Anda di halaman 1dari 4

Pembuatan Peta Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Kabupaten Tanah Bumbu Tahun Anggaran 2019

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Pemerintah Indonesia akan mengalami kesulitan dalam upaya mewujudkan swasembada
pangan, mengingat target pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan cenderung
mengalami kegagalan. Target tersebut menjadi sangat tidak realistis karena pada kenyataanya
pemerintah telah gagal dalam menangani alih fungsi lahan pertanian terutama persawahan
menjadi pemukiman. Kondisi ini menunjukkan gagalnya pemerintah dalam melakukan penataan
ruang terutama dalam melindungi lahan pertanian. Buruknya tata ruang di Indonesia yang
merembet pada tata ruang di tingkat daerah baik provinsi maupun kabupaten, sehingga
perlindungan terhadap kawasan pertanian itu tidak optimal dilakukan oleh pemerintah. Sehingga
program swasembada pangan kini hanya menjadi wacana di tengah semakin derasnya impor
pangan. Selain itu yang menjadi tantangan lainnya saat ini adalah keengganan pemuda untuk
bertani.
Sementara sebelumnya Kementerian Pertanian merevisi target produksi beras tahun 2012
sebanyak 72 juta ton gabah kering giling (GKG). Target ini dianggap tidak rasional sehingga direvisi
turun menjadi 66,7 juta ton GKG.
Berdasarkan hasil sensus lahan yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian (Kementan),
lahan sawah pada 2010 susut menjadi 3,5 juta hektare (ha) dari 4,1 juta ha di 2007. Dalam
rentang waktu tiga tahun, konversi lahan mencapai 600 ribu ha. Survei yang dilakukan dengan
citra landset beresolusi tinggi untuk tahun lalu digunakan dengan skala 1:5.000, sedangkan pada
2007 survei dilakukan dengan skala 1:20 ribu.
Tingginya konversi lahan di Kabupaten Tanah Bumbu umumnya digunakan untuk
kepentingan di luar pertanian, seperti jalan tol, industri, perumahan, pusat perbelanjaan, dan
fasilitas umum lainnya. Hal itu sangat disayangkan karena sawah-sawah yang dikonversi adalah
lahan produktif. Penyelamatan lahan pertanian, sangat penting mengingat produksi pertanian
saat ini harus berhadapan dengan dampak perubahan iklim. Jika sawah terus menyusut, hal itu
dikhawatirkan bisa mengancam produksi pangan.
Sejumlah terobosan yang akan dilakukan demi menekan laju konversi lahan. Diantaranya,
meminta seluruh kabupaten/kota untuk menetapkan peraturan daerah (Perda) yang mengatur
lahan pertanian berkelanjutan. Sehingga masing-masing daerah bisa fokus untuk menekan
konversi lahan. Selain itu, Kementan pada 2010 telah menyusun peta dasar lahan baku sawah di
Jawa, yang melibatkan Badan Pusat Statistik (BPS). Jika hanya mengandalkan lahan yang ada saat
ini, mustahil bagi Indonesia untuk menjadi lumbung pangan, kecuali jika ada penambahan lahan
baru. Potensi lahan di tanah air sebenarnya masih luas, namun hal itu membutuhkan kemauan
politik dari pemerintah.
Berdasarkan data BPS, luas sawah di Indonesia 7,7 juta ha. Untuk menjadi lahan pangan
dunia, harus ada penambahan lahan minimal 1,5 kali lipat atau seluas 10 juta ha. "Bahkan perlu

LAPORAN ANTARA I-1


Pembuatan Peta Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Kabupaten Tanah Bumbu Tahun Anggaran 2019

penambahan hingga dua kali lipat luas sawah saat ini hingga 20 juta ha untuk menjadi lumbung
pangan dunia. Dengan luas lahan saat ini, sepertinya masih jauh dari harapan. Selama ini, Jawa
menjadi penopang pangan nasional karena menyuplai 60% kebutuhan dalam negeri. Hal itu
didukung oleh tanah yang subur karena banyak gunung berapii dan lahan di Jawa yang sudah
lebih dulu diolah dibandingkan lahan di pulau-pulau lainnya. Jawa masih menjadi primadona
pangan nasional.
Konversi lahan di Kabupaten Tanah Bumbu, karena jumlah penduduk terbanyak ada di
wilayah tersebut, sehingga pengembangan permukiman dan infrastruktur banyak yang
mengakibatkan alih fungsi lahan pertanian. Meski sudah ada undang-undang (UU) lahan tanaman
pangan berkelanjutan, namun hingga kini belum ada peraturan pemerintah (PP) sehingga belum
bisa diimplementasikan. Padahal, kebutuhan pembatasan konversi lahan sangat mendesak.
Terdapat tiga alasan utama perlunya tindakan pencegahan dan pengendalian alih fungsi
lahan pertanian ke non pertanian, yaitu:
1. Sebagai ancaman nyata ketersediaan pangan (khususnya beras).
2. Biaya investasi yang sangat tinggi untuk pembangunan prasarana irigasi dan akan hilang
begitu saja apabila konversi pertanian terus berlanjut dan tidak terTanah Bumbui.
3. Pencetakan sawah baru memerlukan biaya yang sangat besar dan membutuhkan waktu
yang sangat lama dalam pengembangannya.
Sebagai upaya antisipasi, Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Bumbu pada Tahun
Anggaran 2013, ini akan melakukan lanjutan pekerjaan Identifikasi sebaran Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan yang bertitik tolak dari hasil pekerjaan di tahun 2012 tersebut.

1.2. DASAR PELAKSANAAN


Dasar pelaksanaan Pekerjaan Pembuatan Peta Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Kabupaten Tanah Bumbu adalah:
a. Undang-Undang No. 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (PLP2B)
b. Peraturan pendukung lainnya:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan
2. Peraturan Menteri Pertanian No. 07/Permentan/OT.140/2/2012 tentang Pedoman
Teknis Kriteria dan Persyaratan Kawasan, Lahan, dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan
Berkelanjutan
3. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 02 Tahun 2014 Tentang Perlindungan lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B) Provinsi Kalimantan Selatan
4. Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2017 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2017 -2037.

LAPORAN ANTARA I-2


Pembuatan Peta Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Kabupaten Tanah Bumbu Tahun Anggaran 2019

1.3. TUJUAN DAN SASARAN


1.3.1. Tujuan
Tujuan dari Pekerjaan Jasa Konsultasi Pembu atan Peta Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan Kabupaten Tanah Bumbu adalah untuk mengidentifikasi sebaran lahan pertanian
pangan yang dapat dijadikan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B) demi
terjaganya ketahanan pangan di Kabupaten Tanah Bumbu. Adapun yang akan dijadikan lahan
pertanian pangan berkelanjutan sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2017 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2017 – 2037 seluas 9.344,32 Ha.

1.3.2. Sasaran
Sasaran yang diharapkan dari Pekerjaan Jasa Konsultasi Pembuatan Peta Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan Kabupaten Tanah Bumbu adalah:
a. Teridentifikasinya sebaran dan luasan lahan pertanian pangan sebagai Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan secara detail di seluruh wilayah Kabupaten Tanah
Bumbu seluas 9.344,32 Ha.
b. Dapat ditetapkannya cakupan wilayah Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan Kabupaten Tanah Bumbu.
c. Tersusunnya naskah akademik rancangan peraturan daerah Kabupaten Tanah Bumubu
tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kabupaten Tanah Bumbu
dan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan Kabupaten Tanah Bumbu.

1.4. RUANG LINGKUP


1.4.1. Ruang Lingkup Pekerjaan
1. Dokumen Pemetaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kabupaten Tanah
Bumbu, memuat:
a. Hasil identifikasi berupa data angka luasan dan peta sebaran lahan Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan Kabupaten Tanah Bumbu.
b. Dapat ditetapkannya cakupan wilayah Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan Kabupaten Tanah Bumbu.
2. Tersusunnya draft Naskah Akademik rancangan peraturan daerah Kabupaten Tanah Bumbu
tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kabupaten Tanah Bumbu dan
Rancangan Peraturan Daerah tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Kabupaten Tanah Bumbu.
3. 3 Set album peta ukuran A1 dan 25 Set album peta ukuran A3 yang memuat sebaran lahan
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kabupaten Tanah Bumbu

LAPORAN ANTARA I-3


Pembuatan Peta Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Kabupaten Tanah Bumbu Tahun Anggaran 2019

4. Diserahkan pula dokumen dalam bentuk CD sebanyak 5 keping.

1.4.2. Ruang Lingkup Lokasi


Lokasi kegiatan dilakukan di seluruh wilayah Kabupaten Tanah Bumbu dengan tingkat
ketelitian hingga bidang kepemilikan sawah.

1.5. SISTEMATIKA PENYAJIAN


Laporan Antara ini memiliki sistem penyajian laporan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, memuat tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, landasan hukum,
ruang lingkup pekerjaan dan lokasi, serta sistematika penyajian laporan.
Bab II Kebijakan Penataan Ruang, memuat tentang kajian kebijakan penataan ruang Kabupaten
Tanah Bumbu.
Bab III Kajian Teori, memuat tentang definisi lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B),
kriteria LP2B, strategi alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan, serta berbagai
referensi yang berkaitan dengan lahan pertanian pangan berkelanjutan.
Bab IV Gambaran Umum Kabupaten Tanah Bumbu, memuat tentang kondisi fisik dasar, kondisi
sosial kependudukan, penggunaan lahan, serta karakteristik lahan pertanian di Kabupaten
Tanah Bumbu.
Bab V Analisis LP2B, memuat tentang hasil perhitungan dan analisis dari Pembuatan Peta Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Tanah Bumbu.

LAPORAN ANTARA I-4

Anda mungkin juga menyukai