Anda di halaman 1dari 26

PAPER MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

PASCA PERSALINAN DAN MENYUSUI

KASUS FISIOLOGIS RAWAT INAP 6-48 JAM NIFAS

Dosen Pengampu: Luh Mertasari,S.ST.,M.Pd

Oleh :
 Putu Desy Riskayani ( 2006091022)
 Ni Putu Diva Maharani W. ( 2006091023)
 Luh Putu Indah Cantika ( 2006091024)
 Luh Sherly Budi Sapitri ( 2006091025)
 Made Rahayu Ratna Dewi ( 2006091026)
 Kadek Nadiya Cipta Sari ( 2006091027)
 Putu Novianti ( 2006091028)
 Ida Ayu Gede Sintya M. ( 2006091037)
 Luh Laksmi Mahayuni ( 2006091040)
 Komang Surini ( 2006091041)
 Kadek Dian Widiartini ( 2006091042)

PRODI D3 KEBIDANAN
JURUSAN KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2021
TINJAUAN TEORITIS
NYERI JAHITAN PERINIUM

Jahitan perineum dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan akibat ruptur


perineum secara spontan atau dengan tindakan episiotomi. Nyeri jahitan perineum belum tentu
terjadi pada ibu yang baru pertama kali dijahit, biasanya meningkat nyerinya ketika ibu sudah
pernah memiliki jahitan. Ibu belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, tetapi ibu belum
tentu akan menerima rasa sakit di masa depan atau menerima respon nyeri dengan baik
Menurut Medforth (2011: 454) meskipun perineum tetap utuh pada saat proses
persalinan tetap saja mengalami memar pada jaringan vagina dan perineum selama beberapa hari
pertama. Menurut Meyles (2009: 615) ibu cenderung merasakan memar diskitar jaringan
perineum selama beberapa hari setelah persalinan. Para ibu mengalami cedera perineum akan
merasakan nyeriselama beberapa hari hingga penyembuhan terjadi. Dampak trauma perineum
secara signifikan memperburuk pengalaman pertama menjadi ibu bagi kebanyakan wanita karena
derajat nyeri yang dialami dan dampaknya terhadap aktivitas hidup sehari-hari, trauma
fisikologis dan psikologis jangka panjang dapat terjadi (Medforth, 2011: 455). Pada dasarnya,
robekan perineum dapat dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui kepala
janin terlalu cepat (Indrayani, 2016: 436).
 Klasifikasi Ruptur Perinium Menurut Indrayani (2016: 460) :

Derajat laserasi perineum derajat 1, 2, 3, dan 4


Sumber : Indrayani, 2016: 460
 Faktor faktor yang menyebabkan robekan perineum :
Menurut Prawirohardjo (2014: 526) robekan perineum biasanya diakibatkan oleh beberapa
faktor yaitu episiotomi, robekan perineum spontan dan trauma forsep atau vakum ekstraksi,
atau karena versi ektraksi. Berikut adalah faktor yang mempengaruhi menurut Oxorn (1996:
451-452):
a. Faktor ibu
1. Partus presipitatus atau persalinan berlangsung dengan sangat cepat yang tidak
ditolong dan tidak dapat dikendalikan (faktor yang sering terjadi).
2. Pasien tidak mampu berhenti mengejan atau tidak dapat menahan tekanan.
3. Persalinan yang dilakukan dengan tergesa-gesa dengan dorongan yang berlebih pada
fundus.
4. Edema dan kerapuhan pada perineum.
5. Varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum.
6. Arkus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga
menekan kepala bayi ke arah posterior.
7. Peluasan saat episiotomi
b. Faktor-faktor janin
1. Bayi yang besar.
2. Posisi kepala yang abnormal, misalnya presentasi muka dan occipitoposterior.
3. Persentasi bokong.
4. Ekstrasksi forceps yang sukar.
5. Distosia bahu.
6. Anomali congenital, seperti hydrocephalus.

 Patofisiologi nyeri perineum


Patofisiologi nyeri perineum yang dialami oleh ibu postpartum adalah ketika persalinan
terjadi dilatasi serviks, pada corpus Rahim distensi, peregangan pada segmen bawah rahim,
peregangan pada leher rahim dan nyeri dilanjutkan ke dermaton terdapat pada segmen tulang
belakang dengan menerima respons dari rahim dan leher rahim. . Ketegangan jaringan selama
persalinan terjadi di perineum dan tekanan pada otot perineum, rasa sakit yang disebabkan oleh
rangsangan struktur somatik dangkal dan digambarkan sebagai lokal, terutama di daerah saraf
pudendus

 Manajemen Penatalaksanaan Nyeri


a. Manajemen Farmakologi
Manajemen nyeri farmakologi merupakan metode yang mengunakan obat- obatan
dalam praktik penanganannya. Cara dan metode ini memerlukan instruksi dari medis.
Ada beberapa strategi menggunakan pendekatan farmakologi dengan manajemen dengan
penggunaan analgesia maupun anastesi, biasanya analgesi yang diberikan yaitu
paracetamol (Medforth, 2011: 455).
b. Manajemen Non Farmakologi
Manajemen nyeri non farmakologi merupakan tidakan menurunkan respon nyeri tanpa
menggunakan agen farmakologi. Tindakan non-farmakologi selalu lebih sederhana dan
aman, kalaupun ada hanya memiliki sedikit efek samping utama, relatif murah dan
mudah digunakan Berikut adalah strategi nonfarmakologi yang dapat digunakan:
1. Teknik Pernafasan
Tenik ini diharapan dapat membantu ibu lebih rileks sehingga mengurangi presepsi
nyeri dan membantu ibu mempertahankan kontrol dirinya terhadap nyeri
2. Musik
Musik dapat menciptakan suasana yang lebih santai,meningkatkan relaksasi,
semangat sehingga mengurangi tingkat stres dan presepsi nyeri
3. Imageri
Imageri melibatkan teknik seperti membayangkan berjalan di taman yang tenang atau
bernafas dalam cahaya, energi, dan warna yang menyejukan sehingga dapat
menurunkan itensitas nyeri
4. Akupresur
Akupresur atau pijat titik tekanan, termasuk menerapan tekanan, panas atau dingin,
pada titik akupresur tertentu. Titik yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri yaitu
pada titik Ho-Ku yaitu pada punggung tangan di mana ibu jari dan telunjuk menekan
secara bersama-sama dan membuat lingkaran kecil pada titik tersebut
KAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
BERDASARKAN ASUHAN 7 LANGKAH MANAJEMEN VARNEY

Langkan I Pengumpulan Data pada Ibu Nifas

Agar mampu memberikan asuhan yang dimaksud kemampuan bidan dalam melakukan
pemantauan dan pemeriksaan dalam masa nifas sangatlah penting. Baik berupa Pemantauan
riwayat dan keluhan fisik dan psikososial ibu dan bayi maupun pemeriksaan.

1. pengkajian data subjektif

Langkah awal pada saat membertikaan asuhan pada ibu nifas untuk memperoleh data yang
akurat, wawancara untuk mendapatkan data dasar dari pasien disebut anamnesia, adalah tindakan
menanykan atau Tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan
merupakan suatu komunikasi yang direncakan.

Tujuan anamesia

1. Untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan masalah kebidanan yang
dialami ibu nifas
2. Untuk mendapatka informasi yang diperlukan
3. Membatu bidan untuk menentukan investigasi lebih lanjut
4. Meningkatkan hubungan anatara bidan dan klien

Unsur-unsur penting dalam anamnesis ibu nifas

1. Memperhatikan pesan yang disampaikan ibu nifas


2. Menurangi hambatan- hambatan
3. Posisi duduk berhadapan,dengan jarak yang sesuai
4. Mendengarkan penuh dengan perasaan terhadap setiap yang dikatakan klien
5. Memberikan kesempatan klien istirahat

a. Tahapan anamesia

1. persiapan
Melakukan persiapan dengan membaca status klien, tidak berprasangka buruk terhadap klien
karena dapat mengganggu dalam membina hubungan saling percaya dengan klien

2. pembuka dan perkenalan

Langkah kedua dengan memperkenalkan diri mulai dari nama,status, tujuan wawancara, waktu,
tujuan wawancara, waktu yang perlu digunakan dan faktor-faktor yang menjadi pokok
pembicaraan

3. isi anamnesis

Bidan mendengarkan penuh perhatian,menanyakan keluhan yang dirasakan pasien menggunakan


Bahasa yang mudah dimengerti dan tidak bertele tele

4. penutup

Bidan mempersiapkan untuk menutup wawancara

b. Teknik anamnesis

Anamneisa dilakukan untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu dan tidakan apa yang perlu
diberikan. Adapun tekniknya meliputi

1. membuka dengan ramah


2. menggunakan Bahasa yang mudah dimengerti dan sistematis
3. tidak menyingung
4. memberi repon terhadap pertanyaan ibu

c. ruang lingkup anemnesia

a. Pengumpulan biodata

Mencangkup identitas ibu dan suami

b. Pengkajian alasan datang dan keluhan utama ibu periksa

Untuk mengetahui alasan ibu berkunjung misalnya ingin melakukan pemeriksaan rutin sesuai
ajuran ( kf 1,2,3,4)

c. Riwayat mestruasi
Melakukan anemnesia tentang riwayat mestruasi masa nifas dilakukan untuk mengetahui status
obstetric ibu nifas. Data ini tidak langsung mempengaruhi masa nifas saat ini

d. Riwayat Perkawinan

Anamnesis tentang riwayat perkawinan sangat penting untuk mengetahui status perkawinan ibu
nifas. Data ini dapat memberikan gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan karena
akan berdampak langsung pada masa nifasnya yang dikaji umur nikah pertama, status
pernikahan, lama nikah dan pernikahan keberapa.

e. Riwayat penyakut ibu dan keluarga

Bidan melakukan anamnesis tentang gangguan kesehatan yag pernah atau sedang dialami oleh
ibu nifas dan keluarga yang akan mempengaruhi asuhan pada masa nifas sekarang. Riwayat
penyakit yang dikaji meliputi riwayat penyakit sistemik, riwayat penyakit menular yang
kemungkinan dialami ibu dan keluarga.

f. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Pengumpulan data tentang riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu sangat berguna
untuk mengevaluasi tingkat kesejahteraan fisik dan emosional ibu masa nifas. Data yang dikaji
meliputi :

A. Data tentang riwayat kehamilan sebelumnya berupa kehamilan keberapa dalam upaya
menyiapkan sibling, lama kehamilan, dan penyulit kehamilan
B. Data tentang riwayat persalinan sebelumnya meliputi : tahun lahir, penolong persalina,
tempat bersalin, jenis kelamin bayi yang dilahirkan, berat badan bayi, penyulit pada saat
bersalin, dan nifas sebelumnya serta keadaan bayi/anak saat ini.
C. Riwayat kehamilan sekarang data yang dikaji saat menganamnesis meliputi data tentang
HPHT, TP< keadaan selama kehamilan TM I, II,III, frekuensi pemeriksaan kehamilan,
suplemen/obat-obatan yang pernah dikonsumsi selama hamil dan status imunisasi TT
D. Riwayat persalinan sekarang saat menganamnesis meliputi siapa penolong persalinan,
tempat bersalin, lama persalinan tiap kala, kondisi ibu dan bayi saat ini, program terapi dan
asuhan kebidanan yang sedang dilakukan pada pasien saat ini serta komplikasi ibu dan bayi
E. Keadaan nifas sekarang saat menganamnesis mengkaji kondisi antepartum dan intrapartum,
lama masa nifas jam/hari, keadaan masa nifas, catatan asuhan kebidanan sebelumnya,
keadaan bayi saat lahir dan saat ini, komplikasi nfas, derajat laserasi dan tingkat
kesembuhan laserasi dan keadaan nifas sekarang ada atau tidak komplikasi.
F. Riwayat Laktasi yag perlu dikaji ada atau tidaknya pengalaman menysui, keluhan saat
menyusui, keluhan saat menyusui, adakah penyulit dalam pemberian ASi dan perawatan
bayi sehari-hari dan rencana menyusui sampai kapan.

g. Pemenuhan kebutuhan biologis pada masa nifas

1) Bernafas data yang perlu dikaji meliputi ada tidaknya keluhan saat menarik atau
mengeluarkan napas seperti keluhan napas terengah-engah, sesak atau nyeri dada saat
bernapas
2) Nutrisi data yang perlu dikaji pada pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ibu nifas meliputi
jenis dan jumlah, frekuensi dan keteraturan makan/minum sebelum dan sesudah masa nias,
keluhan saat makan atau minum, obat yang dikonsumsi saat ini, alergi makanan/minuman
tertentu dan pantangan makan.
3) Aktivitas data yang perlu dikaji meliputi jenis aktivitas yang sudah mampu dilakukan,
berapa lama ibu bisa beraktivitas, dan seerapa berat aktivitas yang dilakukan dan keluhan
saat melakukan aktivitas
4) Istirahat data yang perlu dikaji meliputi kemampuan untuk beristirahat dengan baik, lama
istirahat baik siang maupun malam, dan keluhan saat beristirahat.
5) Seksual pada pemenuhan ini hal yang harus dikaji meliputi waktu mulai melakukan
hubungan seksual, keluhan dan apakah ada hal yang perlu ditanyakan terkait hubungan
seksual.
6) Personal hygiene data yang perlu dikaji meliputi frekuensi mandi, keramas, ganti pakaian,
dalam dan luar, ganti pembalut, cara membersihkan perinium , kebiasaan cuci tangan
sebelum menyusui, pemeliharaan kuku.

h. Pemenuhan kebutuhan psikologis data yang perlu dikaji perasaan ibu saat ini, tahapan
penerimaan peran baru, suasana hati, kekhawatiran serta ketakutan terkait image and self image,
body image dan ideal image.
I) Pemenuhan kebutuhan sosial masa nifas ata yang perlu dikaji berupa :

1. Respon keluarga terhadap kelahiran bayi, respon yang positif keluarga akan mempengaruhi
2. Respon ibu terhadap kelahiran bayi, perasaan ibu saat ini, suasana hati, kecemasan,
kekhawatiran dan berapa skor bunding attachment

j. Faktor sosial budaya yang mempengaruhi asuhan masa nifas data yang perlu dikaji pada faktor
sosial budaya yang mempengaruhi meliputi adata istiadat yang berkaitan dengan masa nifas,
budaya/kebiasan, budaya makan berpantang, tidak boleh keluar rumah, perawatan tali pusat dan
lain lain

k. Pengetahuan ibu tentang nifas data yang perlu dikaji meliputi perawatan sehari-hariuntuk
dirinya dan bayi, pengetahuan tentang penanganan keluhan utama dan keluhan lainya serta tanda
bahay

l. Perencanaan KB oleh Ibu nifas penggunaaan alat Kontrasepsi bisa mulai 10 menit pasca
plasenta lahir sampai dengan 42 hari hari (akhir masa nifas) walaupun pada TM 3 penggunakan
KB suah dikaji namun dimasa nifas juga harus dikaji kerana merupakan rentang waktu ibu harus
sudah menggunakan KB.

2. Pengkajian Objektif Pada Ibu Nifas

Data objektif di pereroleh dari observasi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Observai merupakan mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang
masalah kesehatan klien. Pemeriksaan yang dilakukan pada ibu nifas meliputi:

a. Pemeriksaan Umum

Untuk mengetahui status awal kesehatan ibu nifas, maka bidan wajib mengkaji status awal ibu
nifas yang meliputi: keadaan umum pasien, kesadaran, dan status emosi ibu termasuk
pemeriksaan tanda-tanda vital ( suhu, nadi, tensi, dan resprisi dan berat badan). Keadaan umum
paisen dikategorikan menjadi:

(1) KU baik bila pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap lingkungan dan orang lain
dan pasien tidak ketergantungan .
(2) KU lemah bila ibu merespons kurang baik terhadap lingkungan dan orang lain dan pasien
ketergantungan .

b.Pemeriksaan Head to toe

1)Pemeriksaan kepala dan leher. Data yang perlu dikaji pada saat melakukan pemeriksaan kepala
dan leher pada ibu nifas adalah:

1. Keadaan wajah ibu mengantuk atau terjaga penuh


2. muka edema atau tidak
3. keadaan konjungtiva pucat atau merah
4. keadaan sclera putih atau kuning
5. keadaan bibir , warna, kering atau pucat
6. Kebersihan gigi, mulut, dan lidah.

2) Pemeriksaan tenggorokan, bila ada indikasi seperto demam tinggi untuk menapis penyebeb
demamnya karena infeksi nigas atau infeksi lainnya. Pemeriksaan leher untuk mengetahui
adanya pembesaran kelenjar tiroid dan bendungan vena jogularis dilakukan hanya bila ada
indikasi.

3) Pemeriksaan Payudara

Pemeriksaan payudara meliputi, Kebersihan Bra yang digunakan, apakah bersih, menyerap
keringat, menyangga payudara pada ibu nifas, kebersihan payudara ,apakah kotor, ada kerak
pada ereola dan puting, kesimetrisan bentuk payudara.

4) Pemeriksaan Abdomen

Pemeriksaan Abdomen pada masa nifas dimulai dari periode pasca partum dini samapi akhir
masa nifas, adapun yamg diperiksa pada abdomen adalah:

a) Pemeriksaan kandung kemih

Dalam pemeriksaan kandun g kemih dicari secara spesifik distermi kandung kemih yang
disebabkan oleh retensi urine karena hipotonisitas kandung kemih oleh trauma persalinan.

b) Pemeriksaan Uterus
Pemeriksaan Uterus meliputi mencatat lokasi, ukuran, dan konsistensi. Lokasi uterus apakah
diatas atau dibawah umbilicus, dan apakah fundus uteri berada pada garis tengah abdomen atau
bergeser kesalah satu sisi.Tinngi fundus diukur pada puncak fundus dengan jumlah lebar jari dari
umbilicus (diatas atau di bawah umbilicus).

3) Pemeriksaan diastasis rektur abdominalis

penentuan ukurandiastasis rektur abdominalis digunakan sebagai alat objektif untuk


mengukur tonus otot abdomen. Diastasis adalah derajat pemisahan otot rektus abdomen. Terjadi
pemisahan otot perut pada masa nifas sebagai dampak dari kehamilan ganda, janin besar,
polihidramnion, gemeli, dan grande multipara. Pemisahan ini diukur menggunakan lebar jari
ketika otot-otot abdomen berkontraksi dan sekali lagi ketika otot-otot relaksasi. Diastasis dicatat
dengan 2/5, pembilang mewakili lebar diastasis dalam hitungan lebar jari ketika otot-otot
mengalami kontraksi dan pembagi mewakili lebar diastasis dalam hitungan lebar jari ketika otot-
otot relaksasi. Penentuan derajat diastasis merupakan situasi ideal untuk pendidikan kesehatan
khususnya senam nifas.

4) Memeriksa adanya nyerii tekan CVA

CVA ( Costo Vertebra Angle ) di bentuk dari gabungan iga ke 12 dengan otot-otot para vertebra
yang terletak paralel dan pada kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal secara posterior paling
dekat dengan permukaan kulit di daerah ini dan nyeri ditransmisi melalui saraf torak 10, 11,12,
nyeri ureter ditransmisi melalui saraf toraksik ke-12 dan iga saraf lumba pertama. Nyeri yang
muncul di area costovertebral merupakan indikasi penyakit ginjal. Nyeri tekan CVA selalu di
indikasikan setiap wanita menyampaikan riwayat yang menunjukan infeksi traktus urinarius
setelah pemeriksaan awal.

d. Pemeriksaan Genitalia Eksterna dan Anus

Pengeluaran lokia( jernih, warna, jumlah, dan bau), perdarahan, keadaanjahitan hematoma ada
atau tidak, sudah terpaut atau tidak , ada pus atau tidak, kebersihan perinium, derajat hemoroid
pada anus.

e. Pemeriksaan Ekstermitas
Untuk mengetahui ada tidaknya edema atau varises dan tanda-tanda simpiolisis, dan tanda
homan, atau tromboflebitis. Memeriksa kebersihan kuku terutama kuku tangan juga sangat
penting.

Langkah II Merumuskan Diagnosis dan Masalah Aktual

Langkah selanjutnya setelah memperoleh data adalah melakukan analisis data dan
interpretasi sehingga didapatkan rumusan diagnosis. Diagnosis umumnya sangat relevan dengan
data objektif, sedangkan untuk masalah cenderung subjektivitas atau respon pasien terhadap
tindakan yang akan atau telah dilakukan karena belum tentu setiap individu merasakan masalah
yang sama dalam kondisi atau menerima diagnosis yang sama. Berdasarkan data yang diperoleh
bidan akan memperoleh rangkuman apakah masa nifas itu normal atau tidak. Data dasar yang
telah dikupulkan diimterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang
spesifik. Rumusan diagnosis dan masalah keduanya digunakan karena maslah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan. Dalam melakuka
iterpretasi data dasar bidan melakukannya secara bertahap dengan langkah-langkah sebagai
berikut:

1. Carilah hubungan antara data atau fakta satu dengan yang lain
2. Dari data yang berkaitan tentukam mana yang menjadi sebab dan akibat
3. Fata dan fakta yang ada dapat diuraikan kemungkinan penyebab dan dampaknya
4. Tentukan masalah dengan data dan fakta yang ada
5. Tentukan masalah utama
6. Tetntukan penyebab utama
7. Tentukan kemungkinan masalah yang timbul

Perumusan diagnosis pada masa nifas pada prinsipnya sama dengan perumusan diagnosis
kebidanan yang lainnya, yaitu mengacu pada nomenklatur perumusan diagnosis kebidanan
GAPAH yang meliputi:

Untuk menginterpretasi data jumlah kehamilan yang diakhiri dengan kelahiran janin yang
memenuhi syarat untuk melangkan kehidupan atau viable (aterm atau premature) disimbulkan
dengam P (para/jumlah paritas). Misalnya bila pada masa nifas ini berasal dari kehamilan
pertama maka dalam perumusan diagnosisnya P1, untuk kelahiran anak selanjutnya ditulis P2,
P3, dan sterusnya.

Untuk mengiterpretasi data jumlah kehamilan yag diakhiri dngan aborsi spotan (atau
terinduksi pada usia 28 minggu atau berat jsnin mrncapai 1.000 gram) maka disimpulkan dengan
A (abortus).

Dalam perumusan diagnosis aktual masa nifas harus mencangkup keseluruhan


nomenklantur diatas dan ditambah dengan hasil interpretasi jenis persalinan apakah spontan
belakang kepala, atau partus SC, atau tindakan vakumm/forceps ekstraksi, atau persalinan bokog
(spontan bracht, lovset, dan lain-lain). Bila persalinan tindakan di isi atas idikasi partus tindakan
tersebut. Kemudian riwayat penyulit yang dialami ibu, baik itu riwayat penyulit dalam kehamilan
maupun penyulit dalam persalinan bila ibu dilakukan episiotomy atau terjadi laserasi spontan
dalam persalinan dan sudah dijahit bidan tetap menuliskan pada diagnosis nifas dengan laserasi
perineum sesuai grade laserasi: 1, 2, 3, atau laserasi garade 4. Kasus pada data laserasi perineum
pada nifas walaupun sudah dijahit tidak disebut riwayat laserasi karena fokus penanganan
laserasi priium adalah sampai laserasi ibu nifas menjadi terpaut, kering, dan sembuh, jadi
penekanannya bukan pada kondisi sebelum dijahit adalah laserasi dan setelah dijahit mejadi
riwayat laserasi. Hal ini juga berlaku pada bekas luka seksio sesarea, selama luka SC masih perlu
perawatan dan belum sembuh itu tetap ditulis “luka SC” bukan riwayat luka SC, disebut riwayat
luka SC saat luka itu sudah sembuh atau pada penulisan riwayat dari kehamilan sebelumnya.

Dalam interpretasi data ibu nifas juga wajib menulis jam/ hari mas, sesuai dengan kebijakan
kunjungan masa nifas KF 1, 2, dan 3. Bidan bisa menginterpretasi data lama masa nifas dengan
beberapa jam bila bidan mengasuh ibu nifas sampai 24 jam nifas, bila lewat dari 24 jam
kelahiran interpretasi lama nifasditulis dengan hari masa nifas, atau menginterpretasi data lama
masa nifas dengan minggu penentuan lama masa nifas untuk mengidentifikasi kondisi ibu nifas
serta menilai dan menentukan kebutuhan asuhan nifas.

Langkah III Identifikasi Diagnosis dan Masalah Potensial serta Langkah Antisipasi

Setelah bidan berhasil melakukan interpretasi data nifas dalam bentuk diagnosis dan
masalah aktual masa nifas, bidan juga wajib melakukan identifikasi masalah potensial atau
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis yang sudah diidentifikasi. Pada langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis ini terjadi. Langkah antisipasi penting sekali
dilakukan dalam melakukan asuhan yang aman pada ibu nifas. Bidan harus dapat medeteksi
masalah yang mungkin terjadi pada ibu dengan merumuskan masalah potensial, tetapi bidan
harus sudah berpikir untuk melakukan antisipasi terhadap masalah potensial. Langkah ini bersifat
antisipatif dan rasional yang merupakan hal pentig dalam asuhan yang aman dan nyaman.
Kemungkinan masalah potensial yang dialami ibu nifas diantaranya:

1. Gangguan BAB
2. Gangguan perkemihan (incontinencia urine)
3. Gangguan hubungan seksual
4. Permasalahan ekonomi
5. Sakit pada bekas luka episiotomy
6. After pain

Langkah IV Identifikasi Perlunya Tindakan Segera (Mandiri, Kolaborasi, dan Rujukan)

Mengidentifikasi kebutuhan akan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim ksehatan yang lain sesuai kondisi
klien. Langkah segera ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga
selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut
dalam masa nifas. Tindakan segera dalam masa nifas bisa dalam bentuk kondisi egawatdaruratan
dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan ibu maupun bayi, sebagian
data lagi bisa menunjukkan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter untuk pelaksanaan bersama
anggota tim kesehatan lainnya.

Langkah V Merencanakan Asuhan Kebidanan Komperhensif

Setelah diagnosis dan masalah dirumuskan maka langkah selanjutnya adalah melakukan
intervensi sesuai dengan diagnosis dalam masalah yang ada. Pada langkah ini direncanakan
asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kenjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
Pada langkah ii informasi data yang telah diidentifikasi dan diantisipasi. Pada langkah ini
informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan nifas yang menyeluruh
tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi ibu nifas atau dari setiap
masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap ibu nifas tersebut
seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling,
dan apakah perlu merujuk klien apa bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan social
ekonomi kultural atau masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut
sudah mencangkup stiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan kesehatan. Stiap rencana
asuhan harus disetujui oleh kedua pihak, yaitu bidan dank klien agar dapat dilakukan dengan
efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini
tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan
bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.

Perencanaan perawatan selama puerperium meliputi perencanaan perawatan selama


puerperium awal, pedoman untuk sisa masa puerperium, pelaksanaan atau pengaturan kunjungan
rumah sesuai indikasi, pelaksanaan kinjungan pada minggu pascapartum, dan pemeriksaan pada
empat hingga enam minggu pascapartum. Secara spesifik bidan mempunyai tanggung jawab
sebagai berikut:

1. Melakukan evaluasi kontinu dan penatalaksanaan perawatan kesejahteraan wanita


2. Memberi pemulihan dari ketidaknyamanan fisik
3. Memberi bantuan dalam hal menyusui
4. Memfasilitasi pelaksanaan peran sebagai orang tua
5. Melakukan pengkajian bayi selama kunjungan rumah jika ada
6. Melakukan penapisan kontinu untuk komplikasi puerperium

Langkah VI Pelaksanaan Asuhan Kebidanan

Pada lagkah keenam ini rencana asuha menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke
lima dilaksanakan efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya
sendiri, bidan tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, misalnya
memastikan lagkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.

Langkah VII Evaluasi Asuhan


Evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi salam diagnosis dan masalah. Rencana asuhan pada ibu nifas tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa
sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses
manajemen asuhan kebidanan ibu nifas ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan
maka perlu megulang lagi dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen untuk
mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian
terhadap rencana asuhan nifas tersebut.

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan meyeluruh ini harus rasional dan
benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi
tentang apa yang akan dilakukan kepada pasien nifas. Dalam evaluasi asuhan nifas kita juga
mengkaji ulang apakah rencana asuhan sudah meliputi semua aspek asuhan kebidanan pada ibu
nifas.
CONTOH KASUS DAN MANAJEMEN ASUHAN
BERDASARKAN 7 LANGKAH MANAJEMEN VARNEY

Seorang perempuan umur 24 tahun sedang dirawat di PMB dengan keluhan nyeri jahitan
perineum yang membuatnya tidak bisa tidur. Ibu melahirkan anak pertamanya secara spontan 1
hari yang lalu dengan UK cukup bulan ditolong oleh bidan. Tidak ada riwayat abortus. Bayi baru
lahir saat ini dalam kondisi sehat dan ibu juga sehat. Hasil pengukuran TTV: tekanan darah
110/80 mmHg, Nadi 85x/menit, Respirasi 19x/menit, suhu 36,5 ℃. ASI lancar, TFU 2 jari
dibawah pusat, lochea rubra dan terdapat laserasi perineum grade 2 sudah djahit jelujur, tampak
basah tidak ada komplikasi dalam kehamilan maupun nifas. Aktivitasnya masih dibantu oleh
suami dan keluarga.

I. IDENTIFIKASI DATA ( Senin, 7 November 2021, 09.00 wita )


A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Identitas Ibu Suami
Nama : Ny. A Tn. P
Umur : 24 tahun 25 tahun
Agama : Hindu Hindu
Suku Bangsa : Bali Bali
Pendidikan : SMA S1
Pekerjaan : IRT PNS
Alamat Rumah : Desa Banyuning Desa Banyuning
Telepon/HP : 087675889023 081556490765

2. Alasan Datang : Kunjungan nifas pertama


3. Keluhan Utama : Ibu mengatakan nyeri pada daerah perineum yang membuatnya
tidak bisa tidur karena adanya laserasi pada jalan lahir
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 4-5 hari
Konsistensi : Merah kecoklatan
Volume : 3-4 kali ganti pembalut dalam sehrai
Keluhan : Nyeri perut pada hari pertama menstruasi
5. Riwayat Perkawinan : Pernikahan pertama dan sah
6. Riwayat Kesehatan Ibu dan Keluarga:
a. Tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti DM, hipertensi, asma dan jantung.
b. Tidak ada riwayat penyakit yang menyertai kehamilan seperti sakit kepala hebat,
nyeri perut hebat dan kejang.
c. Tidak ada riwayat ketergantungan obat, alcohol dan merokok
7. Riwayat Kehamilan Persalinan dan Nifas yang Lalu: -
8. Riwayat Kehamilan Sekarang:
a. G1P1A0
b. HPHT : 30 Januari 2021
c. TP : 6 November 2021
d. Riwayat ANC : Ibu melakukan ANC sejak kehamilan 8 minggu dilakukan di klinik
Frekuensi : TM 1 = 1 kali, TM 2: 1 kali, TM 3: 2 kali
9. Persalinan
Tanggal dan Jam Lahir
a. Kala I : 5 November 2021, 22.05 wita (berlangsung 8 jam)
b. Kala II : 5 November 2021, 23.05 wita ( berlangsung 1 jam)
c. Kala III : 5 November 2021, 23.15 wita (berlangsung 10 menit)
d. Kala IV : 6 November 2021, 01.15 wita (berlangsung 2 jam)
10. Nifas Sekarang
a. Ibu : Tidak ada komplikasi
b. Bayi : Tidak ada komplikasi
11. Riwayat Laktasi Sekarang:
a. Sudah melakukan IMD selama 1 jam pasca persalinan
b. Lama menyusui : 15 menit setiap 2 jam

12. Riwayat Bio-Psiko-Sosial Spiritual:


a. Biologis
1) Bernafas : ibu mengatakan tidak ada keluhan saat bernapas
2) Nutrisi : Pola makan ibu teratur dengan frekuensi 3 kali sehari dengan
Jenis makanan nasi, sayur, tempe, daging ayam dan buah. Ibu
Minum lebih dari 10 gelas/hari
3) Eliminasi : Ibu sudah BAK sebanyak 3-4 kali/hari, berwarna kuning jernih
Dengan bau khas amoniak. Ibu sudah BAB 1 kali setelah
Melahirkan.
4) Istirahat Tidur : Tidur siang selama 1 jam, tidur malam kurang dari 8 jam, adanya
gangguan tidur karena nyeri jahitan perineum
5) Aktivitas : Masih dibantu suami dan keluarga
6) Perilaku Seksual: Belum melakukan hubungan seksual setelah melahirkan
7) Personal Hygine : Ibu mandi 2 kali sehari memakai sabun, dan mengganti pembalut
setiap 4 jam sekali atau jika merasa penuh dengan darah
b. Psikologis
1) Perasaan Ibu saat Ini: Ibu mengatakan sangat senang
2) Penerimaan Terhadap kelahiran Saat Ini: Ibu dan keluarga menerima kelahiran
bayinya.
3) Kecemasan Terhadap Perubahan Fisik dan Peran yang Dihadapi: tidak ada
c. Sosial
1) Hubungan Suami dan Keluarga serta Pengambil Keputusan: Hubungan yang baik
antara suami dan keluarga serta pengambilan keputusan dilakukan ibu dan suami
2) Pendampingan dalam Periode Ketergantungan Masa Nifas: Selama masa nifas
suami yang akan mendampingi ibu.
d. Budaya
Budaya dan Adat Istiadat yang Mempengaruhi Masa Nifas dan Bayi; Tidak ada yang
mempengaruhi masa nifas dan bayi
13. Perencanaan KB
Sudah : tidak ada
Belum : tidak ada
Rencana : tidak ada
14. Pengetahuan: Ibu sudah mengerti cara merawat diri sendiri dan bayinya

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : baik
2. Kesadaran : composmetis
3. Keadaan Emosi : labil
4. Tamda-tanda Vital
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 85x/menit
Pernapasan : 19x/menit
Suhu : 36,5 ℃
5. Antropometri
BB Sekarang : 62 kg
BB Awal Masa Nifas : 62 kg
TB : 160 cm
6. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1. Rambut : tidak ada edema, tidak pucat, tidak ada cloasma dan respon baik
2. Telinga : pendengaran baik
3. Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih
4. Hidung : tidak ada lesi dan polip
5. Bibir : kemerahan dan lembab
6. Mulut dan Gigi : tidak ada caries gigi
b. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, tidak ada pelebaran pada
vena jugularis
c. Dada : pernapasan normal (eupnea)
d. Payudara
1. Bra : tidak ketat
2. Payudara : bentuk simetris, putting susu menonjol, kolustrum sudah keluar, bersih
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe pada aksila
e. Abdomen
1. Kandung Kemih : kosong
2. Uterus : TFU 2 jari dibawah pusat
3. Diastasis Rekti : tidak ada
4. CVAT : tidak ada
f. Anogenital
1. Vulva dan Vagina : Pengeluaran lochea rubra, bau khas (amis)
2. Perineum : Tampak luka jahitan perineum grade 2, dijahit jelujur, tampak
basah
3. Anus : tidak ada masalah
g. Ekstremitas
Atas : Refleks patella (+) ka/ki
Bawah : Refleks patella (+) ka/ki
8. Pemeriksaan Penunjang : HB 2 jam post partum 10,5 gr

II. INTERPRETASI DATA (DIAGNOSIS DAN MASALAH AKTUAL)


Diagnosis : P1 A0 Pspt B nifas hari 1 dengan laserasi grade 2
Dasar :
DS:
1. Ibu mengatakan melahirkan 1 hari yang lalu secara spontan ditolong oleh bidan
2. Ini kehamilan pertama dengan usia kehamilan cukup bulan
3. Tidak ada riwayat abortus
4. Mengeluh nyeri pada luka perineum
5. Tidak ada komplikasi dalam kehamilan dan nifas
DO:
1. Ibu tampak sehat
2. TTV, TD: 110/80 mmHg, N: 85x/menit, RR: 19x/menit, S: 36,5℃
3. ASI lancar
4. TFU 2 jari dibawah pusat
5. Lochea rubra dan terdapat laserasi perineum grade 2, sudah dijahit jelujur, tamapk basah
Masalah : Nyeri luka perineum
Dasar :
DS:
1. Ibu mengatakan melahirkan 1 hari yang lalu secara spontan ditolong oleh bidan
2. Ini kehamilan pertama dengan usia kehamilan cukup bulan
3. Tidak ada riwayat abortus
4. Mengeluh nyeri pada luka perineum
5. Tidak ada komplikasi dalam kehamilan dan nifas
DO:
1. Ibu tampak sehat
2. TTV, TD: 110/80 mmHg, N: 85x/menit, RR: 19x/menit, S: 36,5℃
3. ASI lancar
4. TFU 2 jari dibawah pusat
5. Lochea rubra dan terdapat laserasi perineum grade 2, sudah dijahit jelujur tampak basah

III. DIAGNOSIS DAN MASALAH POTENSIAL DAN LANGKAH ANTISIPASI


Diagnosis : Terjadi infeksi luka jahitan perineum
Dasar :
DS:
1. Ibu bersalin 1 hari yang lalu dan mendapat jahitan grade 2 pada perineum
2. Mengeluh nyeri pada luka jahitan perineum
DO:
1. Jahitan perineum tampak basah
2. Pengeluaran lochea rubra dan berbau amis
Antisipasi :
1. Melakukan vulva hygiene
2. Melakukan perawatan luka setiap hari
3. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan berprotein tinggi

IV. INTERVENSI SEGERA


Tidak ada data yang menunjang untuk dilakukan tidakan segera/kolaborasi

V. PERENCANAAN
1. Masa nifas normal hari 1
a. Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan
Rasional : hal ini dapat mencegah infeksi silang
b. Jelaskan pada ibu cara mengetahui baik tidaknya kontraksi uterus
Rasional : dengan memberi penjelasan tentang kontraksi uterus yang baik, ibu dapat
mengetahui seperti apa kontraksi yang baik dan bisa mengantisipasi terjadinya
perdarahan postpartum (atonia uteri) bila kontraksi tidak baik.
c. Observasi tanda - tanda vital ibu
Rasional : tanda - tanda vital merupakan salah satu indikator untuk mengetahui
keadaan ibu.
d. Observasi TFU, Kontraksi uterus, dan pengeluaran lochia setiap hari.
Rasional:
1. TFU merupakan salah satu indikator untuk mengetahui bahwa proses involusio
berlangsung normal, normalnya TFU mengalami penurunan 1cm / hari yang
teraba keras dan bundar,
2. Dengan mengobservasi kontraksi uterus dapat mengetahui apakah uterus
berkontraksi dengan baik atau tidak, karena apabila uterus kurang berkontraksi
akan menyebabkan perdarahan dan memperlambat proses involusio.
3. Perubahan warna, bau, banyaknya, dan perpanjangan lochia merupakan terjadinya
infeksi yang disebabkan oleh involusio yang kurang baik.
e. Anjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini.
Rasional : mobilisasi dini bertujuan agar sirkulasi darah kejaringan lancar sehingga
mencegah terjadinya trombopleubitis dan mempercepat proses involusio uteri.
f. Ajarkan pada ibu perawatan luka perineum dengan kompres betadhine dan anjurkan
ibu untuk senantiasa menjaga kebersihan vulva dengan teratur, yaitu mencuci daerah
vulva dengan bersih setiap habis BAK dan BAB.
Rasional : dengan cara ini ibu dapat mengerti dan melakukan sendiri perawatan
perineum yang baik dan benar. Dengan menjaga kebersihan vulva dengan teratur
dapat mencegah terjadinya infeksi yang disebabkan oleh kuman - kuman patogen.

g. Anjurkan ibu mengkonsumsi makanan bergizi seimbang .


Rasional : makanan yang mengandung gizi seimbang sangat baik untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi ibu, sehingga ASInya dapat lancar dan makanan yang mengandung
serat dapat memperlancar BAB ibu.
h. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya tanpa dijadwalkan (on demand).
Rasional : dengan sesering mungkin menyusui akan memacu hormon prolaktin yang
akan memperlancar produksi ASI.
i. Ajarkan cara menyusui yang baik dan benar.
Rasional : dengan posisi menyusui yang benar bayi dapat iebih baik dan mudah
mengisap ASI dan agar payudara ibu tidak lecet.

2. Nyeri jahitan perineum


a. Ajarkan dan anjurkan ibu melakukan teknik relaksasi.
Rasional : teknik relaksasi dapat mengurangi ketegangan pada otot - otot dan
meningkatkan suplai oksigen ke jaringan.
b. Bantu ibu untuk mencari posisi yang nyaman.
Rasional : hal ini dapat mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman bagi ibu.
c. Pemberian Analgetik, Antibiotik dan vitamin Novabion.
Rasional : antibiotik berfungsi mencegah terjadinya infeksi, analgetik untuk
mengurangi rasa sakit yang dirasakan ibu sedangkan vitamin Novabion adalah
golongan rebonsia yang berfungsi untuk menggantikan jaringan atau sel - sel yang
rusak

DAFTAR PUSTAKA

Asni. (2011). Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Pada Ny.E dengan Nyeri
Perineum di RSUD Labuang Baji Makassar. Diakses pada 7 November 2021
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/4002/1/SYAHIDAH%20ASNI.pdf

Sembiring, Hesti (2018). Asuhan Kebidanan Pada Ny.N Masa Nifas P2A0 di Puskesmas Namo
Trasi Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat. Diakses pada 8 November 2021
http://ecampus.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/973/1/BU%20hesti.pdf

Yuniarni, Kiki. (2019). Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Jahitan Perineum Pada Ibu Postpartum di BPM Dwi Sri Isnawati Mojopahit Kecamatan
Punggur Kabupaten Lampung Tengah. Diakses pada 8 November 2021
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/id/eprint/457

Anda mungkin juga menyukai