PEMANDUAN BAKAT
DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Sayuti Syahara, M.S.
DISUSUN OLEH:
Putri azizah 20087166
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas berkat dan
hidayah nya sehingga makalah yang berjudul, “Pemanduan Bakat”, dapat
terselesaikan dengan baik. Selanjutnya tak lupa pula kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Demikian makalah ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua
utamanya dalam bidang pendidikan olahraga dan semoga jeri payah kita mendapat
berkah dari Allah Yang Maha Esa Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB 1..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................................1
BAB 2................................................................................................................................................
PEMBAHASAN................................................................................................................................
A. Pentingnya Pemanduan
Bakat.....................................................................................
B. Metode Pemanduan
Bakat...........................................................................................
D. Tahap-Tahap Pemanduan
Bakat.................................................................................
BAB 3................................................................................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prestasi puncak merupakan hasil dari seluruh usaha program pembinaan dalam
jangka waktu tertentu yang merupakan panduan dari proses latihan yang dirancang
secara sistemstis, berjenjeng, berkesinambungan,berulang-ulang dan makin lama
makin meningkat. Salah satu kendala dalam pembinaan olahraga prestai di Indonesia
adalah tidak di ketahuinya secara pasti apakah atlet yang di bina dalam cabang
olahraga cocok atau memiliki potensi untuk dibina dalam cabang olahraga tersebut.
Hal ini erat kaitanya dengan belum berjalanya sistem permasalahan dan pembinaan
olahraga, termasuk permasalahn sistem, 1 pemantauan dan pemanduan bakat bagi
calon atlet yang memiliki potensi untuk dibina telah lanjut. Proses pengidentifikasian
atlet berbakat, kemudian mengikuti sertakanya dalam program lainya yang
terorganisir dengan baik merupakan hal yang paling utama dalam pencapaian puncak
prestasi. Seiring dengan itu Menpora (1999) mengemukakan, “ bahwa tujuan
pemanduan bakat adalah untuk memperkirakan seberapa besar bakat seseorang untuk
berpeluang dalam menjalani program latihan sehingga mampu mencapai prestasi yang
tinggi. Pengenalan bakat bukan konsep yang baru dalam olahraga, meski belum
banyak dilakukan secara formal.
BAB 2
Pembahasan
A. Pentingnya Pemanduan Bakat
Ada dua metode dasar yang dapat digunakan dalam seleksi atau melakukan
pemanduan bakat olahragawan, yaitu metode alamiah, dan metode ilmiah. Seleksi alamiah
dianggap merupakan pendekatan normal, cara yang alamiah dalam mengembangkan
kemampuan seorang atlit yang mendaftar pada cabang olahraga tertentu sebagai hasil dari
pengaruh lingkungan (tradisi sekolah, keinginan orang tua, atau teman-teman seusia).
Sehingga perubahan kemampuan seorang atlit ditentukan oleh seleksi alamiah yang
tergantung pada berbagai faktor individual, minat seorang atlit mengambil cabang olahraga
yang sesuai dengan bakatnya. Karena itu sering terjadi perkembangan kemampuan atlit sangat
lamban, sebagian besar karena pemilihan cabang olahraga yang tidak sesuai. Seleksi ilmiah
adalah metode yang mana seorang pelatih memilih anak-anak yang masa dsepan (prospektif)
yang telah menunjukkan kemampuan alami pada cabang olahraga tertentu. Jadi dibandingkan
dengan individu yang di identifikasi melalui metode alamiah, waktu untuk mencapai
meningkatkan kemampuan yang tinggi bagi mereka yang terseleksi secara ilmiah lebih
pendek. Untuk cabang-cabang olahraga yang membutuhkan tinggi dan atau berat tertentu
(bola basket, bolavoli, sepakbola, mendayung, cabang-cabang lempar) seleksi ilmiah sangat
dianjurkan (Bompa: 1994).
Hal yang sama pada cabang-cabang olahraga yang membutuhkan kecepatan, waktu
reaksi, kordinasi, dan tenaga (lari sprint, yudo, hokey, cabang-cabang lompat pada atletik).
Dengan bantuan ilmu keolahragaan, kualifikasi tersebut dapat terdeteksi. Sebagai hasil dari
test ilmiah, individu-individu yang berbakat terseleksi secara ilmiah atau diarahkan pada
cabang olahraga yang sesuai.
Kriteria pertama adalah kesehatan. Kesehatan merupakan hal yang paling penting
bagi seseorang yang berpartisipasi dalam pelatihan olahraga. Maka sebelum diterima pada
klub olahraga tertentu, setiap pemula harus mendapatkan pemeriksaan medis khusus dan tes
dengan tuuan untuk mengetahui apakah calon olahragawan tersebut mempunyai cacat fisik
ataupun organik dan harus ada data dan informasitentang hal tersebut. Untuk cabang olahraga
yang bersifat dinamis (hokey, bola basket, track and field, berenang, tinju), seseorang yang
memiliki cacat tubuh tentunya tidak dipilih. Tetapi untuk cabang olahraga yang bersifat statis
(menembak, panahan, bowling), kriterianya bisa lebih longgar. Hal yang sama dilakukan pada
kondisi fisiologis calon, misalnya kemampuan menggerakkan lengan, kaki dan sebagainya
sangat berperan penting dalam mengidentifikasi bakat, karena perbedaan-perbedaan fisiologis
dapat membatasi gerak. Ditekankan bahwa kriteria yang menentukan pada tiap calon
olahragawan harus dikaitkan dengan kebutuhan dan spesifikasi fisiologis dari cabang
olahraga tersebut (Bompa: 1994).
Kriteria kedua adalah kualitas biometrik atau kapasitas antropometrik dari seseorang
merupakan hal yang penting pada beberapa cabang olahraga, maka dari itu harus menjadi
pertimbangan utama pada kriteria pengidentifikasian bakat. Tinggi dan berat badan, atau
panjang dari anggota badan, seringkali berperan penting dalam cabang olahraga tertentu.
Bagaimana pun juga pada tahap awal pengidentifikasian bakat, yang pada cabang tertentu
dilakukan pada usia 4-6 tahun seperti pada senam, figure skating, berenang, agak sulit untuk
meramalkan pertumbuhan dan perkembangan dinamis seseorang. Sebab itulah pada tahap
awal identifikasi bakat, perkembangan fisik yang harmonis harus diperhatikan. Hal ini dapat
dilakukan dengan memeriksa persendian kaki, pinggul, dan lebar bahu serta rasio antara
pinggul dan lebar bahu. Pada usia yang lebih lanjut (belasan tahun), teknik hand plate atau
―piringan tangan‖ (piringan pertumbuhan dipergelangan tangan) dan hand radiography (sinar
X yang digunakan untuk mengetahui apakah pertumbuhan berlangsung sempurna). Jika hasil
tersebut menunjukkan pertumbuhan yang sempurna, pelatih yang akan memutuskan apakah
tinggi badan atlit tersebut optimal untuk cabang olahraga tertentu (Bompa: 1994).
Kriteria keempat adalah distribusi serabut otot. Proporsi antara serabut otot merah
dan otot putih pada manusia sudah tertentu secara genetik. Fungsi metabolik kedua jenis
serabut otot tersebut berbeda. Serabut otot merah atau serabut gerak lambat (slow twitch)
mengandung mioglobin lebih banyak yang berfungsi sebagai penyimpan oksigen yang
dibawa darah untuk sel yang bekerja. Secara biokimiawi lebih baik untuk kerja aerobik (daya
tahan). Serabut putih atau serabut gerak cepat (fast twitch) mengandung banyak glikogen
(karbohidrat) dan lebih baik untuk kerja anaerobik atau kerja dalam tempo singkat, dan tipe
latihan intensif. Prosentase serabut otot tidak dapat diubah tetapi dengan latihan yang
ekstensif dan spesifik dapat meningkatkan kapasitas dari serabut-serabut otot dan dapat
merubah struktur biokimianya.
Berdasarkan kenyataan diatas atlit yang mempunyai serabut otot merah dengan
proporsi lebih banyak akan lebih sukses pada cabang olahraga yang membutuhkan ketahanan.
Hal yang sama terjadi pada atlit yang memiliki serabut otot putih lebih dominan akan lebih
sukses pada cabang olahraga yang membutuhkan intensitas kerja cepat (kecepatan dan atau
tenaga). Biopsi, teknik ekstraksi jaringan otot dan kemudian proporsi pada kedua jaringan
otot tersebut dihitung, dapat digunakan untuk menentukan dikelompok cabang olahraga yang
mana seorang atlit akan sukses. Cara ini dapat digabungkan dengan karakteristik psikologik
dan biometrik sehingga calon olahragawan dapat diarahkan pada cabang olahraga yang paling
sesuai (Bompa: 1994). Soekarman (1987) mengemukakan empat kualifikasi yang dituntut
dari seorang atlet yang diharapkan berprestasi. Kualifikasi tersebut adalah kualifikasi medis,
kualifikasi fisik, kualifikasi mental, dan kualifikasi keterampilan. Dalam kualifikasi medis,
peran dokter sangat dominan dalam memeriksa secara teliti hal-hal berkaitan hasil
pemeriksaan atlit dan memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi akibat
pemberian latihan terhadap atlit. Kualifikasi fisik berkaitan dengan kesegaran jasmani yang
tinggi untuk digunakan dalam latihan maupun pertandingan dengan intensitas tinggi. Setiap
cabang olahraga menuntut norma kualifikasi fisik yang berbeda dengan yang lain sesuai
dengan intensitas kerja masing-masing cabangolahraga. Seorang pelatih hendaknya
memahami kebutuhan kualitas fisik yang diperlukan sesuai dengan spesifikasi cabang
olahraga dan atau kebutuhan atlet. Sehingga tes dan pengukuran yang dilakukan untuk
mengetahui kualitas fisik tersebut harus dapat menghasilkan indeks kesegaran jasmani atlet
sesuai tuntutan cabang olahraga.
Kualifikasi mental merupakan bidang yang sangat kompleks yang harus dimiliki
seorang atlet. Aspek kejiwaan tersebut antara lain moral, sportifitas, sikap olahragawan sejati
(fair play atau sportmanship), disiplin, percaya diri, konsentrasi, daya pikir dan kreatifitas,
kemauan dan semangat juang, tanggung-jawab, rasa harga diri, keberanian, kerjasama.
Motivasi adalah salah satu aspek kejiwaan yang penting sebagai sumber kekuatan yang dapat
mendorong tercapainya satu keberhasilan sesuai dengan harapan. Oleh karena kualifikasi
mental ini sangat kompleks maka analisis dan instrumen tes untuk keperluan ini harus
dilakukan oleh psikolog sebagai ahlinya. Kualifikasi keterampilan setiap cabang olahraga
diperlukan keterampilan khusus. Keterampilan olahraga yang tinggi memerlukan profil
biologis khusus atlet serta mengenali kemampuan gerak tubuh. Mengidentifikasi bakat secara
ilmiah adalah penting untuk pemanduan dan memilih calon atlet yang diharapkan mempunyai
keterampilan olahraga yang tinggi dan berprestasi. Dengan demikian seleksi yang dilakukan
untuk memenuhi kualifikasi keterampilan tersebut memerlukan bermacammacam tes untuk
berbagai cabang olahraga.
Pertimbangan pada usia awal ini tahap pertama telah selesai, yang hanya
memberikan informasi umum kepada para pemandu bakat tentang seorang anak.
Keputusan yang definitif masih terlalu dini sebab pertumbuhan dan perkembangan
dinamik calon olahragawan masih belum dapat dipastikan. Meskipun pada
cabangcabang olahraga tertentu seperti, berenang, senam dan figure skating yang
mana latihan komprehensifnya telah dimulai pada usia dini, tahap pertama dari
pengindentifikasian bakat ini harus dilaksanakan secara seksama. Tahap kedua
pemanduan bakat dilakukan selama dan setelah pubertas, usia 9-10 tahun untuk
cabang olahraga senam, berenang dan figure skating; usia 10-15 tahun untuk putri dan
10-17 tahun untuk putra pada cabang-cabang olahraga yang lain. Hal ini merupakan
hal yang paling penting dalam seleksi. Tahap ini dilakukan pada remaja yang telah
berpengalaman dalam latihan yang telah terorganisir (Bompa: 1994).
BAB 3
Penutup
A. Kesimpulan
Proses mengindetifikasi calon olahragawan berbakat, dan selanjutnya
mengikut- sertakan dalam program latihan yang terorganisasi dengan baik merupakan
hal yang paling utama dalam olahraga prestasi. Oleh karena itu dalam olahraga sangat
penting untuk menemukan seseorang yang berbakat, menyeleksinya pada usia dini,
memantaunya secara terus menerus serta membantunya untuk mencapai tingkat
penguasaan kemampuan yang tertinggi. Di negara-negara yang olahraganya telah
maju dan berkembang pesat, terutama di negara barat, keterlibatan anak-anak dalam
olahraga sudah menjadi tradisi, minat dan cita-cita. Olahraga tersebut lebih banyak
dikenalkan dan karena dorongan orang tua, spesialisasi guru olahraga, dan karena
adanya kemudahan fasilitas dan lain-lain. Berbeda dengan di negara-negara Eropa
Timur, para spesialis pelatihan menganggap hal-hal tersebut tidak lagi memuaskan.
Ada dua metode dasar yang dapat digunakan dalam seleksi atau melakukan
pemanduan bakat olahragawan, yaitu metode alamiah, dan metode ilmiah.
Budi, D. R., & Syafei, M. (2021). Metode Tes Pemanduan Bakat Olahraga.