MUSTHOLAH HADIST Irda
MUSTHOLAH HADIST Irda
DOSEN PENGAMPU:
MISKARI Lc.MH.I
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4 HKI 1B
HILIYA 12112054
FAKULTAS SYARIAH
2021
KATA PENGANTAR
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurnadan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu,penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supayamakalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudianapabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar belakang........................................................................................................1
B. Rumusan masalah...................................................................................................2
C. Tujuan masalah.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Istilah-istilah dalam ilmu hadist.............................................................................3
B. Sejarah dalam ilmu mustholah hadist.....................................................................5
C. Manfaat dalam memahami ilmu hadist dirayah {mustholah hadist}.....................6
D. Manfaat dalam memahami ilmu hadist riwayah...................................................7
BAB III PENUTUPAN...................................................................................................10
A. Kesimpulan...........................................................................................................10
B. Saran.....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Latar belakang adanya pembagian Hadits, sejarah periwayatan hadits
Nabi, memang berbeda dengan sejarah periwayatan Al-Qur’an. Periwayatan
Al-Qur’an dari Nabi kepada para sahabat berlangsung secara terbuka dan
umum, sehingga jumlah sahabat yang mendengarkan dan kemudian
menghafalya, jumlahnya tidak terhitung. Kemudian, Al-Qur’an itu oleh para
sahabat disampaikan kepada para tabi’in dengan bentuk sama pula, dan
demikian seterusnya para tabi’in dengan bentuk yang sama pula, dan
seterusnya sampai kepada zaman kita. Sehingga dengan demikian, tak dapat
diragukan lagi, bahwa Al-Qur’an sampai sekarang ini tetap terpelihara
keorisilannya.. Di samping itu, Allah SWT sendiri telah menjamin akan
terpeliharanya. Al-Qur’an itu, sebagaimana firman Allah dalam (Q.S al-Hijr:9).
1
Apabila dilihat dari segi jumlah perawi yang meriwayatkan hadits Nabi
dari generasi ke generasi, maka ternyata yang berkedudukan mutawatir
sebagaimana periwayatan Al-Qur’an, jumlahnya tidaklah banyak. Karena itu,
bila dilihat dari segi periwayatannya, maka kedudukan Hadits pada umumnya
adalah kebenaran periwayatannya masih dalam status dugaan, sedang yang
berstatus tidak diragukan lagi kebenaran periwayatannya, jumlahnya tidak
banyak. Sudah barang tentu, Hadits Mutawatir, kedudukan periwayatannya
lebih tinggi dari yang Hadits Ahad. Karena Hadits-hadits Ahad itu jumlahnya
banyak dan bentuknya beraneka ragam, untuk itu diklasifisir mana yang diduga
keras berasal dari Nabi, mana yang meragukan dan mana yang jelas-jelas tidak
berasal dari Nabi Keseluruhan pembagian itu, pada hakikatnya di samping
bertujuan untuk memudahkan klasifikasinya, para ulama hadits telah berusaha
membagi Hadits-hadits Nabi dilihat dari berbagai seginya, kemudian dari
pembagian itu dibagi-bagi lagi kepada beberapa macam. Jadi, kita dapat
mengetahui mana Hadits yang benar-benar berasal dari Nabi, sehingga akan
yakin dan tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengamalkannya. untuk lebih
jelasnya, sedikit kami akan paparkan dalam isi atau pembahasan makalah ini.
B. Rumusan masalah
1. Apa – apa saja istilah-istilah dalam ilmu hadist?
2. Jelaskan sejarah dan manfaat dalam memahami ilmu mustholah hadist?
C. Tujuan masalah
1. Supaya mahasiswa mampu dalam menguraikan istilah-istilah dalam ilmu
hadist.
2. Agar mampu menjelaskan sejarah dan manfaat dalam memahami ilmu
mustholah hadist.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Istilah-istilah dalam ilmu hadist
1.Sunnah
Menuurut bahasa adalah perjalanan hidup yang baik dan perjalanan yang
jelek adalah setiap apa yang datang dari Nabi SAW. Berupa perkataan,
perbuatan, dan persetujuannya.
2.Atsar
Adalah suatu riwayat berupa perkataan dan perbuatan dari shahabat atau
tabi’i
3.Sanad
4.Matan
Adalah isi / materi / redaksi atau susunan kalimat dalam sebuah hadits.
5.Rowi
6.Musnad
7.Musnid
3
8.Sunan
Adalah kitab hadits yang diatur menurut bab-bab fiqh, seperti fiqh
Muamalah, Jinayah, Munakahat dsb.
9.Shahabat
Adalah orang yang bertemu dengan Nabi SAW. Beriman serta mati
dalam keadaan Muslim
10.Tabi’in
11.Tabi’ut Tabi’in
Adalah orang yang sezaman dengan tabi’in, bertemu dengan tabi’in dan
belajar hadits, kemudian mati dalam keadaan muslim.
12.Mukhadromun
Adalah orang yang pernah mengalami hidup di dua zaman, yaitu zaman
jahiliyyah dan Islam . akan tetapi ia tidak pernah bertemu dengan Nabi SAW.
13.Mukhorrij
14.Mudawwin
Adalah nama gelar bagi orang yang menulis dan memperbanyak kitab-
kitab hadits, untuk kemudian dipelajari dan dijadikan pedoman hidup umat
Islam.
Adapun menurut istilah ahli hadits, hadits adalah apa yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad Saw., baik berupa ucapan, perbuatan, penepatan, sifat
4
atau sirah beliau, baik sebelum kenabian maupun sesudahnya. Sedangkan
menurut ahli ushul fikih, hadits adalah perkataan, perbuatan, dan penetapan yang
disandarkan kepada Rasulullah Saw. setelah kenabian. Adapun sebelum
kenabian tidak dianggap sebagai hadits, karena yang dimaksud dengan hadits
adalah mengerjakan apa yang menjadi konsekuensinya. Dan ini tidak dapat
dilakukan kecuali dengan apa yang terjadi setelah kenabian5. Maka secara
singkat, ilmu hadits adalah ilmu yang berkaitan dengan hadits yang secara garis
besar terbagi ke dalam dua bagian besar, yaitu ilmu hadits riwayah dan ilmu
hadits dirayah6. Adapun pengertian ilmu hadits riwayah menurut Ibn al-Akfani,
adalah ilmu yang meliputi pemindahan (periwayatan) perkataan Nabi Saw. dan
perbuatannya, serta periwayatannya, pencatatannya dan penguraian lafaz-
lafaznya.
"Hanya saja kitab beliau masih sederhana karena hanya berbicara tentang
apa saja yang berhubungan dengan rawi saja," terangnya.
5
H). Beliau menulis kitab yang berjudul Ma’rifat Ulum al-Hadits. Imam al-
Hakim mengumpulkan paling tidak 52 bab ulum al-hadits. Kitab Imam al-
Hakim ini sudah cukup sempurna dibanding kitab-kitab terdahulunya.
Dalam ilmu hadits riwayat (ilmu musththalah hadits) kita akan belajar
mengenai berbagai macam hadits yang disepakati oleh para ulama' hadits
mengenai diterima atau ditolaknya hadits tersebut. Ya, tentu saja ini berkaitan
dengan kualitas hadits itu sendiri, baik hadits shahih, hadits hasan, maupun
hadits dhaif.
6
Dengan mempelajari ilmu hadits dirayah (ilmu mushthalah hadits), maka
kita akan mengetahui beberapa keadaan rawi, apakah rawinya adalah seorang
yang dhabit, adil, ataukah tidak keduanya.
Dalam ilmu hadits riwayah, kita pun akan belajar mengenai isi dan
makna yang terkandung dalam sebuah hadits, yaitu makna kontekstual yang
paling ditekankan dalam mengamalkan sebuah hukum dalam hadits. Tentu saja,
untuk mengetahui sebuah makna kontekstual dalam sebuah hadits, perlu
diperkuat dengan hukum-hukum dalam hadits lain dan beberapa pendapat
ulama'.
7
Selain mengetahui makna kontekstual dalam sebuah hadits, mempelajari
ilmu hadits riwayah dapat menumbuhkan pemikiran secara dinamis dalam
memaknai sebuah hadits. Sehingga, sebuah hukum dalam diqiyaskan
(disamakan) dari beberapa riwayat dan maqolah yang saling menguatkan.
Nah, terkait melanjutkan pembahasan pada poin kedua dan ketiga di atas,
maka sudah jelas bahwa salah satu manfaat dan peran penting mempelajari ilmu
hadits riwayah adalah mencegah pemikiran yang keliru dalam memaknai sebuah
hadits.
8
bisa mengambilnya sebagai sebuah hikmah yaitu mengikuti salah satu pendapat
ulama' yang berkesesuaian dengan kondisi pribadi, lingkungan, budaya, dan
semacamnya.
9
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu, bahwa hadits adalah
segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW., baik itu berupa perkataan,
perbuatan, ketetapan maupun persetujuannya. Para ulama membagi tingkatan
hadits ke dalam beberapa golongan, seperti hadits qudsi, hadits mutawatir, hadits
shahih, hadits hasan, hadits dhaif dan lain sebagainya.
Selain hal yang kami sebut di atas, ada hal lain yang harus dipahami
dalam mempelajari ilmu hadist, yaitu istilah-istilah yang ditetapkan para ulama
dalam ilmu hadits, seperti; At Ta’dil, Tsiqah, Rawi La Ba`sa Bihi dan lain
sebagainya.
G. Saran
Apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat suatu kekurangan, maka
saya sebagai penyusun menerima dengan besar hati apabila ada kritik, dan saran
dari pembaca guna kesempurnaan dari makalah-makalah selanjutnya
10
DAFTAR PUSTAKA
https://www.pelangiblog.com/2019/05/manfaat-dan-peran-penting-belajar-
ilmu.html
http://generasisalaf.wordpress.com/2012/11/20/ringkasan-ilmu-mustholah-
hadits/
http://ukhuwahislah.blogspot.com/2013/06/makalah-dasar-dasar-ilmu-
hadits.html
nikiananda.wordpress.com/2013/05/02/bab-ipendahuluana-latar-belakanglatar-
belakang-adanya-pembagian-hadits/
11