identifikasi sikap seorang wirausahawan yang dapat diangkat dari kegiatannya sehari-
hari, sebagai berikut:
b) Komitmen Tinggi. Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh
seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan
kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat
progresif (berorientasi pada kemajuan). Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat
dengan identifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya.
Sedangkan contoh komitmen wirausahawan terhadap orang lain terutama konsumennya
adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang
sesuai dengan harga produk yang ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan
sebagainya.Seorang wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadapkonsumen,
akan memiliki nama baik di mata konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut akan
mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan dampak pembelian terus meningkat
sehingga pada akhirnya tercapai target perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan.
3) Lemahnya Kendali Keuangan. Dalam hal ini ada dua kelemahan mendasar yang perlu
digarisbawahi, yaitu: kekurangan modal dan kelemahan dalam kebijakkan kredit terhadap
pelanggan. Banyak wirausahawan membuat kesalahan pada awal bisnis dengan hanya
“modal dengkul,” yang merupakan kesalahan fatal. Wirausahawan cenderung sangat optimis
dan sering salah menilai uang yang dibutuhkan untuk masuk ke dalam bisnis. Sebagai
akibatnya, mereka memulai usaha dengan modal yang terlalu sedikit dan tampaknya
permodalan yang memadai tidak akan pernah tercapai mengingat perusahaan mereka
memerlukan semakin banyak uang untuk mendanai pertumbuhannya. Selain itu, tekanan
terhadap UKMK untuk menjual secara kredit sangat kuat. Dimana, beberapa manajer melihat
peluang untuk mendapatkan keunggulan persaingan terhadap pesaingnya dengan cara
menawarkan penjualan kredit. Apapun kasusnya, pemilik bisnis kecil harus mengendalikan
penjualan kredit secara hati-hati karena kegagalan mengendalikannya dapat menghancurkan
kesehatan keuangan bisnis kecil.
5) Pertumbuhan Tak Terkendali. Pertumbuhan merupakan sesuatu yang alamiah, sehat, dan
didambakan oleh semua perusahaan, tetapi pertumbuhan haruslah terencana dan terkendali.
Pakar manajemen Peter Drucker menyatakan bahwa perusahaan yang baru berdiri dapat
diperkirakan mengalami pertumbuhan terlalu pesat dibandingkan dengan basis modal mereka
apabila penjualan meningkat 40 sampai 50 persen. Idealnya, perkembangan harus didanai
dari laba ditahan atau dari tambahan modal pemiliknya, tetapi sebagian besar bisnis
mengambil pinjaman paling tidak untuk sebagian investasi modalnya.
6) Ketidakmampuan Membuat Transisi Kewirausahaan. Berhasil melewati “tahap awal
kewirausahan” bukanlah jaminan keberhasilan bisnis. Setelah berdiri, pertumbuhan biasanya
memerlukan perubahan gaya manajemen yang secar drastis berbeda. Kemampuan-
kemampuan yang tadinya membuat seorang wirausahawan berhasil seringkali mengakibatkan
ketidakefektifan manajerial. Pertumbuhan mengharuskan wirausahawan untuk
mendelegasikan wewenang dan melepaskan kegiatan pengendalian sehari-hari – sesuatu yang
tidak mampu dilakukan oleh banyak wirausahwan.