Defrian Sanjaya - 18531028 - PAI 6C - Resume 4 Difabel
Defrian Sanjaya - 18531028 - PAI 6C - Resume 4 Difabel
NIM : 18531028
KELAS : PAI 6C
Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan upaya sadar dan terencana yang
dilakukan seseorang untuk menyiapkan siswa, menghayati, serta mengamalkan
ajaran islam dengan melakukan kegiatan pembelajaran. Mata merupakan indra
penglihatan yang dimiliki setiap manusia yang memiliki kedudukan peringkat paling
awal. Karena sepanjang waktu selama manusia masih terjaga maka mata akan
membantu manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Organ mata yang tidak normal atau tidak berfungsi dalam proses fisiologis
melihat disebut Tunanetra sebagai berikut: benda yang ditanghkap oleh mata tidak
bisa diteruskan pada kornea, lensa mata, retina, dan saraf karena disebabkan pada
suatu sebab yang mengalami suatu gangguan. Seseorang yang menderita seperti itu
disebut dengan penyandang atau penderita tunanetra (adanya kelainan pada mata).
Anak tunanetra merupakan seseorang yang indra penglihatannya (kedua-
duanya) tidak bisa berfungsi lagi untuk mendengarkan atau mendapatkan suatu
informasi pada kegiatan sehari-hari seperti orang normal lainnya3
D. Pembelajaran PAI Pada Difabel Gangguan Bicara
Adalah sebuah komunikasi yang dilakuakan manusia baik secara verbal maupun
nonverbal dalam melaksanakan pembeljaran ini maka diperlukan komunikasi antar
peserta didik dan pendidik suapaya pendidik mengetahui apakah peserta didik normal
atau kurang normal itulah fungsi dari komunikasi,dengan adanya komunikasi maka
maka terlihat ekpersi atau ciri khas dari mereka yang tunarugu wicara,beda dengan
mereka yang memiliki serabah kecukup baik lahir maupun batin. Dengan demikian
perlu dilakukan komunikasi secara inrapersonal antar pendidik dengan peserta didik,
2
Sutjihati Somantri, psikologi Anakluar biasa,(Bandung,Refika Aditama,2006)hlm 93
3
JokoYuwono, MemahamiAnak Autistik, Bandung: Alfabeta, 2012,Cet. Ke-2Edi Suardi, Pedagogik II (Bandung
Angkasa, 1966)
mereka yang keterbatsan fisik ini mereka akan bermomunikasi dengan mengunakan
bahasa tubuh suapaya berintaraksinya bisa dipahami oleh orang lain.4
Dengan adanya pembelajaran PAI ini maka anak yang tergolong difabel ini atau
keterbatasan fisik cara mengembangakan karakternya dengan cara kemandirian atau
sosial, justru peserta didik yang normal sangat mengapresiasi atas kegigihan yang mereka
capai bagi anak distabilitas itu biasa-biasa saja,karena mereka yang normal lebih bisa dari
meraka sedangakan mereka hanyala orang- orang yang keterbatsan fisik tidak mungkin
bisa bersaing didunia pendidikan akan tetapi kita tidak bisa menerkah nasib seseorang
karena kita yang merangacanag tapi tuhan yang nentukanya apa yang terjadi itu atas
kehendak oleh maha kuasa yang mencipatakn manusia berserta seisinya dimuka bumi ini
tamapa terkecuali, mnusia itu sama dimata allah tidak ada yang semprnah melaikan
yang menjadi pembeda itu adalah iman dan ketaqaan yang mereka mililiki
Adalah sebuah komunikasi yang dilakuakan manusia baik secara verbal maupun
nonverbal dalam melaksanakan pembeljaran ini maka diperlukan komunikasi antar
peserta didik dan pendidik suapaya pendidik mengetahui apakah peserta didik
normal atau kurang normal itulah fungsi dari komunikasi,dengan adanya
komunikasi maka maka terlihat ekpersi atau ciri khas dari mereka yang tunarugu
wicara,beda dengan mereka yang memiliki serabah kecukup baik lahir maupun
batin. Dengan demikian perlu dilakukan komunikasi secara inrapersonal antar
pendidik dengan peserta didik, mereka yang keterbatsan fisik ini mereka akan
bermomunikasi dengan mengunakan bahasa tubuh suapaya berintaraksinya bisa
difahami oleh orang lain.
Kita harus memanfaatkan media visual gambardan audio visual , yang paling
penting media yang kita gunakan harus sesuai dengan materi yang akan kita
ajarkan agar mendapatkan hasil yang maksimal.
3. Faktor pendukung dalam menghadapi anak hiferakif iala daya ingin tahu
anak hiferakif yang tinggi akan membuat anak memiliki pengetahuan yang
lebih luas5
5
JokoYuwono, MemahamiAnakAutistik, Bandung: Alfabeta, 2012,Cet. Ke-2Edi Suardi, Pedagogik II (Bandung
Angkasa, 1966)