersifat permanen. Seseorang dikatakan
migran jika tempat tinggalnya saat pencacahan berbeda dengan tempat kelahirannya
atau tempat tinggalnya pada waktu lima tahun yang lalu. Kekurangan pada data
mengenai tempat tinggal adalah tidak memungkinkannya peneliti mengetahui
frekuensi seseorang bermigrasi.
Di Indonesia banyak survei yang jarang menanyakan berapa kali seseorang
melakukan pindah. Tiga contoh pertanyaan diatas juga menunjukkan adanya
kemungkinan ketidaklengkapan dalam mengetahui peristiwa migrasi. Ada
kemungkinan bahwa seseorang yang bertempat tinggal saat ini sama dengan tempat
tinggalnya pada 5 tahun yang lalu pernah melakukan migrasi, paling tidak dua kali
yaitu bermigrasi ketempat lain dan kembali kedaerah asal. Selain itu, juga sulit
mendapatkan alasan mengapa seseorang melakukan migrasi. Alasan ekonomi
bercampur dengan pindah kerja dan alasan pindah rumah bercampur dengan alasan
mengikuti kepala keluarga yang pindah tugas. Akan tetapi, masalah ini dapat diatasi
dengan menanyakan alasan utama pindah dalam survey.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesalahan yang sering terjadi dalam data evaluasi data umur dan jenis
kelamin yaitu pelaporan umur dan pelaporan jenis kelamin. Di dalam data fertilitas
diperoleh dari registrasi, sensus atau survei sampel. Data umur dalam fertilitas juga
mengandung kesalahan pelaporan tentang informasi fertilitas (content error) maupun
kesalahan cakupan (coverage error). Data kematian yang sering dipakai di
Indonesia adalah data kematian bentuk tidak langsung dan yang dipakai adalah data
“survivorship”anak. Selain sumber data tersebut, data kematian untuk penduduk
golongan tertentu, kemungkinan dapat diperoleh dari rumah sakit, dinas pemakaman,
dan kantor polisi lalu lintas. Pada prinsipnya, tiga sumber utama dalam data
fertilitas dan mortalitas dapat pula mejadi sumber data mobilitas yaitu mengenai
keterangan pindah dan datang. Meskipun demikian, mengingat lemahnya sistem
registrasi di Indonesia maka analisis data migrasi umumnya diperoleh dari sensus dan
survei.
3.2 Saran
Demikian karya tulis yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi tercapainya
karya yang lebih baik.
10
DAFTAR PUSTAKA
Mu’in, Idianto. (2004). Pengetahuan Sosial Geografi II.PT. Grafindo: Jakarta. hal: 23-30
11