Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP AQIDAH ISLAM

Di Susun Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Perkuliahan


Pendidikan Agama Islam

Disusun oleh :
Kelompok 5
Nama NIM
1. Teguh Al Arif 2021002381014
2. Chindy Ananda V 2021002381005

DOSENPENGAMPUMATAKULIAH
PASMAYENDRA,M.Pd

PRODI ILMU PEMERINTAHAN


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
IMAM BONJOL PADANG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena berkat limpahan karunia serta
rahmat-Nya sehingga kita masih diberikan kekuatan, kesehatan dan petunjuknya dalam
menjalani kehidupan yang fana ini. Shalawat serta taslim semoga tetap terlimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga, sahabat, serta kita semua selaku
umatnya sampai akhir Zaman.
Alhamdulilah, berkat petunjuk Allah Makalah Konsep Aqidah Islam ini dapat selesai pada
waktu yang sudah di tentukan. Dengan Hadirnya makalah ini ditengah-tengah kehidupan kita,
terutama dikalangan Mahasiswa yang Haus dengan Ilmu maka makalah ini sedikit banyak akan
bermanfaat serta menambah pengetahuan kita serta membuat kita lebih dekat denga SANG
KHOLIQ
Ucapan terimakasih kami berikan kepada Bapak PASMA YENDRA, M.Pd,Selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam. Karena sudah mempercayakan makalah ini
kepada kami. Dengan hadirnya tugas ini maka kami semakin giat membuka buku. Terimakasih.

Padang, 10 November2020

DAFTAR ISI
Kata Pengantar > I
Daftar isi >II
BAB Il
a. Latar Belakang............................................................................................1
b. Rumusan dan Batasan Masalah.................................................................2
c. Tujuan..........................................................................................................2
BAB IIp
a. Pengertian Aqidah ( Tauhid )…...................................................................3
b. Pembagian Aqidah ( Tauhid ) .....................................................................7
BAB III
a. Kesimpulan................................................................................................12
b. Saran...........................................................................................................12

Daftar Pustaka > (hal)

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Nilai suatu ilmu itu ditentukan ofeh kandungan ilmu tersebut.Semakin besar dan
bermanfaat nilainya semakin penting untuk dipelajarinya.Ilmu yang paling penting adalah ilmu
yang mengenakan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta.Sehingga orang yang tidak kenal Allah
SWT disebut kafir meskipun dia Profesor Doktor, pada hakekatnya dia bodoh.Adakah yang lebih
bodoh daripada orang yang tidak mengenal yang menciptakannya?

Begitu pentingnya Aqidah ini sehingga Nabi Muhammad, penutup para Nabi dan Rasul
membimbing ummatnya selama 13 tahun ketika berada di Mekkah pada bagian ini, karena
aqidah adafah landasan semua tindakan. Dia dalam tubuh manusia seperti kepatanya.Maka
apabila suatu ummat sudah rusak, bagian yang harus direhabilitisi adalah kepalanya lebih
dahulu.Disinitah pentingnya aqidah ini.Apalagi ini menyangkut kebahagiaan dan keberhasilan
dunia dan akherat.Dialah kunci menuju surga.

Aqidah secara bahasa berarti sesuatu yang mengikat.Pada keyakinan manusia adalah suatu
keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan. Aqidah menurut terminologi syarat
(agama) yaitu keimanan kepada Allah, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Para Rasul, Hari Akherat,
dan keimanan kepada takdir Allah baik dan buruknya. lni disebut Rukun Iman.

Dalam syarat Islam terdiri dua pangkal utama.Pertama : Aqidah yaitu keyakinan pada
rukun iman itu, letaknya di hati dan tidak ada kaitannya dengan cara-cara perbuatan (ibadah).
Bagian ini disebut pokok atau asas.Kedua : Perbuatan yaitu cara-cara amal atau ibadah seperti
sholat, puasa, zakat, dan seluruh bentuk ibadah disebut sebagai cabang. Nilai perbuatan ini baik
buruknya atau diterima atau tidaknya bergantung yang pertama.
Makanya syarat diterimanya ibadah itu ada dua, pertama : ikhias karena Allah SWT yaitu
berdasarkan aqidah islamiyah yang benar. Kedua : Mengerjakan ibadahnya sesuai dengan
petunjuk Rasululiah SAW. ini disebut amal sholeh. Ibadah yang memenuhi satu syarat saja,
umpamanya ikhlas saja tidak mengikuti petunjuk Rasuluflah SAW tertolak atau mengikuti
Rasuiullah SAW saja tapi tidak ikhlas, karena faktor manusia, umpamanya, maka amal tersebut
tertolak. Sampai benar-benar memenuhi dua kriteria itu.

AI-Qur'an surah AI-Kahfii 110 yang artinya :"Barangsiapa mengharap perjumpaan


dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia
me.mpersekutukan. seorangpun cialam befibadah kepada Tuhannya. “
Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah, dan kita sebagai
manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai orang yang beriman (mu’min).
Namun bukan berarti bahwa keimanan itu ditanamkan dalam diri seseorang secara dogmatis,
sebab proses keimanan harus disertai dalil-dalil aqli. Akan tetapi, karena akal manusia terbatas
maka tidak semua hal yang harus diimani dapat diindra dan dijangkau oleh akal manusia.
            Para ulama sepakat bahwa dalil-dalil aqli yang haq dapat menghasilkan keyakinan dan
keimanan yang kokoh.Sedangkan dalil-dalil naqli yang dapat memberikan keimanan yang
diharapkan hanyalah dalil-dalil yang shahih.

B. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH


Berdasarkan permasalahan diatas, Kami sebagai pemakalah menemukan satu rumusan
masalah yang menjadi fokus pembahasan pada judul materi diatas, yaitu :
1. Pengertian Aqidah Islam
2. Pembagian Aqidah Islam

C. TUJUAN
Adapun tujuan pemakalah dalam mengkaji permasalahan diatas, adalah agar :
1. Kita bisa memahami makna Aqidah / Tauhid
2. Kita juga dapat mengklasifikasikan Aqidah / Tauhid
3. Aktualisasi nilai-nilai Aqidah dalam kehidupan manusia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AQIDAH ( TAUHID )

·         Pengertian aqidah dalam bahasa arab berasal dari kata al-‘aqdu yang berarti
ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-‘ihkaamu yang
artinya mengokohkan, dan ar-rabthu buqw-wah yang berarti mengikat yang kuat.
·         Pengertian aqidah secara istilah adalah iman teguh dan pasti, yang tidak ada
keraguan sedikitpun bagi orang yang menyakitinya.
·         Pengertian aqidah dalam syara’ yaitu iman kepada allah, para malaikat-nya, para
raulnya, dan hari akhir serta pada qada dan qadar.
·         Menurut M Hasbi Ash Shiddiqi mengatakan aqidah menurut ketentuan bahasa
(bahasa arab) ialah sesuatu yang dipegang teguh dan terhunjam kuat di dalam lubuk jiwa dan
tak dapat beralih dari padanya. 
·         Aqidah menurut Syaikh Mahmoud Syaltout adalah segi teoritis yang dituntut
pertama-tama dan terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keimanan yang
tidak boleh dicampuri oleh syakwasangka dan tidak dipengaruhi oleh keragu-raguan. 
·         Syekh Hasan Al-Bannah menyatakan aqidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati
membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari
kebimbangan dan keragu-raguan. ·         Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy Aqidah adalah
sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu
dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini keshahihan dan
keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran
itu.                                                                                                                                          
·         Menurut Abdullah Azzam, aqidah adalah iman dengan semua rukun-rukunnya yang
enam.Berarti menurut pengertian ini iman yaitu keyakinan ataukepercayaan akan adanya Allah SWT, Malaikat-
malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya,Nabi-nabi-Nya, hari kebangkitan dan Qadha dan Qadar-Nya.

Tauhid ( ‫توحيد‬ ) yaitu menyatakan keesaan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan
diri-Nya, diantaranya meliputi rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat (Al-Qaul Al-Mufid, 1:5).

Tauhid secara bahasa merupakan mashdar (kata benda dari kata kerja, ed) dari
kata wahhada. Jika dikatakan wahhada syai’a artinya menjadikan sesuatu itu satu. Sedangkan
menurut syariat berarti mengesakan Allah dalam sesuatu yang merupakan kekhususan bagi-
Nya berupa rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat  ( Al-Qaulul Mufiiid Syarh Kitabi At-
Tauhid  I/7).

Kata tauhid sendiri merupakan kata yang terdapat dalam hadits-hadits Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, sebagaimana dalam hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu, “Engkau
akan mendatangi kaum ahli kitab, maka jadikanlah materi dakwah yang kamu sampaikan
pertama kali adalah agar mereka  mentauhidkan Allah”. Demikan juga dalam perkataan
sahabat Nabi, “Rasulullah bertahlil dengan  tauhid”.

Dalam ucapan beliau labbaika Allahumma labbaika, labbaika laa syariika laka


labbaika, ucapan talbiyah yang diucapkan ketika memulai ibadah haji.Dengan demikian kata
tauhid adalah kata syar’i dan terdapat dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (Syarh
Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah li Syaikh Shalih Alu Syaikh 63).

Jadi aqidah islam adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dangan segala
pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepadanya, beriman kapada malaikatnya dan rasul-
rasulnya, hari akhir, tardik baik dan buruk dan mengmani apa-apa yang telah shahih tentang
prinsip-prinsip agama, perkara-perkara yang ghaib.

   Ruang lingkup Aqidah

       Kajian aqidah menyangkut keyakinan umat Islam atau iman.Karena itulah, secara
formal, ajaran dasar tersebut terangkum dalam rukun iman yang enam. Oleh sebab itu,
sebagian para ulama dalam pembahasan atau kajian aqidah, mereka mengikuti sistematika
rukun iman yaitu: iman kepada Allah, iman kepada malaikat (termasuk pembahasan tentang
makhluk ruhani seperti jin, iblis, dan setan), iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Nabi
dan rasul Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qadha dan qadar Allah swt.
Sementara Ulama dalam kajiannya tentang aqidah islam menggunakan sistematika sebagai
berikut:
1.      Ilahiyat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ilah
(Tuhan,     Allah), seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah,perbuatan-perbuatan
(af’al) Allah dan sebagainya.
2.      Nubuwat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi
dan Rasul, termasuk pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah, mukjizat, karamat dan
sebagainya.
3.       Ruhaniyat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik seperyi Malaikat, Jin, Iblis, Setan, Roh dan lain sebaginya.
4.      Sam’iyat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat
sama’, yaitu dalil naqli berupa al-qur’an dan as-sunnah, seperti alam barzakh, akhirat, azab
kubur, tanda-tanda kiamat, surga, neraka dan sebaginya.
\

Selain ruang lingkup yang di atas aqidah juga bisa mengikuti sistematis arkanul iman yaitu
1.      Iman keppada Allah SWT
2.      Iman kepada malaikat-malaikat Allah
3.      Iman kepada kitab-kitab Allah
4.      Iman kepad Nabi dan Rasul
5.      Iman kepada hari Akhir
6.      Iman kepada Qada dan Qadar

      Dalil-dalil Aqidah Islam


            Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu
bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan
akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah
suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk
sekedar menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan
hancur berantakan.
            Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan
diterimanya suatu amal.  Aqidah Islam juga menuntut hanya nabi Muhammad saw sebagai
satu-satunya panutan di antara semua makhluk yang ada. Tidak boleh mengikuti selain
Rasulullah Muhammad, dan tidak diterima selain dari beliau.Beliaulah yang telah
menyampaikan syari’at Rabbnya.Tidak diperkenankan mengambil syari’at selain dari beliau
(siapapun orangnya), atau dari agama dan ideologi selain Islam, atau dari para pakar hukum.

Seorang muslim wajib mengikuti dan mengambil hukum hanya dari Rasul saw
berdasarkan firman Allah Swt:
َ ‫سو َل فَقَ ْد أَطَا َع هَّللا‬ُ ‫َمنْ يُ ِط ِع ال َّر‬
“barangsiapa yang taat kepada rasul maka sungguh dia telah taat kepada Allah.”
(QS.An-nisaa:80)
Dan firman-Nya:
ُ ‫َوأَ ِطي ُعوا ال َّر‬
َ‫سو َل لَ َعلَّ ُك ْم ت ُْر َح ُمون‬
“Taatlah kalian kepada rasul semoga kalian dirahmati.”
(QS.An-Nuur:56)
 Dan firman-Nya Jalla wa’alaa:
‫ول إِاَّل ا ْلبَاَل ُغ‬
ِ ‫س‬ُ ‫سو َل فَإِنْ تَ َولَّ ْوا فَإِنَّ َما َعلَ ْي ِه َما ُح ِّم َل َو َعلَ ْي ُك ْم َما ُح ِّم ْلتُ ْم َوإِنْ ت ُِطي ُعوهُ تَ ْهتَدُوا َو َما َعلَى ال َّر‬ ُ ‫قُ ْل أَ ِطي ُعوا هَّللا َ َوأَ ِطي ُعوا ال َّر‬
ُ‫ا ْل ُمبِين‬
“Katakanlah: “Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling Maka
Sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban
kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. dan jika kamu taat
kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan
menyampaikan (amanat Allah) dengan terang”.
(QS.An-Nuur:54)

Dan Allah Azza wajalla berfirman:


َ‫سو َل فَإِنْ تَ َولَّ ْوا فَإِنَّ هَّللا َ اَل يُ ِح ُّب ا ْل َكافِ ِرين‬ ُ ‫قُ ْل أَ ِطي ُعوا هَّللا َ َوال َّر‬
“Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang kafir”.
(QS.Ali Imran:32)
Dan ayat-ayat yang masih banyak lagi dari kitabullah Azza wajalla.
Dan telah datang pula perintah dari Allah Azza wajalla untuk mengikuti Rasul-Nya Shallallahu
alaihi wasallam berupa perintah untuk menjadikannya sebagai suri tauladan dalam banyak
tempat (dalam al-qur’an).
Allah Azza wajalla berfirman:
‫قُ ْل إِنْ ُك ْنتُ ْم تُ ِحبُّونَ هَّللا َ فَاتَّبِ ُعونِي يُ ْحبِ ْب ُك ُم هَّللا ُ َويَ ْغفِ ْر لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َوهَّللا ُ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم‬
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi
dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS.Ali Imran:31)
Dan Allah Azza wajalla juga berfirman:
َ‫سولِ ِه النَّبِ ِّي اأْل ُ ِّم ِّي الَّ ِذي يُؤْ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو َكلِ َماتِ ِه َواتَّبِ ُعوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَدُون‬
ُ ‫فَآ ِمنُوا ِباهَّلل ِ َو َر‬
“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, nabi yang ummi yang beriman kepada
Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk”.
(QS.Al-A’raf:158)
‫َو َما َءاتَا ُك ُم ال َّرسُو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَا ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهُوا‬
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia, dan apa yang dilarangnya bagimu,
maka tinggalkanlah.
(Q.S. Al-Hasyr : 7)

              Akidah Islam juga menuntut kewajiban menerapkan Islam secara sempurna dan
totalitas.Diharamkan menjalankan (hukum Islam) sebagian dan meninggalkan sebagian lainnya,
atau menerapkannya secara bertahap.
               Kita tidak boleh membeda-bedakan hukum yang satu dengan hukum yang lainnya.
Seluruh hukum Allah adalah sama dalam hal kewajiban pelaksanaannya. Oleh karena itu
Abubakar  dan para sahabat telah memerangi orang-orang yang tidak mau membayar zakat,
karena mereka menolak melaksanakan salah satu hukum, yaitu hukum zakat. Disamping itu
Allah Swt mengancam orang-orang yang membeda-bedakan antara satu hukum dengan hukum
yang lain, atau orang-orang yang beriman terhadap sebagian dari Kitabullah dan kufur terhadap
sebagian lainnya. Mereka diancam dengan kehinaan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat.
Beberapa ulama telah membahas berbagai perkara tentang akidah, antara lain
pembuktian adanya Allah Sang Pencipta, pembuktian kebutuhan akan adanya Rasul dan
pembuktian bahwa al-Qur’an berasal dari Allah Swt dan Muhammad saw adalah seorang Rasul.
Semua itu dibahas berdasarkan dalil ‘aqli dan naqli yang berasal dari al-Qur’an dan Hadits
mutawatir.Meraka telah membahas pula perkara qadar, qadha dan rizki, ajal, tawakal kepada
Allah, serta perkara hidayah (petunjuk) dan dlalalah (kesesatan).

    
Manfaat Aqidah Bagi Umat Islam
Aqidah Islam merupakan landasan setiap perilaku orang hidup beragama.Oleh sebab itu
memepelajari aqidah islam sangatlah bermanfa’at. Karena Aqidah Islamiyah bersumber dari
Allah yang mutlak, maka kesempurnaannya tidak diragukan lagi.Berbeda dengan filsafat yang
merupakan karya manusia, tentu banyak kelemahannya. Makanya seorang mu'min harus yakin
kebenaran Aqidah lslamiyah sebagai poros dari segala pola laku dan tindakannya yang akan
menjamin kebahagiannya dunia akherat.
Adapun manfaat mempelajari aqidah islam diantaranya:
1. Membebaskan dirinya dari ubudiyah/ penghambaan kepada selain Allah, baik bentuknya
kekuasaan, harta, pimpinan maupun lainnya.
2. Membentuk pribadi yang seimbang yaitu selalu kepada Allah baik dalam keadaan suka
maupun duka.
3. Dia merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas. Takut kepada kurang rizki,
terhadap jiwa, harta, keluarga, jin dan seluruh manusia termasuk takut mati. Sehingga dia
penuh tawakkal kepad Allah (outer focus of control).
4. Aqidah memberikan kekuatan kepada jiwa , sekokoh gunung. Dia hanya berharap kepada
Allah dan ridho terhadap segala ketentuan Allah.

Aqidah Islamiyah adalah asas persaudaraan / ukhuwah dan persamaan. Tidak beda
antara miskin dan kaya, antara pinter dan bodoh, antar pejabat dan rakyat jelata, antara kulit
putih dan hitam dan antara Arab dan bukan, kecuali takwanya disisi Allah SWT.

B. PEMBAGIAN AQIDAH TAUHID


Pe mbagian yang populer di kalangan ulama adalah pembagian tauhid menjadi tiga
yaitu tauhid rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat. Pembagian ini terkumpul dalam firman
Allah dalam Al Qur’an:

ِ ْ‫ت َواأْل َر‬


ً ‫ض َو َما بَ ْينَهُ َما' فَا ْعبُ ْدهُ َواصْ طَبِرْ لِ ِعبَا َدتِ ِ'ه هَلْ تَ ْعلَ ُم لَهُ َس ِميّا‬ َّ ‫َربُّ ال‬
ِ ‫س َما َوا‬

“Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya,
maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya.Apakah kamu
mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (Maryam: 65).

Perhatikan ayat di atas:

ِ ‫ت َواأْل َ ْر‬
(1). Dalam firman-Nya (‫ض‬ ِ ‫س َما َوا‬
َّ ‫( ) َر ُّب ال‬Rabb (yang menguasai) langit dan bumi)
merupakan penetapan tauhid rububiyah.(2). Dalam firman-Nya ( ‫اصطَبِ ْر لِ ِعبَا َدتِ ِه‬ ْ ‫( )فَا ْعبُ ْدهُ َو‬maka
sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya) merupakan penetapan
tauhid uluhiyah.(3). Dan dalam firman-Nya (ً ‫س ِميّا‬ َ ُ‫( ) َه ْل تَ ْعلَ ُم لَه‬Apakah kamu mengetahui ada
seorang yang sama dengan Dia?) merupakan penetapan tauhid asma’ wa shifat.

Berikut penjelasan ringkas tentang tiga jenis tauhid tersebut:

1. Tauhid rububiyah. Maknanya adalah mengesakan Allah dalam hal penciptaan,


kepemilikan, dan pengurusan. Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah firman
Allah:

َ‫ك هللا ُ َربُّ ْال َعالَ ِمين‬ َ َ‫ق َواْألَ ْم ُر تَب‬


َ ‫ار‬ ُ ‫أَالَلَهُ ْال َخ ْل‬

“Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah” (Al- A’raf: 54).


2. Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah. Disebut tauhid uluhiyah karena penisbatanya
kepada Allah dan disebut tauhid ibadah karena penisbatannya kepada makhluk
(hamba). Adapun maksudnya ialah pengesaan Allah dalam ibadah, yakni bahwasanya
hanya Allah satu-satunya yang berhak diibadahi. Allah Ta’ala berfirman:

‫ق َوأَ َّن َمايَ ْد ُعونَ ِمن دُونِ ِه ْالبَا ِط ُل‬


ُّ ‫ك بِأ َ َّن هللاَ هُ َو ْال َح‬
َ ِ‫َذل‬

”Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya yang
mereka seru selain Allah adalah batil” (Luqman: 30).

3. Tauhid asma’ wa shifat. Maksudnya adalah pengesaan Allah ‘Azza wa Jalla dengan


nama-nama dan sifat-sifat yang menjadi milik-Nya. Tauhid ini mencakup dua hal yaitu
penetapan dan penafian. Artinya kita harus menetapkan seluruh nama dan sifat bagi
Allah sebgaimana yang Dia tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya atau sunnah nabi-
Nya, dan tidak menjadikan sesuatu yang semisal dengan Allah dalam nama dan sifat-
Nya. Dalam menetapkan sifat bagi Allah tidak boleh melakukan ta’thil, tahrif, tamtsil,
maupun takyif. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:

ِ َ‫ْس َك ِم ْثلِ ِه َش ْي ٌء َوه َُو ال َّس ِمي ُع الب‬


‫صي ُر‬ َ ‫لَي‬

”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Melihat.”  (Asy-Syuura: 11) (Lihat Al-Qaulul Mufiiid   I/7-10).

Sebagian ulama membagi tauhid menjadi dua saja yaitu tauhid dalam ma’rifat wal
itsbat (pengenalan dan penetapan) dan tauhid fii thalab wal qasd (tauhid dalam tujuan
ibadah). Jika dengan pembagian seperti ini maka tauhid rububiyah dan tauhid asma’ wa
shifat termasuk golongan yang pertama sedangkan tauhid uluhiyah adalah golongan yang
kedua (Lihat Fathul Majid 18).

Pembagian tauhid dengan pembagian seperti di atas merupakan hasil penelitian para
ulama terhadap seluruh dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah.Sehingga pembagian tersebut
bukan termasuk bid’ah karena memiliki landasan dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Kaitan Antara Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah

Antara tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah mempunyai hubungan yang tidak dapat


dipisahkan.Tauhid rububiyah mengkonsekuensikan tauhid uluhiyah.Maksudnya pengakuan
seseorang terhadap tauhid rububiyah mengharuskan pengakuannya terhadap
tauhid uluhiyah.Barangsiapa yang telah mengetahui bahwa Allah adalah Tuhannya yang
menciptakannya dan mengatur segala urusannya, maka dia harus beribadah hanya kepada
Allah dan tidak menyekutukan-Nya.Sedangkan tauhid uluhiyah terkandung di dalamnya
tauhid rububiyah.Maksudnya, tauhid rububiyah termasuk bagian dari
tauhid uluhiyah.Barangsiapa yang beribadah kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-
Nya, pasti dia meyakini bahwa Allahlah Tuhannya dan penciptanya. Hal ini sebagaimana
perkatan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam:

{ ‫} ال َّ ِذي خَ لَقَنِي فَهُ َو يَ ْه ِدي ِ'ن‬77{ َ‫} فَإِنَّهُ ْم َع ُد ٌّو لِّي إِال َّ َربَّ ْال َعالَ ِمين‬76{ ‫ون‬
'َ ‫} أَنتُ ْم َو َءابَآ ُؤ ُك ُم ْاألَ ْق َد ُم‬75{ ‫ُون‬
'َ ‫ال أَفَ َر َء ْيتُم َّما ُكنتُ ْم تَ ْعبُد‬
َ َ‫ق‬
‫ط َم ُع أَن يَ ْغفِ َر لِي‬ْ َ‫} َوال َّ ِذي أ‬81{ ‫} َوالَّ ِذي يُ ِميتُنِي' ثُ َّم يُحْ يِي ِ'ن‬80{ ‫ت فَهُ َو يَ ْشفِي ِن‬ ُ ْ‫} َوإِ َذا َم ِرض‬79{ ‫ُط ِع ُمنِي َويَ ْسقِي ِن‬ ْ ‫} َوال َّ ِذي هُ َو ي‬78
}82{ ‫َخ ِطيئَتِي يَوْ َم الدِّي ِن‬

“Ibrahim berkata: “Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah
(75), kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu? (76), karena sesungguhnya apa yang kamu
sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam (77), (yaitu Tuhan) Yang telah
menciptakan aku, maka Dialah yang memberi petunjuk kepadaku (78), dan Tuhanku, Yang Dia
memberi makan dan minum kepadaku (79), dan apabila aku sakit, Dialah Yang
menyembuhkanku (80), dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku
(kembali) (81), dan Yang amat aku inginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat
(82)” (Asy- Syu’araa’: 75-82).

Tauhid rububiyah dan uluhiyah terkadang disebutkan bersamaan, maka ketika itu


maknanya berbeda, karena pada asalnya ketika ada dua kalimat yang disebutkan secara
bersamaan dengan kata sambung menunjukkan dua hal yang berbeda. Hal ini sebagaimana
dalam firman Allah:

ِ َّ‫} إِلَ ِه الن‬2{ ‫اس‬


}3{ ‫اس‬ ِ َّ ‫ك الن‬ ِ َّ ‫قُلْ أَعُو ُذ بِ َربِّ الن‬
ِ ِ‫} َمل‬1{ ‫اس‬

“Katakanlah;” Aku berlindung kepada Rabb (yang memelihara dan menguasai) manusia
(1).Raja manusia (2). Sesembahan manusia (3)”  (An-Naas: 1-3).

Makna Rabb dalam ayat ini adalah raja yang mengatur manusia, sedangkan


makna Ilaah adalah sesembahan satu-satunya yang berhak untuk disembah.

Terkadang tauhid uluhiyah atau rububiyah disebut sendiri tanpa bergandengan.Maka


ketika disebutkan salah satunya mencakup makna keduanya. Contohnya pada ucapan malaikat
maut kepada mayit di kubur: “Siapa Rabbmu?”, yang maknanya adalah: “Siapakah penciptamu
dan sesembahanmu?” Hal ini juga sebagaimanan firman Allah:

ُ ‫ق إِآل َّ أَن يَقُولُوا َربُّنَا هللا‬ ُ 'َ ‫الَّ ِذ‬


ِ َ‫ين أ ْخ ِرجُوا ِمن ِدي‬
ٍّ ‫ار ِهم بِ َغي ِْر َح‬

“(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang
benar, kecuali karena mereka berkata: ”Tuhan (Rabb) kami hanyalah Allah”  (Al-Hajj: 40).

‫قُلْ أَ َغ ْي َر هللاِ أَ ْب ِغي َربًّا‬

“Katakanlah:”Apakah aku akan mencari Rabb selain Allah” (Al-An’am: 164).


‫إِ َّن الَّ ِذينَ قَالُوا َربُّنَا هللا ُ ثُ َّم ا ْستَقَا ُموا‬

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka
istiqamah”  (Fushshilat: 30). Penyebutan rububiyah dalam ayat-ayat di atas mengandung
makna uluhiyah  ( Lihat Al Irsyad ilaa Shahihil I’tiqad 27-28).

Isi Al-Qur’an Semuanya Tentang Tauhid

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa isi Al-Qur’an semuanya adalah


tentang tauhid. Maksudnya karena isi Al-Qur’an menjelaskan hal-hal berikut:

1. Berita tentang Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, perbuatan-Nya, dan perkataan-


Nya. Ini adalah termasuk tauhidul ‘ilmi al khabari (termasuk di dalamnya
tauhid rububiyah dan asma’ wa shifat).
2. Seruan untuk untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak
mempersekutukan-Nya. Ini adalah tauhidul iraadi at thalabi (tauhid uluhiyah).
3. Berisi perintah dan larangan serta keharusan untuk taat dan menjauhi larangan. Hal-hal
tersebut merupakan huquuqut tauhid wa mukammilatuhu  (hak-hak tauhid dan
penyempurna tauhid).
4. Berita tentang kemuliaan orang yang bertauhid, tentang balasan kemuliaan di dunia
dan balasan kemuliaan di akhirat. Ini termasuk jazaa’ut tauhid (balasan bagi ahli
tauhid).
5. Berita tentang orang-orang musyrik, tentang balasan berupa siksa di dunia dan balasan
azab di akhirat. Ini termasuk balasan bagi yang menyelisihi hukum tauhid.

Dengan demikian, Al-Qur’an seluruhnya berisi tentang tauhid, hak-haknya dan balasannya.
Selain itu juga berisi tentang kebalikan dari tauhid yaitu syirik, tentang orang-orang musyrik,
dan balasan bagi mereka (Lihat  Fathul Majid 19).
BAB III

KESIMPULAN
A. KESIMPULAN

Dalam keseluruhan bangunan Islam, aqidah dapat diibaratkan sebagai fondasi.Di mana
seluruh komponen ajaran Islam tegak di atasnya.Aqidah merupakan beberapa prinsip
keyakinan.Dengan keyakinan itulah seseorang termotivasi untuk menunaikan kewajiban-
kewajiban agamanya. Karena sifatnya keyakinan maka materi aqidah sepenuhnya adalah
informasi yang disampaikan oleh Allah Swt. melalui wahyu kepada nabi-Nya, Muhammad Saw.
Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-Qur’an dan
Sunnah.Allah menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk
mengenal adanya Allah dengan memperhatikan alam sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang
Maha Kuasa.Hasil perbuatan Allah itu serba teratur, cermat dan berhati-hati.
Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah.Akal pikiran tidaklah menjadi sumber
aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber
tersebut dan mencoba –kalau diperlukan – membuktikan secara ilmiah kebenaran yang
disampaikan Al-Qur’an dan Sunnah.Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran bahwa
kemampuan akal sangat terbatas. Sesuatu yang terbatas/akal tidak akan mampu menggapai
sesuatu yang tidak terbatas.
Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah maka syari’at/jasad
kita tidak ada guna apa-apa.

B. KRITIK DAN SARAN

Pemakalah menyadari bahwa penjelasan di atas masih terdapat kekurangan, baik dari segi
isi maupun dari segi penulisan.Maka dari itu, diharapkan kepada pembaca kritik dan saran
sebagai masukan yang membangun demi perbaikan makalah ini selanjutnya.Pemakalah juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Pengampu mata kuliah yang telah memberikan
arahan dan masukan terhadap pembahasan makalah di atas.

DAFTAR PUSTAKA
1. Http : // Pemaduperahaisa.blogspot.com/2016/Aqidah-Islam.html/diakses-pada-30-
Okt-2020/23;10.

2. Http : // Umma.id/post/Pengertian-Aqidah-Dan-Tauhid./diakses-pada-31-Okt-
2020/00;30.

3. Http : // Muslimmah.Or.ID/7017-Pembagian-Tauhid-Dalam-Al-Qur’an/diakses-pada-31-
Okt-2020/00;45.

Anda mungkin juga menyukai