Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit yang telah

lama dikenal dan sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan diberbagai

negara di dunia (Tamamengka et al., 2019). Tuberkulosis adalah penyakit

infeksius terutama menyerang parenkim paru. TB paru adalah suatu penyakit yang

menular yang disebabkan oleh bacil mycobacterium tuberculosis yang merupakan

salah satu saluran pernafasan bagian bagian bawah. Tuberkulosis adalah penyakit

penyebab kematian ke-3 di Indonesia, sesudah kardiovaskuler dan penyakit

saluran pernapasan. Indonesia menduduki peringkat ke-3 di dunia setelah India

dan China sebagai negara penderita TB terbanyak di dunia. TB Paru merupakan

penyakit yang menular sehingga kepatuhan dalam pengobatan adalah hal yang

sangat penting dalam perilaku hidup sehat. , Namun kondisi di lapangan masih

terdapat penderita TB Paru yang gagal menjalani pengobatan secara lengkap dan

teratur. Keadaan ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah

ketidakpatuhan penderita dalam menjalani pengobatan (Sukana, et al, 2013).

World Health Organitation menyebutkan Global Report 2017, angka

Insidens TB saat ini adalah 183/100.000 penduduk, menurun sekitar 10% dari

206/100.000 penduduk (1990), sedangkan angka prevalensi TB adalah

272/100.000 penduduk turun sebesar 33% dari baseline sebesar 442/100.000 dan

1
angka mortalitas TB adalah 25/100.000 penduduk atau turun sebesar 49% dari

53/100.000. Pada tahun 2017, angka penemuan kasus TB paru (CDR) tercatat

sebesar 69,7%, sedangkan angka keberhasilan pengobatan (Success Rate - SR)

sebesar 90% (WHO, 2018). Indonesia merupakan negara keempat di dunia

sebagai penyumbang penderita Tuberkulosis sebanyak 322.806 orang penderita,

negara India sebanyak 1.609.507 orang penderita, China 819.283 orang

penderita dan Afrika Selatan 366.166 orang penderita. Provinsi Jawa Timur

pada tahun 2017 menempati ururan kedua di Indonesia dalam jumlah

penemuan penderita tuberkulosis. Jumlah penemuan kasus baru BTA +

sebanyak 26.152 kasus (CNR = 67/100.000 penduduk) dan jumlah

penemuan semua kasus TB sebanyak 54.811 kasus ( CNR = 139/100.000

penduduk atau CDR = 46%), target CNR semua kasus yang ditetapkan oleh

Kemenkes RI tahun 2017 sebesar 185/100.000 penduduk dan CDR = 51%.

TBC (Tuberkulosis) disebabkan oleh infeksi kuman dengan nama yang

sama, yaitu mycobacterium tuberculosis. Kuman atau bakteri ini menyebar

diudara melalui percikan ludah penderita, misalnya saat berbicara, batuk, atau

bersin. Banyak faktor yang sangat berperan terhadap kepatuhan dalam berobat,

diantaranya adalah Status ekonomi dan stuktural, pendidikan, kurangnya

pengetahuan, regimen pengobatan yang kompleks, kualitas petugas kesehatan dan

jarak rumah. Dalam pengobatan, pasien TB Paru dikatakan patuh adalah

terjadinya kepatuhan meminum obat secara teratur selama 6-8 bulan sehingga

dapat menurunkan resiko kegagalan pengobatan TB dibandingkan dengan pasien

TB yang minum obat tidak teratur. Besarnya angka ketidakpatuhan berobat akan

2
mengakibatkan tingginya angka kegagalan pengobatan penderita TB paru dan

menyebabkan makin banyak ditemukan penderita TB paru dengan BTA yang

resisten dengan pengobatan standar. Hal ini akan mempersulit pemberan tasan

penyakit TB paru di Indonesia serta memperberat beban pemerintah. Dari

berbagai faktor penyebab ketidakpatuhan minum obat penderita TB paru, faktor

manusia dalam hal ini penderita TB paru sebagai penyebab utama dari ketidak

patuhan minum obat (Depkes RI, 2018).

Kepatuhan atau ketaatan (Commpliance/ adherence) adalah tingkat pasien

melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau

oleh orang. Penderita yang patuh berobat adalah yang menyelesaikan pengobatan

secara teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan sampai dengan

9 bulan. Ketidakpatuhan terhadap pengobatan akan mengakibatkan tingginya

angka kegagalan pengobatan penderita TB Paru. Kegagalan pengobatan akan

meningkatkan risiko kesakitan, kematian, dan menyebabkan semakin banyak

ditemukan penderita TB Paru dengan Basil Tahan Asam (BTA) yang resisten

dengan pengobatan standar.

World Health Organization (WHO) meluncurkan strategi pengendalian

TB untuk diimplementasikan secara Internasional, disebut DOTS (Direct

Observed Treatment Shortcourse). Di Jurnal Keperawatan Soedirman (The

Soedirman Journal of Nursing) menyatakan bahwa penanggulangan dengan

strategi DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi. Berbagai upaya

telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi virulensi dan menekan jumlah

penderita Tuberkulosis, diantaranya dengan dicanangkan Gerakan Terpadu

3
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis (GERDUNAS TB) Oleh Menkes RI,

penanggulangan Tuberkulosis diangkat menjadi suatu gerakan yang bukan saja

menjadi tanggung jawab pemerintah.

1.2 Rumusan masalah

Apakah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat

pada penderita tuberkulosis paru berdasarkan studi literature?

1.3 Tujuan

Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan minum

obat pada penderita tuberculosis paru berdasarkan studi literatur.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Literature riview ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bidang

kesehatan yang dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat pada penderita

tuberkulosis paru.

4
BAB 2

METODE

2.1 Pencarian Literature

Desain studi yang digunakan adalah literature review yaitu uraian

tentang teori, temuan dan artikel peneletian lainnya yang diperoleh dari

bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian dan sebuah

proses yang disusun untuk membedah sebuah studi atau penelitian ilmiah.

Pencarian literature dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

2.1.1 Framework yang digunakan

Framework yang digunakan dalam review ini adalah PICOS seperti

yang tercantum dalam panduan, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1 Framework

Population, or Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita

participants and TB Paru yang berobat di Poli Paru RS. Pengambilan

conditions of sampel penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

interest teknik Purposive sampling yaitu di dasarkan pada

suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti

sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang

sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012).


Interventions or Pasien tuberkulosis paru yang memiliki pengetahuan

exposures yang baik tentang penyakitnya baik dari faktor

5
penyebab gejalanya penyakit, pengobatannya maupun

pencegahannya maka diharapkan pasien akan patuh

dan teratur dalam minum obat. Sehingga akan sangat

membantu sekali proses penyembuhannya. Bagi

pasien anak, peran orang tua sangatlah besar.

Sehingga orang tua dituntut memiliki pengetahuan

yang baik tentang penyakit Tuberkulosis Paru. Hal ini

sesuai penelitian Yessica, H.T (2004)


Comparisons or Penderita TB Paru

control groups
Outcome Kepatuhan minum obat anti tuberkulosis adalah

mengkonsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter

pada waktu dan dosis yang tepat. Pengobatan hanya

akan efektif apabila pasien mematuhi aturan dalam

penggunaan obat. Keberhasilan pengobatan TB Paru

sangat dipengaruhi akan kepatuhan dalam berobat

dan permasalahan kepatuhan pasien penyakit TB Paru

banyak dipengaruhi faktor.


Study type Cross sectional

2.1.2 Kata kunci yang digunakan

6
Pada literature review ini pencarian artikel menggunakan kata

kunci dengan menggunakan Medical subject heading (MeSH) dengan

kata kunci sebagai berikut:

Konsep I Konsep II Konsep III

Kepatuhan Minum obat tuberkulosis

pengetahuan Pengobatan Tuberculosis paru

Dengan demikian Boolean operator yang bisa digunakan dalam studi ini

adalah kepatuhan minum obat OR tuberkulosis AND pengetahuan

2.1.3 Database yang digunakan

Studi ini akan menggunakan database akademik bereputasi tinggi

dan menengah diantaranya: Scholar Artikel yang direview merupakan

artikel yang dipublikasikan 5 tahun terakhir, yaitu tahun 2016-2020.

Tabel 2.2 Ringkasan Literature Review

Database Keyword Penemuan Artikel yang

Artikel relevan
Scholar Kepatuhan minum obat OR 2.670 10

Tuberkulosis AND Pengetahuan

2.2 Kriteria inklusi dan eksklusi

7
Kriteria Inklusi Kriteria Ekslusi

Artikel dipublikasikan dalam full text Berupa abstrak, review

baik dalam bahasa Inggris maupun

bahasa Indonesia
Artikel dipublikasikan pada rentang Tidak tersedia dalam full text

tahun 2016-2021
Studi yang dibahas mencakup Faktor- Full text tidak dapat diakses oleh peneliti

faktor yang Berpengaruh terhadap

kepatuhan minum obat pada penderita

Tuberculosis paru

2.3 Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas

2.3.1 Hasil pencarian dan seleksi studi

8
Seleksi jurnal 5 tahun terakhir dan Excluded (N=217)
menggunakan google scholar Problem/populasi:
N=2.670
- Tidak sesuai topik (N=102)

Intervention:
- Selain faktor yang
berpengaruh terhadap
Seleksi judul dan duplikat kepatuhan minum obat
penderita TB Paru(N=89)
N=364
Outcome:
- Tidak ada faktor yang
berpengaruh terhadap
kepatuhan minum obat(26)
Mengidentifikasi abstrak

N=147

Excluded (N=137)

- Hasil Penelitian tidak


menyebutkan faktor yang
berpengaruh terhadap
kepatuhan minum obat
penderita tb paru(N=25)
Jurnal akhir yang dapat dianalisa - Tujuan Penelitian Tidak
sesuai rumusan masalah dan Sesuai (N=63)
tujuan - Metode Penelitian Tidak
N=10 Dijelaskan Secara Rinci
(N=49)

Gambar 3.1 Diagram flow Hasil Pencarian dan Seleksi Studi

Langkah pertama yang dilakukan untuk mencari artikel penelitian adalah

mencari artikel dari database Scholar dengan memasukkan kata kunci. Kemudian

mengeliminasi judul yang tidak relevan. Setelah itu melakukan screening judul

9
dan abstrak, lalu mengeliminasi artikel yang tidak sesuai dengan kriteria inklusi.

Artikel atau studi yang tidak relevan bisa dieliminasi dengan mempertimbangkan

relevansi dan kesesuaian dengan tujuan penelitian.

Penelitian kualitas dilakukan oleh penulis dengan arahan dari pembimbing.

Kualitas studi dinilai berdasarkan (Webb, 2019):

1. Currency, kapan informasi dipublikasikan dan apakah hasil penelitian

cukup bermakna untuk masa saat ini.

2. Relevance, seberapa penting informasi yang diberikan terhadap pertanyaan

penelitian

3. Authority, siapa author penelitian yang direview, apakah author bekerja

pada institusi yang credible, apakah artikel berasal dari peer review jurnal

4. Accuracy, apakah informasi yang diberikan dapat dipercaya, apakah sitasi

yang ada sudah cukup, apakah ada kesalahan penulisan

5. Purpose, apakah penelitian tersebut suatu penelitian independen atau

hanya bertujuan untuk menjual produk atau ide.

Analisis yang akan digunakan adalah analisis tematik, yaitu salah satu cara untuk

menganalisa data dengn tujuan mengidentifikasi pola-pola atau tema dalam suatu

data. Oleh karena itu dapat mengatur dan menggambarkan data secara mendetail

agar dapat menafsirkan berbagai aspek tentang topik review (Braun & Clarke

dalam Heriyanto, 2018).

BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

10
3.1 Karakteristik Studi

Sepuluh artikel memenuhi kriteria inklusi berdasarkan topik literarture

review yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat

pada penderita Tuberkulosis paru, faktor pengetahuan (4 studi), faktor

pengetahuan dan sikap (6 studi).

3.2 Daftar artikel hasil pencarian

Tabel 3.1 Daftar artikel hasil pencarian

No Judul; Penulis; Tahun; Metode

Database; Volume, (Desain, Sampel,


Hasil Penelitian
Angka Variabel, Instrumen,

Analisis)
1 D: Desain Penelitian Dari data yang diperoleh
Hubungan pengetahuan
Kuantitatif yang diketahui faktor yang
dan sikap dengan
menggunakan mempengaruhi sikap
kepatuhan minum obat
rangcangan cross penderita TB Paru untuk
anti tuberkulosis pada
sectional patuh minum obat anti
pasien TB paru di
S: 35 orang penderita tuberkulosis adalah banyak
puskesmas teladan
tuberkulosis di obat yang dikonsumsi. Hal
medan.
puskesmas teladan ini menunjukkan bahwa

medan. adanya tekanan psikologis


(Herlina sirait et.al,
V: pengetahuan dan di dalam diri penderita TB
2020)
kepatuhan minum Paru yaitu jumlah dan jenis
Scholar
obat obat yang dikonsumsi. Hal

11
I: kuesioner ini sesuai dengan pendapat
Vol 5, No 1
A: uji statistik Chi Partasasmita (2016) yang

Square Test menyebutkan bahwa karena

lamanya jangka waktu

pengobatan yang ditetapkan

maka terdapat beberapa

kemungkinan pola

kepatuhan yaitu penderita

berobat teratur dan

memakai obat secara

teratur, penderita tidak

berobat secara teratur

(defaulting), penderita sama

sekali tidak patuh dalam

pengobatan yaitu putus

berobat (droup out).

2 Hubungan Pengetahuan D: Jenis penelitian Hasil penelitian ini adalah

Dan Sikap Terhadap ini adalah penelitian terdapat hubungan yang

Kepatuhan Minum Obat analitik observasional signifikan antara

Pasien Tuberkulosis dengan pendekatan pengetahuan pada level

Paru Fase Lanjutan di cross sectional. tahu terhadap kepatuhan

kecamatan umbulsari S: 21 orang penderita minum obat. Namun pada

12
jember. tb level memahami dan

V: pengetahuan dan aplikasi tidak didapatkan

(Elita ismi Mientarini kepatuhan minum hasil yang serupa.

et.al 2018) obat. Selanjutnya, tidak

Scholar I: kuesioner didapatkan hasil yang

Vol 14, No 1 A: uji korelasi signifikan pula antara sikap

spearman dan kepatuhan minum obat.


3 Hubungan Pengetahuan D: jenis penelitian ini Berdasarkan hasil

Dan Motivasi Penderita adalah penelitian penelitian terhadap 33

Tuberkulosis Paru kuantitatif yang responden di Puskesmas

Dengan Kepatuhan bersifat deskriptif Paniki Bawah Kecamatan

Minum Obat. analitik Mapanget, diperoleh hasil

S: 33 Responden bahwa terdapat hubungan

(Adi Yeremia Mamahit V: pengetahuan dan antara motivasi penderita

et.al, 2019) kepatuhan minum dengan kepatuhan minum

Scholar obat. obat TB Paru di Puskesmas

Vol 7, No 1 I: kuesioner dan Paniki Bawah Kecamatan

observasi Mapanget.

A: uji statistik Chi

Square Test

4 Hubungan Pengetahuan D: rangcangan Berdasarkan hasil analisis,

Penderita Tuberkulosis penelitian yang proporsi responden yang

Paru Dengan Tingkat digunakan ialah memiliki pengetahuan yang

13
Kepatuhan Dalam deskriptif korelasi. baik lebih banyak yang

Program Pengobatan S: 30 penderita patuh dibandingkan yang

Tuberkulosis Paru Di tuberkulosis paru. tidak patuh. Hal ini dapat

Puskesmas Bahu V: pengetahuan dan dilihat dari hasil penelitian,

Kecamatan Malalayang tingkat kepatuhan. dimana pasien dengan

Manado I: kuesioner tingkat pengetahuan tinggi

(Liria C. Bawihu et.al, A: uji Chi Square Test memiliki tingkat kepatuhan

2017) dalam program pengobatan

Scholar yaitu sebesar 96.67%

Vol 6, No 4 sedangkan responden

berpengetahuan cukup

mempunyai tingkat

kepatuhan yang rendah

yaitu 3.33%.
5 Hubungan Pengetahuan D: jenis penelitian Berdasarkan hubungan

Dan Sikap Penderita yang digunakan ialah pengetahuan penderita TB

Tuberkulosis Paru penelitian Kuantitatif Paru dengan kepatuhan

Dengan Kepatuhan S: 30 orang berobat di RS Siloam

Berobat Di Poli Paru V: Pengetahuan dan Palembang hasil uji statistik

Rumah Sakit Siloam kepatuhan berobat. didapat nilai P (p Value ) =

Palembang Tahun 2020 I: kuesioner 0,01, berarti lebih dari a =

A: uji Chi Square Test 0,05 %, dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang

(Bela Purnama Dewi bermakna antara

14
et.al, 2020) Pengetahuan penderita TB

Scholar Paru dengan kepatuhan

Vol 10, No 20 berobat di RS Siloam

Palembang Tahun 2020.


6 Hubungan Pengetahuan D: jenis penelitian ini Dalam penelitian ini

Dan Sikap Penderita Tb adalah korelasi didapatkan bahwa pada

ParuTerhadap dengan desain cross responden dengan sikap

Kepatuhan Minum Obat sectional. kategori tinggi dapatkan

AntiTuberkulosis Di S: 38 responden semuanya patuh minum

Poloklinik Rsi Nu V: pengetahuan dan obat Anti TB sebanyak 9

Demak kepatuhan minum responden (100%), pada

obat. sikap sedang sebanyak 21

(Anita Dyah Listyarini I: kuesioner responden didapatkan

et.al, 2021) A: uji Rank Spearman kepatuhan minum obat

Scholar paling banyak kategori

Vol 8, No 1 sedang sebanyak 18

responden (85,7%) dan

pada pengetahuan kurang

sebanyak 8 responden

didapatkan kepatuhan

minum obat paling banyak

kategori rendah sebanyak 5

responden (62,5%).

15
7 Hubungan Pengetahuan D: Penelitian yang Pengetahuan dengan

Dengan Tingkat digunakan adalah tingkat

Kepatuhan Pengobatan penelitian kuantitatif kepatuhanpengobatan pada

Pada Pasien analitik observasional pasien tuberkulosis paru di

Tuberkulosis Di Rsud dengan pendekatan RSUD dr.Soehadi

Dr. Soehadi Prijonegoro cross sectional. Prijonegoro Sragen dengan

Sragen S: 40 Pasien hasil perhitungan dengan

V: Pengetahuan rumus di atas diperoleh

(Anna Silvia Prihantana kepatuhan nilai koefisien korelasi (r)

et.al, 2016) pengobatan. hitung sebesar 0,525 dan

Scholar I: kuesioner dengan nilai (r) tabel 0,312

Vol 2, No 1 A: Uji Normalitas nilai signifikansi (p)

menggunakan sebesar 0,009. Sehingga

Kolmogorov Smirnov dapat diartikan bahwa ada

hubungan ada hubungan

yang signifikan antara

pengetahuan dengan tingkat

kepatuhan pengobatan pada

pasien tuberkulosis di

RSUD dr.Soehadi

Prijonegoro Sragen.
8 Hubungan Tingkat D: jenis penelitian ini Tingkat pengetahuan

Pengetahuan Terhadap adalah Analitik terbanyak dalam kategori

Kepatuhan Minum Obat dengan pendekatan baik sebanyak 30 orang

16
Pada Pasien cross sectional (76,19%), sedangkan

Tuberkulosis Paru (Tb) S: 42 Orang tingkat pengetahuan dalam

Di Upt Puskesmas V: Pengetahuan dan kategori kurang sebanyak

Simalingkar Kota kepatuhan minum 10 orang (23,81%). Dari

Medan. obat. 42 orang responden,

I: kuesioner sebanyak 36 responden

(Octavienty et.al, 2019) A: uji statistic (85,71%) patuh minum

Scholar pearson correlation obat, sedangkan sebanyak 6

Vol 3, No 3. orang responden (14,29%)

tidak patuh minum obat.

Terdapat hubungan antara

tingkat pengetahuan dengan

kepatuhan minum obat

pada pasien TB paru di

UPT Puskesmas

Simalingkar Kota Medan

dengan nilai p<0,05 p-

value yaitu 0,002.


9 Hubungan Pengetahuan D: penelitian ini Penderita TB di Puskesmas

dan Sikap dengan menggunakan survey Pekauman Wilayah kerja

Kepatuhan Konsumsi analitik dengan Pusat Banjarmasin sebagian

Obat pada Pasien pendekatan cross besar memiliki

Tuberkulosis di sectional. pengetahuan baik tentang

Puskesmas Pekauman S: 56 orang tuberkulosis sebanyak 39

17
Banjarmasin . V: pengetahuan dan orang (72,2%), memiliki

kepatuhan konsumsi sikap positif sebanyak 48

(Irvan Maulana et.al, obat. orang (88,9%), patuh dalam

2020) I: kuesioner meminum obat tuberkulosis

Scholar A: uji Chi Square sebanyak 48 orang (88,9%).

Vol 11, No 1 Ada hubungan antara

pengetahuan dan sikap

dengan kepatuhan

konsumsi obat pada

penderita tuberkulosis di

wilayah kerja Puskesmas

Banjarmasin (p value =

0,000,031).
10 Faktor-faktor yang D: Menggunakan Hasil kepatuhan pasien TB
paru terhadap pengobatan
Mempengaruhi tingkat penelitian deskriptif TB paru pada penelitian ini
menunjukkan terdapat
Kepatuhan Pasien observasional dengan pasien patuh (90,7%) dan
pasien tidak patuh (9,3%).
terhadap Pengobatan pendekatan cross Berdasarkan hasil
penelitian yang peneliti
Tuberkulosis paru di sectional. lakukan secara langsung
terhadap pasien TB paru,
lima puskesmas se-kota S: 75 orang kepatuhan pasien terhadap
pengobatan TB paru
Pekanbaru. V: factor-faktor dan dipengaruhi oleh beberapa
faktor utama, antara lain
kepatuhan keinginan pasien untuk
sembuh, cara berfikir
(Adelia Ratna Sundari pengobatan. pasien, dan pengetahuan
pasien tentang penyakit TB
Gunawan et.al, 2017) I: kuesioner paru.

Scholar A: uji Chi Square

18
Vol 4, No 2

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Kepatuhan minum obat pada

penderita Tuberculosis Paru

Dari data yang diperoleh diketahui faktor yang mempengaruhi sikap


penderita TB Paru untuk patuh minum obat anti tuberkulosis adalah banyak obat
yang dikonsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa adanya tekanan psikologis di
dalam diri penderita TB Paru yaitu jumlah dan jenis obat yang dikonsumsi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Partasasmita (2016) yang menyebutkan bahwa karena
lamanya jangka waktu pengobatan yang ditetapkan maka terdapat beberapa
kemungkinan pola kepatuhan yaitu penderita berobat teratur dan memakai obat
secara teratur, penderita tidak berobat secara teratur (defaulting), penderita sama
sekali tidak patuh dalam pengobatan yaitu putus berobat (droup out). Sampel
akhir yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan sampel berdasarkan
usia, jenis kelamin, lama pengobatan yang telah dijalani, tingkat pendidikan,
status pekerjaan, dukungan keluarga, tingkat keputusasaan, dan kepatuhan minum
obat.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan seseorang


untuk meminum obat, yaitu antara lain usia,pekerjaan, waktu luang, pengawasan,
jenis obat, dosis obat dan penyuluhan dari petugas kesehatan. Pengetahuan dan

19
sikap menjadi faktor utama kepatuhan seseorang dalam minum obat. Untuk
mencegah adanya ketidakpatuhan penderita dalam minum obat Maka disarankan
kepada keluarga penderita TB paru agar lebih ditingkatkan lagi dalam mengawasi
serta memberikan perhatian lebih kepada penderita TB paru untuk membentuk
sikap positif dari penderita yang pada akhirnya mau meminum obat TB paru
sampai tuntas demi memperoleh kesembuhan dari penyakit TB paru secara
optimal serta mencegah dari kekambuhan penyakit TB paru. Kepatuhan minum
obat adalah mengkonsusmsi obat-obatan yang diresepkan dokter pada waktu dan
dosis yang tepat. Pengobatan hanya akan efektif apabila pasien mematuhi aturan
dalam minum obat.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa ada
beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat pada penderita
tuberkulosis paru yaitu pengetahuan, sikap, usia, dan jenis kelamin. Tindakan
seseorang terhadap masalah kesehatan pada dasarnya akan dipengaruhi oleh
pengetahuan dan sikap seseorang terhaadap masalah tersebut. Dalam hal ini
semakin tinggi pengetahuan pasien tentang manfaat pengobatan dan bahayanya
kegagalan pengobatan atau terputusnya mengkonsumsi obat maka semakin patuh
pula pasien dalam minum obat.

4.1.1 Faktor Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa pengetahuan berperan

penting dalam terlaksananya kepatuhan berobat pasien TB paru. Pengetahuan

tentang TB yang kurang menyebabkan penderita berpikir bahwa pencegahan

penularan dan pengobatan penyakit Tb itu kurang begitu penting sehingga

tidak munculnya minat bagi penderita untuk mengkonsusmsi obat, begitu

sebaliknya jika penderita memiliki pengetahuan yang baik tentang TB,

mengetahui manfaat dari konsumsi obat sehingga akan membuat penderita

melakukan yang terbaik untuk mencapai kesembuhan yang optimal melalui

konsumsi obat sesuai dengan anjuran. Tenaga kesehatan harus bekerja sama

20
dengan masyarakat ataupun keluarga pasien dan pasien sendiri, karena masih

banyak masyarakat yang tidak mengetahui tentang penyakit TB paru dan cara

pengobatannya. Dan penyakit ini merupakan penyakit menular sehingga harus

dicegah agar tidak tertular terhadap anggota keluarga yang lainnya. Untuk

kepatuhan berobat sendiri tenaga kesehatan harus selalu mengedukasi pasien

yang datang tentang tata cara pengobatan TB paru sehingga mereka bisa

mengerti bahwa penyakit TB harus minum obat secara teratur selama 6 bulan

dan tidak boleh putus obat.

Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas penggabungan

atau kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan objek yang

diketahui. Segenap apa yang diketahui tentang sesuatu objek tertentu

(Suriasumantri dalam Nurroh 2017). Menurut Notoatmodjo dalam Yuliana

(2017), pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung,

telinga, dan sebagainya). Jadi pengetahuan adalah berbagai macam hal yang

diperoleh oleh seseorang melalui panca indera.

Maka dari itu pengetahuan merupakan salah satu faktor yang sangat

mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam mengkonsumsi obat tuberculosis,

oleh karena itu semakin tinggi pengetahuan pasien tentang manfaat

pengobatan dan bahayanya kegagalan pengobatan atau terputusnya

mengkonsumsi obat maka semakin patuh pula pasien dalam minum obat.

4.1.2 Faktor Sikap

21
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Irvan Maulana, didapatkan

data menunjukan responden yang memiliki sikap negatif terdapat

kecenderungan tmenjauhi, menghindari atau tidak mematuhi anjuran petugas

kesehatan dalam mengkonsumsi obat sedangkan responden yang mempunyai

sikap positif sebagian besar memiliki kecenderungan untuk mendekati,

menyukai dan patuh dalam konsumsi obat sesuai dengan yang dianjurkan oleh

petugas kesehatan atau pengawas minum obat (PMO).

Sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu

untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek akibat

pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut (Koentjaraningrat, 1983 dalam

Maulana, 2007). Apabila seseorang setuju dengan suatu hal, maka sikapnya

akan mengarah ke positif dan cenderung mendekatinya. Tetapi jika seseorang

tidak atau kurang setuju dengan suatu hal, maka sikapnya akan mengarah ke

negatif atau cenderung menjauhinya. Selain melalui perilaku, sikap juga dapat

dilihat melalui pengetahua, keyakinan, ataupun perasaan tentang suatu objek

tertentu. Jadi sikap bisa diukur karena sikap seseorang dapat dilihat dari

beberapa aspek tersebut (Sarwono, 2009).

Dari penelitian diatas dapat dilihat bahwa faktor sikap sangat berpengaruh

terhadap kepatuhan penderita dalam minum obat, karena ada penderita yang

bersikap negatif atau cenderung menjauh dikarenakan lamanya proses

pengobatan tuberculosis. Dan ada juga penderita yang besikap positif dan

bersedia melakukan minum obat secara rutin sesuai anjuran petugas

kesehatan.

22
4.1 Faktor Usia

Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa kasus terbanyak

berada pada usia produktif. Penderita yang berada pada usia produktif lebih

rentan beresiko tertular penyakit TB paru karena lebih aktif beraktivitas di luar

lingkungan rumah. Sebagian pasien TB yang berusia produktif ini, bekerja

dari pagi sampai tengah malam yang dipengaruhi oleh faktor cuaca, kurang

beristirahat, dan kurangnya memakannmakanan yang bergizi. Karena aktivitas

pasien TB paru yang sibuk, sehingga sebagian pasien TB paru tidak

memperhatikan kesehatannya yang minimal dengan gejala batuk > 2 minggu.

Usia mempengaruhi pertahanan tubuh seseorang, semakin tinggi usia maka

semakin menurun pertahanan tubuh seseorang.

Umur diartikan dengan masa hidup seseorang atau sejak dilahirkan atau

diadakan. Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Dewi dan

Wawan, 2010).

Berdasarkan penelitian diatas didapatkan bahwa usia merupakan faktor

yang dapat mempengaruhi kepatuhan penderita dalam minum obat

tuberkulosis. Dan penderita berada pada usia produktif yang sibuk melakukan

aktivitas sehingga menghambat pengobatan penderita secara rutin sesuai

anjuran petugas Kesehatan.

4.2 Faktor Jenis Kelamin

23
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan secara langsung, karena

pasien TB paru berjenis kelamin laki-laki lebih sering beraktivitas di luar

rumah. Tugas laki-laki sebagai kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah

untuk kebutuhan keluarganya. Pasien tersebut bekerja dari pagi sampai malam

dan bekerja yang cukup berat seperti kuli bangunan, bekerja sebagai supir truk

yang keluar kota atau provinsi, sehingga beresiko mudah tertular penyakit TB

paru. Dampaknya adalah pasien kurang beristirahat, kurang memperhatikan

makanan yang bergizi, stress yang berlebihan dan mudah Lelah sehingga

pasien mudah tertular penyakit TB paru.

Profil Kesehatan Indonesia menyatakan bahwa laki-laki lebih rentan

terkena penyakit tuberculosis di bandingkan perempuan.karena laki-laki lebih

aktif beraktivitas di luar ruangan sehingga menyebabkan ketidakpatuhan

penderita dalam melakukan pengobatan.

Dari hasil penelitian diatas dapat dikatakan bahwa jenis kelamin

merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan minum

obat pada penderita tuberkulosis paru. Karene penderita lebih sering

beraktivitas diluar sehingga tidak rutin melakukan pengobatan dengan benar.

24
BAB 5

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dalam upaya melakukan pengobatan Tuberkulosis terdapat faktor-

faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam minum obat yang

dapat menimbulkan keterlambatan penyembuhan penyakit tuberkulosis

paru, yaitu faktor pengetahuan dan sikap, kedua faktor ini sangat

berpengaruh terhadap kepatuhan pasien dalam minum obat. Karena

kurangnya pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku pasien dalam

melakukan pengobatan atau minum obat secara teratur. Maka disarankan

kepada keluarga penderita TB paru agar lebih ditingkatkan lagi dalam

mengawasi serta memberikan perhatian lebih kepada penderita TB paru

untuk membentuk sikap positif dari penderita yang pada akhirnya mau

25
meminum obat TB paru sampai tuntas demi memperoleh kesembuhan dari

penyakit TB paru secara optimal serta mencegah dari kekambuhan

penyakit TB paru.

5.2 Conflict of Interest

Rangkuman menyeluruh atau literature review ini adalah penulisan

secara mandiri, sehingga tidak terdapat konflik kepentingan dalam

penulisannya.

DAFTAR PUSTAKA

Adi Yeremia Mamahit, P. Y. (2019). Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi

Penderita dan Motivasi Penderita Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan

Minum Obat. Journal of Community & Emergency , 7, 1-9.

Anita Dyah Listyarini, D. M. (2021). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Penderita

Tb ParuTerhadap Kepatuhan Minum Obat AntiTuberkulosis Di Poloklinik

Rsi Nu Demak. Jurnal Profesi Keperawatan , 8, 11-23.

Anna Silvia Prihantana, S. S. (2016). Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat

Kepatuhan Pengobatan Pada Pasien Tuberkulosis Di Rsud Dr. Soehadi

Prijonegoro Sragen. Jurnal Farmasi Sains dan Praktis , 1, 46-52.

26
Ardat. (2020). Pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan minum obat

pada penderita TB Paru. Journal of Pharmaceutical and Health Research ,

1, 49-53.

Bela Purnama Dewi, S. T. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Penderita

Tuberkulosis Paru Dengan Kepatuhan Berobat Di Poli Paru Rumah Sakit

Siloam Palembang Tahun 2020. Jurnal Kesehatan dan Pembangunan , 10,

16-22.

Elita Ismi Mientarini, Y. S. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap

Kepatuhan Minum Obat Pasien Tuberkulosis Paru Fase Lanjutan di

kecamatan umbulsari jember. Ikesma , 14, 11-18.

Herlina sirait, A. S. (2020). Hubungan pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan

minum obat anti tuberkulosis pada pasien TB paru di puskesmas teladan

medan. Kesdammedan , 5, 9-15.

Irvan Maulana, F. E. (2020). Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan

Kepatuhan Konsumsi Obat pada Pasien. Jurnal kesehatan Indonesia , 11,

20-26.

Liria C. Bawihu, W. A. (2017). Hubungan Pengetahuan Penderita Tuberkulosis

Paru Dengan Tingkat Kepatuhan Dalam Program Pengobatan

Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Manado.

Jurnal ilmiah farmasi , 6, 149-156.

27
Octavienty, I. H. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Kepatuhan

Minum Obat Pada Pasien Tuberkulosis Paru (Tb) Di Upt Puskesmas

Simalingkar Kota Medan. Jurnal Dunia Farmasi , 3, 123-130.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

“ARTHA BODHI ISWARA”

SURABAYA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

Jl. Pumpungan III No.29, menur pumpungan, sukolilo, kota Surabaya jawa Timur,

60118

Phone : (031) 5914469 fax: 031-5937965, email: stikesabi@stikesabi.ac.id

28
LEMBAR KONSULTASI

NAMA MAHASISWA : WISNO BOSA MAWUKODA

NIM : 1710054

JUDUL SKRIPSI : FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH

TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT

PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU

PEMBIMBING : ROUFUDDIN S, Kep, Ns,M.Kep

No Tanggal Hasil Bimbingan Keterangan


1 25 Februari 2021 Konsul Jurnal
10 Jurnal acc

Konsul BAB 1

2 3 Maret 2021 Konsul BAB I


BAB I acc
3 9 Maret 2021 Konsul BAB II
BAB II revisi
4 17 Maret 2021 Konsul BAB II- BAB III

BAB II acc & BAB III revisi


5 24 Maret 2021 Konsul BAB III-BAB V

BAB III acc & BAB IV-V revisi

6 25 Maret 2021 Konsul BAB IV-V

29
BAB IV acc

BAB V acc

30

Anda mungkin juga menyukai