Anda di halaman 1dari 5

Pendidikan Di Masa Pandemi

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Salah satu hal yang dapat digunakan sebagai
tolak ukur keberhasilan tujuan pendidikan adalah dengan melihat keluaran
(Output) dari suatu lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan dinilai berhasil
dalam melakukan pendidikan yaitu ketika keluarannya menjadi manusia yang
lebih baik dari sebelumnya, karena pendidikan merupakan sarana untuk mencetak
sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga setiap orang yang telah terjun
dalam pendidikan akan mengalami perubahan prilaku dan cara berfikir dalam
segala hal. Maka dari itu, dengan adanya pendidikan diharapkan dapat membawa
manusia kepada sikap dan perilaku yang lebih baik lagi.
Di Indonesia terdapat beberapa faktor internal dan eksternal yang
menyebabkan permasalahan pendidikan. Belum lagi dewasa ini pendidikan di
Indonesia mengalami tantangan yang berbeda dari sebelumnya. Ditemukannya
virus baru yang dikenal dengan COVID-19 (Corona Virus Desese-2019) pada
akhir bulan Desember 2019 di Wuhan, China merupakan titik awal ketidak
stabilan pendidikan yang terjadi hampir ke seluruh dunia. Berdasarkan data WHO
diperoleh bahwa COVID-19 telah menjadi pandemic global dengan 4.534.0731
kasus positif yang terkonfirmasi di 216 negara di seluruh dunia. Tingginya tingkat
penyebaran virus ini mengakibatkan seluruh aktivitas manusia termasuk
pendidikan harus dihentikan sementara.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijakan untuk manghadapi
virus ini. Mulai dari social distancing, physical distancing hingga pemberlakuan
PSBB (Pembatasan Social Berskala Besar) pada beberapa daerah. Adanya
kebijakan-kebijakan baru tersebut, memberikan dampak pada berbagai bidang
khususnya pendidikan di Indonesia. Terhalangnya pembelajaran secara tatap
muka langsung, mendesak dilaksanakannya pendidikan jarak jauh yang
sebelumnya hampir belum pernah dilaksanakan secara serentak. Bukan hanya itu,
krisis kesehatan akibat virus COVID-19 juga mempelopori pembelajaran online
pada seluruh jenjang pendidikan, dari tingkatan paling bawah (PAUD dan TK)
sampai tingkatan pang tinggi (Perguruan Tinggi).
Pembelajaran secara daring pastilah memiliki kelebihan serta
kekurangan. Kelebihannya antara lain pada pembelajaran secara daring kegiatan
pembelajaran melalui e-moderating sehingga komunikasi bisa dilakukan dimana
saja dan kapan saja, pengajar serta siswa dapat menggunakan bahan ajar yang
lebih terstruktur dan terjadwal, referensi lebih luas karena menggunakan jaringan
internet, dan relatif lebih efisien. Sedangkan kekurangan pembelajaran secara dari
diantaranya yaitu memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar
mengajar karena kurangnya interaksi pendidik dengan peserta didik,
kecenderungan mengabaikan aspek akademik, cenderung membuat siswa yang
tidak mempunyai motivasi belajar mudah merasa gagal dan putus asa, dan tidak
semua tempat tersedia fasilitas internet dan keadaan yang mendukung proses
pembelajaran (Suhery, et al. 2020).
Pada hakekatnya sekolah berperan penting dalam membentuk
kepribadian serta tingkah laku moral anak yang berakhlakul karimah. Selain itu,
sekolah juga berperan memberikan pemahaman kepada siswa yang bisa menjadi
benteng pertahanan agar siswa tidak terjerat dalam pengaruh negatif
perkembangan zaman dan teknologi. Kemudian bagaimana jika pembelajaran
sekarang dilakukan secara daring seperti ini? Bisakah peran sekolah sebagai
pembentuk kepribadian tingkah laku moral tetap bisa tercapai?. Ini adalah
tantangan yang berat, seperti yang terjadi di lapangan, sekolah yang dilakukan
secara tatap muka saja masih dinilai belum bisa mengubah prilaku serta
kepribadian siswa, lalu bagaimana dengan pembelajaran daring? (Muhtadi, 2016).
Pembelajaran moral dan etika melalui risalah nabi yang dikemas dalam
bentuk aplikasi berbasis AR
Pembelajaran mengenai tingkah laku (akhlak) adalah pembelajaran yang
memerlukan contoh tindakan langsung yang real dari seorang guru. Sebagaimana
metode pengajaran dan pembelajaran yang diterapkan Rasulullah SAW dalam
dakwah islamnya, Rasulullah SAW mentransormasikan nilai-nilai akhlak kepada
umat-umatnya secara demonstratif dengan memberikan contoh langsung atau
tauladan (Qolawun, 2012). Sehingga seorang pendidik sebaiknya berperilaku dan
bersikap yang baik agar peserta didik dapat menauladani sikap dan perilaku dari
gurunya.
Di dunia islam dari islam masa klasik hingga modern, perkembangan
akhlah menjadi sentral dalam penyelenggaraan pendidikan islam. Hal ini pastilah
berdasar dari hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah SAW diutus untuk
menyempurnakan akhlak “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak yang sholeh”. (HR: Bukhari dalam shahih Bukhari kitab adab, Baihaqi
dalam kitab syu'bil Iman dan Hakim). Dengan segala dinamika umat islam,
pendidikan mengenai akhlak diselenggarakan dan diformulasikan secara dinamis
oleh para tokoh dan intelektual islam di bidang filsafat dan pendidikan. Salah satu
diantaranya adalah Ibn Miskawaih dan Imam Al-Ghazali. Dari sini sangat jelas
ditekankan bahwa akhlak merupakan unsur yang penting dalam islam.
Perkembangan alat-alat canggih di era globalisasi seperti sekarang,
sangat mempengaruhi perubahan akhlak generasi muda islam. Tidak sedikit dari
mereka yang lebih mengutamakan gadget daripada Al-qur’an atau kegiatan
keislaman lainnya. Dari sinilah otak manusia khususnya generasi islam mudah
dipengaruhi oleh dunia luar yang dapat merusak atau menghancurkan generasi
muda islam. Sangat miris memang, melihat kemerosotan akhlak generasi islam
yang semakin parah pada setiap tahunnya. Hal ini merupakan tugas pemuda-
pemudi masa kini sebagai generasi penerus perjuangan islam untuk mengatasi
kemerosotan akhlak tersebut.
Perkembangan zaman tidak hanya memberikan dampak negatif bagi
umat islam. Adanya teknologi juga memberikan dampak positif bagi umat islam
diantaranya yaitu mempermudah umat islam dalam menjalin silaturrahmi, dengan
menggunakan jejaringan sosial seperti Instagram dan lain sebagainya dapat
membantu umat islam dalam berinteraksi dengan sahabat atau keluarganya
meskipun jarak diantara mereka sangat jauh. Ini merupakan sebuah bukti bahwa
jejaringan sosial bisa dijadikan media untuk selalu menjaga silaturahmi antara
satu pengguna dengan pengguna yang lain. selain itu, adanya perkembangan
teknologi juga mempermudah umat islam dalam kegiatan tholabul ilmi serta
membantu umat islam dalam muamalah dengan sesama.
Dari permasalahan diatas, maka diperlukan suatu media pembelajaran
yang dapat digunakan secara online untuk mengatasi masalah kemerosotan nilai-
nilai akhlak generasi umat islam. Adanya media pembelajaran sangat diperlukan
sebagai perantara penyampaian pesan agar proses pembelajaran tidak terjadi
misskonsepsi. Selain itu, media pembelajaran juga berfungsi sebagai media
pemnyampaian pesan/materi dari pemberi pesan (pendidik) ke penerima pesan
(peserta didik) (Bethany, 2014). Media pembelajaran juga merupakan salah satu
faktor yang dapat mendukung proses pembelajaran yang baik dan menyenangkan,
sehingga merangsang siswa agar lebih aktif lagi dalam kegiatan pembelajaran
(Mustaqim dan Kurniawan, 2017).
Perkembangan teknologi yang maju juga mempengaruhi perkembangan
media pembelajaran. Dengan adanya perkembangan teknologi, media
pembelajaran semakin menarik jika diselaraskan dengan perkembangan teknologi.
Selain itu, media pembelajaran juga semakin mudah diakses kapanpun dan
dimanapun serta dalam kondisi bagaimanapun. Hal ini berarti, dengan adanya
perkembangan teknologi perkembangan media pembelajaran juga dimungkinkan
untuk diakses oleh kalangan umum.
Salah satu perkembangan media pembelajaran yang saat ini masih baru
adalah media pembelajaran dengan menggunakan Augmented Reality.
Augmented Reality merupakan aplikasi yang menggabungkan dunia nyata dengan
dunia maya dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi yang diproyeksikan
dalam sebuah lingkungan nyata dalam waktu yang bersamaan. Dengan
menggunakan Augmented Reality sebagai salah satu alternatif media
pembelajaran, diharapkan pembelajaran yang dilakukan dapat berjalan semakin
menarik bagi siswa. Selain itu, juga diharapkan dapat menjadi solusi untuk
mengatasi kemahalan modul atau trainer yang terkadang tidak semua sekolah
mampu membelinya (Mustaqim dan Kurniawan, 2017).
Kelebihan media pembelajaran dengan menggunakan Augmented Reality
adalah media pembelajarannya lebih interaktif, efektif dalam penggunaannya,
dapat mengimplementasikan secara luas berbagai media, menggunakan modeling
obyek yang sederhana karena hanya menampilkan beberapa obyek saja. Selain itu,
penggunaan Augmented Reality juga tidak terlalu memakan banyak biaya serta
mudah untuk dioperasikan sehingga dapat digunakan oleh semua kalangan
utamanya bagi anak-anak. Augmented Reality juga memiliki kekurangan
diantaranya sensitif dengan perubahan sudut pandang, masih tidak banyak yang
bisa membuat aplikasi ini, serta membutuhkan banyak memory pada peralatan
yang dipasang.

Daftar Pustaka:
Muhtadi, Ali. 2016. Pengembangan Sikap dan Perilaku Siswa Yang Bermoral
Dalam Kegiatan Pembelajaran Di Sekolah. Jurnal Ilmiah Pembelajaran 1
(7): 96-107.
Mustaqim, Ilmawan dan Nanang Kurniawan. 2017. Pengembangan Media
Pembelajaran Berbasis Augmented Reality. Jurnal Edukasi Elektro 1 (1):
36-48
Qalawun. 2012. Rasulullah Saw: Guru Paling Kreatif, Inovatif & Sukses
Mengajar. Yogyakarta: Diva Press
Suhery, T. J. Putra dan Jasmalinda. 2020. Sosialisasi Penggunaan Aplikasi Zoom
Meeting Dan Google Classroom Pada Guru Di Sdn 17 Mata Air Padang
Selatan. Jurnal Inovasi Penelitian 1 (3): 129-132.
Tobroni. 2018. Memperbincangkan Pemikiran Pendidikan Islam: Dari Idealisme
Substantif Hingga Konsep Aktual. Jakarta: Prenadamedia Group

Anda mungkin juga menyukai