Cinderella Meilani
20/470908/PEK/26635
1. Kelebihan kelemahan balanced scorecard?
Balanced Scorecard merupakan suatu kerangka kerja baru yang mengintegrasikan berbagai
ukuran yang diturunkan dari strategi perusahaan. Selain ukuran finansial masa lalu, Balanced
Scorecard juga menggunakan pendorong kinerja masa depan. Pendorong kinerja yang
meliputi perspektif pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran serta pertumbuhan,
diturunkan dari proses penerjemahan strategi perusahaan yang dilaksanakan secara eksplisit
dan ketat ke dalam berbagai tujuan dan ukuran yang nyata.
Balanced scorecard merupakan sistem pengukuran kinerja yang cocok digunakan dalam
manajemen kontemporer yang memanfaatkan secara teknologi informasi dalam bisnis.
Teknologi informasi tidak menentukan apa yang harus dikerjakan pekerja tetapi teknologi ini
menyediakan kebebasan dan kemudahan bagi pemakainya untuk mewujudkan kreativitas
mereka. Dalam zaman teknologi informasi ukuran kinerja harus tidak lagi ditujukan untuk
mengendalikan tindakan personel, tetapi diarahkan untuk pemotivasian personel.
Disamping itu, sifat Balanced scorecard yang memperluas perspektif yang dicakup
(komprehensif) mewajibkan personel untuk membangun hubungan sebab akibat (koheren)
menyeimbangkan sasaran strategi yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategi (seimbang)
dan memudahkan pencapaian sasaran strategi karena sifatnya yang dapat diukur (terukur)
menjadikan Balanced scorecard suatu alat ukur kinerja yang sangat membantu pihak perusahaan
dalam memantau seluruh komponennya.
The Four Discipline of Execution atau 4dx merupakan formula dalam mengeksekusi atau
mengimplementasikan strategi perusahaan. Perbedaan 4dx dengan Balanced Scorecard adalah:
4dx hanya berisi 1-2 tujuan yang paling penting untuk langsung dieksekusi yang dikenal dengan
Wildly Important Goal (WIG). Sedangkan Balanced Scorecard berisi beberapa tujuan
perusahaan yang terbagi dalam 4 perspektif. Melalui penerapan 4dx ini diharapkan strategi
perusahaan dapat tercapai dan memberikan manfaat terbesar bagi perusahaan. Konsep 4dx
diperkenalkan oleh Stephen Covey yang sebelumnya melakukan survey terhadap CEO. Survey
tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa kesulitan terbesar CEO dalam menjalankan strategi
adalah eksekusi. Berdasarkan permasalahan tersebut sehingga lahirlah 4dx yang memungkinkan
para pemimpin untuk secara efektif mengeksekusi strategi. 4dx memiliki ruang lingkup yang
terbagi dalam empat disiplin.
1. Dimesi pertama adalah Focus on the WIG menggali bagaimana setiap individu memberikan
upaya terbaik terhadap 1-2 tujuan yang paling penting. Diharapkan tiap individu bisa
memberikan upaya yang lebih baik dari pada upaya yang biasa-biasa untuk beragam tujuan.
Dengan memberikan fokus hanya pada beberapa tujuan penting, maka hasil terbaik dapat
diperoleh. Daripada kita membagi fokus kita terhadap beragam tujuan, lebih baik kita fokus.
2. Dimensi kedua adalah act on the lead measures, dilakukan tracking terhadap hal-hal yang
dapat menggerakan untuk mencapai tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan mencurahkan
energi kita pada aktivitas yang mengendalikan lead measures. Lead measures merupakan
ukuran dari kegiatan yang paling berhubungan dengan pencapaian target. Contohnya, apabila
target perusahaan adalah mengurangi frekuensi kerusakan kendaraan operasional. Maka yang
menjadi lead measures adalah frekuensi kendaraan operasional diservis secara rutin.
3. Disiplin yang ketiga adalah keep a compelling scoreboard yaitu memastikan setiap individu
dalam tim mengetahui skor saat ini. Jadi setiap individu mrngrtahui bagaimana posisi kinerja
tim saat ini, menang atau kalah. Oleh karena itu dibutuhkan scoreboard (papan skor)
sederhana yang menarik sehingga dapat menyajikan scoreboard untuk keseluruhan tim.
Contohnya, scoreboard dibuat dalam bentuk lintasan balap mobil. Ketika terdapat nilai yang
tinggi maka akan ada simbol mobil yang sudah mendekati garis finish.
4. Kemudian, disiplin yang terakhir adalah create a cadence of accountability. Dalam hal ini
tim harus melakukan pertemuan untuk menjaga akuntabilitas setiap orang dalam pencapaian
WIG. Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap performa setiap anggota kemudian
memperbaiki apa yang menjadi kekurangan.