Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

NEUROLOGI II

Hernia Nucleus Pulposus

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Adimas Nugroho (P27228019109)


2. Anggraini Ariesta Arum Sari (P27228019112)
3. Erdandi E. B (P27228019122)
4. Evita Lubban Dzakiya (P27228019123)
5. Mahendra Verdi Suseno (P27228019134)
6. Okky Fajar Sasongko (P27228019145)
7. Surya Mardhana (P27228019155)

Untuk Memenuhi Tugas Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Mata Kuliah

Mata Kuliah Neurologi II

PROGRAM STUDI DIV OKUPASI TERAPI

JURUSAN OKUPASI TERAPI

POLITEKSNIK KESEHATAN SURAKARTA

TAHUN 2021
A. Kasus Klien Stroke Hemiparesis Sinistra (Occupational Profile)

Klien berinisial Ny. M berumur 57 tahun dan berjenis kelamin


perempuan tinggal di Klaten, Jawa Tengah. Memiliki sisi dominan kanan.
Beliau menderita penyakit Hernia Nucleus Pulposus sejak 2015 yang
membuat nyeri pada daerah lumbal serta kekakuan dan kebas di sisi tubuh
bagian kiri ketika merasa lelah. Ny. M tinggal dirumah bersama suami dan
seorang anak laki laki yang berumur 23 tahun. Dalam kesehariannya Ny. M
bekerja sebagai petani yang mengais sisa batang-batang padi di sawah .

Awal mula Ny. M terkena HNP pada tahun 2015 saat klien sedang
membawa kayu yang beratnya kira-kira 30 KG saat sedang melewati sawah,
klien terpeleset dan satu kakinya masih tegap menanggung beban kayu yang
akhirnya membuat klien merasa nyeri di punggungnya. Namun klien tidak
merasakan apapun semenjak kejadian tersebut, dan setelah satu tahun berlalu
klien merasakan bahwa ketika beliau membawa beban berat dan
membungkuk itu terasa sakit dan nyeri. karena hal tersebut klien melakukan
pemeriksaan di Rumah Sakit Tegalyoso Klaten. Ny. M sempat menjalani
rawat jalan selama 7 hari 7 malam dan selama hari tersebut beliau rutin
mengonsumsi obat dari dokter namun tidak dirasakan perubahan yang berarti.
Akhirnya keluarga klien memutuskan untuk melakukan scan x-ray dan
diketahui bahwa tulang belakang dari klien mengalami kemiringan yang
diakibatkan tekanan tiba tiba saat beliau terjatuh di sawah.

Ny. M melakukan fisioterapi berupa laser treatment. Klien diberi tahu


oleh dokter untuk mengurangi aktivitas yang berat dengan beban. Namun
tetap disarankan untuk melakukan gerakan yang melibatkan rotasi trunk serta
fleksi trunk untuk menghindari kekakuan karena takut jarang digerakkan.
Klien juga diketahui memakai korset. Klien telah mengalami kondisi Hernia
Nucleus Pulposus ini selama kurang lebih enam tahun dan telah berpindah
tempat periksa yang pertama yakni di Rumah Sakit Tegalyoso kemudian di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu.
B. Kasus Klien dipandang Menurut TRT Model

C. Diagnosis OT

Berdasarkan hasil pemeriksaan, pasien mengalami keterbatasan pada


area Work berupa aktivitas mengambil sisa batang padi karena keterbatasan
ROM, kekuatan otot dan endurance pada trunk. Aktivitas mengambil sisa
batang padi yang dimaksud yaitu aktivitas mengambil padi menggunakan
kedua tangan dalam posisi berdiri dan bungkuk secara mandiri tanpa rasa
nyeri, karena setelah mengalami HNP, pasien tidak merasa puas saat bekerja.

D. Problem pada pasien

1. Ny. M memiliki gangguan dalam aktivitas berdiri dengan durasi


yang lama (≥10 menit) karena kekakuan dan keterbatasan lingkup
gerak sendi pada ekstremitas bawah sisi kiri.
2. Ny. M memiliki gangguan dalam aktivitas bungkuk dengan durasi
yang lama (≥10 menit) karena kekakuan dan keterbatasan lingkup
gerak sendi pada ekstremitas bawah sisi kiri.
3. Ny. M memiliki gangguan dalam aktivitas duduk di lantai dengan
durasi yang lama (≥10 menit) karena kekakuan dan keterbatasan
lingkup gerak sendi pada ekstremitas bawah sisi kiri.
4. Ny. M memiliki gangguan dalam kualitas tidur karena nyeri pada
pinggang sehingga sulit mencari posisi yang nyaman.

E. Clinical Reasoning dari problem pasien

Untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan


occupational profile dapat memakai teknik wawancara formal ataupun
informal dan melalui percakapan adalah cara untuk membangun
hubungan dengan pasien atau klien, untuk teknik yang dipakai haruslah
sesuai serta dapat mencerminkan metode dan communication style yang
disukai atau yang membuat klien tersebut nyaman (Occupational Therapy
Practice Framework,2020)
Clinical Reasoning merupakan suatu proses kognitif yang
digunakan untuk mendiagnosis kasus ataupun yang berguna dalam
penatalakaksanaan dari masalah yang dialami pasien yang didapat dari
hasil anamnesis dan pemeriksaan dan diintegrasikan dengan
pengetahuan serta dengan pengalaaman yang dimilki oleh terapis
ataupun dokter. (Groves dkk, 2002). Dalam menentukan clinical
reasoning diperlukan pemikiran yang kritis. Pemikiran kritis atau critical
thinking merupakan aktivitas berfikir yang mempunyai dasar yang
beralasan dan dapat dipertanggungjawabkan serta reflektif memfokuskan
pemikiran dengan apa yang diyakini dan apa yang harus dilakukan (Ennis,
1962). Critical thinking atau berpikir kritis berarti membuat penilaian
yang masuk akal ( Beyer 1995)
Clinical Reasoning yang dipakai disini adalah procedural reasoning
yang diawali dengan observasi dan interview agar bisa lebih baik dalam
menentukan treatment yang tepat bagi klien. Procedural Reasoning
adalah penalaran untuk mengindentifikasi trouble and solution dari kasus
yang dialami.(Flemming 1991). Tidak hanya procedural reasoning ada
juga yaitu narrative reasoning dimana klien dapat menceritakan kondisi
yang dialamiya dalam interview dan untuk mengetahui berbagai
kebutuhan yang ingin dicapai dan mengetahui apa yang dirasakan pasien
dari kondisi yang dialami, apa saja yang dijalani setiap hari oleh klien
misal dalam pengobatan, pola makan, gaya hidup, dan informasi lainnya
yang dapat membantu terapis memahami kondis yang dialami dengan
lebih baik. Hal –hal diatas dilakikan supaya kami dapat mengetahui
alasan mengapa klien perlu untuk diberikan terapi okupasi, supaya kami
mengetahui aset dan limitasi, penunjang dan penghambat pada aspek
konteks serta aspek lingkungan kondisi atau riwayat terdahulu, dan
prioritas klien atau goals yang ingin dicapai. Kemudian kami memakai
interactive reasoning. Sebelumnya Interactive reasoning merupakan
penalaran klinis dengan metode dengan percakapan dari klien kepada
terapis dalam proses wawancara atau interview yang ditujukan untuk
menggali informasi yang dapat menjadi prioritas masalah dari klien.
Interactive reasoning terjadi ketika terapis dapat membimbing
percakapan untuk mengkomunikasikan kondisi dari klien yang sekaligus
dapat membantu terapis untuk mengetahui atau memahami kondisi dari
klien dalam menetapkan tujuan terapi. (Mattingly & Fleming, 1994).
Berdasarkan hasil interview didapati bahwa Ny M mengalami
kondisi Hernia Nucleus Pulposus. Ny M memilki suami dan telah dikarunai
seorang anak laki laki. Anaknya tersebut berumur 22 tahun dan iki
bekerja sebagai karyawan di salah satu pabrik. Kondisi ini mempengaruhi
sisi klien dibagian kiri. klien merupakan seorang yang bekerja sebagai
petani, dan lebih sering mencari batang padi sisa panen untuk dibawanya
pulang dan diambil gabahnya. Jadi beliau mengais padi tersebut yang
kemudian dijadikan sebagai beras untuk dikonsumsi atau dijual. Sebelum
mengalami Hernia Nucleus Pulposus beliau sering membawa padi dengan
menggunakan tenggok yang ditaruh di punggungnya. Dahulu ditahun
2015 disaat klien sedang membawa kayu yang beliau katakan kira kira
seberat 30 KG saat sedang melewati sawah, klien terpeleset dan satu
kakinya masih tegap menanggung beban kayu yang akhirnya membuat
klien merasa nyeri di punggungnya. Namun klien tidak merasakan apapun
semenjak kejadian tersebut.dan setelah satu tahun berlalu klien
merasakan bahwa ketika beliau membawa beban berat dan membungkuk
itu terasa sakit dan nyeri. karena hal tersebut klien melakukan
pemeriksaan di Rumah Sakit Tegalyoso Klaten dan beliau sempat
menjalani rawat jalan selama 7 hari 7 malam dan selama hari tersebut
beliau rutin menkonsumsi obat dari dokter namun tidak dirasakan
perubahan yang berarti.akhirnya keluarga klien memutuskan untuk
melakukan scan xray dan diketahui bahwa tulang belakang dari klien
mengalami kemiringan yang diakibatkan tekanan tiba tiba saat beliau
terjatuh di sawah.
Mengetahui bahwa tulang belakangnya mengalami kemiringan,
Ny M melakukan terapi di fisioterapi dan diberi laser treatment. Klien
diberi tau oleh dokter untuk mengurangi aktivitas yang berat dengan
beban. Namun tetap disarankan untuk melakukan gerakan yang
melibatkan rotasi trunk serta fleksi trunk untuk menghindari kekakuan
karena takut jarang digerakkan. Klien juga diketahui memakai korset.
Klien telah mengalami kondisi Hernia Nucleus Pulposus ini selama kurang
lebih enam tahun dan telah berpindah tempat periksa yang pertama
yakni di Rumah Sakit Tegalyoso kemudian di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Delanggu. Klien mengutarakan dahulu juga pernah
melakukan pijat terapi tradisional namun hasilnya justru membuat knee
dari klien mengalami bengkak dan menghambat aktivitas dan work klien
sebagai petani dan ibu rumah tangga. Karena hal tersebut telah terjadi
sejak 2015 maka berangsur angsur kondisi Ny M sudah lebih baik
daripada saat tahun pertama terkena Hernia Nucleus Pulposus. Beliau
sudah bisa melakukan gerakan membungkuk. Hanya saja dengan range of
motion yang tidak seluas orang normal.
Kondisi Hernia Nucleus Pulposus yang diderita Ny M cenderung
lebih baik daripada dahulu. Pada saat wawancara beliau mengutarakan
bahwa tahun tahun pertama terapi cukup untuk membantu memperluas
ROM nya walau tidak seluas yang dulu. Ny M mengatakan area tubuh di
bagian kiri terkadang mengalami jimpe atau kesemutan. Dan gerakan
pada area tengan dan kaki terasa kaku tidak seleluasa pada anggota
tubuh di sebelah kanan. Pada saat Ny M berjalan terlihat sedikit kaku di
kaki bagian kiri. Ny M mengatakan hal tersebut lebih sering terjadi saat
sedang mengalami kelelahan dan membuat kakinya kaku namun tidak
separah dulu. Perbedaan yang dirasakan klien pada kaki kiri tidak bisa
lentur seperti kaki kanannya, dan semisal beliau mencoba melakukan
gerak seperti fleksi hip maka terasa kakinya agak tertarik dan jika dalam
menggerakan kaki ke depan akan merasakan nyeri jika terlalu ke atas.
Dalam aspek Toilleting, Ny M dianjurkan oleh dokter menggunakan toilet
duduk namun Ny M tidak mempunyai Kamar Mandi dan setiap hari Ny M
buang air di sungai dengan memakai batu sebagai pengganjal pada
bagian Gluteus kiri agar bisa menahan duduk dari Ny M. karena jika
jongkok Ny M tidak sanggup. Pada rest and sleep tidak ada masalah
namun jika udara dingin akan membaut Ny M merasa nyeri dan susah
untuk tidur. Namun hal ini hanya terjadi jika cuaca diluar sangatlah dingin
misal saat hujan. Klien berharap agar bisa kembali normal dan bisa
beraktivitas seperti sebelum terkena hernia nucleus pulposus. Apalagi
dalam pekerjaannya sebagai petani, klien sering membungkuk untuk
mengambil batang padi di bawah dan membawa tenggok berisi padi
tersebut.

F. Pendekatan yang digunakan

G. Tujuan terapi sesuai SMART

1. Long Term Goal (work)


Klien mampu mengambil padi dengan kedua tangan secara
mandiri dalam posisi bungkuk tanpa rasa sakit selama 8x sesi
terapi.
2. Short Term Goal (Work)
2.1. Klien mampu memindahkan seikat padi dari setinggi dada ke
panggul dengan durasi 1 menit menggunakan kedua tangan
dalam posisi berdiri selama 2x sesi terapi
2.2. Klien mampu memindahkan seikat padi dari setinggi dada ke
lutut dengan durasi 2 menit menggunakan kedua tangan
dalam posisi berdiri selama 2x sesi terapi
2.3. Klien mampu memindahkan seikat padi dari setinggi dada ke
permukaan lantai dengan durasi 3 menit menggunakan
kedua tangan dalam posisi berdiri selama 2x sesi terapi
2.4. Klien mampu memindahkan seikat padi dari permukaan
lantai ke tenggok dengan durasi 4 menit menggunakan
kedua tangan dalam posisi berdiri selama 2x sesi terapi
H. Program rencana terapi

I. Pelaksanaan Terapi

STG 1 : Klien mampu memindahkan seikat padi dari setinggi dada ke


panggul dengan durasi 1 menit menggunakan kedua tangan dalam posisi
berdiri selama 2x sesi terapi.

a. Tahap awal
Terapis memperkenalkan diri dan tujuan terapi aktivitas, durasi
terapi berlangsung selama 30 menit, dan media seikat padi yang akan
dilakukan selama terapi. Terapis menanyakan kabar klien sehingga
terapis dapat memperkirakan apakah terapi dapat dilaksanakan atau
tidak. Selanjutnya, terapis memberikan stretching pasif dan aktif
pada region trunk dan hip sisi kiri klien. Streatching dilakukan dengan
tujuan agar klien merasa rileks saat melakukan aktivitas terapi.
b. Tahap inti
Terapis memberikan contoh gerakan aktivitas terapi kepada klien
terlebih dahulu, ketika klien sudah memahami instruksi terapi, maka
klien melakukan aktivitas terapi. Klien diminta untuk berdiri tegak
menggunakan kedua kaki, lalu kedua tangan klien memegang seikat
padi dari setinggi dada ke arah setinggi panggul klien. Aktivitas terapi
dilakukan selama satu menit menggunakan media seikat padi. Terapi
dilakukan selama 2x repetisi.
c. Tahap akhir
Pada tahap ini terapis memberikan home programe yang harus
dilakukan oleh klien saat di rumah. Klien melakukan jalan pagi dan
exercise fleksi-ekstensi trunk setiap pagi sebelum berangkat bekerja.
Hal itu dilakukan agar saat bekerja rasa nyeri dapat diminimalisir.

STG 2 :Klien mampu memindahkan seikat padi dari setinggi dada ke lutut
dengan durasi 2 menit menggunakan kedua tangan dalam posisi berdiri
selama 2x sesi terapi.

a. Tahap awal
Terapis memperkenalkan diri dan tujuan terapi aktivitas, durasi
terapi berlangsung selama 30 menit, dan media seikat padi yang akan
dilakukan selama terapi. Terapis menanyakan kabar klien sehingga
terapis dapat memperkirakan apakah terapi dapat dilaksanakan atau
tidak. Selanjutnya, terapis memberikan stretching pasif dan aktif
pada region trunk dan hip sisi kiri klien. Streatching dilakukan dengan
tujuan agar klien merasa rileks saat melakukan aktivitas terapi.
b. Tahap inti
Terapis memberikan contoh gerakan aktivitas terapi kepada klien
terlebih dahulu, ketika klien sudah memahami instruksi terapi, maka
klien melakukan aktivitas terapi. Klien diminta untuk berdiri tegak
menggunakan kedua kaki, lalu kedua tangan klien memegang seikat
padi dari setinggi dada ke arah setinggi panggul klien. Aktivitas terapi
dilakukan selama dua menit menggunakan media seikat padi. Terapi
dilakukan selama 2x repetisi.
c. Tahap akhir
Pada tahap ini terapis memberikan home programe yang harus
dilakukan oleh klien saat di rumah. Klien melakukan jalan pagi dan
exercise fleksi-ekstensi trunk setiap pagi sebelum berangkat bekerja.
Hal itu dilakukan agar saat bekerja rasa nyeri dapat diminimalisir.

STG 3 : Klien mampu memindahkan seikat padi dari setinggi dada ke


permukaan lantai dengan durasi 3 menit menggunakan kedua tangan dalam
posisi berdiri selama 2x sesi terapi

STG 4 : Klien mampu memindahkan seikat padi dari permukaan lantai ke


tenggok dengan durasi 4 menit menggunakan kedua tangan dalam posisi
berdiri selama 2x sesi terapi

J. Evaluasi hasil terapi (membandingkan data sebelum dan sesudah terapi


serta menjelaskan)

Instrument dan
Aktivitas Yang Sebelum Terapi Sesudah Terapi
Diterapi

LGS

KO

FIM

VAS
Aktivitas Berdiri Pada aktivitas berdiri Pada aktivitas berdiri
klien sebelum menerima klien sesudah menerima
terapi berkisar antara 13 terapi berkisar antara 15
– 15 menit tanpa - 18 menit tanpa
perantara atau pegangan perantara atau pegangan

Postur pasien saat


berdiri terlihat normal
Postur pasien saat
namun ada sedikit
berdiri terlihat normal
miring ke kiri
namun ada sedikit
miring ke kiri

Aktivitas Bungkuk Pada aktivitas Pada aktivitas


membungkuk klien membungkuk klien
sebelum menerima sesudah menerima
terapi berkisar antara 4 - terapi >7 menit
5 menit

Aktivitas duduk di
lantai

Aktivitas Kualitas
tidur

K. Artikel yang mendukung program terapi

Effects of muscle extension strength exercise on trunk muscle strength and


stability of patients with lumbar herniated nucleus pulposus (2016)

Nyeri punggung kronis akibat HNP memperburuk ketidakstabilan tulang


belakang lumbar, menyebabkan perubahan degeneratif, atrofi kekuatan
otot, dan mengurangi fleksibilitas dan rentang gerak sendi karena kerusakan
dan ketidakstabilan batang tubuh.Latihan stabilisasi dapat membantu
mengembalikan fungsional klien dalam aktivitas sehari-harinya. Ini termasuk
latihan untuk meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan fungsi, dan
menjaga postur serta mencegah gerakan berlebihan dari tulang belakang
lumbar (Shields, 2007). terapi latihan berdasarkan latihan stabilisasi
dianggap perlu untuk mencegah nyeri kronis dan penurunan kemampuan
fungsional dengan pengurangan ketidakstabilan fungsional pada berbagai
jenis dan peningkatan kemampuan fungsional motorik sendi lumbal

Dalam penelitian jurnal ini memaparkan bahwa pengembangan kekuatan


otot untuk stabilisasi dan latihan terpadu untuk pengurangan nyeri dan
rehabilitasi membantu menjaga rentang gerak sendi, kekuatan otot, dan
keseimbangan. ekstensi otot untuk meningkatkan fungsi pasien dengan
nyeri punggung kronis atau lumbal hernia nukleus pulposus dapat
membantu meningkatkan fungsi otot dan meningkatkan lingkup gerak sendi
sehingga memberikan dampak positif pada stabilitas fisik. Dalam proses
terapi kelompok kami menggunakan TRT dimana pasien diberi tugas
aktivitas yang sebelumnya sudah dicontohkan oleh terapis dan diberi
tantangan dalam melakukan aktivitasnya . proses terapi kelompok kami
melakukan gradasi waktu dan aktivitas yang semakin berat sebagai
challenge bagi pasien. Aktivitas yang kami berikan yaitu mengambil padi
mulai dari setinggi dada sampai setinggi permukaan tanah dengan repetisi
menyesuaikan dengan waktu yang diberikan ( gradasi waktu semakin lama ).
Oleh karena itu, pencegahan gerakan berlebihan dari tulang belakang dan
batang tubuh, pada pasien dengan nyeri punggung kronis atau hernia
nukleus pulposus lumbal lewat exercise dapat membantu dalam kehidupan
sehari-hari karena mereka mengamankan rentang gerak sendi, sehingga
meningkatkan kekuatan dan stabilitas.
L. Kesimpulan

M. Daftar pustaka

N. Dokumentasi (foto)

Anda mungkin juga menyukai