A. Pengertian Perkembangan
Dalam pengertian yang sederhana, perkembangan – diterjemahkan
baik, lebih maju. Dengan kata lain, perubahan merupakan substansi yang melekat
yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Ini berarti,
perkembangan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat progresif (maju), baik
tinggi, berat dan proporsi badan seseorang. Perubahan kualitatif meliputi perubahan
emosi dan sikap, dll. Selain perubahan ke arah penambahan atau peningkatan, ada
juga yang mengalami pengurangan seperti gejala lupa dan pikun. Jadi perkembangan
individu sejak lahir, seperti ciri khas, sifat, potensi dan bakat. Pengalaman merupakan
intervensi faktor eksternal (dari luar) terutama lingkungan sosial budaya di sekitar
Bimbingan dan konseling merupakan suatu istilah dalam bidang pelayanan psikologis
Inggris). Guidance diterjemahkan menjadi bimbingan”
1. Definisi Bimbingan
Dalam literatur asing kata guidance sering disamakan dengan kata helping. Oleh
karena itu, secara harfiah bimbingan dapat diartikan sebagai suatu “tindakan
dalam bimbingan bukan dalam arti memberikan sesuatu yang dibutuhkan, seperti
memberi makanan kepada individu yang lapar atau menuntun anak untuk
Kebutuhan itu sendiri banyak ragamnya yang antara lain dapat berupa kebutuhan
dan keterampilan.
Banyak ahli dan penulis dalam bidang bimbingan dan konseling juga telah
dilakukan oleh para mahasiswa konseling di Amerika, ditemukan lebih dari 100
definisi bimbingan dalam literatur (Shetzer & Stone, 1981). Definisi-definisi tersebut
sama. Untuk memberikan gambaran yang lebih memadai tentang konsep bimbingan,
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang yang telah terlatih
dengan baik dan memiliki kepribadian dan pendidikan yang memadai kepada
individu dari berbagai kelompok usia agar individu tersebut dapat mengelola
Suatu sistem yang komprehensif dari fungsi, pelayanan, dan program sekolah
tindakan yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik untuk mencapai hasil-hasil
definisi itu dijabarkan akan mengandung pengertian yang sangat luas. Mereka
Dalam sistem pendidikan di Indonesia, pengertian bimbingan dapat dilihat antara lain
tentang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Sebagai contoh, dalam PP No.
28 disebutkan secara ekpslisit bahwa pelayanan bimbingan oleh tenaga pendidik yang
siswa (peserta didik) dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan
2. Definisi Konseling
bentuk model pendekatan dalam bidang pelayanan atau intervensi psikologis. Berikut
ini adalah satu contoh definisi konseling dari Burks dan Steffler yang oleh para ahli
terlatih dan klien. Hubungan itu selalu bersifat antar pribadi (person-to-
profesional dan pribadi antara konselor dan klien untuk maksud mendorong
Masalah yang dipecahkan dapat bervariasi secara luas, mulai dari masalah pribadi
hingga masalah sosial, dan bisa bersifat preventif atau kuratif. Terdapat ahli lain yang
untuk peserta didik yang dapat dilaksanakan secara individual maupun kelompok,
dan karir, dan pelayanan ini dilaksanakan melalui berbagai jenis layanann dan
Salah satu problem yang dihadapi oleh para praktisi konseling adalah membedakan
bahwa mereka tidak perlu membedakan antara konseling dan psikoterapi dan
menggunakan kedua istilah tersebut secara sama. Sedangkan beberapa praktisi yang
lain merasa perlu untuk memisahkan antara keduanya. Ini boleh jadi benar khususnya
untuk para konselor sekolah yang umumnya bukan psikoterapis. Banyak ahli juga
Para konseptor dan pengembang awal bimbingan dan konseling menyatakan bahwa
antara bimbingan dan konseling memiliki keterikatan yang kuat, khususnya jika
dilihat dari tujuan yang hendak dicapai, yakni mensejahterakan individu mendorong
saling melengkapi dan hampir tak bisa dipisahkan. Beberapa ahli menyatakan bahwa
konseling merupakan inti dari kegiatan bimbingan. Itulah mengapa banyak ditemukan
Belakangan ini terdapat wacana lain berkenaan dengan penggunaan kedua istilah
istilah konseling (bukan bimbingan dan konseling) untuk menyebut berbagai kegiatan
Demikian pula dalam Model Pengembangan Diri yang dikeluarkan oleh pusat
Kurikulum Balitbang Depdiknas (2007) juga hanya menyebut kata konseling untuk
tampaknya tidak semua pihak setuju untuk menggunakan kata konseling guna
saat ini, penggunaan kata konseling dirasa kurang tepat karena lebih condong ke
memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan itu terletak pada prosedur yang digunakan
dan tenaga yang melaksanakannya. Dilihat dari prosedur yang digunakan, bimbingan
dapat diberikan melalui layanan informasi dan orientasi, layanan penempatan dan
dilaksanakan oleh guru, wali kelas, orang tua, dan kepala sekolah; sedangkan
konseling hanya boleh dilaksanakan oleh tenaga yang telah terlatih dalam pemberian
B. PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN
(Pietrofesa, dkk., 1981), atau sebagai suatu kerangka kerja filosofis di dalam mana
(Gibson & Mitchell, 1995; Shertzer & Stone, 1981). Prinsip-prinsip dasar bimbingan
merupakan suatu pedoman yang berakar dari pengalaman dan nilai-nilai profesi, serta
mewakili pandangan dari mayoritas anggota profesi. Dapat dikatakkan, prinsip-
keyakinan berkenaan dengan profesi (peran, fungsi, dan kegiatan) bimbingan dan
konseling.
dalam mengemukakan jumlah dan nama prinsip, namun secara substansial pada
hakekatnya sama. Berikut ini adalah dua contoh tentang prinsip-prinsip dasar
bimbingan untuk sekolah yang dikemukakan oleh Shertzer & Stone (1981) dan
Gibson & Mitchell (1995). Shertzer & Stone (1981) mengemukakan enam prinsip
bimbingan berikut:
para praktisi bimbingan dan pengembangan intelektual menjadi fokus utama bagi
pusat perhatian bimbingan adalah pada dunia pribadi peserta didik. Para
didik guna memahami dunia internal mereka. Oleh karena itu proses dan praktek
pribadi (dunia subyektif) dan kondisi lingkungan eksternalnya dengan lebih baik.
didik tak dapat dipaksa untuk menerima bimbingan. Sebaliknya, bimbingan harus
terlibat. Persetujuan tersebut harus dinyatakan secara eksplisit dan implisit. Jika
peserta didik tidak bersedia untuk menerima menerima bantuan atau mengikuti
rujukan oleh guru atau orang tua, maka menjadi tugas pembimbing untuk
tergantung pada motivasi individu untuk menerima bantuan dan keinginan untuk
individu. Perubahan perilaku peserta didik paling baik terjadi melalui keterlibatan
memiliki nilai-nilai, hak-hak pribadi, dan kebebasan untuk membuat pilihan dan
menentukan jalan hidupnya sendiri. Ini harus diterima dan dihargai oleh para
hidupnya sendiri dan memilih cara untuk men capai tujuan tersebut. Inti dari
perguruan tinggi bahkan terus berlangsung sepanjang hayat hidup individu. Untuk
peserta didik.
dari setiap peserta didik yang dilayani. Program ini harus didasarkan pada
terus-menerus dfan berkelanjutan; dan oleh karena itu program bimbingan dan
3. Bimbingan dan konseling untuk peserta didik harus dipandang sebagai suatu
proses yang berkelanjutan dari sejak anak diterima sebagai perserta didik
hingga lulus.
4. Bimbingan dan konseling harus diberikan oleh tenaga (personil) yang terlatih
dan kompeten (profesional) dalam bidang bimbingan dan konseling (ini tidak
esensial, dan oleh karena itu setiap program bimbingan dan konseling harus
waktu, tenaga, dan biaya tetapi dapat merugikan peserta didik dalam arti
perbedaan individual, setiap program harus berbeda antara program yang satu
dengan lainnya.
7. Berkaitan dengan prinsip nomor tujuh di atas, setiap program bimbingan dan
konseling harus didasarkan pada atau didahului oleh suatu asesmen yang
program bimbingan dan konseling yang efektif. Pendidikan yang baik dan
bimbingan yang baik adalah saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan.
mengisi satu sama lain untuk mendorong perkembangan setiap peserta didik.
obyektif tentang nilai dan hasil-hasil yang dicapai dari setiap program
sekolah, psikolog sekolah (jika ada), perawat sekolah (jika ada), dan tenaga
kependidikan yang lain yang ada di sekolah tempat bimbingan dan konseling
dilaksanakan.
dari setiap peserta didik yang dibantu khususnya yang berkenaan dengan
yang positif – hubungan yang peniuh penerimaan, tidak bias, dan setara.
C. JENIS DAN SASARAN PROGRAM
Secara umum bimbingan dan konseling merupakan suatu perangkat sistem perlakuan
yang ditujukan untuk membantu setiap peserta didik agar dapat berkembang secara
optimal sesuai dengan potensi dan keunikan yang dimilikinya. Dalam konteks
bimbingan dan konseling, yakni: akademik, karir, pribadi, dan sosial. Berikut adalah
1. Bimbingan Akademik
Dalam panduan model pengembangan diri yang dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum
kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan dan belajar secara mandiri
menyesuaikan diri dengan kurikulum, memilih cara-cara yang efektif untuk belajar
cara belajar yang tepat, memilih program studi yang sesuai, dan mengatasi berbagai
Bimbingan akademik khususnya untuk membantu siswa agar dapat mencapai prestasi
yang tinggi di sekolah menjadi sangat penting, sebab banyak bukti penelitian yang
kemudian hari dengan prestasi akademik, khususnya prestasi yang dicapai pada masa
remaja (Steinberg, 2002). Pentingnya peserta didik perlu memiliki prestasi akademik
yang tinggi juga dapat dikaitkan dengan tuntutan masyarakat maju sekarang ini yang
lebih menekankan pada kompetisi dan keberhasilan. Capaian prestasi akademik juga
memiliki dampak psikologis dan sosial. Peserta didik yang dapat mencapai porestasi
akademik tinggi cenderung lebih percaya diri dan disenangi oleh orang-orang
prestasi akademik hanyalah salah satu faktor dari sjumlah faktor yang mempengaruhi
2. Bimbingan Karir
Bimbingan karir merupakan kegiatan bimbingan yang secara khusus ditujukan untuk
membantu peserta didik agar dapat membuat pilihan dan keputusan karir secara tepat.
Dalam panduan model pengembangan diri yang dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum
Balitbang Depdiknas (2007) dikemukakan bahwa bimbingan karir – disebut
membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan
dirinya, mengenal dunia kerja, dan mengembangkan masa depannya sesuai dengan
mewujudkan dirinya secara bermakna. Menurut Winkel & Hastuti (2004), bimbingan
karir adalah bimbingan yang ditujukan untuk membantu peserta didik dalam rangka
tertentu serta membekali diri supaya siap memangku pekerjaan yang dipilih, dan
Bimbingan karir untuk para peserta didik tentunya belum berkenaan dengan
penyesuaian diri dengan tuntutan pekerjaan yang dipangku atau dipilih karena mereka
sekolah dasar tentu saja lebih banyak berkenaan dengan upaya membantu siswa
mengenali diri dalam arti potensi dan karakteristik pribadi dan berbagai macam
pekerjaan yang ada di masyarakat pada saat ini beserta dengan kecakapan yang
perkembangan karir anak dan remaja adalah melakukan eksplorasi karir. Pada akhir
masa remaja, yakni ketika akan meninggalkan bangku sekolah menengah atas, setiap
individu seharusnya telah membuat pilihan atau keputusan karir. Dengan demikian
karir. Ekplorasi ini dilaksanakan dengan berbagai kegiatan pencarian informasi dan
orientasi. Dalam teori Super tersebut juga ditegaskan bahwa karir meliputi banyak
aspek kehidupan dan pemilihan suatu pekerjaan hanyalah salah satunya. Juga
diri. Oleh karena itu, membantu peserta didik mengembangkan konsep diri positip
3. Bimbingan Pribadi
pribadi. Yang tergolong masalah pribadi antara lain adalah merasa kurang percaya
diri, merasa cemas, merasa depresi, merasa frustrasi, merasa tertekan, memiliki rasa
malu yang berlebihan, memiliki dorongan agresif yang kuat, kurang bisa konsentrasi,
merasa malas dan tak bergairah untuk belajar dan beraktivitas, mengalami gangguan
tidur, tidak bisa menemukan aktivitas untuk menyalurkan bakat, minat, hobi,
yang dirancang untuk membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan
mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan
Berbagai permasalahan pribadi yang umum diperlihatkan oleh anak usia SD antara
lain adalah perasaan takut atau cemas, perasaan tidak mampu, perasaan minder,
kelelahan dan kurang bergairah untuk belajar (malas). Bahkan menurut beberapa
hasil penelitian di beberapa negara Barat, ditemukan banyak anak usia SD yang
mengalami gangguan depresi. Suatu penelitian yang dilakukan terhadap para peserta
didik di SD di Surabaya juga menemukan sejumlah peserta didik kelas empat dan
4. Bimbingan Sosial
Bimbingan sosial adalah suatu bentuk pelayanan bimbingan yang diarahkan untuk
membantu peserta didik menangani berbagai permasalahan sosial atau masalah yang
muncul dalam hubungannya dengan orang lain. Berbagai bentuk permasalahan sosial
antara lain adalah menarik diri, terkucil atau tak punya teman, sering cekcok dengan
teman atau orang lain, tidak bisa berteman atau bergaul dengan baik dengan orang
lain, sering terlibat dalam perkelahian, tidak bisa menerima hak-hak orang lain, dsb.
Dalam panduan model pengembangan diri yang dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum
Berbagai bentuk masalah sosial yang biasanya diperlihatkan oleh peserta didik di SD
umumnya diperlihatkan dalam bentuk perilaku agresi anti sosial seperti perkelahian
dengan teman dan berbagai bentuk perilaku menyerang yang lain, pengucilan,
pencurian, pencemaran lingkungan, menentang, tidak patuh, dsb. Sekarang ini banyak
tidak normatif dan melecehkan teman maupun orang tua. Tidak jelas apakah ini
berkaitan dengan kurang ketatnya pendidikan dalam keluarga dan internalisasi nilai-
nilai oleh orang tua pada anak atau karena maraknya model-model perilaku agresif
yang diperlihatkan oleh media, atau karena sekolah kurang memberikan perhatian
yang memadai terhadap pendidikan budi pekerti anak. Berkaitan dengan ini,
pendidikan budi pekerti dapat menjadi bagian dari program bimbingan sosial anak.
D. KOMPONEN PROGRAM
dan layanan evaluasi. Apa yang dikemukakan oleh Winkel dan Hastuti tersebut
komponen utama yang menjadi bidang pelayanan bimbingan dan konseling sekolah,
tersebut.
Layanan pengumpulan data juga sering disebut dengan layanan apraisal atau asesmen
individual. Layanann ini diberikan untuk membantu peserta didik mengenali potensi
dan karakteristik dirinya melalui suatu prosedur yang sistematis. Layanan ini sering
yang relevan, dalam arti sesuai dengan masalah, kebutuhan, minat, dan potensi
berbagai teknik dan instrumen pengumpul data, baik teknik tes maupun non tes.
Teknik tes dibedakan dalam bentuk tes terstandar (umumnya dalam bentuk tes
psikologis yang sudah dibakukan) dan tidak terstandar tes tidak terstandar (tes yang
dikembangkan sendiri untuk mengukur data tertentu pada waktu tertentu). Teknik-
teknik non tes dapat berupa pengamatan atau observasi, wawancara, laporan diri (di
antara teknik laporan diri yang sering digunakan adalahinventori dan angket).
Tentang berbagai teknik pengumpul data ini akan diberikan penjelasan secara rinci
informasi yang relevan, obyektif dan aktual kepada peserta didik tentang berbagai hal
kurikulum, program studi, bahaya narkoba, cara belajar efektif, etika pergaulan, tata
tertib sekolah, program ekstra kurikuler sekolah, berbagai organisasi yang ada di
masyarakat, dsb. Kegiatan ini dapat diberikan secara langsung pada siswa melalui
pertemuan tatap muka diu kelas, atau secara tidak langsung melalui brosur, papan
bimbingan, atau melalui teknologi dan media bimbingan yang lain. Termasuk dalam
layanan informasi ini adalah layanan orientasi, yakni layanan bimbingan untuk
membantu peserta didik mengenali dan memahami obyek belajar dan lingkungan
baru sehingga mereka dapat menyesuaikan dirinya dengan baik. Salah satu contoh
beserta dengan segala seluk beluknya (kurikulum, kegiatan intra dan ekstrakurikuler,
Layanan penempatan dan penyaluran tan bimbingan yang ditujukan untuk membantu
peserta didik menemukan atau memperoleh lingkungan belajar yang tepat dalam arti
memilih dan memperoleh kelompok belajar yang tepat, menempatkan peserta didik di
kelas yang tepat, menyalurakan peserta didik dalam kegiatan intra dan ekstra
kurikuler sesuai dengan bakat dan minatnya, menempatkan peserta didik di bangku
yang tepat sehingga ia dapat menerima pelajaran dan berkonsentrasi dengan baik,
dsb. Layanan penempatan ini tentu saja didasarkan pada pemahaman yang akurat
tentang siswa dan pemahaman ini didasarkan pada data yang diperoleh dari kegiatan
4. Layanan Konseling
akademik, karir, atau sosial melalui konseling (lihat definisi konseling pada unit 1).
Konseling harus diberikan oleh tenaga profesional (memiliki kompetensi dan lisensi
luar konselor tidak boleh memberikan konseling kecuali mereka memiliki sertifikat
dan lisensi yang mengijinkannya untuk memberikan konseling. Sertifikat dan lisensi
bimbingan dan konseling atau melalui pendidikan profesi konselor. Konseling dapat
didik) atau melalui format kelompok (konselor mengkonseling dua atau lebih peserta
didik). Tentang apakah konselor akan menggunakan format individual atau kelompok
tergantung pada beberapa hal seperti karakteristik masalah dan pribadi peserta didik,
jumlah peserta didik yang mendesak untuk segera ditangani, kesanggupan konselor,
dan waktu yang tersedia). Dalam beberapa hal, konseling dengan format kelompok
waktu yang bersamaan konselor dapat menangani sejumlah peserta didik sekaligus.
5. Layanan Konsultasi
Konsultasi merupakan suatu proses membantu peserta didik melalui pihak ketiga atau
orang tua) untuk menangani anak mereka yang sering membuat ulah
perhatian diberikan pada proses yang digunakan oleh suatu sistem atau lembaga
sebagai konsultan bagi pihak ketiga dan tidak secara langsung berhubungan dengan
suatu bentuk layanan bimbingan yang ditujukan untuk membantu pihak lain (orang
tua dan guru) memperoleh pemahaman yang memadai tentang peserta didik dan cara-
cara yang perlu dilakukan untuk menangani kondisi atau masalah peserta didik.
6. Layanan Evaluasi
Layanan evaluasi tidak diberikan kepada siswa tetapi dilakukan untuk menilai
konseling itu sendiri. Idealnya dilakukan dua macam evaluasi terhadap pelaksanaan
program bimbingan dan konseling, yakni evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi
dimodifikasi, atau dihentikan dan diganti dengan prosedur lain. Sedangkan evaluasi
memberikan dampak positif yang dibuktikan oleh adanya perubahan perilaku pada
diri peserta didik yang dilayani. Dengan demikian, evaluasi proses menyerupai
evaluasi formatif dan evaluasi hasil menyerupai evaluasi sumatif dalam bidang
pembelajaran.
Dalam model pengembangan diri yang dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum balitbang
Depdiknas (2007), selain beberapa bentuk pelayanan tersebut juga disebutkan bentuk
adalah layanan yang diberikan untuk membantu peserta didik menguasai konten
antara mereka. Pada hakekatnya, layanan konten dan mediasi hanyalah semacam
perluasan dari layanan yang sudah dan tidak begitu signifikan, karena apa yang
menjadi sasaran layanan penguasaan konten dan mediasi telah dapat diselesaikan
perkembangan. Berkaitan dengan fungsi ini, bimbingan dan konseling sekolah harus
dan lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat terhindar dari
contoh, untuk mencegah peserta didik dari penyalahgunaan narkoba, bimbingan dan
berikut: memberikan layanan informasi tentang jenis-jenis dan efek merusak narkoba
pada fisik dan mental; memberikan pendidikan dan pelatihan untuk mengembangkan
harga diri (self-esteem) dan konsep diri positif pada diri peserta didik; mendorong
peserta didik untuk berteman dengan orang yang tidak terlibat dalam penyalahgunaan
narkoba; memberikan latihan asertif pada peserta didik agar mereka mampu berkata
‘tidak” terhadap ajakan untuk menggunakan narkoba, dsb. Demikian pula, untuk
pemberian informasi tentang cara belajar efektif; pemberian informasi tentang studi
yang kondusif untuk belajar dan bermain; memberikan konsultasi kepada guru untuk
memilih metode pembelajaran yang dapat merangsang motivasi belajar peserta didik.
diharapkan dapat menjadi komponen sekolah yang efektif untuk membantu peserta
kesulitan yang bersifat pribadi, akademik, sosial, maupun karir. Meskipun telah
dilakukan upaya-upaya pencegahan, itu tidak berarti semua peserta didik dapat
terhindar dari permasalahan atau kesulitan. Selalu saja dapat ditemukan sejumlah
3. Fungsi Pengembangan
konseling tidak hanya diberikan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan saja,
tetapi kepada semua peserta didik. Ini sesuai dengan tujuan umum dari
penyelenggaraan pendidikan sekolah, yakni membantu setiap peserta didik agar dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Bimbingan dan
mencapai tujuan tersebut. Ini dapat dilakukan dengan cara mengembangkan program-
siswa pada berbagai kegiatan intra dan ekstra kurikuler sesuai dengan bakat, minat,
bimbingan yang lain untuk tujuan menyalurkan minat dan mendorong realisasi
Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses
pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang
mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Peserta didik
usia SMP adalah semua anak yang berada pada rentang usia sekitar 13-15 tahun yang
KEINTIMAN (INTIMACY)
Salah satu hal yang perlu mendapatkan perhatian di masa remaja adalah adanya
perubahan dalam berinteraksi dengan seseorang. Interaksi pribadi dengan orang lain
di masa-masa ini umumnya lebih dekat, lebih pribadi dan lebih emosional. Dengan
kata lain interaksi dengan orang lain di masa remaja akan lebih intim.
Konsep intim dalam penelitian tentang masa remaja di sini tidak berkaitan
dengan hubungan seks, melainkan pada ikatan emosional antara dua orang yang
saling perhatian, keinginan untuk dekat secara pribadi dan keinginan untuk berbagi
mengatakan bahwa teman memberi dorongan ketika perasaan kita melemah dan
membantu ketika kita butuh serta menemani kita dalam berbagai kegiatan. Hartup
(1992), Myers, Lindenthal & Pepper (1975) menyatakan bahwa jika seseorang tidak
mempunyai teman di masa anak-anak berarti dia memiliki masalah sosial dan
psikologi, tetapi ketika di masa remaja dia memiliki satu saja teman dapat
menguntungkan bagi perkembangan sosial dan psikologisnya. Dengan kata lain
keintiman merupakan sesuatu yang penting bagi semua orang untuk segala usia.
bersama. Tetapi hubungan persahabatan di masa remaja memiliki dasar emosi yang
kuat yang membanguna ikatan batin antara dua orang yang saling memperhatikan dan
perubahan hubungan sosial yang alami di masa remaja. Di awal remaja mulai tumbuh
kesadaran tentang pentingnya teman sebaya, di usia remaja pertengahan dan remaja
lanjut tumbuh kesadaran akan pentingnya pasangan lawan jenis (Furman, Brown &
Feiring, 1999).
Berndt (1982), Savin-William & Berndt (1990) membuktikan adanya korelasi yang
adalah karena pubertas dan mulai adanya rangsangan kebutuhan seks. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa remaja merasa tidak nyaman berbicara tentang seks dengan orang
tuanya, sehingga mereka mencari tahu tentang seks dengan orang lain. Akan tetapi
kedewasaan mungkin juga dapat mendorong hubungan antara remaja dan orang tua
lebih intim apabila remaja tersebut minta nasihat dan petunjuk dari ibu bapaknya.
Hill & Palmquist (1978) memandang perubahan hubungan di masa remaja dari
kognitif di masa remaja terpantul dari konsepsi hubungan sosial di masa remaja yang
Ada 3 perspektif teori yang sangat penting tentang keintiman di masa remaja
yakni dari Harry Stack Sulivan, Erik Erikson dan teori Attachment.
1. Masa Bayi (infancy) usia 0 sampai 2-3 tahun membutuhkan bantuan orang lain dan
2. Masa Anak awal (early childhood) 2-3 tahun sampai 6-7 tahun
5. Masa Remaja awal (early adolescence) usia 12-14 tahun sampai 17-18 tahun
6. Masa Remaja lanjut (late adolescene) usia 17-18 tahun sampai dewasa
Dari teori tersebut menurut sulivan kebutuhan akan keintiman dimulai dari
masa praremaja dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenisnya dan
di masa remaja awal dan lanjut semakin adanya rangsangan seks dan kerinduan
berputar pada two krisis psikososial yakni indentity crisis vs identity confusion (krisis
isolasi).
Krisis identitas dimaknai bahwa masa remaja adalah masa dimana remaja mulai
merasakan suatu perasaan identitasnya sendiri, merasa unik, siap untuk berperan
dalam masyarakat. Mulai menyadari sifat-sifat yang melekat pada dirinya sendiri
seperti kesukaan dan ketidaksukaannya, tujuan yang dikejar di masa datang, kekuatan
merupakan masa peralihan dari anak ke dewasa. Menjadikan kadang remaja berada
pada kondisi kekacauan identitas. Mereka menjadi hampa, terisolasi, cemas dan
bimbang. Mereka menjadi kacau, tingkah lakunya tidak konsisten. Ingin masuk dunia
kehidupan dewasa tapi masyarakat menganggap belum mampu dan mereka merasa
sudah bukan anak-anak lagi. Terjadi suatu kekacauan. Jika tidak terselesaikan anak
akan berada pada kondisi krisis identitas yang akan mengembangkan identitas negatif
pada dirinya yaitu dirinya hanya memiliki sifat yang potensial buruk atau tidak
berharga.
Sedangkan krisis keintiman mengandung arti bahwa remaja siap dan ingin
isolasi, kecenderungan untuk menghindari hubungan karena tidak mau terlibat atau
masa lalu individu tersebut khususnya di waktu masa balita. Terdapat bukti yang kuat
waktu balita akan lebih mampu melakukan persahabatan dengan teman sebaya di
waktu kecil dan terbukti pula akan memudahkan seseorang dalam melakukan
keintiman di masa remaja dan dewasa. Dan sebaliknya pula terbukti bahwa seseorang
yang dengan mudah melakukan keintiman dengan orang lain di masa remaja tidak
selalu berhubungan dengan bermain. Teman yang baik adalah teman yang menemani
(trust) dan keinginan untuk membina hubungan muncul di masa remaja awal sampai
dewasa.
Berndt & Perry (1990), McNelles & Connolly (1999) mengindikasikan
perubahan pandangan remaja tentang keiintiman terjadi pada usia sekita 14 tahun.
Parker, low dan Wargo (1999) menyebutkan bahwa remaja perempuan antara 13
tahun sampai dengan 15 tahun lebih cemburuan dengan temannya dan ini berakibat
terdapat perbedaan konflik antara teman dekat dan teman biasa. Lebih lanjut mereka
masa yang akan datang. Berbeda dengan konflik bukan teman dekat. Ada pula
perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam menyikapi konflik dengan teman
dekat. Anak laki-laki biasanya dapat menyelesaikannya singkat dan berkaitan dengan
permainan. Anak perempuan biasanya lebih lama dan dan umumnya karena
kecemburuan.
Diaz & Berndt (1982), Jones & Dembo (1989) membuktikan bahwa remaja
bahwa seoran di masa remaja lebih tanggap, sedikit mengatur, dan lebih toleran
dengan dengan teman. Dibandingkan dengan anak kecil, seorang remaja lebih
Menurut Sullivan, masa remaja adalah masa dimana remaja berubahnya sasaran
dalam perilaku keintiman. Di masa praremaja dan remaja awal orang tua tergantikan
oleh teman sebaya, selanjutnya di masa akhir remaja teman sebaya tergantikan oleh
masa remaja, hubungan seseorang dengan teman baik dan pacarnya lebih intim
dibandingkan dengan ibu maupun bapaknya (Beaumont, 1996; Hunter & Youniss,
1982; Rice & Mulkeen, 1995). Kedua, walaupun ada penurunan keintiman antara
orang tua dan remaja, tetapi grafiknya bertambah lagi menjelang dewasa. Hal ini
menunjukkan bahwa orang tua masih memegang peranan penting dalam hubungan
dengan anaknya. Blyth, Hill dan Thiel (1982) memberi angket kepada 2.500 siswa
berusia 7-14 tahun untuk menanyakan kepada mereka siapa orang yang paling
perhatian, sering memberi nasihat dan selalu melakukan sesuatu bersama. 93%
menjawab orang tua mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa orang tua masih
remaja antara orang tua dan teman sebaya tidak bisa dibandingkan, meskipun secara
jelas bahwa remaja lebih memilih teman sebayanya. Peran orang tua tetap penting
dan berpengaruh. Bahkan remaja yang dekat dengan orang tuanya mempunyai
dampak kesehatan psikologi yang lebih positif dibandingkan dengan remaja yang
hanya dekat dengan teman baiknya (Greenberg, Siegel, & Leitch, 1983). Penelitian
lain juga membuktikan bahwa kualitas hubungan di masa remaja dengan orang tua
Sasaran lain keintiman di masa remaja adalah saudara kandung, saudara di luar
anggota keluarga, guru dan pelatih. Penelitian Blyth dkk (1982) membuktikan 75%
kandung sama tingkatannya dengan teman baik. Buhrmester & Furman (1997)
dibandingkan dengan teman dekatnnya dan hanya bisa diselesaikan orang tuanya.
salah satu dari kakek nenek, bibi, paman dan sepupunya (Blyth, Hill & Thiel, 1982).
Tetapi remaja jarang berhubungan lagi dengan mereka karena tempat tinggal yang
jauh dengan mereka (Lewis, 1991). Namun tidak dipungkiri mereka bisa menjadi
orang di luar keluarganya baik di sekolah, tempat kerja maupun tetangganya. Dan ini
juga memainkan peran yang signifikan dalam kehidupan remaja (Greenberger, Chen
& beam, 1998; Munch, Liang & DeSecottier, 1996). Persahabatan yang dekat
berkembang secara alami antara para remaja dengan gurunya atau supervisornya
remaja yang memiliki mentor mempunyai kesehatan mental yang baik dibandingkan
Persahabatan intim dengan teman lawan jenis akan menjadi lebih penting ketika
remaja menginjak dewasa. (Hallinan, 1981). Ini mengandung arti bahwa gender
(perbedaan jenis kelamin) menjadi penentu utama dan penting dalam berhubungan
selama praremaja, dan juga memainkan peranan yang lebih kuat dibandingkan latar
belakang ekonomi dan ras. (Schofield, 1981). Sebenarnya usia juga berpengaruh
lawan jenisnya mereka mempunyai fantasi tentang lawan jenisnya sampai akhirnya
teman lawan jenis dari pada teman sesama jenis cenderung lebih cepat memasuki ke
dalam hubungan romantis. Namun tidak semua hubungan antara laki-laki dan
jenisnya adalah suatu yang wajar dialami para remaja. (Kuttler, La Greca & Prinstein,
1999).
remaja perempuan (Bukowski dkk, 1999). Hal ini disebabkan dapat menutupi
teori Sulivan yang menyatakan bahwa melakukan keintiman hubungan dengan teman
lawan jenis adalah tugas utama dalam perkembangan seseorang di masa remaja.
hubungan romantis.
remaja pria. Mereka lebih cepat intim dan lebih dekat secara emosional. Berkaitan
dengan hubungan sex, wanita jauh lebih menghayati arti cinta, lebih terlibat secara
emosional dan dan jauh lebih intim (Shulman & Scharf, 2000). Dengan alasan in para
peneliti menyarankan bahwa wanita seharusnya mengajari pria untuk lebih terbuka,
1. Fase kegairahan
2. Fase status
3. Fase Intim
4. fase Pengikatan
Teman dekat dapat digunakan mencurahkan isi hati tentang harapan-harapan di masa
depan. Teman dekat juga dapat memberi nasihat dan dorongan-dorongan dalam
kehidupan. Namun dibalik itu semua teman dekat juga membuat kita tidak nyaman,
muncul konflik, kecemburuan dan ketidakpercayaan. Ini semua terjadi karena tidak
KOMENTAR
Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan, baik secara fisik
maupun psikis, yang mungkin saja dapat menimbulkan problema tertentu bagi si
remaja apabila tidak disertai dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri
secara tepat, bahkan dapat menjurus pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan
kriminal.
Salah satu problem yang dihadapi remaja adalah problema berkaitan dengan
kepercayaan (trust) dan keinginan untuk membina hubungan hubungan dengan teman
sebaya, teman lawan jenis maupun dengan keluarga atau yang lain..
Di awal masa remaja kebutuhan akan keintiman ditandai dengan adanya
Problema perilaku sosial di awal remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok
sebayanya, namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan orang dewasa lainnya,
termasuk dengan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya
satu sisi adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan
pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan orang tua, terutama
secara ekonomis.
dikembangkan pada masa remaja ditandai pula dengan adanya keinginan untuk
menjalin hubungan khusus dengan lain jenis dan jika tidak terbimbing dapat
menjurus tindakan penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada masa
remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji
kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang
Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-
coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas
keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil
dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi
maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau
justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian
hal ini, peranan orang tua, guru/sekolah, serta masyarakat sangat diharapkan.
Pada masa remaja pertengahan dan remaja akhir juga akan terlihat jelas
berbagai perubahan yang menyangkut aspek psikis, sosial dan prilakunya. Pada masa
ini mulai muncul kebutuhan akan privasi, dan ekspresi erotik. Ditandai dengan mulai
tumbuh ketertarikan pada lawan jenisnya dan keinginan untuk menjalin hubungan
yang lebih dekat dengan lawan jenisnya. Remaja mulai mengenali cinta melalui
menjadi teman akrab, lalu sahabat. Pada tahap persahabatan, baik dengan lawan jenis
dan emosi-emosi lain yang lebih kaya. Dalam hubungan antar jenis, persahabatan
dapat berkembang dengan komitmen pacaran. Pada tahap pacaran ini keintiman dapat
Pada pasangan yang telah dewasa, bila faktor-faktor emosional dan sosial telah
dinilai siap, maka hubungan itu dapat dilanjutkan dengan membuat komitmen
perkawinan. Dalam perkawinan, diharapkan ketiga komponen ini tetap hadir dan
sama kuatnya.
Sebagai orang tua dan guru yang mendidik dan mengasuh anaknya sedemikian
rupa, jangan pernah berhenti dari upaya pembinaan diri anak. Satu hal yang penting,
kelompok bermainnya, namun kita jangan pernah menutup pintu untuknya saat ia
Saat ini, posisikan diri kita sebagai temannya. Hiburlah ia dan berikan jalan
keluar yang solutif untuknya dan tidak menggurui. Bila kita ingin memberinya
(2002)