OLEH :
J1A118118
DOSEN PENGAJAR
AMBO SAKKA, S.K.M., M.A.R.S.
Tujuan penganggaran adalah penyusunan rencana keuangan untuk operasi pemerintahan atau
organisasi di masa depan. Selain itu, penganggaran merupakan indikasi kebijakan fiskal
organisasi untuk mencapai berbagai tujuan meliputi ekonomi, sosial dan politik. Kita dapat
mempertimbangkan berbagai empat dimensi untuk setiap program anggaran, yaitu: (Nasab,
2016)
a. Prakiraan Laba dan sumber ekonomi lainnya.
b. Kumpulan kebijakan dan tujuan organisasi.
c. Rangkaian kegiatan dan tujuan pelaksanaan kebijakan untuk mencapai tujuan.
d. Mengantisipasi biaya dari aktivitas di masa depan.
Langkah-Langkah Penganggaran
Langkah-langkah yang harus diikuti dalam penganggaran adalah sebagai berikut : (Winarno,
2013)
a. Penetapan tujuan
b. Pengevaluasian sumber-sumber daya yang tersedia
c. Negoisasi antara pihak-pihak yang terlibat mengenai angka anggaran
d. Persetujuan akhir
e. Pendistribusian anggaran yang disetujui.
Perencanaan Dan Penganggaran Kesehatan
1. Pendekatan sistem penganggaran
Dalam sistem perencanaan dan penganggaran terdapat tiga (3) pendekatan yaitu
penganggaran terpadu, penganggaran berbasis kinerja, dan kerangka pengeluaran jangka
menengah (KPJM).
a. Pendekatan penganggaran terpadu merupakan penyusunan rencana keuangan tahunan
yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan
kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana.
Penganggaran terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan
dan penganggaran di lingkungan Kementerian/Lembaga (K/L) untuk menghasilkan
Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) dengan klasifikasi anggaran
menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Integrasi atau keterpaduan proses
perencanaan dan penganggaran dimaksudkan agar tidak terjadi duplikasi dalam
penyediaan dana untuk K/L baik yang bersifat investasi maupun untuk keperluan biaya
operasional.Perencanaan dan penganggaran disusun secara terpadu dan menyeluruh
dengan memperhatikan berbagai sumber dana yaitu APBN, termasuk PNBP dan P/HLN,
serta APBD.
b. Pendekatan penganggaran berbasis kinerja merupakan suatu pendekatan dalam sistem
perencanaan dan penganggaran yang menunjukkan secara jelas keterkaitan antara alokasi
anggaran dengan kinerja yang dihasilkan, serta memperhatikan efisiensi dalam
pencapaian kinerja. Kinerja yang dimaksud adalah prestasi kerja yang berupa keluaran
dari kegiatan atau hasil dari program dengan kualitas dan kuantitas yang terukur.
c. KPJM adalah pendekatan penyusunan anggaran berdasarkankebijakan dengan
pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi anggaran dalam kurun waktu lebih
dari satu tahun anggaran. Pendekatan tersebut sangat bermanfaat dalam mengelola
keuangan negara dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional. Adapun manfaat dari
KPJM tersebut antara lain:
1) Memelihara kelanjutan fiskal dan meningkatkan disiplin fiskal.
2) Meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran.
3) Mengarahkan alokasi sumber daya agar lebih rasional dan strategis.
4) Meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan pemberian
pelayanan yang optimal.
4. Kesesuaian antara Perencanaan dan Penganggaran dengan RPJMN, Renstra, RKP, dan
Renja-K/L
Selama ini disadari bahwa perencanaan pembangunan kesehatan jangka panjang, jangka
menengah masih belum menjadi acuan perencanaan jangka pendek sehingga dokumen
perencanaan dan penganggaran jangka panjang (RPJP), jangka menengah (RPJM dan
Renstra-KL), jangka pendek (RKP, Renja-KL serta RKA-K/L) menjadi tidak sinkron. Dalam
penyusunan perencanaan dan penganggaran harus ada keterkaitan atau benang merah antara
indikator yang ada dalam RPJMN, Renstra, RKP dan Renja K/L. Indikator yang ada pada
RKP dan Renja K/L merupakan indikator komposit untuk mencapai apa yang akan dicapai
dalam RPJMN maupun Renstra. Dalam penyusunan rencanakegiatan dan anggaran
Kementerian Kesehatan, setiap perencana kesehatan harus mengacu pada dokumen RPJP
Nasional, RPJP Bidang Kesehatan, RPJMN, Renstra Kemenkes, RKP dan Renja
Kemenkes.Masing-masing dokumen tersebut mempunyai keterkaitan substansi antara satu
dengan yang lainnya, sehingga perencanaan dan penganggaran Kementerian Kesehatan lebih
terarah, komprehensif, terintegrasi dan sinergis
Usulan tersebut akan menjadi acuan untuk penentuan alokasi anggaran dengan
mempertimbangkan kebijakan prioritas nasional bidang kesehatan. Kegiatan-kegiatan yang
mendesak seperti KLB, wabah, epidemi, bencana, peningkatan akses pelayanan yang harus
segera diatasi serta kebijakan pimpinan (direktif presiden) yang belum diusulkan melalui
aplikasi elektronik perencanaan Kemenkes, dapat diusulkan oleh pimpinan daerah
(gubernur/bupati/walikota) kepada Menteri Kesehatan. Kegiatan-kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan lintas sektor yang belum diusulkan melalui aplikasi elektronik perencanaan
Kemenkes, dapat diusulkan kepada Menteri Kesehatan.
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
1. Terminologi APBN
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, APBN
adalah rencana keuangan tahunan pemerintah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR). APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara sebagai konsekuensi
penyelenggaraan pemerintahan yang menimbulkan hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang.
APBN adalah undang-undang yang merupakan kesepakatan antara Pemerintah dan DPR.
Hal ini disebutkan dalam pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun
dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Sementara Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal 1
menyatakan bahwa APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Penyusunan APBN ini dilaksanakan setiap tahun
dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara.
Secara fisik, APBN ini berwujud dokumen yang berisi Undang-Undang tentang APBN.
2. Struktur APBN
a. Pendapatan Negara
Besaran pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro ekonomi;
kebijakan pendapatan negara;
kebijakan pembangunan ekonomi;
perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum;
kondisi dan kebijakan lainnya.
Contohnya, target penerimaan negara dari SDA migas turut dipengaruhi oleh besaran
asumsi lifting minyak bumi, lifting gas, ICP, dan asumsi nilai tukar. Target penerimaan
perpajakan ditentukan oleh target inflasi serta kebijakan pemerintah terkait perpajakan
seperti perubahan besaran pendapatan tidak kena pajak (PTKP), upaya ekstensifikasi
peningkatan jumlah wajib pajak dan lainnya.
1) Pendapatan Pajak
a) Pendapatan Pajak Dalam Negeri
pendapatan pajak penghasilan (PPh)
pendapatan pajak pertambahan nilai dan jasa dan pajak penjualan atas barang
mewah
pendapatan pajak bumi dan bangunan
pendapatan cukai
pendapatan pajak lainnya
b) Pendapatan Pajak Internasional
pendapatan bea masuk
pendapatan bea keluar
2) Penerimaan Negara Bukan Pajak
a) Penerimaan sumber daya alam
penerimaan sumber daya alam minyak bumi dan gas bumi (SDA migas)
penerimaan sumber daya alam non-minyak bumi dan gas bumi (SDA
nonmigas)
b) Pendapatan bagian laba BUMN
pendapatan laba BUMN perbankan
pendapatan laba BUMN non perbankan
c) PNBP lainnya
pendapatan dari pengelolaan BMN
pendapatan jasa
pendapatan bunga
pendapatan kejaksaan dan peradilan dan hasil tindak pidana korupsi
pendapatan pendidikan
pendapatan gratifikasi dan uang sitaan hasil korupsi
pendapatan iuran dan denda
d) pendapatan BLU
pendapatan jasa layanan umum
pendapatan hibah badan layanan umum
pendapatan hasil kerja sama BLU
pendapatan BLU lainnya
b. Belanja Negara
Besaran belanja negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
asumsi dasar makro ekonomi;
kebutuhan penyelenggaraan negara;
kebijakan pembangunan;
risiko (bencana alam, dampak krisis global)
kondisi dan kebijakan lainnya.
Contohnya, besaran belanja subsidi energi dipengaruhi oleh asumsi ICP, nilai tukar,
serta target volume BBM bersubsidi.
1) Belanja Pemerintah Pusat
a) Belanja K/L
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Bantuan Sosial
b) Belanja Non KL
Program Pengelolaan Utang Negara
Program Pengelolaan Hibah Negara
Program Pengelolaan Subsidi
Program Pengelolaan Belanja Lainnya
Program Pengelolaan Transaksi Khusus
2) Trasnfer Ke Daerah Dan Dana Desa
a) Transfer Ke Daerah
Dana Perimbangan
Dana Otonomi Khusus
Dana Keistimewaan DIY
Dana Transfer lainnya
b) Dana Desa
3. Asumsi dasar ekonomi makro
Produk Domestik Bruto (miliar Rp)
Pertumbuhan Ekonoi (%)
Inflasi (%) y-o-y
Tkt bunga SPN 3 bulan (%)
Nilai tukar (Rp/US$1)
Harga Minyak (US$/Barel)
Lifting Minyak (ribu barel/hari)
Lifting Gas (MBOEPD)
Volume Konsumsi BBM Bersubsidi (juta KL)
2. Peruntukan DAK
Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan di peruntukan kepada:
a. Pelayanan Kesehatan dasar, digunakan untuk pemenuhan sarana, prasana, dan peralatan
bagi Puskesmas dan jaringannya,
b. Pelayanan Kesehatan rujukan Digunakan untuk pemenuhan/ penyediaan sarana,
prasarana dan dan peralatan bagi Rumah Sakit Provinsi/ Kabupaten/Kota, dan
c. Pelayanan kefarmasian Digunakan untuk pemenuhan dan pengelolaan obat.
2. Kerangka PBK
3. Prinsip PBK
Penerapan PBK berpedoman pada tiga prinsip utama sebagai berikut:
a. Output and outcome oriented
Prinsip ini mengandung makna bahwa pengalokasian anggaran harus berorientasi
pada kinerja yang akan dicapai –yang dinyatakan dalam keluaran (output) dan hasil
(outcome). Pengalokasian anggaran tidak lagi berorientasi pada ketersediaan dana
(input). Anggaran yang tersedia merupakan rencana biaya yang memang dibutuhkan
untuk mencapai suatu target kinerja yang telah ditetapkan.
b. Let the manager manages
Prinsip ini menunjukkan adanya fleksibilitas pengelolaan anggaran untuk mencapai
hasil dengan tetap menjaga prinsip akuntabilitas. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
yang dalam hal ini bertindak sebagai manajer diberikan keleluasaan dalam
melaksanakan kegiatan untuk mencapai keluaran dan hasil yang telah direncanakan.
Keleluasaan tersebut meliputi penentuan cara dan tahapan kegiatan yang akan
dilaksanakan. Cara dan tahapan kegiatan tersebut memungkinkan adanya perbedaan
antara yang telah direncanakan dengan pelaksanaannya. Akan tetapi setiap manajer
tetap harus bertanggung jawab penuh atas penggunaan dana dan pencapaian kinerja
yang telah ditetapkan.
c. Money follow function, function followed by structure
Money follow function menggambarkan bahwa pengalokasian anggaran untuk
mendanai suatu kegiatan didasarkan pada tugas dan fungsi setiap unit sesuai dengan
maksud pembentukannya. Sedangkan Function followed by
structure menggambarkan bahwa struktur irganisasi yang dibentuk telah sesuai
dengan tugas dan fungsi yang diemban oleh setiap unit. Tugas dan fungsi tersebut
telah dibagi habis dalam struktur organisasi unit yang bersangkutan sehingga dapat
dipastikan tidak terjadi duplikasi tugas dan fungsi.
4. Tujuan PBK
a. Menunjukkan keterkaitan langsung antara pendanaan dan kinerja yang akan dicapai;
b. Meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pelaksanaan kegiatan;
c. Meningkatkan fleksibilitas dan akuntabilitas unit dalam melaksanakan tugas dan
pengelolaan anggaran.
5. Komponen PBK
a. Indikator kinerja merupakan alat ukur untuk menilai keberhasilan suatu program atau
kegiatan. Dalam konteks penerapan PBK ini, indikator kinerja dibagi menjadi 3
level, yaitu:
1) Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk menilai tingkat keberhasilan Program;
2) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) untuk menilai tingkat keberhasilan Kegiatan;
dan
3) Indikator Keluaran untuk menilai tingkat keberhasilan Subkegiatan.
b. Standar Biaya adalah satuan biaya atau harga tertinggi dari suatu barang dan jasa baik
secara mandiri maupun gabungan yang diperlukan untuk memperoleh keluaran
tertentu dalam rangka penyusunan anggaran berbasis kinerja. Standar Biaya dapat
bersifat umum atau bersifat khusus. Standar Biaya Umum (SBU) adalah satuan biaya
yang merupakan batas tertinggi yang berlaku secara nasional, dimana penggunaannya
bersifat lintas Kementerian Negara/Lembaga atau lintas wilayah. Sedangkan Standar
Biaya Khusus (SBK) adalah standar biaya yang digunakan untuk kegiatan yang
khusus dilaksanakan Kementerian Negara/Lembaga tertentu atau di wilayah tertentu.
Idealnya standar biaya yang digunakan adalah standar biaya keluaran. Akan tetapi
pada tahap awal penerapan PBK, standar biaya yang digunakan adalah standar biaya
masukan.
c. Evaluasi kinerja adalah proses untuk menghasilkan informasi capaian kinerja yg telah
ditetapkan dalam dokumen perencanaan dan anggaran (dalam hal ini RKA-KL).
Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan antara target kinerja dengan hasil
yang dicapai, serta membandingkan rencana penggunaan dana dengan realisasinya.
Proses ini sangat penting untuk menunjukkan adanya keterkaitan antara pendanaan
dengan capaian kinerja. Tujuan lain dari evaluasi kinerja adalah untuk mengukur
tingkat efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan serta sebagai umpan balik (feed
back) untuk penyusunan RKA-KL dan perbaikan kinerja pada tahun berikutnya
6. Siklus Implementasi PBK
Konsep Dasar Manajemen Keuangan Dan Pembiayaan Sektor Kesehatan
1. Definisi Manajemen Keuangan
Definisi Manajemen Keuangan menurut Bambang Riyanto adalah keseluruhan
aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha mendapatkan dana yang diperlukan
dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan beserta usaha
untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin.
Manajemen keuangan terdiri dari dua kata yang memiliki arti masing-masing dan di
satukan menjadi satu kesatuan yang komplit. Menurut G.R.Terry, manajemen adalah “Suatu
proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok
orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasianal atau maksud-maksud yang nyata”.