UNTUK AKAD-AKAD
Disusun Oleh:
Kelompok 4 – C6AKR
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Makalah
PEMBAHASAN
1
Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, (Jakarta: IAI, 2011), hlm.36-37
2
Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah: Toeri dan Praktik Kontemporer Edisi 2,
(Jakarta: Salemba Empat, 2014), hlm 168
langsung setelah barang diterima oleh pembeli (nasabah). Praktik yang
paling banyak digunakan adalah skema pembayaran dengan mencicil setelah
menerima barang. Adapun praktik dengan pembayaran sekaligus setelah
ditangguhkan beberapa lama, diterpakan secara selektif pada nasabah
pembiayaan dengan karakteristik penerimaan pendapatan musiman, seperti
nasabah yang memiliki usaha pemasok barang dengan pembeli yang
membayar secara periodik.3
5
Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah, hlm 214
6
Wiroso, Produk Perbankan Syariah, hlm. 242-243
Bai’ al istishna’ atau biasa disebut dengan istishna’ merupakan
kontrak jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’). Transaksi istishna’
memiliki kemiripan dengan transaksi salam, dalam hal barang yang dibeli
belum ada pada saat transaksi melainkan harus dilunasi terlebih dahulu.
Berbeda dengan transaksi salam yang barangnya adalah hasil pertanian,
pada transaksi istishna’, barang yang diperjualbelikan biasanya adalah
barang manufaktur. Adapun dalam hal pembayaran, transaksi istishna’ dapat
dilakukan di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu
pada masa yang akan datang.7
Menurut PSAK 105, kontrak mudharabah dapat dibagi atas tiga jenis,
yaitu mudharabah muqayyadah, mudharabah muthlaqah, dan mudharabah
musytarakah.
a. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah adalah bentuk kerja sama antara pemilik
dana dan pengelola, dengan kondisi pengelola dikenakan pembatasan
oleh pemilik dana dalam hal tempat, cara, dan/atau objek investasi.
Dalam transaksi mudharabah muqayyadah, bank syariah bersifat sebagai
agen yang menghubungkan shahibul maal dengan mudharib. Peran agen
yang dilakukan oleh bank syariah mirip dengan peran manajer investasi
pada perusahaan sekuritas. Imbalan yang diterima oleh bank sebagai
agen dinamakan fee dan bersifat tetap tanpa dipengaruhi oleh tingkat
keuntungan yang dihasilkan oleh mudharib. Fee yang diterima oleh bank
dilaporkan dalam laporan laba rugi sebagai pendapatan operasi lainnya.
Mudharabah muqayyadah biasa disebut dengan mudharabah terikat
(restricted mudharabah). Dalam praktik perbankan, mudharabah
muqayyadah terdiri atas dua jenis, yaitu mudharabah muqayyadah
executing dan mudharabah muqayyadah channeling. Pada mudharabah
muqayyadah executing, bank syariah sebagai pengelola menerima dana
dari pemilik dana dengan pembatasan dalam hal tempat, cara, dan/ atau
objek investasi. Akan tetapi, bank syariah memiliki kebebasan dalam
melakukan seleksi terhadap calon mudharib yang layak mengelola dana
tersebut. Sementara itu pada mudharabah muqayyadah channeling, bank
syariah tidak memiliki kewenangan dalam menyeleksi calon mudharib
yang akan mengelola dana tersebut.9
b. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara pemilik
dana dan pengelola tanpa adanya pembatasan oleh pemilik dana dalam
hal tempat, cara, maupun objek investasi. Dalam hal ini, pemilik dana
memberi kewenangan yang sangat luas kepada mudharib untuk
8
ibid, hlm 110
9
ibid, hlm. 116
menggunakan dana yang diinvestasikan. Kontrak Mudharabah
Muthlaqah dalam perbankan syariah digunakan untuk tabungan maupun
pembiayaan. Pada tabungan mudharabah, penabung berperan sebagai
pemilik dana, sedangkan bank berperan sebagai pengelola yang
mengkontribusikan keahliannya dalam mengelola dana penabung.
Adapun pada pembiayaan mudharabah, bank berperan sebagai pemilik
dana yang menginvestasikan dana yang ada padanya kepada pihak lain
yang memerlukan dana untuk keperluan usahanya. Pihak lain yang
memerlukan dan mengelola dana tersebut biasa disebut dengan nasabah
pembiayaan. Dana yang diterima oleh bank dari penabung dilaporkan
dalam neraca dibagian dana syirkah, sedangkan dana yang disalurkan
oleh bank kepada nasabah pembiayaan melalui akad
mudharabahdilaporkan dalam neraca pada bagian aset lancar. Adapun
bagian bank dari keuntungan yang dihasilkan oleh mudharib dari
kegiatan investasi yang dilakukan dilaporkan dalam laporan laba rugi
sebagai salah satu unsur pendapatan operasi utama bank. Mudhrabah
Muthlaqah biasa juga disebut dengan mudharabah mutlak atau
mudharabah tidak terikat (unrestricted mudharabah).10
c. Mudharabah Musytarakah
Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah di mana
pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama
investasi. Akad musyatarakah ini merupakan solusi sekiranya dalam
perjalanan usaha, pengelola dana memiliki modal yang dapat
dikontribusikan dalam investasi, sedang di lain sisi, adanya penambahan
modal ini akan dapat meningkatkan kemajuan investasi. Akad
musytarakah ini pada dasarnya merupakan perpaduan antara akad
mudharabah dan akad musyarakah. Dalam mudharabah musyatarakah,
pengelola dana berdasarkan akad (mudharabah) menyertakan juga
dananya dalam investasi bersama (berdasarkan akad musyarakah).
Setelah penambahan dana oleh pengelola, pembagian hasil usaha antara
pengelola dana dan pemilik dana dalam mudharabah adalah sebesar hasil
usaha musyarakah setelah dikurangi porsi pemilik dana sebagai pemilik
dana musyarakah.11
Dalam Mudharabah kedua pihak yang mengadakan kontrak - pemilik
dana dan Pengelola Dana akan menentukan kapasitas baik sebagai nasabah
maupun pemilik. Di dalam akad yang tercantum kata - penawaran dan
penerimaan - merupakan pernyataan yang harus dilakukan dua belah pihak
10
ibid, hlm. 111
11
ibid, hlm 117
yang mengadakan kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Di dalam perjanjian tersebut harus dinyatakan secara tersurat maupun
tersirat mengenai tujuan dari kontrak .
b. Penawaran dan Penerimaan harus disepakati kedua belah pihak di dalam
kontrak tersebut.
c. Maksud Penawaran dan Penerimaan merupakan suatu kesatuan infromasi
yang sama penjelasannya. Perjanjian bisa saja berlangsung melalui
proposal tertulis dan langsung di tandatangani, melainkan bisa juga
dilakukan melalui surat menyurat/korespondensi dengan menggunakan
alat Fax atau Komputer, dan telah disahkan oleh Cendekiawan Fiqih
Islam, Organisasi Konferensi Islam.12
5. PSAK 106 – Akuntansi Musyarakah
Musyarakah berasal dari kata syirkah. Syirkah atrinya pencampuran
atau interaksi. Seacar terminology, syirkah adalah persekutuan usaha untuk
mengambil hak atau untuk beroperasi. IAI dalam PSAK 106 mendefinisikan
musyarakah sebagai akad kerja sama atara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu dengan kondisi masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana, dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan
sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Seperti halnya
transaksi mudharabah, transaksi ini merupakan salah satu bentuk transaksi
dengan skema investasi. Dengan demikian transaksi ini memiliki banyak
kesamaan dengan transaksi mudharabah. Beberapa kesamaan transaksi
musyarakah dengan transaksi mudharabah adalah pembiayaan hanya
diberikan untuk mendanai usaha yang bersifat produktif dan keuntungan
yang diperoleh berasal dari bagi hasil atas usaha yang didanai.13
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 08/DSN- MUI/IV/2000
tentang Musyarakah tertanggal 13 April 2000 (Fatwa, 2006), menjelaskan
ketentuan yang berkaitan dengan musyarakah.14
b. Sharf
Ash shaft adalah jual beli mata uang. Asalnya mata uang hanya
emas dan perak, uang emas disebut dinar dan uang perak disebut Dirham.
Mata uang dari kedua jenis itu disebut mata uang intrinsic. Zaman
sekarang, mata uang juga terbentuk nikel, tembaga dan kertas yang dibeli
nilai tertentu. mata uang dari jenis-jenis tersebut disebut mata uang
menurut nominal.
1) Penjual (Ba’i)
2) Membeli (Musytari)
3) Mata uang yang diperjual belikan (Sharf)
4) Nilai tukar (Si’rus Sharf)
5) Ijab Qabul ( Sighat).19
c. Qardhul-Hassan
Ada satu jenis qardh yang disebut qardh ul-hassan atau qardh
hassan, yaitu perjanjian qardh yang khusus untuk tujuan sosial. Qardh
hassan adalah suatu interest free financing. Kata “hassan” adalah kata
bahasa Arab “ihsan” yang berarti kebaikan kepada orang lain. Qardh
Hassan (atau qardh ul-hassan) berarti beneficial loan atau benevolent
loan, yaitu pinjaman yang diberikan kepada pihak yang sangat
memerlukan untuk jangka waktu tertentu tanpa harus membayar bunga
atau keuntungan. Penerima qardh hassan hanya diharuskan untuk
melunasi jumlah pinjaman semula tanpa diharuskan memberikan
tambahan apapun.
Qardhul Hasan adalah pinjaman tanpa imbalan yang
memungkinkan peminjam untuk menggunakan dana tersebut selama
jangka waktu tertentu dan mengembalikan dalam jumlah yang sama pada
19
Ibid, hlm 420
akhir periode yang disepakati. Jika peminjam mengalami kerugian bukan
karena kelalaiannya, maka kerugian tersebut dapat mengurangi jumlah
pinjaman. Qardhul hasan merupakan fungsi sosial pada perbankan
syariah di mana dananya diambil dari dana kebajikan. Al Qardul Hasan
adalah sebuah jawaban yang tepat untuk mengatasi dan sebagai sebuah
solusi alternatif dari masalah hutang yang menimpa saudara-saudara kita
tersebut. Program Al Qardul Hasan bersumber utama dari infaq dan
shadaqah yang telah diberikan oleh Anda yang telah dititipi harta yang
lebih dari Allah SWT. Karena memang di sebagian harta yang kita miliki
itu, adalah terdapat hak orang lain yang membutuhkannya.
Qardhul Hasan menurut Sri Nurhayati dan Wasilah adalah
pinjaman tanpa dikenakan biaya (hanya wajib membayar sebesar pokok
hutangnya), pinjaman uang seperti inilah yang sesuai dengan ketentuan
syariah (tidak ada riba), karena kalau meminjamkan uang maka ia tidak
boleh meminta pengembalian yang lebih besar dari pinjaman yang
diberikan.20
Qardhul Hasan menurut Ahmad Ifham Sholihin dalam Buku Pintar
Ekonomi Syariah menyebutnya sebagai Qardh al-Hasan atau Pinjaman
Kebijakan adalah yang pertama, pinjaman dengan kewajiban
pengembalian pinjaman pokoknya saja, tanpa imbalan apapun.
Yang kedua, suatu akad pinjam meminjam dengan ketentuan pihak yang
menerima pinjaman tidak wajib mengembalikan dana apabila
terjadi force majeure.
Jadi, Qardhul Hassan adalah utang yang dapat diberikan baik
dalam bentuk uang atau dalam bentuk barang yang dipinjam, seperti
mobil, laptop, motor atau lainnya, dengan syarat bahwa penerima
pinjaman harus mengembalikan barang tersebut kepada pemilik dalam
keadaan semula tanpa ada bagian yang terambil atau tanpa ada tambahan
apapun pada barang tersebut.21
d. Hawalah
Secara etimologi, al Hawalah berarti pengalihan, pemindahan,
perubahan warna kulit, memikul sesuatu diatas pundak. Sedangkan
secara terminologi al hawalah didefinisikan dengan: Pemindahan
kewajiban membayar hutang dari orang membayar hutang (al Muhil)
kepada orang yang berhutang lainya (al muhtal alaih).
20
Zuhaili Wahbah, Dkk, Fiqh Muamalah Perbankan Syariah, (Beirut : Daar al-Fikr, 1999),
hlm. 76
21
Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah, hlm. 108.
Menurut Ibrahim al-bajuri berpendapat bahwa Hawalah adalah:
“Pemindahan kewajiban dari beban yang memindahkan menjadi
beban yang menerima pemindahan” .
Menurut Idris Ahmad, Hawalah adalah “Semacam akad (ijab qobul)
pemindahan utang dari tanggungan seseorang yang berutang kepada
orang lain, dimana orang lain itu mempunyai utang pula kepada yang
memindahkan.
Sedangkan menurut Fuqaha bahwa Hawalah (perpindahan utang)
merupakan suatu muamalah yang memandang persetujuan dari kedua
belah pihak.22
e. Al-Kafalah
Al-kafalah berasal dari kata ل ــُـNNNكف (menanggung) merupakan
jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam
pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab
seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang
lain sebagai penjamin. Pada dasarnya akad kafalah merupakan bentuk
pertanggungan yang biasa dijalankan oleh perusahaan.23
f. Rahn (gadai)
Arti harfiah rahn adalah tetap, kekal, dan jaminan. Rahn
merupakan perjanjian penyerahan barang untuk menjadi agunan dan
fasilitas pembiayaan yang diberikan.Hal yang paling penting
diperhatikan adalah metode penentuan biaya pemeliharaan dan sewa
tempat penyimpanan barang jaminan, dimana biaya tersebut tidak
dibenarkan menggunakan sistem bunga yang didasarkan pada nilai
pinjaman.
Menurut syara’ adalah menahan sesuatu dengan cara yang
dibenarkan yang memungkinkan untuk ditarik kembali. Yaitu
menjadikan barang yang mempunyai nilai harta yang menurut pandangan
syara’ sebagai jaminan hutang, hingga orang yang bersangkutan boleh
mengambil hutang semuanya atau sebagian. 24
Akad rahn bertujuan agar pemberi pinjaman lebih mempercayai
pihak yang berutang. Pemeliharaan dan penyimpanan barang gadaian
pada hakekatnya adalah kewajiban pihak yang menggadaikan (rahin).
Namun dapat juga dilakukan oleh pihak yang menerima barang gadai
22
Wiroso, Produk Perbankan Syariah, hlm 423-424
23
Adiwarman A. Karim. Ekonomi Islam: Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2000), hlm. 89
24
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2007), hlm. 78
(murtahin) dan biayannya harus ditanggung rahin. Besarnya biaya ini
tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.
Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh ulama fiqih. Ulama
Mazhab Maliki mendefiniskan rahn sebagai harta yang oleh pemiliknya
dijadikan jaminan utang yang bersifat mengikat.
Ulama Mazhab Hanafi mendefiniskan rahn dengan, “ Menjadikan
sesuatu (barang) sebagai jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin
dijadikan sebagai pembayar hak (piutang) tersebut, baik seluruhya
maupun sebagiannya. Sedangkan ulama Mazhab Syafi’i dan Mazhab
Hanbali mendefinisakn rahn dalam arti akad , yaitu “Menjadikan materi
(barang) sebagai jaminan uang yang dapat dijadikan pembayar utang
apabila orang yang berutang tidak bisa membayar utangnya itu.”25
25
Nurul Huda, dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam, (Jakarta: KENCANA,
2013), hlm. 99
26
Wiroso, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Edisi 4,(Jakarta: LPFE Usakti, 2010), hlm 51
beban tersebut telah pasti dikeluarkan, sehingga bank syariah dapat mengatur
beban tersebut sesuai dengan manfaatnya. Berikut penerapan dan ilustrasinya:27
27
Ibid, hlm. 53
sedangkan pemasok sebagai penjual. Oleh karena itu Lembaga Keuangan
Syariah menerapkan Akuntansi Pembeli dan pemasok menerapkan
Akuntansi Penjual (kecuali jika pemasok memproduksi sendiri barang
dagangannya yang menerapkan akuntansi pabrikan bukan akuntansi
penjual sebagaimana dalam PSAK tersebut.
2. Pada saat Lembaga Keuangan Syariah melakukan proses jual beli
murabahah dengan nasabah, maka kedudukan Lembaga Keuangan
Syariah sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Oleh karena itu
Lembaga Keuangan Syariah menerapkan Akuntansi Penjual dan Nasabah
menerapkan Akuntansi Pembeli.
Sesuai dengan pembahasan akuntansi murabahah yang akan dilakukan
difokuskan pada akuntansi yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan
Syariah, namun demikian juga dibahas akuntansi yang dilakukan oleh
pembeli atau pihak-pihak terkait yaitu nasabah sebagai pembeli.28
Sehubungan transaksi murabahah ini, dalam PSAK 14 tentang
persediaan dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan persediaan adalah
aktiva tersedia untuk di jual dalam kegiatan usaha nrmla. Persediaan harus
diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah
(the lower of cost and net realizable value). Sedangkan Biaya Perediaan
harus meliputi semua biaya pembeliaan, biaya konversi dan biaya-biaya lain
yangn timbul sampai persediaan berada dalam kondisi siap untuk dijual
(present locatin and conditin). Adapum yang termasuk biaya pembelian
meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainya (kecuali yang
kemudian dapat ditagih kembali oleh perusahaan kepada kantor pajak), dan
biaya pengangkutan, penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung
dapat distribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa.
Contoh : (pembelian barang)
Tanggal 1 April 2008 atas pesanan pembelian barang dari Tuan
Abdullah, Bank Syariah “Amanah Ummat” membeli sebuah mobil Antik
dari PT Oto-Mobil, seharga Rp. 110.000.000,- (seratus tujuh belas juta
rupiah).
Atas pembelian mobil antik tersebut jurnal yang dilakukan oleh Bank
Syariah Amanah Ummat adalah sebagai berikut:
Dr. Aset/ Persediaan Murabahah Rp. 110.000.000,-
Cr. Kas / Rekening PT Oto-Mobil Rp. 110.000.000,-
Atas pembelian mobil antik tersebut saldo perkiraan persediaan adalah
sebagai berikut:
28
Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, hlm.79-80
BUKU BESAR
Aset/Persediaan Murabahah
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
01/04 Harga barang 110.000.000
Saldo 110.000.000
110.000;000 110.000.000
NERACA
Per 1 April 2008
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
29
Wiroso, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Edisi 4, hlm. 124-125
Dalam gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Dalam transaksi salam, Lembaga Keuangan Syariah dapat bertindak
sebagai pembuat atau produsen atau penjual dan pemesan sebagai
pembeli. Oleh karena itu dalam transaksi salam ini Lembaga Keungan
Syariah menerapkan Akuntansi Penjual dan pemesan sebagai pembeli
menerapkan Akuntansi Pembeli
2. Transaksi salam yang lain Lembaga Keuangan Syariah dapat bertindak
sebagai pemesan atau pembeli sedangkan nasabah sebagai pembuat atau
produsen atau penjual. Oleh karena itu dalam transaksi salam ini
Lembaga Keuangan Syariah menerapkan Akuntansi Pembeli dan
Nasabah sebagai produsen menerapkan Akuntansi Penjual.
3. Jika Lembaga Keuangan Syariah melaksanakan transaksi Salam Paralel,
maka Lembaga Keuangan Syariah menerapkan Akuntansi Penjual (akad
salam pertama) dan juga menerapkan Akuntansi Pembeli (akad salam
kedua)30
Untuk memberi gambaran akuntansi bank syariah sebagai penjual
dapat diberikan ilutrasi sebagai berikut:
Pada tanggal 12Agustus 2008, Bank syariah memperoleh kepercayaan
dari Bulog untuk melakukan pembelian “tepung tapioka”, dengan data-
data sebagai berikut :
Nama barang pesanan: Tepung Tapioka (tepung dari ketela pohon)
Jenis barang pesanan : Kualitas A, kering gudang
Jumlah : 100 ton
Harga : Rp. 100.000.000,- (Rp. 1 juta per ton)
Jangka waktu penyerahan : 6 bulan
Syarat pembayaran : Dilunasi pada saat akad ditanda tangani
Pada tanggal 15 September 2004 dapat memenuhi kewajibanya untuk
menyerahkan barang yang dipesan oleh Bulog yaitu 100 ton tepung
Tapioka type A
Penerimaan Modal salam (bank sebagai penjual)
NERACA
Per 12 Agustus 2008
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
BUKU BESAR
Hutang Salam
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/09 100 ton tapioka 100.000.000 12/08 100ton tapioka A 100.000.000
Saldo 00
100.000;000 100.000.000
NERACA
Per 15 September 2008
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Hutang Salam 00
31
32
Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, hlm. 207
Salah satu cara pembayaran dalam istishna adalah dilakukan dimuka
pada saat akad, pembayaran harga barang yang dipesan dilakukan pada saat
akad seluruh harga barangya, sehingga karakteristik ini sama dengan
karakteristik salam.
Dari contoh tersebut, jurnal yang dibuat oleh Bank Syariah Baitul
Amanah, sesuai urutan aluran transaksi adalah sebagai berikut:
1. Pada tanggal 10 Maret 2008 pada saat Bank Syariah Baitul Amanah
menerima dana dari Bank Dunia sebesar Rp.1.000.000.000,--, jurnal yang
dilakukan oleh Bank Syariah Baitul Amanah adalah :
Dr. Hutang Istishna Rp. 1.000.000.000,-
(100 unit rumah specifikasi tsb diatas)
BUKU BESAR
Hutang Istishna
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
10/3 100 unit rmh 1.000.000.000
Saldo 1.000.000.000
1.000.000;000 1.000.000.000
NERACA
Per 10 Maret 2008
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
NERACA
Per 15 April 2008
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
33
33
Wiroso, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Edisi 4, hlm. 212-215
Penggunaan akuntansi mudharabah
Dalam gambar di atas dapat dijelaskan bahwa:
1. Dalam penghimpunan dana yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan
Syariah, maka sebagai pemilik dana/pemodal (shahibul maal) adalah Siti
Aminah (sering disebut dengan deposan) sedangkan LKS “Amal
Sejahtera” sebagai pengelola dana (mudharib). Oleh karena itu
penerapan Akuntansi Mudharabah adalah Siti Aminah sebagai pemilik
dana (shahibul maal) menerapkan “Akuntansi Pemilik Dana” dan LKS
“Amal Sejahtera” sebagai pengelola dana (mudharib) menerapkan
“Akuntansi Pengelola Dana”. dalam PSAK 105 tentang Akuntansi
Mudharabah
2. Dalam penyaluran dana yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan
Syariah, maka sebagai pemilik dana (shahibul maal) adalah LKS “Amal
Sejahtera” sedangkan sebagai pengelola (mudharib) adalah Zainudin atau
nasabah yang sering disebut dengan debitur. Oleh karena itu penerapan
Akuntansi Mudharabah adalah LKS “Amal Sejahtera” sebagai pemilik
dana (shahibul maal) menerapkan “Akuntansi Pemilik Dana” dan
Zainudin sebagai pengelola dana (mudharib) menerapkan “Akuntansi
Pengelola Dana” dalam PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah
Dalam melaksanakan transaksi mudharabah kedudukan Lembaga
Keuangan Syariah dapat bertindak sebagai pemilik dana, dapat pula
bertindak sebagai pengelola dana dan dapat juga bertindak sebagai pihak
yang menyalurkan dana (agen) saja. Hal ini mempengaruhi akun yang akan
dipergunakan. Untuk memberikan gambaran penggunaan akun oleh
Lembaga Keuangan Syariah dapat dilihat pada gambar berikut:
Penggunaan Akun
Akun-akun yang dipergunakan oleh Lembaga Keuangan Syariah
sebagai pemilik dana atau sebagai pengelola dana secara rinci dapat dilihat
pada akuntansi pemilik dana dan akuntansi pengelola dana pada butir
berikutnya.34
Bank-bank Syariah menggunakan prinsip Mudharabah dengan para
pemegang rekening investasi (deposan/penabung) dalam penghimpunan
dana, dan bisa juga melaksanakan pemberian pembiayaan Mudharabah,
dimana dalam dalam perlakuan akuntansinya sangat berbeda.
Pengakuan dan Pengukuran Pembiayaan Mudarabah35
Contoh :
Pada tangg 10 Januari 2008 Bank Syariah setujui memberikan modal
pembiayaan mudharabah kepada Tuan Achmad sebesar Rp. 1.000.000,--
dengan nisbah yang disepakati 60 untuk bank dan 40 untuk mudharib.
Pada tanggal 15 Januari 2008 dilakuakn pembayaran tunai modal
mudharabah tahap pertama sebesar Rp. 600.000,-- dan Pada tanggal 20
Januari 2008 dilakukan pembayaran modal mudharabah tahap kedua
sebesar Rp. 400.000,--
Pada saat pembiayaan mudharabah disetujui, dicatat sebagai
komitment bank syariah sebesar pembiayaan yang disetujui dengan jurnal :
Dr. Kontra komitem Investasi Mudharabah Rp. 1.000.000,--
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/01 Penyerahan Saldo 600.000 10/01 Tn Ahmad 1.000.000
400.000
1.000.000 1.000.000
BUKU BESAR
Investasi Mudharabah
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/01 Tuan Ahmad 600.000
Saldo 600.000
600.000 600.000
NERACA
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Investasi Mudharabah 600.000
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/01 Penyerahan modal 600.000 10/01 Tn Ahmad 1.000.000
20/01 Penyerahan modal 400.000
Saldo 0
1.000.000 1.000.000
BUKU BESAR
Investasi Mudharabah
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/01 Tuan Ahmad 600.000
20/01 Tuan Ahmad 400.000 Saldo 1.000.000
1.000.000 1.000.000
NERACA
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Investasi Mudharabah 1.000.000
36
Ibid, hlm. 301-303
1 Jika Lembaga Keuangan Syariah (LKS Anugrah Gusti) hanya
memberikan kontribusi modal saja dan tidak ikut serta dalam mengelola
usaha atau yang disebut dengan mitra pasif, maka LKS harus
menerapkan Akuntansi Mitra Pasif.
2. Mitra lain (Amirullah) selain memberikan kontribusi modal juga
mengelola usaha musyarakah disebut dengan mitra aktif. Oleh karena itu
mitra aktif memiliki dua peran yaitu (1) sebagai menyetor modal dan (2)
sebagai pengelola usaha. Mitra aktif sebagai penyetor modal menerapkan
Akuntansi Mitra Aktif untuk paragraf-paragraf yang mengatur tentang
penyetoran modal, sedangkan sebagai mitra yang mengelola usaha
musyarakah menerapkan Akuntansi Mitra Aktif untuk paragraf- paragraf
yang berkaitan dengan pengelola usaha. Dalam PSAK 106 hanya
mengatur ketentuan mitra aktif, tidak membedakan ketentuan tentang
mitra aktif sebagai penyetor modal atau mitra aktif sebagai pengelola
usaha. Oleh karena itu harus dipahami betul paragraf-paragraf yang
berkaitan dengan penyetor modal dan paragraf-paragraf yang berkaitan
dengan pengelola usaha.
3. Sesuai ketentuan dalam PSAK 106 tentang Akuntansi Musyarakah, mitra
aktif pengelola usaha harus membuat catatan yang terpisah dari catatan
usahanya, karena usaha musyarakah ini merupakan usaha milik bersama
para mitra usaha.37
Dalam ketentuan PSAK 106, jelas bahwa pembiayaan musyarakah
atau modal syirkah yang diserahkan oleh bank syariah tidak hanya dalam
bentuk uang tunai saja tetapi dapat juga dalam bentuk non-kas atau aktiva
yang sejalan dengan usaha yang akan dilaksanakan. Begitu juga penyerahan
modal musyarakah dalam dilakukan secara bertahap atau secara sekaligus.
Untuk memberikan gambaraan yang jelas atas transaksi modalmusyarakah
tersebut dapat dijelaskan dalam contoh berikut:
Contoh :
Pada tanggal 01 Agustus Bank Syariah memberikan fasilitas pembiayaan
musyarakah kepada Tuan Abdullah dalam usaha pabrik pengelolaan
kelapa sawit dan telah disepakati dengan data-data sebagai berikut:
1. Tanggal 05 Agustus dibayar beban pra akad, seperti pembuatan studi
kelayakan proyek, penelitian kelayakan proyek sebesar Rp. 1.000.000,--
2. Modal syirkah keseluruhan sebesar Rp. 150.000.000,- dimana bank
syariah mendapatkan porsi modal sebesar Rp. 70.000.000,-- dan prosi
modal untuk Tuan Abdullah sebesar Rp. 80.000.000,-- dengan nisbah
keuntungan , untuk bank sebesar 40 dan untuk Tuan Abdullah sebesar
37
Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, hlm. 398-39
60.
Atas transaksi tersebut diatas dilakukan jurnal dan penjelasan sebagai berikut:
1. Tanggal 01 Agustus pada saat pembiayaan musyarakah dan disepakati
oleh Tuang Abullah, bank syariah mempunyai kewajiban yang berupa
komitmen atas pembiayaan musyarakah sebesar Rp. 70.000.000,-- Jurnal
komitmen (rekening administratif) :
Dr.Kontra komitmen Invest Musy Rp.70.000.000,-
NERACA
Per 15 Agustus 2XXX
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
38
38
Wiroso, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Edisi 4, hlm. 333-335
39
Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, hlm. 458
Islam dan konsep keadilannya, charity dan kepatuhan terhadap etika bisnis
Islam, dan memberikan informasi yang berguna bagi para pemakai laporan
keuangan bank syariah untuk memungkinkan mereka mengambil keputusan
yang sah di dalam mu’amalah mereka dengan bank syariah”.40
Untuk memberikan gambaran yang jelas terhadap perlakukan
akuntansi Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik, akan diberikan dalam
bentuk contoh kasus sebagai berikut:
Contoh: (Transaksi Ijarah)
Pada tanggal 10 Maret 2008, Bank syariah melakukan transaksi Ijarah
dengan data-data sebagai berikut:
Jenis barang yang disewa : Kijang Inova
Harga barang perolehan : Rp. 120.000.000,--
Uang muka sewa : Rp. 12.000.000,--
Total pembayaran sewa : Rp. 157.981.360,--
Nilai sisa / residual value : Rp. 12.000.000,--
Harga sewa per bulan: Rp. 4.170.896,--/bulan
Jangka waktu sewa : 36 bulan (3 tahun)
Waktu pembelian barang : Bulan ke 36
Biaya administrasi : Rp. 300.000,--
Pengikatan : Notariil
Atas transaksi Ijarah tersebut, bank syariah pada tanggal 10 Maret
2008 melakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Aktiva Diperoleh untuk Ijarah Rp. 120.000.000,--
Cr. Persediaan Ijarah Rp. 120.000.000,--
Atas transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi buku
besar dan neraca sebagai berikut:
BUKU BESAR
Persediaan Ijarah
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
01/03 Kijang Inova 120.000.000 10/03 Akt Ijarah Saldo 120.000.000
0
120.000.000 120.000.000
BUKU BESAR
Aktiva Diperoleh UntukIjarah (Aktiva Ijarah)
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
10/03/04 Kijang Inova 120.000.000
Saldo 120.000.000
120.000.000 120.000.000
NERACA
Per 10 Maret 2008
Aktiva pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
40
Ibid, hlm. 459
Persediaan 00
41
Wiroso, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Edisi 4, hlm. 269-270
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
A. Akuntansi Transaksi Syariah
Wiroso, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Edisi 4,(Jakarta: LPFE Usakti, 2010).