Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny SB DENGAN DIAGNOSA

HEMORRHOID GR III DENGAN TINDAKAN HEMORRHOIDECTOMY


DI INSTALASI BEDAH SENTRAL

RSD.DR SOEBANDI

MAKALAH INI DISUSUN SEBAGAI TUGAS PRAKTIK PELATIHAN BASIC SKILL


COURSE OPERATING ROOM NURSE 2021 DENGAN

PEMBIMBING P. JUMANTO

Disusun Oleh:

Dandy GagaH Dwi C, A Md. Kep

BASIC SKILL COURSE OPERATING ROOM NURSE 2021


A. Konsep Teori Penyakit

1. Pengertian
Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena – vena di dalam pleksus hemoroidalis.
Hemoroid mempunyai nama lain, seperti wasir dan ambeien. Sesuai tampilan klinis,
hemoroid dibedakan menjadi hemoroid interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna
adalah pelebaran vena pada pleksus hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan
ditutupi oleh mukosa. Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus
hemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah
epitel anus (Muttaqin & Sari, 2011).
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus
yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang
berada di bawah kulit (subkutan) di bawah atau luar linea dentate. Hemoroid interna adalah
pelebaran vena yang berada di bawah mukosa (submukosa) di atas atau di dalam linea
dentate (Nurarif & Kusuma, 2015). Wasir adalah pembengkakan urat di anus dan rektum
bawah, mirip dengan varises. Peningkatan tekanan di pembuluh darah di daerah anorektal
menyebabkan wasir (Kardiyudiani & Susanti, 2019).
Hemoroid adalah pembengkakan (varikosa) vena pada anus atau rektum. Hemoroid
eksternal menonjol keluar menyerupai gumpalan di sekitar anus. Hemoroid ini menyebabkan
rasa sakit, khususnya jika klien mengalami konstipasi dan mengedan saat defekasi (Rosdahl
& Kowalski, 2017). Hemoroid adalah pembesaran vena (varises) dari pleksus venosis
hemoroidalis yang diketemukan pada anal kanal (Diyono & Mulyanti, 2013).

2. Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan
atau inflamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor – faktor resiko/pencetus,
seperti :
a. Mengedan pada buang air besar yang sulit
b. Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk, terlalu lama
duduk sambil membaca, merokok)
c. Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor udud, tumor abdomen)
d. Usia tua
e. Konstipasi kronik
f. Diare akut yang berlebihan dan diare kronik
g. Hubungan seks peranal
h. Kurang minum air dan kurang makan makanan berserat (sayur dan buah)
i. Kurang olahraga/imobilisasi

3. Patofisiologi
Hemoroid umumnya menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran,
peradangan, atau prolaps. Diet rendah serat menyebabkan bentuk feses menjadi kecil, yang
bisa mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB. Peningkatan tekanan ini menyebabkan
pembengkakan dari hemoroid, kemungkinan gangguan oleh venous rectum. Kehamilan atau
obesitas memberikan tegangan abnormal dari otot sfingter internal juga dapat menyebabkan
masalah hemoroid, mungkin melalui mekanisme yang sama. Penurunan venous return
dianggap sebagai mekanisme aksi. Kondisi terlalu lama duduk di toilet (atau saat membaca)
diyakini menyebabkan penurunan relatif venous return di daerah perianal (yang disebut
dengan efek tourniquet), mengakibatkan kongesti vena dan terjadilah hemoroid. Kondisi
penuaan menyebabkan melemahnya struktur pendukung, yang memfasilitasi prolaps
(Muttaqin & Sari, 2011).
Mengejan dan konstipasi telah lama dianggap sebagai penyebab dalam pembentukan
hemoroid. Pasien yang melaporkan hemoroid memiliki tonus kanal istirahat lebih tinggi dari
biasanya. Tonus istirahat setelah hemorrhoidektomi lebih rendah dari pada sebelum
prosedur. Perubahan dalam tonus istirahat adalah mekanisme aksi dilatasi (Muttaqin & Sari,
2011).
Hipertensi portal telah sering disebutkan dalam hubungannya dengan hemoroid.
Perdarahan masif dari hemoroid pada pasien dengan hipertensi portal biasanya bersifat
masif. Varises anorektal merupakan 9 kondisi umum pada pasien dengan hipertensi portal.
Varises terjadi di midrektum, di antara sistem portal dan vena inferior rektal. Varises terjadi
lebih sering pada pasien yang nonsirosis dan mereka jarang mengalami perdarahan (Muttaqin
& Sari, 2011).
Kondisi hemoroid dapat memberikan berbagai manifestasi klinis berupa nyeri dan
perdarahan anus. Hemoroid interna tidak menyebabkan sakit karena berada di atas garis
dentate dan tidak ada inervasi saraf. Namun, mereka mengalami perdarahan, prolaps dan
sebagai hasil dari deposisi dari suatu iritasi ke bagian sensitif kulit perianal sehingga
menyebabkan gatal dan iritasi. Hemoroid internal dapat menghasilkan rasa sakit perianal
oleh prolaps dan menyebabkan spasme sfingter di sekitar hemoroid. Spasme otot ini
mengakibatkan ketidaknyamanan sekitar anus. Kadang perdarahan hemoroid yang berulang
dapat berakibat timbulnya anemia berat (Muttaqin & Sari, 2011).
Hemoroid eksternal menyebabkan trombosis akut yang mendasari vena hemoroid
eksternal dapat terjadi. Konsisi hemoroid eksternal juga memberikan manifestasi kurang
higienis akibat kelembapan dan rangsangan akumulasi mukus (Muttaqin & Sari, 2011)

4. Derajat hemoroid
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), terdapat 4 derajat hemoroid yaitu sebagai berikut :
a. Derajat 1 : Pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus. Hanya dapat
dilihat dengan anorektoskop
b. Derajat 2 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke
dalam anus secara spontan
c. Derajat 3 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan
bantuan dorongan jari
d. Derajat 4 : Prolaps hemoroid yang permanen, rentan dan cenderung untuk mengalami
thrombosis dan infark

5. Klasifikasi
Hemoroid diklasifikasikan berdasarkan asalnya, dimana dentte line menjadi batas
hisologis. Klasifikasi hemoroid yaitu:
a. Hemoroid eksterna, berasal dari bagian distal dentate line dan dilapisi oleh epitel
skuamos yang telah termodifikasi serta banyak persyarafan serabut saraf nyeri somatic.
b. Hemoroid internal, berasal dari bagian proksimal dentate line dan dilapisi mukosa.
c. Hemoroid internal-eksternal dilapisi oleh mukosa dibagian superior dan kulit pada
bagian inferior serta memiliki serabut saraf nyeri.

6. Manifestasi Klinis
Menurut Kardiyudiani & Susanti (2019), tanda dan gejala umum hemoroid meliputi:
a. Perdarahan tanpa rasa sakit saat buang air besar
b. Gatal atau iritasi di daerah anus
c. Nyeri atau ketidaknyamanan
d. Pembengkakan di sekitar anus
e. Benjolan dekat anus, yang mungkin sensitif atau menyakitkan (wasir trombosis)

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang pada hemoroid yaitu sebagai
berikut
a. Pemeriksaan colok anus Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma
rectum. Pada hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak
cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
b. Anoskopi Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar.
c. Proktosigmoidoskopi Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses
radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.

8. Pengkajian
Pengkajian Menurut Muttaqin & Sari (2011), pada pengkajian anamnesis didapatkan
sesuai dengan kondisi klinik perkembangan penyakit.
a. Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri, perdarahan pada anus, dan merasa
ada benjolan di sekitar anus. Keluhan nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya
dengan hemoroid interna dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami
trombosis.
b. Pengkajian riwayat penyakit dahulu, perawat menanyakan faktor predisposisi yang
berhubungan dengan hemoroid, seperti adanya hemoroid sebelumnya, riwayat
peradangan pada usus, dan riwayat diet rendah serat.
c. Pada pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan, serta perlunya
pemenuhan informasi, intervensi keperawatan, pengobatan, dan rencana pembedahan.
d. Pemeriksaan survei umum bisa terlihat sakit ringan, sampai gelisah akibat menahan
sakit. TTV bisa normal atau bisa didapatkan perubahan, seperti takikardi, peningkatan
pernapasan.
e. Pemeriksaan anus untuk melihat adanya benjolan pada anus, kebersihan dan adanya
ulserasi di sekitar anus. Pemeriksaan colok anus, hemoroid interna tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Colok
anus diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
Menurut Haryono (2012), pengkajian pada hemoroid sebagai berikut :

a. Riwayat kesehatan
Apakah ada rasa gatal, terbakar dan nyeri selama defekasi? Adakah nyeri abdomen?
Apakah terdapat perdarahan pada rektum? Bagaimana pola eliminasi? Apakah sering
menggunakan laksatif?
b. Riwayat diet Bagaimana pola makan pasien? Apakah pasien mengkonsumsi makanan
yang mengandung serat?
c. Riwayat pekerjaan Apakah pasien melakukan pekerjaan yang memerlukan duduk atau
berdiri dalam waktu lama?
RESUME
A. Identitas pasien
Nama : Ny SB
Umur : 30 tahun
No.Register : 3258xx
Alamat : Umbulsari Jember
Diagnosa Medis : Hemorrhoid interna gr III
Tanggal MRS : 31 Oktober 2021
Tanggal pengkajian : 01 Nopember 2021

B. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatan takut karena pertama kali operasi

C. RIWAYAT PENYAKIT
Pasien MRS di RS Soebandi pada tanggal 31 Oktober 2021 dengan keluhan benjolan di
dalam lubang anus, di rasakan sejak 3 tahun yang lalu dan memberat sejak seminggu
terakhir. Sesekali keluar darah saat BAB dan terkadang nyeri saat kambuh.

D. TINDAKAN PRE OPERATIF


1. HAND OVER PERAWAT RUANGAN KE PERAWAT KAMAR BEDAH
1. Diagnosa Pra Op : Hemorrhoid Interna gr III
2. Diagnosa Op : Hemorrhoidectomy
3. Riwayat Penyakit : □ DM □ Asma □ Hepatitis □ Jantung □ Hipertensi □ HIV
□ Tidak ada
4. Riwayat operasi : Tidak ada
5. Riwayat alergi : Tidak ada
6. Persiapan darah : Tidak ada
7. Informed Consent : Terlampir
8. Pemeriksaan Lab : Terlampir
9. Konsultasi : Konsul kondisi pasien ke dr anastesi
10. Jenis operasi : Kotor
11. Tanda-tanda vital : TD: 116/84 mmHg, Nadi : 115 x/menit, RR: 23 x/ menit,
Suhu: 36,6oC
12. Kesadaran : Sadar Composmentis GCS E4V5M6

2. RIWAYAT PSIKOSOSIAL/SPIRITUAL
1. Status Emosional
□Tenang □Bingung □Kooperatif □Tidak Kooperatif □Menangis
□Menarik diri
2. Tingkat Kecemasan : □ Tidak Cemas □Cemas
3. Skala Cemas : □ 0 = Tidak cemas
□ 1 = Mengungkapkan kerisauan
□ 2 = Tingkat perhatian tinggi
□ 3 = Kerisauan tidak berfokus
□ 4 = Respon simpate-adrenal
□ 5 = Panik

4. Skala Nyeri :

Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale )

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Sangat Nyeri Nyeri Tak


Nyeri Ringan Sedang Berat Terhankan
0–1 2- 3 4-5 6-7 8-9 10
3. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan head to toe

Normal
Jika tidak normal, jelaskan
Ya Tidak
Kepala
Leher
Dada
Abdomen
Genetalia
Terdapat benjolan di dalam lubang anus, pus
Anus
(-), warna benjolan kemerahan, perdarahan (-)
Ekstermitas

4. ASUHAN KEPERAWATAN PREOPERATIF

Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
DS:Pasien mengatakan takut karena
prosedur oprasi
DO: tingkat kecemasan : Cemas, skala
1 Ansietas Kurang terpapar informasi
cemas 1 (mengungkapkan kerisauan), TD:
116/84mmHg, Nadi : 115 x/menit, rr :
23 , s : 36.6
Diagnosa Keperawatan : Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
(SDKI) Hasil (SLKI) (SIKI)
Ansietas Tingkat Ansietas Persiapan Pembedahan
[D.0080] [L.09093] [I.14573]
Definisi: Defnisi : Definisi:
Kondisi emosi dan Kondisi emosi dan Mengidentifikasi dan
pengalaman subyektif terhadap pengalaman subyektif menyiapkan pasien untuk
objek yang tidak jelas dan terhadap obyek yang tidak menjalani prosedur operasi dan
spesifik akibat antisipasi jelas dan spesifik akibat mencegah komplikasi serta
bahaya yang memungkinkan antisipasi bahaya yang perburukan saat prosedur
individu melakukan tindakan memungkinkan individu operasi.
untuk menghadapi ancaman. melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman. Tindakan
Penyebab : Observasi :
Ancaman terhadap kematian. Ekspetasi : Menurun 1. Identifikasi kondisi umum
Kekhawatiran mengalami pasien (mis. Kesadaran,
kegagalan (akibat Kriteria Hasil : hemodinamik, konsumsi
pembedahan). 1. Verbalisasikebingunga antikoagulan, jenis operasi,
n jenis anestesi, penyakit
Gejala dan Tanda Mayor menurun penyerta [seperti DM,
Subjektif : 2. Verbalisasi khawatir hipertensi, jantung, PPOK,
1. Merasa bingung. akibat kondisi yang asma] pengetahuan tentang
2. Merasa khawatir dengan dihadapi menurun operasi, kesiapan psikologis)
akibat. 3. Perilaku gelisah 2. Monitor tekanan darah, nadi,
3. Sulit berkonsenstrasi. menurun pernapasan, suhu tubuh, BB,
4. Perilaku EKG.
Objektif : tegangmenurun
1. Tampak gelisah. 5. Konsentrasimembaik
2. Tampak tegang. 6. Frekeunsi nadi
membaik
Terapeutik :
Gejala dan Tanda Minor 7. Tekanan darah 1. Puasakan minimal 6 jam
Subjektif : membaik sebelum pembedahan.
1. Mengeluh pusing. 8. Kontak matamembaik. 2. Bebaskan area kulit yang
2. Merasa tidak berdaya. akan dioperasi dari rambut
Objektif: atau bulu tubuh.
1. Frekuensi nadi meningkat. 3. Mandikan dengan cairan
2. Tekanan darah meningkat. antiseptik (mis. CHG 4%)
3. Muka tampak pucat. minimal 1 jam dan maksimal
4. Suara bergetar. malam hari sebelum
5. Kontak mata buruk. pembedahan.
4. Pastikan kelengkapam
Kondisi Klinis Terkait : dokumen-dokumen
1. PenyakitKronis. perioperatif (mis. Surat
2. Penyakit akut persetujuan operasi, hasil
3. Rencana opersai radiologi, hasil
laboratorium).
5. Transfer ke kamar operasi
dengan alat transfer yang
sesuai (mis. Kursi roda,
tempat tidur).

Edukasi :
1. Jelaskan tentang prosedur,
waktu, dan lama operasi.
2. Jelaskan waktu puasa dan
pemberian obat premedikasi
(jika ada).
3. Latih teknik mengurangi
nyeri pascaoperatif.
4. Ajarkan cara mandi dengan
antiseptik.

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat
sebelum pembedahan (mis.
Antibiotik, antihipertensi,
antidiabetik), sesuai indikasi.
2. Koordinasi dengan petugas
gizi tentang jadwal puasa dan
diet pasien.
3. Kolaborasi dengan dokter
bedah jika mengalami
peningkatan suhu tubuh,
hiperglikemia, hipoglikemia,
atau perburukan kondisi.
4. Koordinasi dengan perawat
kamar bedah.

Implementasi keperawatan
Implementasi
Observasi :
1. Mengidentifikasi kondisi umum pasien
Kesadaran : composmentis
TTV :TD : 110/78 mmHg, Nadi : 98x/menit, RR :220x/mnt, SpO2 : 99%
Jenis Operasi : hemorrhoiddectomy
Jenis Anestesi : RA
Penyakit Penyerta : tidak ada
2. Memonitor tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh, EKG.
Terapeutik :
1. Mempuasakan pasien minimal 6 jam sebelum pembedahan.
2. Memastikan kelengkapam dokumen-dokumen perioperatif (mis. Surat persetujuan
operasi, hasil radiologi, hasil laboratorium).
3. Mentransfer ke kamar operasi dengan alat transfer yang sesuai (menggunakan brankard)
Edukasi :
1. Menjelaskan tentang prosedur, waktu, dan lama operasi.
2. Menjelaskan waktu puasa.
3. Melatih teknik mengurangi nyeri pascaoperatif.
Kolaborasi :
1. Mengkoordinasi dengan perawat kamar bedah (dilakukan tindakan operasi).
Evaluasi
1. Pasien kooperatif dalam tindakan perioperatif dan menunjukkan berkurangnya
tingkat ansietas seperti wajah lebih rilex, adanya kontak mata yang baik
terhadap tim operasi.

E. TINDAKAN INTRA OPERATIF


1. Persiapan ruangan

 Menata ruangan dangan mengatur penempatan mesin , mesin couter, bed operasi,
lampu, meja instrumen, dan meja mayo sesuai kebutuhan.

 Mengecek lampu operasi berfungsi dengan baik

 Menempatkan tempat sampah yang sesuai agar mudah penggunaannya


Set Ruangan Jumlah
Meja Operasi 1
Meja Mayo 1
Meja Besar 1
Suhu Ruangan 18-220c
Kelembapan Ruangan 40-60%
ECU 1
Suction 1
Lampu Operasi 1
Tempat Sampah 1

2. Antiseptic
Antiseptic Jumlah
Povidone Iodine 10% +/- 10 cc

3. Drapping
Bahan Jumlah
Doek Steril
1. Doek Besar 1 Buah
2. Doek Kecil 4 Buah
3. Duk lubang mata 1 buah
4. Kertas 1 buah

4. Gowning
Bahan Jumlah
Gowning 4 Buah

5. Set Instrumen
Set Dasar Jumlah
Chirrurgis Forcep 2
Tissue Forcep 2
Metzenboum Scrissor 1
Scrissor Mayo 1
Towel Klem 4
Pean Forcep Bengkok 4
Needle Holder Besar 1
Langen Back 2
Ring klem 1
Sponge Holding Forcep 1
Langen Back 2
Canule Suction 1
Bengkok 1
Cucing 1

6. Bahan Habis Pakai


BHP Jumlah
Handscoon 7/ 7.5/6,5 1/2/2
Dispoosibble absorbent pad on 2
Povidon Iodine 10% 100CC
Spuit 10cc 1
Folley catheter no 18/ urobag 1
Kasa 60
Cairan NS 0,9% 1
Absorbable / vicril No 3/0 1

7. Surgical Safety Checklist (Sign In)

No. Sebelum Induksi Anastesi (Sign In) Jam 09.10 wib

1 Apakah pasien telah dikonfirmasi nama, lapangan operasi,


prosedur, dan informed consent?

□ Sudah
□ Belum

2 Apakah lapangan operasi sudah diberi tanda?

□ Sudah
□ Tidak perlu

3 Apakah lapangan operasi sudah diberi tanda?

□ Sudah
□ Tidak perlu

4 Apakah mesin anastesi dan premedikasi telah diperiksa?


□ Ya

5 Apakah alat pulse oksimetri yang terpasang pada pasien


berfungsi dengan baik?

□ Ya

6 Apakah pasien memiliki riwayat alergi/infeksi/HIV/TB ?

□ Ya…….
□ Tidak

7 Kesulitan menjaga jalan nafas atau resiko aspirasi?

□ Ya, dan tersedia peralatan dan bantuan


□ Tidak

8 Resiko kehilangan darah > 500 ml (7ml/kg pada anak)?

□ Ya, dan dua VI line/akses sentral dan cairan telah


disiapkan
□ Tidak

Langkah-langkah Hemorrhoidectomy pada fase SIGN IN


1. Pasien diposisikan supine litotomy
2. Perawat instrument melakukan scrubing, gowning, dan gloving. Kemudian
membantu tim bedah lain dan operator untuk melakukan gowning dan gloving.
3. Kemudian perawat kamar bedah melakukan skin preparation dan antisepsis
dengan Povidone Iodine 10%
4. Perawat instrumen dan asisten melakukan drapping area operasi lapis demi lapis
sampai sebatas area operasi dan fiksasi dengan towel forceps atau duckklem
5. Pasang ECU dan siapkan suction

8. Surgical Safety Checklist (Time Out)

No. Sebelum Insisi Kulit (Time Out) Jam 09.25 wib

1 □ Konfirmasi : Operator : dr Resdiyanto Sp. B


Asisten 1 : Pr Suherlan
Asisten 2 : Pr Zubaedah
Instrumen : Plt Dandy
Sirkulator : Pr Puspito
Dr Anastesi : dr Haris D, Sp. An

2 □ Konfirmasi : Pasien Ny. SB dengan diagnosa


hemorrhoid interna gr III akan dilakukan
hemorrhoidectomy.

Terhadap Ahli Bedah

Apakah antibiotic profilaksis telah diberikan dalam 60 menit


3
terakhir
□ sudah Ceftriaxone 2gr
□ belum
□ tidak perlu
Adakah keadaan kritis/langkah yang tidak rutin?
4
□ Tidak
□ Iya

Adakah antisipasi kehilangan darah?


5 □ Tidak
□ Ya ..............................
Terhadap anastesi
Adakah kondisi khusus pada pasien?
6
□ Tidak
□ Ya ............................................
Terhadap tim perawat
Apakah semua peralatan sudah steril sesuai indicator?
7
□ Tidak
□ Ya

Adakah masalah pada peralatan?


8
□ Tidak
□ Ada
Apakah foto-foto pasien yang penting telah ditampilkan?
9
□ Sudah
□ Tidak
Berapa julah kasa yang disiapkan?
10
60 lembar
Langkah-langkah Hemorrhoidectomy setelah fase TIME OUT
1. Operaor meminta anuscopy
2. Anuscopy dimasukkan ke anus pasien untuk meluaskan lapang pandang dan
mempermudah melakukan tindakan
3. Setelah lapang area terbuka didapatkan hemorrhoid gr III jam 12 dan jam 4
4. Operator meminta klem untuk menjepit hemoroid
5. Lanjut dengan memotong menggunakan ecu atau skisor metsembum
6. Kemudian kontrol perdarahan mengguan ecu
7. Jahit meggunakan Absorbable / vicril No 3/0
8. Dilanjutkan sampai semua hemorrhoid terangakat
9. Terakhir lakukan pemasangan rectal tube

9. Surgical Safety Checklist (Sign Out)

No. Sebelum Meninggalkan Kamar Operasi (Sign Out) Jam


10.20 wib

Perawat secara lisan menyampaikan


1
□ Nama dari prosedur
Hemorrhoidectomy
□ Apakah instrument, alat habis pakai (kasa) dan
jarum telah dihitung
□ Tidak
□ Ya
□ Jumlah kasa yang dipakai
50 lembar
□ Labeling dari specimen (baca label specimen
dengan keras termasuk nama pasien)

□ Adakah masalah tehadap peralatan yang dipakai


□ Tidak
□ Ya
Terhadap ahli bedah, anastesi dan perawat
2
Adakah hal yang penting untuk pulih, sadar dan perawatan
pasien telah diperlihatkan?
□ Tidak
□ Ya
Langkah-langkah Hemorrhoidectomy pada fase SIGN OUT
1. Operasi selesai
2. Semua alat instrument, selang suction, dan kabel couter dilepas.
3. Bersihkan bagian tubuh pasien dari bekas betadine yang masih menempel dengan
menggunakan kassa basah dan keringkan.
4. Semua instrument didekontaminasi dengan menggunakann Gygazine 40ml/960 ml air
rendam selama 15 menit
5. Cek inventaris sesuai list instrumen sett yang ada alat sebelum di kirim k cssd
Inventaris BHP dan kirim ke depo farmasi OK
10. ASUHAN KEPERAWATAN INTRA OPERATIF
Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
DS: - Risiko Infeksi Efek Prosedur Invasif
DO :
1. Dilakukan tindakan operasi
1.
hemorrhoidectomy
2. Klasifikasi luka : kotor
3. Kelembapan udara : 64%
Diagnosa keperawatan:
1. Risiko infeksi yang berhubungan dengan efek prosedur invasif.

Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
(SDKI) Hasil (SLKI) (SIKI)
Risiko Infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi
[D.0142] [L.14137] [I.14539]
Definisi : Definisi : Definisi :
Berisiko mengalami Derajat infeksi Mengidentifikasi dan
peningkatan terserang berdasarkan observasi atau menurunkan resiko terserang
organisme patogenik. sumber informasi. organisme patogenik.
 
Faktor Risiko : Ekspetasi : Menurun Tindakan
1. Penyakit kronis (mis. Observasi :
Hipertensi). Kriteria Hasil : 1. Monitor tanda dan infeksi
2. Efek prosedur invasif. 1. Kebersihan tangan lokal dan sistemik.
  meningkat. Terapeutik :
Kondisi Klinis Terkait : 2. Kemerahan menurun. 1. Cuci tangan sebelum dan
1. Tindakan invasif. 3. Nyeri menurun. sesudah kontak dengan
4. Bengkak menurun. pasien dan lingkungan
pasien.

2. Pertahankan teknik aseptik


pada pasien beresiko tinggi.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu.

Implementasi keperawatan
Implementasi
Pencegahan Infeksi
Tindakan
Observasi :
1. Memonitor tanda dan infeksi lokal dan sistemik.
Terapeutik :
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien (cuci
tangan bedah)
2. Mempertahankan teknik aseptik selama operasi.
Kolaborasi :
1. Mengkolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu.

Evaluasi Keperawatan
1. Selama operasi dilaksanakan tim operasi memperhatikan tehnik aseptic untuk mencegah
terjadinya infeksi di kemudian hari dan tidak ada tanda-tanda terjadinya infeksi di saat oprasi
berlangsung.

F. TINDAKAN POST OPERATIF


1. HAND OVER PERAWAT OK KE PERAWAT RR
1. Tindakan Operasi : Hemorrhoidectomy
2. Jenis Operasi : Sedang
3. Jenis anast : □General □Regional □Lokal □Tiva
4. Antibiotik : □Tidak □Ya Ceftriaxone 2mg
5. Transfusi : □Tidak □Ya
6. Medikasi Induksi : □Tidak □Ya
7. Medikasi Anastesi : □Tidak □Ya
8. Drain : □Tidak □Ada, ............................ml
9. Tube in : □Tidak □Ya, ..............................ml/mnt
10. Vital sign : TD: 110/86 mmHg, Nadi : 86 x/menit,
RR: 22 x/menit, Suhu: 36oC
11. Kesadaran : □Sadar □Somnolen □Tidak sadar
12. Foto : □Tidak □Ada
13. Lab : □Tidak □Ada
14. Specimen : □Tidak □Ada
15. Alat Bantu : □Tidak □Ada

Analisa data
No Data Masalah Etiologi
DS: pasien mengatakan nyeri setelah Nyeri akut Agen pencedera fisik
oprasi (D0077) (prosedur oprasi)
1. DO : - terdapat luka pasca oprasi di
anus, skala nyeri 4-5 nyeri sedang,
ekspresi wajah meringis kesakitan
Diagnosa keperawatan:
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur oprasi)

Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
(SDKI) Hasil (SLKI) (SIKI)
Nyeri akut Luaran utama : Manajemen nyeri
[D0077] Tingkat nyeri Tindakan
Definisi : Observasi :
Pengalaman sensori atau Luaran tambahan : 1. Pemantauan nyeri
emosional yang berkaitan 1. kontrol nyeri Terapeutik :
dengan kerusakan jaringan 2. penyembuhan luka 2.Edukasi manajemen nyeri
actual atau fungsional . 3. tingkat cidera 3. Edukasi teknik nafas
  Kolaborasi :
Gejala tanda mayor 4. Kolaborasi pemberian
Objektif : analgetik
1. Tampak
meringis

Gejala tanda minor


Objektif :
1.
Berfokus pada diri sendiri
 
Kondisi Klinis Terkait :
2. Kondisi pembedahan

Implementasi keperawatan
Implementasi
Manajemen nyeri
Tindakan
Observasi :
1. memantau nyeri
Terapeutik :
3. mengedukasi manajemen nyeri
4. mengedukasi teknik nafas
Kolaborasi :
2. berkolaborasi pemberian analgetik
Evaluasi Keperawatan
1. Pasien mengkonfirmasi bahwa saat ini nyeri pasca oprasi terasa namun tidak terlalu nyeri.

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS.

Saat ini pasien atas nama Ny SB dengan tindakan oprasi Hemorrhoidectomy


di lakukan dengan prosedur yang tepat dan hati hati oleh para ahli di
bidangnya yang terdiri dari oprator, asisten, instrument, dan circulating
nurse.

Preoperative

Pada tahap preopratif di dapatkan diagnose Ansietas, diagnose ini di


tegakkan karena di dapatkan data subbjektif yang berisi keluhan pasien tentang
kecemasan, dan data objektif yang berisi tingkat kecemasan : Cemas, skala cemas 1
(mengungkapkan kerisauan), TD: 110/60mmHg, Nadi : 107 x/menit, rr :20 , s : 36.1C.

Intraoprative

Pada tahap preopratif di dapatkan diagnose resiko infeksi, diagnose yang


di tegakkan di buktikan dengan data subjektif : -, dan data objektif yang
berisi Dilakukan tindakan operasi Hemorrhoidectomy, Kelembapan udara : 64%.

Postopratif
Pada tahap preopratif di dapatkan diagnose nyeri akut, diagnose yang di
tegakkan di buktikan dengan data subjektif : pasien menyatakan nyeri setelah
oprasi, dan data objektif : - terdapat luka pasca oprasi di mata sebelah
kanan, skala nyeri 4-5 nyeri sedang, ekspresi wajah meringis kesakitan.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, baik secara teoritis maupun
secara tinjauan kasus didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Diagnosa
keperawatan yang berhubungan pada pasien ada tiga diagnosa keperawatan, yaitu
ansietas, resiko cidera, dan nyeri akut.
Intervensi dan implementasi yang diberikan kepada pasien disesuaikan dengan
kondisi pasien saat pre, intra dan post operasi. Adapun evaluasi yang dilakukan
selama pemberian asuhan keperawatan sudah sesuai dengan intervensi yang disusun oleh
penulis.

B. Saran

1) Pasien

Diharapkan pasien dapat mengetahui cara menjaga luka operasi dan selalu
memperhatikan petunjuk dokter/perawat serta dukungan keluarga sangat penting dalam
proses penyembuhan pada pasien dengan diagnosa Hemorrhoid gr III
2) Perawat

Perawat maupun tim medis lainya harus terampil dalam melakukan asuhan
keperawatan perioperative dan harus memperhatikan konsep aspetik serta keselamatan
pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1 cetakan III (revisi) . Jakarta:
DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1 Cetakan II . Jakarta: DPP
PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai