Anda di halaman 1dari 2

Gesang Tri Wahyudi

I1B117012

Kajian Prosa Fiksi

Mari Bertanya Pada Cerpen, Cerpen Bertanya Pada Kita

Pada 29 Desember 2017 dilaman basabasi.co seorang penulis bernama Daruz Armedian
mempublikasikan tulisannya berupa cerpen. Daruz merupakan mahasiswa Filsafat UIN Sunan
Kalijaga yang juga giat di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta dan Garawiksa Institut. Cerpen itu
berjudul Bagaimana Kalau Kita Saling Membunuh Saja ?. Sekilas cerpen ini memberikan
sebuah pertanyaan, namun saya menanggapi ini sebagai suatu yang akan dijawab oleh cerpen ini
sendiri, namun nyatanya saya salah. Cerpen ini membuat saya berfikit harus menjawab
pertanyaan itu bagaimana. Pada laman basabasi.co, cerpen ini menuai banyak respon positif dari
para pembacanya. Mendapat 18 rekomendasi, dan banyak komen positif.

Sebagai cerpen eksprerimental, tentu cerpen ini berhasil membuat eksperimen pada
mental kita. Menggunakan alur campuran dengan konsep zig-zag yang memberikan kesan
ringkes dalam membaca membuat cerpen 7 halaman ini terasa sanggat singkat.

Menghadirkan 2 tokoh dengan nama dan 2 tokoh tanpa nama yang dihadirkan dalam
konflik sosial dan dalam lingkup keluarga menjadikan cerpen ini seperti menyempit saat dibaca.
Ayah yang suka judi dan Ibu yang seorang pelacur membuat 2 anaknya mengalami tekanan
mental membuat konflik dalam cerita ini dihadirkan dengan santai namun brutal. Tak sungkan
menggunakan kata kotor, cerpen ini berhak mendapatkan predikat bar-bar.

Selaras dengan pendapat Sumarjo yang berpendapat bahwa, seorang penulis harus
mempunyai keterampilan untuk menghidupkan ceritanya. Daruz membuat cerita simple namun
rumit ini menjadi menarik untuk dilanjutkan sejak halaman pertama. Gaya realis namun bar-bar
membuat penceritaan menjadi utuh (dalam artian tak menjadi sebuah persoalan) yang
memproyeksikan sebuah fenomena kemanusiaan yang coba disampaikan oleh penulis itu sendiri.
Penokohan sendiri seperti bukan menjadi persoalan, Stephen dan Raphilus serta Ayah
dan Ibu Mereka. Sepemahaman saya, tidak ada tokoh yang mejadi sorotan dalam cerita ini.
Cerpen ini tidak mengangkat tokoh / hero dalam ceritanya guna menyampaikan isi cerita dengan
menarik, namun ceritalah yang mengangkat tokoh tokoh didalamnya.

Cerpen ini menjadi sebua fenomena yang menarik dikalangan pembaca cerpen dan
tentunya pembaca laman basabasi.co. Sebagai kaum resepsi, cerpen ini saya katakan berhasil
sebegai cerpen eksperimental. Kehadirannya membuat perbincangan dikalangan pembaca
cerpen, simple namun brutal. “Mantap asu”, “Lanjutkan bajingan”, “Bangsat, mantep bener”,
“Brutal bangsat”, merupakan isi komentar dilaman basabasi.co tentang cerpen ini. Eksperimental
yang melahirkan kaum brutal. Saya sarankan untuk para penulis cerpen, sebaiknya contoh cerpen
dari saudara Daruz ini, ia berani menyajikan sesuatu yang berbeda dan tanpa batasan. Kembali
ke judul, diakhir cerpen kita akan disuguhka suatu pertanyaan yang menurut saya sebagai suatu
uji coba akan tanggapan pembaca akan karyanya, Daruz mencoba membuat pembaca tidak
meninggalkan cerpen ini begitu saya dengan pertanyan “Bukan begitu, Tuan-Tuan Pembaca
yang Budiman?” . Singkat saja pendapat saya tentang cerpen ini: Daruz, kamu sungguh bar-bar.

Anda mungkin juga menyukai