Anda di halaman 1dari 31

RESUME MATERI KULIAH

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN

OLEH :

MUHAMMAD BAZAL MUHARRAM

J1A118118

KELAS REGULER B 2018

DOSEN PENGAJAR
AMBO SAKKA, S.K.M., M.A.R.S.

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
Nama : Muhammad Bazal Muharram
Nim : J1A118118
Kelas : Reguler B

Resume Materi Perkuliahan PPK


Konsep Penganggaran
Penganggaran kesehatan adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang
meliputi seluruh kegiatan kesehatan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku
untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.
Mengalokasikan sumber daya nasional ke daerah berdasarkan kebutuhan adalah masalah
kebijakan utama di sebagian besar sistem kesehatan. Banyak sistem menggunakan ukuran proksi
kebutuhan sebagai dasar formula alokasi. Semakin banyak ini didukung oleh metode statistik
yang kompleks untuk memisahkan kebutuhan dari pemanfaatan pemasok yang diinduksi.
Penilaian kebutuhan kemudian digunakan untuk mengalokasikan anggaran global yang ada ke
wilayah geografis. Banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah mulai menggunakan
metode formula untuk pendanaan tetapi upaya ini sering terhambat oleh kurangnya informasi
tentang pemanfaatan, kebutuhan relatif dan apakah anggaran dialokasikan memiliki hubungan
dengan biaya. Alternatifnya adalah mengembangkan estimasi bottom-up dari biaya penyediaan
untuk kebutuhan lokal.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan dan
penganggaran. Namun hingga saat ini proses penyusunan perencanaan dan penganggaran belum
sepenuhnya dapat terlaksana sesuai harapan. Permasalahan yang sering dihadapi oleh para
perencana setiap tahun diantaranya adalah sulitnya sinkronisasi dan koordinasi antar unit serta
waktu perencanaan yang terkesan singkat atau tergesa-gesa. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, maka para perencana diharapkan dapat memahami siklus dan jadwal serta kegiatan
umum perencanaan dan penganggaran. Hal ini untuk memudahkan penyusunan Rencana Kerja
(Renja) di tingkat Pusat (Kementerian/Lembaga) dan Daerah (provinsi dan kabupaten/kota) yang
bersumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), baik dari rupiah murni,
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan atau Pinjaman/Hibah Luar Negeri (P/HLN).
Perhatian ditekankan pada sinkronisasi antara Pusat dan Daerah khususnya untuk Dana
Dekonsentrasi (Dekon) dan Tugas Pembantuan (TP). Dengan mengetahui dan memahami siklus
dan jadwal penyusunan serta kegiatan umum perencanaan APBN ini, diharapkan dapat
menyusun perencanaan dengan baik dan tepat waktu.
Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematik yang meliputi seluruh
kegiatan lembaga, yang dinyatakan dalam unit moneter dan berlaku untuk jangka waktu tertentu
yang akan datang. Anggaran juga dimaksudkan sebagai pernyataan mengenai estimasi kinerja
yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial.
Anggaran adalah suatu pendekatan yang formal dan sistematis dari pelaksanaan tanggung jawab
manajemen didalam perencanaan koordinasi dan pengawasan.
Anggaran dapat diinterprestasikan sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan
pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang.
Anggaran ini merupakan cerminan dari apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, termasuk
didalamnya adalah kebijakan. Karena didalam anggaran terdiri dari pos penerimaan dan
pengeluaran yang berpengaruh terhadap masyarakat.
Pada dasarnya anggaran yang bermanfaat dan realistis tidak hanya dapat membantu
mempererat kerja sama karyawan, memperjelas kebijakan dan merealisasikan rencana saja, tetapi
juga dapat menciptakan keselarasan yang lebih baik dalam perusahaan dan keserasian tujuan
diantara diantara para manajer dan bawahannya.
Anggaran mempunyai beberapa fungsi, antara lain : (Trisugiarto, 2016)
a. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.
b. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa mendatang.
c. Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit kerja dan
mekanisme kerja antar atasan dan bawahan.
d. Anggaran sebagai pengendali unit kerja.
e. Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien dalam pencapain
visi organisasi.
f. Anggaran merupakan intrumen politik.
g. Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.

Tujuan penganggaran adalah penyusunan rencana keuangan untuk operasi pemerintahan atau
organisasi di masa depan. Selain itu, penganggaran merupakan indikasi kebijakan fiskal
organisasi untuk mencapai berbagai tujuan meliputi ekonomi, sosial dan politik. Kita dapat
mempertimbangkan berbagai empat dimensi untuk setiap program anggaran, yaitu: (Nasab,
2016)
a. Prakiraan Laba dan sumber ekonomi lainnya.
b. Kumpulan kebijakan dan tujuan organisasi.
c. Rangkaian kegiatan dan tujuan pelaksanaan kebijakan untuk mencapai tujuan.
d. Mengantisipasi biaya dari aktivitas di masa depan.

Sistem anggaran negara, meliputi :


a. Penganggaran Tradisional
Penganggaran tradisional yaitu sistem anggaran tradisional (line-item budgeting system)
adalah sistem anggaran yang berdasarkan obyek pengeluaran, dengan titik berat pada segi
pelaksanaan dan pengawasan anggaran. (Winarno, 2013)
Konsep penganggaran tradisional ini telah diterapkan pada paruh kedua Abad 20 dan di
anggap sebagai alat utama pencapaian tujuan perusahaan. (Luecke, 2017)
b. Penganggaran Kinerja
Penganggaran kinerja disebut juga dengan performance budgeting system, merupakan
penyempurnaan dari sistem anggaran tradisional, yang menekankan pada manajemen
anggaran yaitu dengan memperhatikan baik segi ekonomi dan keuangan pelaksanaan
anggaran. (Winarno, 2013)
c. Penganggaran Program
Penganggaran program merupakan gabungan dari kedua sistem di atas, lebih menekankan
pada segi perencanaan anggaran dan bukan pada pengendalian anggaran. (Winarno, 2013)

Alokasi Dana Kesehatan


Besarnya alokasi dana untuk kesehatan tergantung pada beberapa kondisi, yaitu sebagai
berikut : (Winarno, 2013)
a. Besarnya pendapatan daerah yaitu Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
(DAK) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
b. Kemampuan dinas kesehatan menyusun program dan anggaran yang realistis.
c. Visi Pemda dan DPRD tentang kedudukan sektor kesehatan dalam konteks pembangunan
daerah relatif terhadap kesehatan.
d. Kemampuan Dinas Kesehatan untuk melakukan advokasi kepada pemda dan DPRD.

Langkah-Langkah Penganggaran
Langkah-langkah yang harus diikuti dalam penganggaran adalah sebagai berikut : (Winarno,
2013)
a.       Penetapan tujuan
b.      Pengevaluasian sumber-sumber daya yang tersedia
c.       Negoisasi antara pihak-pihak yang terlibat mengenai angka anggaran
d.      Persetujuan akhir
e.       Pendistribusian anggaran yang disetujui.
Perencanaan Dan Penganggaran Kesehatan
1. Pendekatan sistem penganggaran
Dalam sistem perencanaan dan penganggaran terdapat tiga (3) pendekatan yaitu
penganggaran terpadu, penganggaran berbasis kinerja, dan kerangka pengeluaran jangka
menengah (KPJM).
a. Pendekatan penganggaran terpadu merupakan penyusunan rencana keuangan tahunan
yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan
kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana.
Penganggaran terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan
dan penganggaran di lingkungan Kementerian/Lembaga (K/L) untuk menghasilkan
Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) dengan klasifikasi anggaran
menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Integrasi atau keterpaduan proses
perencanaan dan penganggaran dimaksudkan agar tidak terjadi duplikasi dalam
penyediaan dana untuk K/L baik yang bersifat investasi maupun untuk keperluan biaya
operasional.Perencanaan dan penganggaran disusun secara terpadu dan menyeluruh
dengan memperhatikan berbagai sumber dana yaitu APBN, termasuk PNBP dan P/HLN,
serta APBD.
b. Pendekatan penganggaran berbasis kinerja merupakan suatu pendekatan dalam sistem
perencanaan dan penganggaran yang menunjukkan secara jelas keterkaitan antara alokasi
anggaran dengan kinerja yang dihasilkan, serta memperhatikan efisiensi dalam
pencapaian kinerja. Kinerja yang dimaksud adalah prestasi kerja yang berupa keluaran
dari kegiatan atau hasil dari program dengan kualitas dan kuantitas yang terukur.
c. KPJM adalah pendekatan penyusunan anggaran berdasarkankebijakan dengan
pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi anggaran dalam kurun waktu lebih
dari satu tahun anggaran. Pendekatan tersebut sangat bermanfaat dalam mengelola
keuangan negara dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional. Adapun manfaat dari
KPJM tersebut antara lain:
1) Memelihara kelanjutan fiskal dan meningkatkan disiplin fiskal.
2) Meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran.
3) Mengarahkan alokasi sumber daya agar lebih rasional dan strategis.
4) Meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan pemberian
pelayanan yang optimal.

2. Jadwal perencanaan dan penganggaran


Penyusunan perencanaan dan penganggaran bidang kesehatan mempunyai tahapan yang
berkesinambungan mulai dari perencanaan program dan kegiatan sampai dengan
pengalokasian anggaran dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Penyampaian dokumen perencanaan dan penganggaran untuk tahun t+1 dibagi menjadi 3
(tiga) periode yaitu:
1) sebelum pagu indikatif ditetapkan (sampai dengan tanggal 31 Maret),
2) sebelum pagu anggaran ditetapkan (sampai dengan tanggal 30 Juni), dan
3) sebelum alokasi anggaran ditetapkan (sampai dengan tanggal 30 September).
Usulan perencanaan dan penganggaran disampaikan melalui aplikasi elektronik
perencanaan dan penganggaran.
b. Setiap satuan kerja (Satker) melakukan proses perencanaan dan penganggaran dengan
mengikuti skema waktu yang telah ditetapkan oleh Badan Perencanaan dan
Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
sebagaimana pada gambar 2 :
1) Di tingkat pusat
Skema perencanaan dan penganggaran Kemenkes, sebagai bagian dari perencanaan dan
penganggaran di tingkat pusat, berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang SPPN serta Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara.
2) Di tingkat daerah
Proses perencanaan dan penganggaran di daerah mengacu pada Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentangPelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah dan harus memperhatikan jadwal perencanaan dan
penganggaran di pusat.

3. Perencanaan dan Penganggaran Berbasis Bukti (Evidence Based)


Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
menyatakan bahwa perencanaan pembangunan kesehatan antara pusat dan daerah belum
sinkron. Begitu pula dengan perencanaan jangka panjang/menengah masih belum menjadi
acuan dalam menyusun perencanaan jangka pendek. Demikian juga dengan banyak
kebijakan yang belum disusun berbasis bukti dan belum bersinergi baik perencanaan di
tingkat pusat dan/atau di tingkat daerah. Sesuai dengan Pasal 31 UU Nomor 25 Tahun 2004
tentang SPPN, disebutkan bahwa “Perencanaan pembangunan didasarkan pada data dan
informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan”. Oleh karena itu, penentuan
alokasi anggaran setiap program dan kegiatan dengan memperhatikan hasil evaluasi
pelaksanaan program dan kegiatan tahun t-1 serta target kinerja yang ditetapkan pada tahun
t+1. Perencanaan dan penganggaran juga memperhatikan usulan dari satker, aspirasi
masyarakat, dan lintas sektor.

4. Kesesuaian antara Perencanaan dan Penganggaran dengan RPJMN, Renstra, RKP, dan
Renja-K/L
Selama ini disadari bahwa perencanaan pembangunan kesehatan jangka panjang, jangka
menengah masih belum menjadi acuan perencanaan jangka pendek sehingga dokumen
perencanaan dan penganggaran jangka panjang (RPJP), jangka menengah (RPJM dan
Renstra-KL), jangka pendek (RKP, Renja-KL serta RKA-K/L) menjadi tidak sinkron. Dalam
penyusunan perencanaan dan penganggaran harus ada keterkaitan atau benang merah antara
indikator yang ada dalam RPJMN, Renstra, RKP dan Renja K/L. Indikator yang ada pada
RKP dan Renja K/L merupakan indikator komposit untuk mencapai apa yang akan dicapai
dalam RPJMN maupun Renstra. Dalam penyusunan rencanakegiatan dan anggaran
Kementerian Kesehatan, setiap perencana kesehatan harus mengacu pada dokumen RPJP
Nasional, RPJP Bidang Kesehatan, RPJMN, Renstra Kemenkes, RKP dan Renja
Kemenkes.Masing-masing dokumen tersebut mempunyai keterkaitan substansi antara satu
dengan yang lainnya, sehingga perencanaan dan penganggaran Kementerian Kesehatan lebih
terarah, komprehensif, terintegrasi dan sinergis

5. Kesesuaian Perencanaan dan Penganggaran antara Pusat dan Daerah


Dalam rangka sinkronisasi perencanaan dan penganggaran, Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang SKN mengamanatkan penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang). Musrenbang sebagai wahana untuk mempertemukan hasil
perencanaan teknokratis-partisipatif yang dilakukan oleh K/L dengan pemerintah daerah dan
para pemangku kepentingan lainnya dalam rangka menyelaraskan perencanaan nasional dan
daerah. Sebelum Musrenbang dapat didahului dengan kajian yang melibatkan “expert group”
setiap daerah. Expert Groupini akan membahas secara cermat target dan kinerja yang akan
dicapai tiap daerah, yang memberikan dampak pada perencanaan penggunaan dana pusat dan
daerah. Expert Groupterdiri dari “ahli orang setempat” dan “ahli dari Kemenkes”, sehingga
akan memperjelas posisi penggunaan anggaran daerah dan pusat. Setelah semuanya jelas
maka diangkat secara formal di Musrenbang serta dieksploitasi dan diperjelas di
Rakerkesnas.
6. Proses pengusulan dokumen/proposal perencanaan dan penganggaran.

Usulan tersebut akan menjadi acuan untuk penentuan alokasi anggaran dengan
mempertimbangkan kebijakan prioritas nasional bidang kesehatan. Kegiatan-kegiatan yang
mendesak seperti KLB, wabah, epidemi, bencana, peningkatan akses pelayanan yang harus
segera diatasi serta kebijakan pimpinan (direktif presiden) yang belum diusulkan melalui
aplikasi elektronik perencanaan Kemenkes, dapat diusulkan oleh pimpinan daerah
(gubernur/bupati/walikota) kepada Menteri Kesehatan. Kegiatan-kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan lintas sektor yang belum diusulkan melalui aplikasi elektronik perencanaan
Kemenkes, dapat diusulkan kepada Menteri Kesehatan.
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
1. Terminologi APBN
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, APBN
adalah rencana keuangan tahunan pemerintah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR). APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara sebagai konsekuensi
penyelenggaraan pemerintahan yang menimbulkan hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang.
APBN adalah undang-undang yang merupakan kesepakatan antara Pemerintah dan DPR.
Hal ini disebutkan dalam pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun
dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Sementara Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal 1
menyatakan bahwa APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Penyusunan APBN ini dilaksanakan setiap tahun
dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara.
Secara fisik, APBN ini berwujud dokumen yang berisi Undang-Undang tentang APBN.

2. Struktur APBN
a. Pendapatan Negara
Besaran pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
 indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro ekonomi;
 kebijakan pendapatan negara;
 kebijakan pembangunan ekonomi;
 perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum;
 kondisi dan kebijakan lainnya.
Contohnya, target penerimaan negara dari SDA migas turut dipengaruhi oleh besaran
asumsi lifting minyak bumi, lifting gas, ICP, dan asumsi nilai tukar. Target penerimaan
perpajakan ditentukan oleh target inflasi serta kebijakan pemerintah terkait perpajakan
seperti perubahan besaran pendapatan tidak kena pajak (PTKP), upaya ekstensifikasi
peningkatan jumlah wajib pajak dan lainnya.
1) Pendapatan Pajak
a) Pendapatan Pajak Dalam Negeri
 pendapatan pajak penghasilan (PPh)
 pendapatan pajak pertambahan nilai dan jasa dan pajak penjualan atas barang
mewah
 pendapatan pajak bumi dan bangunan
 pendapatan cukai
 pendapatan pajak lainnya
b) Pendapatan Pajak Internasional
 pendapatan bea masuk
 pendapatan bea keluar
2) Penerimaan Negara Bukan Pajak
a) Penerimaan sumber daya alam
 penerimaan sumber daya alam minyak bumi dan gas bumi (SDA migas)
 penerimaan sumber daya alam non-minyak bumi dan gas bumi (SDA
nonmigas)
b) Pendapatan bagian laba BUMN
 pendapatan laba BUMN perbankan
 pendapatan laba BUMN non perbankan
c) PNBP lainnya
 pendapatan dari pengelolaan BMN
 pendapatan jasa
 pendapatan bunga
 pendapatan kejaksaan dan peradilan dan hasil tindak pidana korupsi
 pendapatan pendidikan
 pendapatan gratifikasi dan uang sitaan hasil korupsi
 pendapatan iuran dan denda
d) pendapatan BLU
 pendapatan jasa layanan umum
 pendapatan hibah badan layanan umum
 pendapatan hasil kerja sama BLU
 pendapatan BLU lainnya
b. Belanja Negara
Besaran belanja negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
 asumsi dasar makro ekonomi;
 kebutuhan penyelenggaraan negara;
 kebijakan pembangunan;
 risiko (bencana alam, dampak krisis global)
 kondisi dan kebijakan lainnya.
Contohnya, besaran belanja subsidi energi dipengaruhi oleh asumsi ICP, nilai tukar,
serta target volume BBM bersubsidi.
1) Belanja Pemerintah Pusat
a) Belanja K/L
 Belanja Pegawai
 Belanja Barang
 Belanja Modal
 Bantuan Sosial
b) Belanja Non KL
 Program Pengelolaan Utang Negara
 Program Pengelolaan Hibah Negara
 Program Pengelolaan Subsidi
 Program Pengelolaan Belanja Lainnya
 Program Pengelolaan Transaksi Khusus
2) Trasnfer Ke Daerah Dan Dana Desa
a) Transfer Ke Daerah
 Dana Perimbangan
 Dana Otonomi Khusus
 Dana Keistimewaan DIY
 Dana Transfer lainnya
b) Dana Desa
3. Asumsi dasar ekonomi makro
 Produk Domestik Bruto (miliar Rp)
 Pertumbuhan Ekonoi (%)
 Inflasi (%) y-o-y
 Tkt bunga SPN 3 bulan (%)
 Nilai tukar (Rp/US$1)
 Harga Minyak (US$/Barel)
 Lifting Minyak (ribu barel/hari)
 Lifting Gas (MBOEPD)
 Volume Konsumsi BBM Bersubsidi (juta KL)

4. Mekanisme penyusunan Postur APBN


Alur Pembiayaan Pusat Ke Daerah
1. Alur dana dari pusat ke daerah
Biaya kesehatan merupakan besarnya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (Azrul A, 1996).

Sumber Pembiayaan Kesehatan


Pelayanan kesehatan dibiayai dari berbagai sumber, yaitu :
1. Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (propinsi dan
kabupaten/kota) dengan dana berasal dari pajak (umum dan penjualan), deficit, financial
(pinjaman luar negeri) serta asuransi sosal.
2. Swasta, dengan sumber dana dari perusahaan, asuransi kesehatan swasta, sumbangan
sosial, pengeluaran rumah tangga serta communan self help
APBN atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah rencana keuangan
tahunan pemerintah negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (UU APBN
2018) yang bertujuan untuk pembagunan Indonesia. APBN ini mencatat seluruh pendapatan
yang diterima negara serta belanja atau pengeluaran pemerintah tiap tahunnya (1 Januari –
31 Desember). Penyusunan APBN Indonesia sendiri dilakukan oleh Kementerian Keuangan
RI yang kemudian disetujui oleh DPR.
Penyusunan APBN dilakukan untuk membiayai segala kepentingan negara demi
mewujudkan perekonomian nasional yang lebih baik. Dari rincian APBN tersebut,
pemeritah dapat melihat seberapa besar penerimaan negara yang diterima serta berapa besar
biaya yang harus dibayarkan negara di tahun anggaran berjalan.
Secara singkat, alur penyusunan APBN terdiri dari:
1. Penyusunan RAPBN (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional) oleh
lembaga-lembaga terkait berdasarkan hasil analisis dari asumsi-asumsi
makroekonomi.
2. Pemerintah akan mengajukan RAPBN tersebut kepada DPR untuk didiskusikan
lebih lanjut apakah RAPBN tersebut dapat disetujui atau tidak.
3. Jika DPR menyetujui RAPBN tersebut, maka DPR akan mengesahkannya menjadi
APBN. Jika DPR menolak RAPBN tersebut, maka pemerintah harus menggunakan
APBN yang terdahulu.
APBD atau Anggarapn Pendapatan Belanja Daerah merupakan rencana keuangan
tahunan oleh pemeritah daerah di Indonesia. Jika APBN sebagai rencana keuangan tahunan
pemerintah pusat disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), penyusunan APBD
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Penyusunan APBN dilakukan
oleh otoritas daerah sesuati dengan Peraturan Daerah (Perda) masing-masing wilayah.
Tujuan utama dari APDB adalah sebagai pedoman pemerintah daerah dalam
mengatur pendapatan daerah serta pengeluaran daerah demi kesejahteraan daerah. APDB
juga bertujuan sebagai koordinator pembiayaan dalam pemerintahan daerah dan
menciptakan transparasi dalam anggaran pemeritah daerah.
2. Pola Hubungan Antar Instansi Terkait dalam Penyelenggaraan dan Pendanaan Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan
a. Dana Dekosentrasi
Penyelenggaraan pemerintah di Indonesia terdapat 3 (tiga) asas penyelenggaraan
pemerintahan yaitu Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan.
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang atau urusan pemerintahan dari pemerintah
pusat kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah dalam
erangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dekonsentrasi adalah
pelimpahan wewenang atau urusan pemerintah dari pemerintah pusat kepada gubernur
selaku wakil pemerintah pusat di daerah dan atau kepada instansi vertikal di wilayah
tertentu. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan
oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang
dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.

b. Dana Tugas Pembantuan


Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan
oleh daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
pelaksanaan tugas pembantuan. Dana Tugas Pembantuan Provinsi adalah dana yang
berasal dari APBD Provinsi yang dilaksanakan oleh kabupaten, atau kota dan desa yang
mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas
pembantuan dari Pemerintah Provinsi kepada Pemerintah Kabupaten, atau Kota,
dan/atau Desa. Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota adalah dana yang berasal dari
APBD Kabupaten/Kota yang dilaksanakan oleh desa yang mencakup semua
penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan dari
Pemerintah Kabupaten, atau Kota kepada Desa. Contoh: Dana Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK)
3. Perbedaan DAU dan DAK
a. Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU, adalah dana perimbangan dan
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi. DAU sebagai salah satu elemen desentralisasi fiskal menjadi
elemen penting bagi pemerintah daerah untuk menutup pembiayaaan daerah mplikasinya,
DAU dialokasikan kepada setiap daerah dalam rangka menjalankan kewenangan
pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. DAU yang
merupakan transfer pemerintah pusat kepada daerah bersifat “block grant”, yang berarti
daerah diberi keleluasaan dalam penggunaannya sesuai dengan prioritas dan kebutuhan
daerah dengan tujuan untuk menyeimbangkan kemampuan keuangan antar daerah.
b. Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana perimbangan dan
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu de ngan
tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan
sesuai dengan prioritas nasional
Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan (DAK)
1. Terminologi DAK
Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan Tahun Anggaran yang selanjutnya disebut DAK
Bidang Kesehatan diberikan kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan
bidang kesehatan yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas pembangunan
kesehatan nasional yang ditetapkan melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi daerah dalam
pelaksanaan desentralisasi, diantaranya untuk meningkatkan pembangunan kesehatan,
sehingga Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dapat menyediakan
pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dan berkualitas.
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
DAK Bidang Kesehatan, dialokasikan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan
Kesehatan yang di fokuskan pada penurunan angka kematian ibu, bayi dan anak,
penanggulangan masalah gizi, serta pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan
tertutama untuk pelayanan Kesehatan peduduk miskin dan penduduk didaerah tertinggal,
terpencil, perbatasan dan kepulauan dan daerah bermasalah kesehatan.

2. Peruntukan DAK
Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan di peruntukan kepada:
a. Pelayanan Kesehatan dasar, digunakan untuk pemenuhan sarana, prasana, dan peralatan
bagi Puskesmas dan jaringannya,
b. Pelayanan Kesehatan rujukan Digunakan untuk pemenuhan/ penyediaan sarana,
prasarana dan dan peralatan bagi Rumah Sakit Provinsi/ Kabupaten/Kota, dan
c. Pelayanan kefarmasian Digunakan untuk pemenuhan dan pengelolaan obat.

3. Perhitungan Alokasi DAK


Penghitungan alokasi DAK Bidang Kesehatan, dilakukan melalui 2 (dua) tahapan, yaitu:
a. Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK Bidang Kesehatan; dan
b. Penentuan besaran alokasi DAK Bidang Kesehatan masing-masing daerah.
Dasar Perhitungan
a. Penentuan kelayakan daerah penerima DAK menggunakan Indeks Fiskal Wilayah (IFW)
dengan bobot 50% dan IT (Indeks Teknis) dengan bobot 50%.
b. Penentuan besaran alokasi daerah penerima DAK menggunakan IFW dengan bobot 20 %
dan IT dengan bobot 80%.
c. IFW ditentukan berdasarkan Kriteria Umum merupakan kewenangan Kementerian
Keuangan dan Kriteria Khusus merupakan kewenangan dari Kementerian/Lembaga
terkait, sedangkan Kriteria Teknis merupakan kewenangan dari Kementerian Kesehatan.
Penganggaran Berbasis Kinerja
1. Konsep PBK
Penganggaran berbasis kinerja merupakan sebuah pendekatan dalam sistem
penganggaran yang memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan
hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. 
Ciri utama penganggaran berbasis kinerja adalah anggaran yang disusun dengan
memperhatikan keterkaitan antara pendanaan (input), keluaran (output), dan hasil yang
diharapkan (outcomes) sehingga dapat memberikan informasi tentang efektivitas dan
efisiensi pelaksanaan setiap kegiatan. 
Dalam konsep pendekatan PBK, dituntut adanya keterkaitan yang erat antara
anggaran dengan kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu setiap unit organisasi
pemerintah harus dapat menetapkan rumusan kinerja yang ingin dicapainya. Kinerja yang
telah direncanakan tersebut harus bersifat terukur pencapaiannya. Untuk itu setiap unit
juga harus menetapkan indikator kinerja tertentu untuk mengukur pencapaian kinerjanya.
Yang jauh lebih penting, indikator kinerja merupakan alat ukur untuk menilai
keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap unit organisasi. 
Jadi informasi kinerja ini mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam proses
perencanaan dan penganggaran.  Rumusan indikator kinerja beserta targetnya selanjutnya
juga harus dinyatakan di dalam dokumen perencanaan termasuk Renja-KL dan RKA-KL

2. Kerangka PBK
3. Prinsip PBK
Penerapan PBK berpedoman pada tiga prinsip utama sebagai berikut:
a. Output and outcome oriented
Prinsip ini mengandung makna bahwa pengalokasian anggaran harus berorientasi
pada kinerja yang akan dicapai –yang dinyatakan dalam keluaran (output) dan hasil
(outcome).  Pengalokasian anggaran tidak lagi berorientasi pada ketersediaan dana
(input).  Anggaran yang tersedia merupakan rencana biaya yang memang dibutuhkan
untuk mencapai suatu target kinerja yang telah ditetapkan.
b. Let the manager manages
Prinsip ini menunjukkan adanya fleksibilitas pengelolaan anggaran untuk mencapai
hasil dengan tetap menjaga prinsip akuntabilitas.  Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
yang dalam hal ini bertindak sebagai manajer diberikan keleluasaan dalam
melaksanakan kegiatan untuk mencapai keluaran dan hasil yang telah direncanakan. 
Keleluasaan tersebut meliputi penentuan cara dan tahapan kegiatan yang akan
dilaksanakan.  Cara dan tahapan kegiatan tersebut memungkinkan adanya perbedaan
antara yang telah direncanakan dengan pelaksanaannya.  Akan tetapi setiap manajer
tetap harus bertanggung jawab penuh atas penggunaan dana dan pencapaian kinerja
yang telah ditetapkan.
c. Money follow function, function followed by structure
Money follow function menggambarkan bahwa pengalokasian anggaran untuk
mendanai suatu kegiatan didasarkan pada tugas dan fungsi setiap unit sesuai dengan
maksud pembentukannya. Sedangkan Function followed by
structure menggambarkan bahwa struktur irganisasi yang dibentuk telah sesuai
dengan tugas dan fungsi yang diemban oleh setiap unit.  Tugas dan fungsi tersebut
telah dibagi habis dalam struktur organisasi unit yang bersangkutan sehingga dapat
dipastikan tidak terjadi duplikasi tugas dan fungsi. 

4. Tujuan PBK
a. Menunjukkan keterkaitan langsung antara pendanaan dan kinerja yang akan dicapai;
b. Meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pelaksanaan kegiatan;
c. Meningkatkan fleksibilitas dan akuntabilitas unit dalam melaksanakan tugas dan
pengelolaan anggaran.

5. Komponen PBK
a. Indikator kinerja merupakan alat ukur untuk menilai keberhasilan suatu program atau
kegiatan.  Dalam konteks penerapan PBK ini, indikator kinerja dibagi menjadi 3
level, yaitu:
1) Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk menilai tingkat keberhasilan Program;
2) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) untuk menilai tingkat keberhasilan Kegiatan;
dan
3) Indikator Keluaran untuk menilai tingkat keberhasilan Subkegiatan.
b. Standar Biaya adalah satuan biaya atau harga tertinggi dari suatu barang dan jasa baik
secara mandiri maupun gabungan yang diperlukan untuk memperoleh keluaran
tertentu dalam rangka penyusunan anggaran berbasis kinerja.  Standar Biaya dapat
bersifat umum atau bersifat khusus.  Standar Biaya Umum (SBU) adalah satuan biaya
yang merupakan batas tertinggi yang berlaku secara nasional, dimana penggunaannya
bersifat lintas Kementerian Negara/Lembaga atau lintas wilayah.  Sedangkan Standar
Biaya Khusus (SBK) adalah standar biaya yang digunakan untuk kegiatan yang
khusus dilaksanakan Kementerian Negara/Lembaga tertentu atau di wilayah tertentu. 
Idealnya standar biaya yang digunakan adalah standar biaya keluaran.  Akan tetapi
pada tahap awal penerapan PBK, standar biaya yang digunakan adalah standar biaya
masukan.
c. Evaluasi kinerja adalah proses untuk menghasilkan informasi capaian kinerja yg telah
ditetapkan dalam dokumen perencanaan dan anggaran (dalam hal ini RKA-KL). 
Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan antara target kinerja dengan hasil
yang dicapai, serta membandingkan rencana penggunaan dana dengan realisasinya. 
Proses ini sangat penting untuk menunjukkan adanya keterkaitan antara pendanaan
dengan capaian kinerja.  Tujuan lain dari evaluasi kinerja adalah untuk mengukur
tingkat efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan serta sebagai umpan balik (feed
back) untuk penyusunan RKA-KL dan perbaikan kinerja pada tahun berikutnya
6. Siklus Implementasi PBK
Konsep Dasar Manajemen Keuangan Dan Pembiayaan Sektor Kesehatan
1. Definisi Manajemen Keuangan
Definisi Manajemen Keuangan menurut Bambang Riyanto adalah keseluruhan
aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha mendapatkan dana yang diperlukan
dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan beserta usaha
untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin.
Manajemen keuangan terdiri dari dua kata yang memiliki arti masing-masing dan di
satukan menjadi satu kesatuan yang komplit. Menurut G.R.Terry, manajemen adalah “Suatu
proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok
orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasianal atau maksud-maksud yang nyata”.

2. Tujuan Manajemen Keuangan


Manajemen Keuangan bertujuan memaksimalkan nilai dari perusahaan. manajemen
harus bisa menekan perputaran uang yang bisa menghindarkan dari aktivitas yang tidak
diinginknan. perlu diingat, tujuan utama dari suatu perusahaan adalah untuk memaksimalkan
atau menambah kesejahteraan para pemilik perusahaan. saham yang beredar adalah bukti
kepemilikan, kesejahteraan para pemilik direfleksikan dari harga pasar perusahaan itu, harga
perusahaan tersebut adalah buah dari keputusan manajemen mengenai keputusan untuk
investasi, keputusan dalam pendanaan serta aktivitasnya dalam memanage aktiva, keputusan
keputusan tersebut akan berdampak pada harga saham para pemilik perusahaan.

3. Konsep Manajemen Keuangan


Manajemen keuangan adalah manajemen mengenai fungsi keuangan, dan fungsi
manajemen keuangan merupakan bagaimana mempergunakan serta menempatkan dana yang
ada. fungsi fungsi yang ada dalam perusahaan harusnya dilaksanakan dengan baik mengingat
fungsi fungsi yang ada saling berkaitan satu sama lain.
Seperti telah dibahas diatas, Manajemen keuangan memiliki tiga kegiatan yang utama
1) Perolehan Dana, merupakan aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh sumber dana,
ntah itu berasal dari internal perusahaan ataupun bersumber dari eksternal perusahaan
2) Penggunaan Dana, suatu aktivitas menggunakan atau menginvestasikan dana yang ada
pada berbagai bentuk aset
3) Pengelolaan Aset (Aktiva), aktivitas ini adalah kegiatan yang dilakukan setelah dana
telah didapat dan telah diinvestasikan atau dialokasikan kedalam bentuk aset (atkiva),
dana harus dikelola secara efektif dan efisien.
Jadi, dengan aktivitas aktivitas diatas tersebut, dengan kata lain fungsi pengambilan
keputusan manajemen keuangan adalah keputusan mengenai pendanaan, investasi dan
manajemen aset (aktiva)
4. Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen adalah sebagai berikut:
a)      Keputusan investasi (investment decision)
Investasi diartikan sebagai penanaman modal perusahaan pada aktiva riil maupun aktiva
finansial. Keputusan finansial merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan
dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi akan berpengaruh langsung terhadap
besarnya rentabilitas investasi (return on investment) dan aliran kas perusahaan pada
masa yang akan datang.
b)     Fungsi Pendanaan (financing Decision)
Keputusan pendanaan mempelajari sumber-sumber dana yang berada di sisi pasiva.
Untuk itu perlu diperhatikan sumber dana yang biayanya paling minimal dan syarat-
syarat yang menguntungkan. Pemenuhan dana dapat dilakukan melalui sumber intern dan
sumber ekstern perusahaan.
c)      Keputusan Deviden (Dividend Decision)
Keputusan ini dilakukan untuk menentukan: besarnya persentase laba yang dibagikan
kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividen, stabilitas dividen yang akan
dibagikan, dividen saham (stock dividend), pemecahan saham (stock split), dan penarikan
kembali saham yang beredar.
Soal Jawab
1. Apa yang dimaksud dengan penganggaran Kesehatan?
Jawab: Penganggaran kesehatan adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis
yang meliputi seluruh kegiatan kesehatan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan)
moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.

2. Mengapa harus dilakukan penganggaran?


Jawab: Penggangaran dilakukan tentunya untuk menyusun rencana keuangan untuk
operasi pemerintahan atau organisasi di masa depan.

3. Sebutkan pendekatan dalam perencanaan dan penganggaran di Indonesia!


Jawab: tiga (3) pendekatan yaitu penganggaran terpadu, penganggaran berbasis kinerja,
dan kerangka pengeluaran jangka menengah (KPJM).

4. Jelaskan pengertian APBN menurut UU No 17 tahun 2003!


Jawab: Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintah yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan
negara sebagai konsekuensi penyelenggaraan pemerintahan yang menimbulkan
hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang.

5. Sebutkan asumsi dasar ekonomi makro!


Jawab:
a. Produk Domestik Bruto (miliar Rp)
b. Pertumbuhan Ekonoi (%)
c. Inflasi (%) y-o-y
d. Tkt bunga SPN 3 bulan (%)
e. Nilai tukar (Rp/US$1)
f. Harga Minyak (US$/Barel)
g. Lifting Minyak (ribu barel/hari)
h. Lifting Gas (MBOEPD)
i. Volume Konsumsi BBM Bersubsidi (juta KL)

6. Jelaskan sumber pembiayaan Kesehatan!


Jawab:
Pelayanan kesehatan dibiayai dari berbagai sumber, yaitu :
a. Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (propinsi dan
kabupaten/kota) dengan dana berasal dari pajak (umum dan penjualan),
deficit, financial (pinjaman luar negeri) serta asuransi sosal.
b. Swasta, dengan sumber dana dari perusahaan, asuransi kesehatan swasta,
sumbangan sosial, pengeluaran rumah tangga serta communan self help

7. Apa yang dimaksud dengan DAK dan DAU?


Jawab: Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional.
Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU, adalah dana perimbangan dan
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan Desentralisasi. DAU sebagai salah satu elemen desentralisasi
fiskal menjadi elemen penting bagi pemerintah daerah untuk menutup
pembiayaaan daerah

8. Sebutkan peruntukan DAK!


Jawab:
Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan di peruntukan kepada:
a. Pelayanan Kesehatan dasar, digunakan untuk pemenuhan sarana, prasana,
dan peralatan bagi Puskesmas dan jaringannya,
b. Pelayanan Kesehatan rujukan Digunakan untuk pemenuhan/ penyediaan
sarana, prasarana dan dan peralatan bagi Rumah Sakit Provinsi/
Kabupaten/Kota, dan
c. Pelayanan kefarmasian Digunakan untuk pemenuhan dan pengelolaan
obat.

9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penganggaran berbasis kinerja!


Jawab: Penganggaran berbasis kinerja merupakan sebuah pendekatan dalam sistem
penganggaran yang memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan
keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil
dan keluaran tersebut.

10. Jelaskan apa aitu manajemen keuangan dan apa tujuannya?


Jawab: Manajemen keuangan terdiri dari dua kata yang memiliki arti masing-masing dan
di satukan menjadi satu kesatuan yang komplit. Menurut G.R.Terry, manajemen
adalah “Suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau
pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasianal atau
maksud-maksud yang nyata”.
Manajemen Keuangan bertujuan memaksimalkan nilai dari perusahaan.
manajemen harus bisa menekan perputaran uang yang bisa menghindarkan dari
aktivitas yang tidak diinginknan. perlu diingat, tujuan utama dari suatu
perusahaan adalah untuk memaksimalkan atau menambah kesejahteraan para
pemilik perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai