Anda di halaman 1dari 39

DISRITMIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah: Keperawatan Kritis

Dosen Pengampu: Ns. Kristina Everentia Ngasu, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh :

Kelompok 2

1. Muhammad Faozi (18215143)


2. Muhammad Iqbal (18215144)
3. Nurul Siti Khodijah (18215161)
4. Nuriah (18215158)
5. Raden Hayya Rachima A (18215169)
6. Ragita Citra Adzani Putri (18215172)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI

TANGERANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Disritmia”.
Maksud penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Keperawatan
Kritis yang diberikan sebagai tugas untuk menambah nilai kami.

Dalam menyelesaikan tugas ini, kami mendapat banyak bantuan dari


berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan pemikiran, dukungan, materi, pendanaan
atau dalam bentuk apapun, terutama kepada:

1. Dr. Ibu Ida Faridah, S.Kp.,M.Kes selaku Ketua STIKes Yatsi


Tangerang
2. Ibu Lastri Mei Winarni,S.ST,.Keb selaku Wakil Ketua I STIKes Yatsi
Tangerang
3. Ibu Ns.Febi Ratnasari,S.Kep.,M.Kep selaku Kaprodi Keperawatan
STIKes Yatsi Tangerang
4. Ibu Ns. Kristina Everentia Ngasu, S.Kep., M.Kep. selaku Dosen
Keperawatan Kritis
5. Ibu Ns. Yunike Edmaningsih, S.Kep selaku Dosen Penanggung Jawab
Kelas 4C Keperawatan
6. Teman-teman 4C Keperawatan

Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar kami
bisa meningkatkan kemampuan dan pengetahuan kami dalam membuat makalah
yang selanjutnya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang.
Aamiin. Terima kasih.

Tangerang, 11 November 2021


Kelompok 2 4C Keperawatan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................
1.3 Tujuan Masalah....................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengkajian............................................................................
2.2 Analisa Data.........................................................................
2.3 Intervensi Keperawatan........................................................
2.4 Implementasi Keperawatan..................................................
2.5 Evaluasi Keperawatan..........................................................
BAB III STUDI KASUS
3.1 Konsep..................................................................................
3.2 Pengkajian............................................................................
3.3 Analisa Data.........................................................................
3.4 Diagnosis Keperawatan Prioritas.........................................
3.5 Intervensi Keperawatan........................................................
3.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.............................

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan...........................................................................
4.2 Saran.....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


IMA yang sering dikenal sebagai serangan jantung ini merupakan
suatu serangan yang terjadi secara tiba – tiba dan sulit diduga hasil akhirnya.
Umumnya kematian yang terjadi akibat serangan jantung ini sangat cepat
hanya dalam hitungan menit. Serangan jantung yang biasa dikenal dengan
infark miokard ini terjadi sebagai akibat dari proses rusaknya jaringan
miokardium (otot miokardium) akibat suplay darah yangy tidak adekuat
sehingga aliran darah coroner menjadi berkurang. Penyebab penurunan
suplay darah ini mungkin akibat dari arteri coroner karena aterosklerosis
atau penyumbatan total oleh emboli atau thrombus, Juga karena syok atau
perdarahan. Hal – hal tersebut akan menyebabkan ketidakseimbangan antara
suplay dan kebutuhan akan oksigen jantung. Satu hal yang terjadi pada
jantung sendiri mengalami ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan
oksigen, secara ototmatis jantung akan melakukan kompensasi dengan cara
mempercepat frekuensi jantung yang pada akhirnya akan meningkatkan
kontraksi jantung. Kontraksi jantung (ventrikel) akan menghasilkan sebaran
atau ejeksi sejumlah darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Namun
apabila terjadi suatu ketidakseimbangan pada salah satu sifat dasar jantung,
maka terjadilah irama dan frekuensi jantung yang tidak diharapkan yang
dikenal sebagai disritmia.
Disritmia adalah suatu kelainan denyut jantung yang meliputi
gangguan frekuensi atau irama atau keduanya (Brunner – Suddarth, 2002).
Ketidakseimbangan pada salah satu sifat dasar otot jantung dapat
disebabkan oleh aktivitas normal seperti pada saat Latihan, namun lebih
banyak sering terjadi karena keadaan patalogis seperti infark miokard. Pada
infark miokard, terjadi peningkatan respons miokardium terhadap stimulus
akibat penurunan okseigenasi stimulus akibat penurunan oksigenasi ke
miokardium yang menyebabkan terjadinya peningkatan eksitabilitas.
Kelainan irama atau frekuensi pada kondisi disritmia ini dapat terjadi
dimana saja pada bagian jantung, baik pada nodus atria, nodus AV maupun
ventrikel. Berbagai lokasi ini akan akan memberi nama untuk tiap jenis
disritmia. Hal buruk yang terjadi dari disritmia ini adalah frekuensi jantung
sulit memberikan darah kepada arteri koronernya sendiri. Kondisi
kurangnya suplay darah ke arteri coroner ini akan berdampak bagi individu
dimana akan mengalami serangan jantung. Apabila terlambat ditangani,
maka kematian akan segera terjadi. Adapun jenis disritmia yang terjadi dan
mengasilkan frekuensi jantung yang cepat tersebut antara lain atrial flutter
dengan frekuensi 250 – 400 kali/menit. Atrium flutter terjadi bila ada titik
fokus di atrium yang menangkap irama jantung dan membuat impuls
menjadi cepat. Frekuensi yang sangat cepat ini akan menyebabkan
penurunan pengisian arteri coroner yang akan terjadi karena impuls yang
sangat banyak dari atrium menyebabkan hantaran rangsangan ke ventrikel
sehingga ventrikel berespons begitu cepat. Akibat dari kondisi ini akhirnya
mengurangi pengisian ventrikel. Pada saat yang sama volume sekuncup juga
mengalami gangguan. Agar kondisi ini tidak berkelanjutan dan kualitas
hidup pasien dapat dipertahankan, maka perlu adanya suatu penanganan
profesinal agar kematian akibat masalah jantung ini dapat ditekan hingga
titik serendah-rendahnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas dengan melihat latar belakang yang sudah
dipaparkan, maka penulis tertarik untuk membahas tentang :Asuhan
Keperawatan Keperawatan Kritis Pada Pasien Disritmia.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah adalah untuk mengetahui
penelitian terkait proses keperawatan kritis.
1.3.1 Tujuan Khusus
a) Memahami teori Asuhan Keperawatan Kritis Disritmia
b) Memahami studi kasus pada pasien Disritmia
1.4 Ruang Lingkup
Dalam makalah ini mahasiswa dapat membatasi ruang lingkup
pembahasannya pada “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Disritmia”
1.5 Metode Penulisan
Makalah ini menggunakan metode dekriptif dan metode kepustakaan.
Metode deskriptif yaitu metode yang bersifat menggambarkan keadaan
secara objektif dari pengumpulan data, menganalisa data dan menarik
kesimpulan yang selanjutnya disajikan dalam bentuk narasi. Metode
kepustakaan yaitu metode penulisan yang didapat dengan mempelajari buku
– buku yang berhubungan dengan kasus ini.
1.6 Sistematikan Penulisan
Untuk memudahkan dalam memahami penulisan makalah ini, penulis
membuat sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan
meliputi: latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang lingkup,
dan sustematika penulisan. BAB II Teori Asuhan Keperawatan meliputi:
Pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, evaluasi keperawatan. BAB III Studi Kasus meliputi:
pengkajian, analisa data, diagnosis keperawatan prioritas, intervensi
keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan. BAB IV Penutup
meliputi: kesimpulan dan saran.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Patofisiologi
1. Mekanisme dasar
Kelainan kontraktilitas pada gagal jantung akan mengganggu kemampuan
pengosongan ventrikel. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun
mengurangi cardiac output dan meningkatkan volume ventrikel (EDV)
maka terjadi pula peningkatkan tekanan akhir diastolik kiri (LEDV).
Meningkatnya LEDV, akan mengakibatkan pula peningkatkan tekanan
atrium (LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung ke dalam
anyaman vaskuler paru-paru meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-
paru. Jika tekanan hidrostatik dari anyaman kapiler paru-paru melebihi
tekanan osmotik vaskuler, maka akan terjadi transudasi cairan melebihi
kecepatan draenase limfatik, maka akan terjadi edema intersitial.
Peningkatkan tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes
ke alveoli dan terjadi edema paru-paru.
2. Respon Kompensatorik
a. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatik, menurutnya cardiac
output akan meningkatkan aktivitas adrenergik jantung dan mendula
adrenal. Denyut jantung dan kekuatan kontraktil akan meningkat untuk
menambah cardiac output, juga terjadi vasokontriksi arteri perifer
untuk menstabilkan tekanan arteri dan retribusi volume darah dengan
mengurangi aliran darah ke organorgan yang rendah metabolismenya,
seperti kulit dan ginjal agar perfusi ke jantung dan ke otak dapat di
pertahankan. Vasokontriksi akan meningkatkan aliran balik vena kesisi
kanan jantung yang selanjutnya akan menambah kekuatan kontriksi.
b. Meningkatkan beban awal akibat aktivitas sistem renin angiotensin
aldosteron (RAA). Aktivitas RAA menyebabkan retensi Na dan air
oleh ginjal, meningkatkan volume vertikel-vertikel tegangan tersebut.
Peningkatkan beban awal ini akan menambah kontraktilitas
miokardium.
c. Atropi ventrikel respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung
adalah hidrotropi miokardium akan bertambah tebalnya dinding.
d. Efek negatif dari respon kompensatorik Pada awalnya respon
kompensatorik menguntungkan namun pada akhirnya dapat
menimbulkan berbagai gejala, meningkatkan laju jantung dan
memperburuk tingkat gagal jantung. Resistensi jantung yang
dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan kontraktilitas dini
mengakibatkan bendungan paru-paru, vena sistemik dan edema, fase
kontruksi arteri dan redistribusi aliran darah mengganggu perfusi
jaringan pada anyaman vaskuler yang terkena menimbulkan tandaserta
gejala, misalnya berkurangnya jumlah air kemih yang dikeluarkan dan
kelemahan tubuh. Vasokontriksi arteri juga menyebabkan beban akhir
dengan memperbesar resistensi terhadap ejeksi ventrikel, beban akhir
juga kalau dilatasi ruang jantung. Akibat kerja jantung dan kebutuhan
miokard akan oksigen juga meningkat, yang juga ditambah lagi adanya
hipertensi miokard dan perangsangan simpatik lebih lanjut. Jika
kebutuhan miokard akan oksigen tidak terpenuhi maka akan terjadi
iskemik miokard, akhirnya dapat timbul beban miokard yang tinggi
dan serangan gagal jantung yang berulang (Wijaya & Putri 2013).
2.2 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada (A. Azis Alimul Hidayat,
Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2, hal: 98).
1. Biodata Klien
Identitas klien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, agama, suku/bangsa, waktu masuk rumah sakit, waktu
pengkajian, diagnosa medis, nomor MR dan alamat. Identitas
penanggung jawab meliputi: nama, umur, pekerjaan, agama, pendidikan,
suku/bangsa, alamat, hubungan dengan klien.
2. Pengkajian Primer
a. Airway
Proses jalan nafas yaitu pemeriksaan obstruksi jalan nafas, adanya
suara nafas tambahan dan adanya benda asing.
b. Breathing
Frekuensi nafas, apa ada penggunaan otot bantu nafas, retraksi dada,
adanya sesak nafas, palpasi pengembangan paru, auskultasi suara
nafas, dan kaji adanya suara nafas tambahan.
c. Circulation
Pengkajian mengenai volume darah dan cardiac output serta adanya
perdaraham. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna
kulit, dan nadi.
d. Disability
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran compos mentis (E4M6V5)
GCS 15, pupil isokor, muntah tidak ada, ekstremitas atas dan bawah
normal, dan tidak ada gangguan menalan.
e. Exposure
Pengkajian meliputi untuk mengetahui adanya kemungkinan cedera
yang lain, dengan cara memeriksa semua tubuh pasien harus tetap
dijaga dalam kondisi hangat supaya untuk mencegah terjadinya
hipotermi.
f. Foley chateter
Pengkajian meliputi adanya komplikasi kecurigaan ruptur uretra jika
ada, tidak dianjurkan untuk pemasangan kateter, kateter dipasang
untuk memantau produksi urin yang keluar.
g. Gastric tube
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengurangi distensi pada lambung
dan mengurangi risiko untuk muntah.
h. Monitor EKG
Peemriksaan ini dilakukan untuk melihat kondisi irama dan denyut
jantung.
3. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yaitu penyebab klien masuk rumah sakit yang
dirasakan saat dilakukan pengkajian yang ditulis dengan singkat dan
jelas. Keluhan klien pada gagal jantung bisa terjadi sesak nafas,
sesak nafas saat beraktivitas, badan terasa lemas, batuk tidak
kunjung sembuh berdahak sampai berdarah, nyeri pada dada, nafsu
makan menurun, bengkak pada kaki.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan alasan dari awal klien
merasakan keluhan sampai akhirnya dibawa ke rumah sakit dan
pengembangan dari keluhan utama
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan mengenai masalah-masalah seperti adanya riwayat
penyakit jantung, hipertensi, perokok hebat, riwayat gagal jantung,
pernah dirawat dengan penyakit jantung, kerusakan katub jantung
bawaan, diabetes militus dan infark miokard kronis.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Hal yang perlu dikaji dalam keluarga klien, adakah yang menderita
penyakit sama dengan klien, penyakit jantung, gagal jantung,
hipertensi.
e. Riwayat Psikososial Spiritual
Yaitu respon emosi klien pada penyakit yang di derita klien dan
peran klien di pada keluarga dan masyarakat serta respon dan
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga atau
masyarakat.
f. Pola Persepsi Dan Konsep Diri
Resiko dapat timbul oleh pasien gagal jantung yaitu timbul akan
kecemasan akibat penyakitnya. Dimana klien tidak bisa beraktifitas
aktif seperti dulu dikarenakan jantungnya yang mulai lemah.
g. Pola Aktivitas Sehari-Hari

a) Pola Nutrisi

b) Pola Eliminasi

c) Pola Istirahat Tidur

d) Personal Hygiene

e) Pola Aktivitas
h. Pemeriksaan Fisik Head To Toe

1) Kepala
- Inspeksi: kepala pasien tampak bulat simteris, rambut
berarna putih atau sudah beruban, tidak mudah di cabut,
tidak tampak pembengkakan pada kepala klien dan tidak
tampak pendarahan.
- Palpasi: tidak teraba benjolan pada kepala pasien, tidak
ada nyeri pada daerah kepala yang diraba.
2) Mata
- Inspeksi: mata klien simetris kanan dan kiri, tidak
ada kelainan pada mata, reflek pupil terhadap cahaya
baik, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak
ada pembengkakan pada mata, memakai kacamata.
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan dan lepas pada daerah
mata, tidak teraba benjolan disekitar mata.
3) Hidung
- Inspeksi: hidung klien tampak simetris pada hidung,
tidak ada kelainan bentuk pada hidung, tidak ada
perdarahan, tidak ada cuping hidung, dan tidak ada
sinus pada hidung.
- Palpasi: tidak terasa benjolan pada hidung dan tidak
ada perdarahan pada hidung.
4) Telinga
- Inspeksi: telinga klien tampak simetris kiri dan
kanan pada telinga, tidak terjadi perdarahan, tidak
ada pembengkakan, dan pendengaran masih baik.
- Palpasi: tidak terasa benjolan pada daun telinga,
tidak ada nyeri saat diraba bagian telinga, tidak ada
perdarahan pada telinga baik luar maupun dalam.
5) Mulut dan Tenggorakan
- Inspeksi: bibir simetris, mukosa bibir kering, gigi
tidak lengkap, tidak ada stomatitis, dan tidak terjadi
kesulitan menelan.
6) Thoraks
- Inpeksi: dada tampak simetris tidak ada lesi pada
thorak, ada penggunaan otot bantu pernafasan, dan
tidak terjadi perdarahan pada thorak.
- Palpasi: tidak teraba benjolan pada dada, suhu pada
thorak teraba sama kiri kanan, frekuensi nafas 28 x/
menit
- Perkusi: sonor seluruh lapang paru.
- Auskultasi : tidak terdengar suara napas tambahan.
7) Sirkulasi
- Frekuensi nadi : 164 x/menit
- Tekanan darah : 90/70 mmHg

- Suhu : 36.5 ℃

- Respirasi : 28 x/menit
8) Jantung
- Palpasi: ictus cordis teraba, kardiovaskuler tidak teraba,
CRT < 3 detik.
- Perkusi: terdengar suara pekak, batas atas interkostal 3 kiri,
batas kanan linea paasteral kanan, batas kiri linea mid
clavicularis kiri, batas bawah intercostals 6 kiri
- Auskultasi: S1 dan S2 reguler suara jantung mur mur, dan
tidak ada suara tambahan.
9) Abdomen
- Inspeksi: abdomen tampak simeteris, datar, tidak ada
pembesaran, tidak ada bekas operasi, dan tidak adanya
lesi pada abdomen.
- Palpasi: tidak terasa adanya massa/ pembengkakan,
hepar dan limpa tidak terasa, tidak ada nyeri tekan dan
lepas didaerah abdomen.
- Perkusi: saat diperkusi terdengat bunyi tympani.
- Auskultasi: bising usus 10 x/menit.
10) Genitalia

Genitourinaria tampak bersih dan tidak ada kelainan


pada daerah genitourinaria.

11) Integumen

- Warna kulit pucat, turgor kulit menurun, CTR 3 detik


12) Ekstremitas
- Ekstremitas atas: terpasang infus salah satu ekstremitas
atas, tidak ditemukan kelainan pada kedua tangan,
turgor kulit menurun, tidak terdapat kelainan, akral
teraba hangat, tidak ada edema, tidak ada fraktur pada
kedua tangan.
- Ekstremitas bawah: Terdapat edema di ekstermitas
bawah, tidak ada varises pada kaki, akral teraba hangat.
- Kekuatan otot
4 4
4 4

2.3 Diagnosa Keperawatan


Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
(Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik
Edisi 1, hal: 5).
2.4 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. (Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan II, hal: 8).
2.5 Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan
(Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II, hal: 8).
Pelaksanaan keperawatan merupakan langkah keempat dalam tahap
proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan
keperawatan (Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2, hal: 122).
Implementasi merupakan kategori dari perilaku keperawatan, dimana
perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter dan Perry, 1997).
Implementasi mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja
aktivitas sehari-hari. Dengan kata lain implementasi adalah melakukan
rencana tindakan yang telah ditentukan untuk mengatasi klien.
2.6 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir proses keperawatan
yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang telah diamati dan atau
criteria hasil yang telah dibuat pada tahap intervensi. Evaluasi dilakukan
secara terus menerus dan melibatkan klien serta tenaga kesehatan lainnya.
Apabila tujuan dan criteria hasil tercapai pada evaluasi, maka proses
keperawatan dihentikan, jika sebaliknya maka klien dikaji ulang dan harus
tetap melewati proses keperawatan (Buku Ajar Asuhan Keperawatan hal: 75).
Evaluasi terbagi dua jenis, yaitu:
1. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan
hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera
setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna
menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang
dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan
klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (pembandingkan
data dengan teori), dan perencanaan.
2. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktivitas proses keperawatan selesao dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang
telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini
adalah melakukan wawancara pada akhir layanan, menanyakan respon
klien dan keluarga terkait layanan keperawatan, mengadakan
pertemuan pada akhir layanan.
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian
tujuan keperawatan, yaitu:
1) Tujuan tercapai jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditentukan.
2) Tujuan tercapai sebagian atau klien masih dalam proses
pencapaian tujuan jika klien menunjukkan perubahan pada
sebagian criteria yang telah ditetapkan.

3) Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukkan sedikit


perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali serta dapat timbul
masalah baru.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Contoh Kasus


Pasien Tn, A, usia 62 tahun, menikah dan pekerjaan petani. Diagnose Medis
: Disritmia.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien dirawat di ruang Intensive : tgl 16 – 18 Mei 2021.
Pasien masuk melalui IGD RS pada tanggal 16 Mei 2021 pukul 21.30 WIB,
rujukan dari RSUD. Keadaan umum pasien : lemah. Pasien mengeluh
palpitasi, sesak nafas sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit,
pusing, banyak keringat, ada nyeri pada dada sebelah kiri, skala nyeri 5
,tubuh terasa lemah, edema pada ekstremitas bawah. Hasil pemeriksaan
TTV: TD : 90/70 mmHg; HR : 164 x/menit RR; 28 x/menit; suhu : 36,50C.

Saat dilakukan pengkajian pada pada tanggal 17 Mei 2021 pukul 08.49 WIB
pasien mengeluh sesak nafas, sesak di rasakan meningkat saat beraktifitas,
tubuh terasa lemah dan edema pada ektremitas bawah. Hasil pemeriksaan
TTV yaitu, TD : 90/80 mmHg; HR : 156 x/menit; RR : 25 x/menit; Suhu 36,
50C.

Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien mengatakan pernah di rawat di RS 11 tahun yang lalu karena
penyakit stroke. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 13 tahun yang
lalu.

Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
yang
sama dengan pasien. tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
keturunan seperti jantung, hipertensi, DM, asma.
Pasien mengatakan memiliki kebiasaan merokok sejak SMU. Pasien
mengatakan sering mengkonsumsi gorengan dan makanan bersantan.

Pemeriksaan Penunjang pada pasien :

Laboratorium
Hasil pemeriksaan kimia klinik pada tanggal 17 Mei 2021 menunjukkan
nilai Hemoglobin 11,9 g/dl (N:14- 16), Leukosit : 11.360/mm3 (N : 5.000-
10.000), Trombosit 90.000/mm3 (N: 150.000-400.000) Hematokrit 36%
(N:40-48) Ph 7, 43 (N :7,35-7,45)
Hasil rontgen thorax yang dilakukan pada tanggal 17 Mei 2021 pasien
mengalami kardiomegali.

Hasil Pemeriksaan EKG

Irama atrium teratur 160-176 permenit, irama kompleks ventrikel teratur,


gelombang P sulit dikenali.

Program terapi pengobatan yang di dapatkan oleh Tn. A yaitu :


 Pemberian O2 binasal 4 liter/i
 Fenilefrin 30 mg dalam 500 cc Dextrose 5%/ 12 jam
 Digoxin IV 0.5 mg via infus, dosis tunggal selama 2 jam diberikan
selama 10-20 menit. Selanjutnya per-oral Digoxin 2 x 0.25mg,
 Lasix 1 x 1 tablet sehari

Status Nutrisi
TB : 169 cm dan BB : 64 kg.
Selama di rumah sakit makan dengan diet DJ II. Makan lunak 3x sehari
berupa nasi lunak, sayur dan lauk.
3.2 Pengkajian
1. Identitas Klien

a. Nama : Tn. A

b. Tempat/tgl lahir : Tangerang, 1 Januari 1959

c. Umur : 62 tahun

d. Jenis kelamin : Laki-laki

e. Status perkawinan : Menikah

f. Agama : Islam

g. Suku : Jawa

h. Pendidikan : Strata I

i. Pekerjaan : Pensiun PNS

j. Alamat : Kota Tangerang

k. Tanggal masuk RS : 16 Mei 2021 pukul 21:30 WIB

Keluarga terdekat yang dapat dihubungi

a. Nama : Ny. B

b. Pendidikan : Strata I

c. Alamat : Kota Tangerang

2. Pengkajian Primer

a. Airway

Tidak terdapat batuk, tidak terdapat sekret, suara napas


fesikular.
b. Breathing

Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan bahwa:


Look : Klien tampak sesak, RR: 28x/menit
Listen : Napas klien tidak terdengar suara napas tambahan.
Feel : Hembusan nafas klien terasa

c. Circulation

Tidak terdapat perdarahan pada Tn. A, denyut nadi klien


teraba, akral hangat, turgor kulit normal, tidak terdapat udem
pada ekstremitas, CRT < 3 detik, TD: 90/70 mmHg N:
164x/menit RR: 28x/menit S: 36.5 ℃.
d. Disability

Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan bahwa tingkat


kesadaran klien compos mentis dengan GCS E4M6V5 (total:
15) reaksi cahaya terhadap pupil ada.
e. Eksposure

Pada saat dilakukan pengkajian tidak ada luka lecet dan


jejas pada ekstremitas klien, dan terdapat edema dibagian
ekstermitas bawah.
f. Foley Chateter

Tn. A tidak terpasang foley kateter

g. Gastric Tube

Tn. A terpasang O2 binasal 4 liter/i

h. Heart Monitor

Tn. A dilakukan pemasangan minitor, saturasi (SPO 2),


Elektroda dan manset tekanan darah. Dilakukan pemeriksaan
EKG.

3. Pengkajian Sekunder

a. Alasan Masuk
Klien masuk ke RS melalui IGD tgl 16 Mei 2021 pukul
21.30, rujukan dari RSUD. Keadaan umum pasien : lemah. Pasien
mengeluh palpitasi, sesak nafas sejak 3 hari yang lalu sebelum
masuk rumah sakit, pusing, banyak keringat, ada nyeri pada dada
sebelah kiri, skala nyeri 5 ,tubuh terasa lemah, edema pada
ekstremitas bawah. Hasil pemeriksaan TTV: TD: 90/70 mmHg,
HR: 164 x/menit, RR: 28 x/menit, suhu : 36,50C.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Saat dilakukan pengkajian pada pada tanggal 17 Mei 2021


pukul 08.49 WIB pasien mengeluh sesak nafas, sesak di rasakan
meningkat saat beraktifitas, tubuh terasa lemah dan edema pada
ektremitas bawah. Hasil pemeriksaan TTV yaitu, TD: 90/80
mmHg, HR: 156 x/menit, RR: 25 x/menit, Suhu: 36, 50C.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan pernah di rawat di RS 11 tahun yang lalu


karena penyakit stroke. Klien memiliki riwayat hipertensi sejak 13
tahun yang lalu.

d. Riwayat Penyakit Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita


penyakit yang sama dengan pasien. tidak ada anggota keluarga
yang menderita penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi, DM,
asma. Klien mengatakan memiliki kebiasaan merokok sejak SMU.
Klien mengatakan sering mengkonsumsi gorengan dan makanan
bersantan.
e. Riwayat Psikososial Dan Spiritual

Klien mengatakan ada saat ini ia bisa mengontrol emosi


terhadap penyakitnya saat ini, klien dalam keluarga dan
masyarakat baik tidak ada masalah. Klien pada saat ini hanya
bisa pasrah dan berdoa untuk kesembuhan nya kepada yang
maha kuasa.
f. Pola Persepsi Dan Konsep Diri

Klien tampak sedikit cemas dengan penyakitnya,


dikarenakan klien tidak bisa beraktifitas seperti dulu lagi,
dikarenakan sesak di rasakan meningkat saat beraktifitas,
tubuh terasa lemah dan edema pada ektremitas bawah.
Alergi: Klien mengatakan bahwa ia tidak memiliki alergi
apapun. Kebiasaan: Klien mengatakan memiliki kebiasaan
merokok sejak SMU. Klien mengatakan sering
mengkonsumsi gorengan dan makanan bersantan.
g. Status Nutrisi
TB: 16 cm dan BB: 64 Kg. Selama dirumah sakit
makan dengan diet DJ II makan lauk 3x sehari berupa nasi
lunak, sayur dan lauk.
h. Pola Aktivitas Sehari-Hari

Kebutuhan Di Rumah Di Rumah Sakit

Pola Nutrisi Frekuensi makan 3x Makan dengan diet


sehari, jenis makanan DJ II frekuensi
yaitu makanan berat dan makan lauk 3x sehari
ringan, makanan yang berupa nasi lunak,
disukai yaitu semua sayur dan lauk.
makanan disukai. Sering
mengkonsumsi
gorengan dan makanan
bersantan. Tidak ada
gangguan pada nafsu
makan
Pola BAK: Frekuensi 7-8 x BAK: Frekuensi 7-8
Eliminasi sehari, warna jernih x sehari, warna jernih
terkadang kuning, tidak terkadang kuning,
ada masalah dalam tidak ada masalah
buang air kecil. dalam buang air kecil.
BAB: Frekuensi 1-2x BAB: Frekuensi 1-2x
sehari dengan sehari dengan
konsistensi lunak konsistensi lunak
dengan warna dengan warna
kekuningan tidak kekuningan tidak
bercampur darah. bercampur darah.

Pola Tidur Lama tidur 6-8 jam, tidak Lama tidur 6-8 jam,
ada gangguan tidur. tidak ada gangguan
tidur.

i. Pemeriksaan TTV

Tekanan Darah : 90/70 mmHg


Nadi : 164 x/menit
Respirasi : 28 x/menit
Suhu : 36,50C

j. Pemeriksaan Head To Toe

1) Kepala

- Inspeksi: kepala pasien tampak bulat simteris, rambut


berarna putih atau sudah beruban, tidak mudah di cabut,
tidak tampak pembengkakan pada kepala klien dan tidak
tampak pendarahan.
- Palpasi: tidak teraba benjolan pada kepala pasien, tidak
ada nyeri pada daerah kepala yang diraba.
2) Mata
- Inspeksi: mata klien simetris kanan dan kiri, tidak
ada kelainan pada mata, reflek pupil terhadap cahaya
baik, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak
ada pembengkakan pada mata, memakai kacamata.
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan dan lepas pada daerah
mata, tidak teraba benjolan disekitar mata.
3) Hidung

- Inspeksi: hidung klien tampak simetris pada hidung,


tidak ada kelainan bentuk pada hidung, tidak ada
perdarahan, tidak ada cuping hidung, dan tidak ada
sinus pada hidung.
- Palpasi: tidak terasa benjolan pada hidung dan tidak
ada perdarahan pada hidung.
4) Telinga

- Inspeksi: telinga klien tampak simetris kiri dan


kanan pada telinga, tidak terjadi perdarahan, tidak
ada pembengkakan, dan pendengaran masih baik.
- Palpasi: tidak terasa benjolan pada daun telinga,
tidak ada nyeri saat diraba bagian telinga, tidak ada
perdarahan pada telinga baik luar maupun dalam.
5) Mulut dan Tenggorakan

- Inspeksi: bibir simetris, mukosa bibir kering, gigi


tidak lengkap, tidak ada stomatitis, dan tidak terjadi
kesulitan menelan.
6) Thoraks

- Inpeksi: dada tampak simetris tidak ada lesi pada


thorak, ada penggunaan otot bantu pernafasan, dan
tidak terjadi perdarahan pada thorak.
- Palpasi: tidak teraba benjolan pada dada, suhu pada
thorak teraba sama kiri kanan, frekuensi nafas 28 x/
menit
- Perkusi: sonor seluruh lapang paru.

- Auskultasi : tidak terdengar suara napas tambahan.

7) Sirkulasi

- Frekuensi nadi : 164 x/menit

- Tekanan darah : 90/70 mmHg

- Suhu : 36.5 ℃

- Respirasi : 28 x/menit

8) Jantung
- Palpasi: ictus cordis teraba, kardiovaskuler tidak teraba,
CRT < 3 detik.
- Perkusi: terdengar suara pekak, batas atas interkostal 3 kiri,
batas kanan linea paasteral kanan, batas kiri linea mid
clavicularis kiri, batas bawah intercostals 6 kiri
- Auskultasi: S1 dan S2 reguler suara jantung mur mur, dan
tidak ada suara tambahan.
9) Abdomen

- Inspeksi: abdomen tampak simeteris, datar, tidak ada


pembesaran, tidak ada bekas operasi, dan tidak adanya
lesi pada abdomen.
- Palpasi: tidak terasa adanya massa/ pembengkakan,
hepar dan limpa tidak terasa, tidak ada nyeri tekan dan
lepas didaerah abdomen.
- Perkusi: saat diperkusi terdengat bunyi tympani.

- Auskultasi: bising usus 10 x/menit.

10) Genitalia

Genitourinaria tampak bersih dan tidak ada kelainan


pada daerah genitourinaria.

11) Integumen

- Warna kulit pucat, turgor kulit menurun, CTR 3 detik


12) Ekstremitas

- Ekstremitas atas: terpasang infus salah satu ekstremitas


atas, tidak ditemukan kelainan pada kedua tangan,
turgor kulit menurun, tidak terdapat kelainan, akral
teraba hangat, tidak ada edema, tidak ada fraktur pada
kedua tangan.
- Ekstremitas bawah: Terdapat edema di ekstermitas
bawah, tidak ada varises pada kaki, akral teraba hangat.
- Kekuatan otot

4 4
4 4

k. Pemeriksaan Laboratorium
17 Mei 2021
No. Pemeriksaan Hasil Normal Keterangan
1. Hemoglobin 11,9 g/dl 14- 16 g/dl Menurun
2. Leukosit 11.360/mm3 5.000- Meningkat
10.000/mm3
3. Trombosit 90.000/mm3 150.000- Menurun
400.000/mm3
4. Hematokrit 36% 40-48% Menurun
5. pH 7,43 7,35-7,45 Normal

i. Hasil pemeriksaan
17 Mei 2021

- Hasil rontgen thorax

Klien mengalami kardiomegali.

- Hasil Pemeriksaan EKG

Irama atrium teratur 160-176 permenit, irama kompleks


ventrikel teratur, gelombang P sulit dikenali

j. Pengobatan

No. Nama Dosis


1. O2 binasal 4 liter/i
2. Fenilefrin 30 mg dalam 500 cc
3. Dextrose 5%/12 jam
4. Digoxin IV 0.5 mg via infus, dosis tunggal
selama 2 jam diberikan selama
10-20 menit
5. Digoxin per-oral 2x0,25mg/oral
6. Lasix 1x1 tablet sehari
3.3 Analisa Data
No Analisis Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. Ds: Disritmia/gangguan irama Penurunan Curah


jantung Jantung
- Tn. A mengatakan memiliki
kebiasaan merokok sejak R
SMU.
- Tn. A mengatakan sering Perangsangan Simpatis

mengkonsumsi gorengan dan


makanan bersantan.
- Tn. A mengeluh palpitasi Menaikan depolarisasi spontan

Do:
Menaikan kecepatan tekanan
- Lemah jantung
- Edema pada ekstremitas
bawah
- Sesak nafas sejak 3 hari yang
lalu Takikardi

- TD : 90/70mmHg
- HR : 164x/mnt
- RR : 28x/menit
Mengurangi pendek pengisian
- S : 36,5C
ventrikel & vol. sekuncup

Penurunan curah jantung

2. Ds: Disritmia/gangguan irama Perfusi Perifer Tidak


jantung Efektif
- Tn. A mengeluh sesak nafas
R

Do: Perangsangan Simpatis

- Edema pada ekstremitas


bawah
- TD : 90/80mmHg Menaikan depolarisasi spontan

- HR : 156x/mnt
- RR : 28x/menit

Menaikan kecepatan tekanan


jantung

Takikardi

Mengurangi suplai O2 ke arteri


koronaria

Perfusi Perifer Tidak Efektif

3. Ds: Disritmia/gangguan irama Intoleransi Aktivitas


jantung
- Tn. A mengeluh sesak nafas
meningkat saat beraktivitas R

Perangsangan Simpatis
Do:

- Lemah
- RR : 25x/mnt
- TD : 90/80mmHg Menaikan depolarisasi spontan
- HR : 156x/mnt

Menaikan kecepatan tekanan


jantung

Takikardi

Mengurangi pendek pengisian


ventrikel & vol. sekuncup

Penurunan curah jantung

Tekanan arteri dan perfusi


perifer berkurang

Kekurangan darah dan O2 pada


sel perifer

Kelemahan otot

Intoleransi aktivitas
3.4 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
1. Penurunan Curah Setelah dilakukan Perawatan jantung akut
Jantung b.d Perubahan intervensi selama 1x24
Irama Jantung d.d : jam Curah Jantung Observasi :
Meningkat dengan kriteria - Identifikasi karakteristik
DS : hasil : nyeri dada (meliputi faktor
- Tn. A - Palpitasi pemicu dan pereda, kualitas,
mengatakan (Menurun) lokasi, radiasi, skala, durasi
memiliki - Takikardi dan frekuensi)
kebiasaan (Menurun) - Monitor EKG 12 sadapan
merokok sejak - Lelah (Menurun) untuk perubahan ST dan T
SMA - Edema (Menurun) - Monitor aritmia (kelainan
- Tn. A - Dispnea irama dan frekuensi)
mengatakan (Menurun)
sering Terapeutik
mengkonsumsi - Pertahankan tirah baring
gorengan dan minimal 12 jam
makanan - Pasang akses intravena
bersantan
- Tn. A Edukasi
mengeluh - Anjurkan segera melaporkan
palpitasi nyeri dada
- Jelaskan tindakan yang
DO: dijalani pasien
- Lemah -
- Edema pada Kolaborasi
ekstremitas - Kolaborasi pemberian x-ray
bawah dada jika perlu
- Sesak nafas
sejak 3 hari
yang lalu
- TD :90/70
mmHg
- HR :
164x/Menit
- RR : 28x/Menit
- S: 36,5°c

2. Perfusi Perifer Tidak Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi


Efektif b.d Kurang intervensi selama 1x24
terpapar informasi jam Perfusi Perifer Observasi
tentang faktor Meningkat dengan kriteria - Periksa sirkulasi perifer (mis.
pemberat (mis. hasil : Nadi perifer, edema,
Merokok, gaya hidup - Warna kulit pucat pengisian kapiler, warna,
monoton, trauma, (Menurun) suhu, ankle brachial index)
obesitas, asupan - Edema perifer - Identifikasi faktor resiko
garam, imobilitas) d.d : (Menurun) gangguan sirkulasi (mis.
- Nyeri ekstremitas Diabetes, perokok, orang tua,
DS: (Menurun) hipertensi dan kadar
- Tn. A - Turgor kulit kolesterol tinggi)
mengeluh sesak (Menurut)
nafas Terapeutik
- Hindari pemasangan infus
DO: atau pengambilan darah di
- edema pada area keterbatasan perfusi
ekstremitas - Hindari pengukuran tekanan
bawah darah pada ekstrimitas
- TD :90/70 dengan keterbatasan perfusi
mmHg - Lakukan perawatan kaki dan
- HR : kuku
164x/Menit
Edukasi
- RR : 28x/Menit
- Anjurkan berhenti merokok
- Anjurkan berolahraga rutin
- Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis.
Rendah lemak jenuh, minyak
ikan omega 3)
- Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis. Rasa sakit
yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
3. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi
b.d Kelemahan d.d : intervensi selama 1x24
jam Toleransi Aktivitas Observasi
DS : Meningkat dengan kriteria - Identifikasi gangguan fungsi
- Tn. A hasil : tubuh yang mengakibatkan
mengeluh sesak - Kemudahan dalam kelelahan
nafas melakukan - Monitor kelelahan fisik dan
meningkat saat aktivitas sehari- emosional
beraktivitas hari ( Meningkat) - Monitor lokasi dan
- Keluhan dispnea ketidaknyamanan selama
Do: saat aktivitas melakukan aktivitas
- Lemah (Menurun)
- TD :90/70 - Dispnea setelah Terapeutik
mmHg aktivitas - Lakukan latihan rentang
- HR : (Menurun) gerak pasif dan atau aktif
- Perasaan lemah - Fasilitasi duduk ditempat
164x/Menit (Menurun) tidur, jika tidak dapat
- RR : 28x/Menit - Warna Kulit berpindah atau berjalan
(Membaik)
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang

Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
3.5 Implementasi Keperawatan
No Hari/tanggal Implementasi Evaluasi Paraf
dx
1 Senin, 15 - Mengidentifikasi S : Tn. A
november karakteristik nyeri mengatakan
2021 dada (meliputi kebiasaan merokok
08:00-09:30 faktor pemicu dan sudah berkurang.
wib pereda, kualitas, Tn. A mengatakan
lokasi, radiasi, sudah tidak
skala, durasi dan mengkonsumsi
frekuensi) gorengan dan sudah
- Memonitor EKG 12 makan makanan
sadapan untuk yang normal.
perubahan ST dan T Tn. A mengatakan
- Memonitor aritmia rasa bergetar pada
(kelainan irama dan dada membaik.
frekuensi)
- Mempertahankan O : pasien terlihat
tirah baring minimal sudah tidak lemah
12 jam dan bisa
- Memasang akses beraktivitas seperti
intravena biasa.
- Mengajurkan segera
melaporkan nyeri A : tindakan
dada keperawatan
- Menjelaskan tercapai
tindakan yang
dijalani pasien P : Hentikan
- Berkolaborasi intervensi
pemberian x-ray
dada jika perlu
2 Selasa, 16 - Memeriksa sirkulasi S : tn .a mengatakan
november perifer (mis. Nadi sudah tidak sesak
2021 perifer, edema, nafas dan sudah
08:00-09:00 pengisian kapiler, bisa beraktivitas
wib warna, suhu, ankle seperti biasanya
brachial index)
- Mengidentifikasi O : pasien terlihat
faktor resiko sudah membaik dan
gangguan sirkulasi sudah tidak
(mis. Diabetes, merasakan lemah
perokok, orang tua, lagi
hipertensi dan kadar
kolesterol tinggi) A : tindakan
- Menghindari keperawatan
pemasangan infus tercapai
atau pengambilan
darah di area P : hentikan
keterbatasan perfusi intervensi
- Menghindari
pengukuran tekanan
darah pada
ekstrimitas dengan
keterbatasan perfusi
- Melakukan
perawatan kaki dan
kuku
- Mengajurkan
berhenti merokok
- Menganjurkan
berolahraga rutin
- Menganjurkan
program diet untuk
memperbaiki
sirkulasi (mis.
Rendah lemak
jenuh, minyak ikan
omega 3)
- Mengiformasikan
tanda dan gejala
darurat yang harus
dilaporkan (mis.
Rasa sakit yang
tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya
rasa)
3 Rabu, 17 S : pasien
november - Mengidentifikasi mengatakan sesak
2021 gangguan fungsi nafas yang di alami
08:00-08:45 tubuh yang nya sudah membaik
wib mengakibatkan
kelelahan O : pasien terlihat
- Memonitor sudah bisa
kelelahan fisik dan beraktivitas kembali
emosional karena sduah tidak
- Memonitor lokasi merasakan lemah
dan lagi.
ketidaknyamanan
selama melakukan A : tindakan
aktivitas keperawatan
- Melakukan latihan tercapai
rentang gerak pasif
dan atau aktif P: Intervensi di
- Memfasilitasi duduk hentikan
ditempat tidur, jika
tidak dapat
berpindah atau
berjalan
- Menganjurkan tirah
baring
- Menganjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
- Menganjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala kelelahan
tidak berkurang
- Berkalaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kebiasaan hidup tidak sehat seperti kasus yang ada di atas seperti
merokok dan sering mengonsumsi gorengan dan makanan bersantan. Bisa
menyebabkan palpitasi atau jantung berdenyut dengan kencang, berdebar,
tidak teratur, atau melompat – lompat sehingga dapat menyebabkan
disritmia setelah dilakukan pemeriksaan EKG dan Rontgen thorax.

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis menyampaikan saran sebagai


berikut:

a) Diharapkan mahasiswa dapat menyampaikan ide atau


memberikan pelayanan terbaik sehingga dapat meningkatkan
derajat Kesehatan klien.

b) Diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang proses asuhan


keperawatan pada pasien kritis dengan diagnosa medis
Disritmia, dengan lebih banyak membaca serta membawa
sumber buku yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika.

PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai