DOSEN PEMBIMBING
Intiyaswati, S.ST.,M.Keb.
DISUSUN OLEH
1. Adinda Anggun Pratiwi (NIM 2021.01.001)
2. Charoline Natatilova (NIM 2021.01.003)
3. Dorothea Kris Adiningsih (NIM 2021.01.006)
4. Ema Nanda Manuhury (NIM 2021.01.008)
5. Intan Pratiwi (NIM 2021.01.016)
6. Melinda Taurusia (NIM 2021.01.019)
7. Muh. Azhari R (NIM 2021.01.022)
8. Eka Ambarwati (NIM 2021.01.029)
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian serta lainnya tentang konsep
kerukunan antar umat beragama. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu,
kami berharap adanya kritik, saran atau usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang. Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
3.1. Simpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerukunan umat beragama adalah hal yang sangat penting untuk mencapai
sebuah kesejahteraan hidup di negeri ini. Seperti yang kita ketahui, Indonesia
memiliki keragaman yang begitu banyak. Tak hanya masalah adat istiadat atau
budaya seni, tapi juga termasuk agama.
Kerukunan antar umat beragama merupakan satu unsur penting yang harus
dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras, aliran
dan agama. Untuk itusikap toleransi yang baik diperlukandalam menyikapi
perbedaan-perbedaan tersebut agar kerukunan antar umat beragama dapat
tetap terjaga, sebab perdamaian nasional hanya bisa dicapai kalau masing-
masing golongan agama pandai menghormati identitas golongan lain.
Kerukunan dan toleransi antar umat beragama kiranya akan menjadi
agenda nasional bahkan internasional yang tak kunjung usai, ini bisa dipahami
karena masa depan suatu bangsa sedikit banyak tergantung pada sejauh mana
keharmonisan hubungan antarumat beragama. Kegagalan dalam
merealisasikan agenda ini akan mengantarkan suatu bangsa pada trauma
terpecah belahnya sebagai bangsa.5Karenanya, toleransi merupakan
kebutuhan yang tidak bisa ditunda-tunda lagi sembari memberikan penjelasan
tentang ajaran-ajaran agama yang menekankan pada toleransi
beragama,sehinggga jiwa toleransi beragama dapat dibina di kalangan pemeluk
masing-masing agama.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari
beragam agama. Kemajemukan yang ditandai dengan keanekaragaman agama
itu mempunyai kecenderungan kuat terhadap identitas agama masing- masing
dan berpotensi konflik. Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat
yang multikultural. Multikultural masyarakat Indonesia tidak saja kerena
keanekaragaman suku, budaya, bahasa, ras tapi juga dalam hal agama. Agama
yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama Islam, Kristen Protestan,
Katolik, Hindu, Buddha dan Kong Hu Chu. Dari agama-agama tersebut
terjadilah perbedaan agama yang dianut masing-masing masyarakat Indonesia.
Dengan perbedaan tersebut apabila tidak terpelihara dengan baik bisa
menimbulkan konflik antar umat beragama yang bertentangan dengan nilai
dasar agama itu sendiri yang mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling
menghormati, dan saling tolong menolong.
Kerukunan yang berpegang kepada prinsip masing-masing agama menjadi
setiap golongan antar umat beragama sebagai golongan terbuka, sehingga
memungkinkan dan memudahkan untuk saling berhubungan. Bila anggota dari
suatu golongan umat beragama telah berhubungan baik dengan anggota dari
golongan agama-agama lain, akan terbuka kemungkinan untuk
mengembangkan hubungan dalam berbagai bentuk kerjasama dalam
bermasyarakat dan bernegara. Di beberapa daerah tersebut terdapat pemeluk
agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Buddha. Di tengah
kemajemukan masyarakat dalam perbedaan keyakinan agama ternyata mampu
membangun sikap untuk saling menghormati antar pemeluk agama.
Agama yang sebagian orang dianggap sebagai memegang peranan
penting dalam kehidupan masyarakat, yakni sebagai faktor intergratif yang
dapat mempersatu umat beragama. Disisi lain juga agama dapat berubah
menjadi faktor disintergratif yang akan menimbulkan konflik sosial keagamaan,
baik karena interpretasi terhadap agama maupun sengaja dilakukan atas nama
agama. Konflik yang muncul tersebut disebabkan oleh gesekan keyakinan,
bahkan sampai pada level perbedaan agama. Padahal, dalam undang-undang
1945 bahwa negara memberikan kebebasan bagi para pemeluk agama-agama
di Indonesia, yang tercantum dalam Bab XI (agama) pasal 29 dalam ayat 2 yang
2 menerangkan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing sesuai dengan kepercayaan yang
dianutnya. Dalam Undang-undang PNPS No. 1 Tahun 1965 Jo Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1969 (Pasal Satu, bagian penjelasan) tersebut dijelaskan
bahwa negara menjamin seseorang untuk bebas memilih agama resmi yang
telah ditetapkan oleh negara yaitu Hindu, Islam, Kristen Protestan, Katolik,
Buddha, dan Kong Hu Chu. Kementrian Agama selaku pengawas harus lebih
tanggap terhadap masalah kerukunan beragama dimana Pemerintah Daerah
harus bisa mengawasi dan membina terkait masalah pelaksanaan dan
pemeliharaan kerukunan beragama. Hal ini tercantum dalam undang-undang
peraturan bersama mentri agama dan mentri dalam negeri yang terdapat dalam
No. 8 Bab VII (Pengawasan dan Pelaporan) pada butir 1&2.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep kerukunan antar umat beragama dan cara mempererat
hubungan antar umat beragama.
2. Tujuan Khusus
a Mengetahui konsep kerukunan antar umat agama.
b Mengetahui cara mempererat hubungan antar umat beragama.
c Mengetahui hubungan sosial antar umat beragama.
d Mengetahui konflik yang terjadi pada antar umat beragama.
e Mengetahui penghambatan yang terjadi pada kerukunan umat beragama.
f Mengetahui etika kerukunan antar umat beragama.
g Mengetahui cara menghoemati dan menghargai antar umat beragama.