Anda di halaman 1dari 4

Nama : Mega Aulia

NIM : E1121201040
Prodi : Antropologi Sosial
Mata Kuliah : Teori Antropologi 1
Tugas : Ringkas Materi

TEORI - TEORI EVOLUSI KEBUDAYAAN

1. PROSES EVOLUSI SOSIAL SECARA UNIVERSAL


Bahan Etnografi dan etnografika yang tersebut dalam Bab I di atas, seperti apa yang
terurai dalam Bab I di atas, telah menimbulkan suatu kesadaran diantar para cendakiawan dan
para ahli filsafat di Eropa Barat mengenai besarnya ke anekaragaman dan ciri -ciri
ras,bahasa,dan kebudayaan umat manusia didunia.Disamping itu kerangka cara berpikir
evolusionisme universal tidak hanya diterapkan dalam Ilmu biologi saja, tetapi juga telah
menyebabkan timbulnya konsepsi tentang evolusi sosial Universal.Konsepsi itu terutama
dalam bagian ke dua abad ke-19 sangat mempengaruhi cara berfikir para cendikiawan , para
ahli hukum ,para ahli sejarah kebudayaan, para ahli folklor, dan para ahli filsafat mengenai
beberapa soal,mislanya soal asal-mula dan evolusi kelompok keluarga,,asal mula dan evolusi
konsep konsep hak milik, asal-mula dan evolusi negara, asal mula dan evolusi religi dan
sebagainya.
Proses Evolusi seperti itu akan dialami oleh semua masyarakat manusia di muka bumi,
walaupun dengan kecepatan yang berbeda-beda. baru timbul di muka bumi; artinya mereka
baru berada pada tingkat-tingkat permulaan dari proses evolusi sosial mereka. Bangsa-bangsa
lain berada pada tingkat-tingkat pertengahan dari proses itu, sedangkan ada pula bangsa-bangsa
yang telah mencapai tingkat evolusi sosial yang tertinggi, yaitu bangsa-bangsa yang telah
mencapai tingkat evolusi sosial tertinggi,yaitu bangsa -bangsa di Eropa Barat.
2 KONSEP EVOLUSI SOSIAL UNIVERSAL H SPENCER
Ahli Filsafat Prancis A. Comte termaksuk aliran cara berfikir positivisme, yaitu aliran
dalam ilmu Filsafat yang bertujuan menerapkan metodologi eksak yang telah dikembangkan
dalam ilmu fisika dan alam, dalam studi-studinya Spencer mempergunakan bahan etnografi
dan etnografika secara sangat luas dan sangat sistematis. Gambaran menyeluruh tentang
evolusi universal dari umat manusia yang termaksud dalam buku tersebut,menunjukan bahwa
dalam garis besarnya Spencer melihat perkembangan masyarakat dan kebudayaan dari tiap
bangsa di dunia itu telah melalu atau akan melalui tingkat-tingkat evolusi yang sama. Pangkal
pendirian mengenai hal itu adalah bahwa pada semua bangsa di dunia religi itu mulai karena
menusia sadar dan takut akan maut.
3. TEORI EVOLUSI KELUARGA JJ. BACHOFEN
Teori-teori evolusi hukum yang berbeda dari pada teori Spencer terurai diatas diajukan oleh
beberapa ahli hukum penting, antara lain H. Maine, ahli hukum Inggris yang terkenal dan
J.J. Bachofen, ahli hukum jerman. Karena telah mengembangkan teori tentang evolusi hukum
milik dan hukum waris, dan erat bersangkutan dengan itu juga teori tentang evolusi bentuk
keluarga.

4. TEORI EVOLUSI KEBUDAYAAN DI INDONESIA


Teori evolusi kebudayaan, terutama teori evolusi keluarga dari JJ Bachofen, juga diterapkan
terhadap aneka-warnab kebudayaan Indonesia oleh ahli Antropologi Belanda GA Wilken Ia
memulai kariernya pada tahun 1869 sebagai pegawai Pangreh Praja Belanda di
Buru , Gorontalo dan Ratahan , Sipirok dan Mandailing , Karangan-karangannya yang
pertama sudah terbit sewaktu ia menjabat sebagai pegawai Pangreh Praja, yaitu mengenai sewa
tanah dan mengenai adat pemberian nama di Minahasa , karangan etnografi singkat dari pulau
Buru , tetapi juga karangan – karangan teori tentang evolusi perkawinan dan berkeluarga
berjudul over de primitieve Vormen van het Huwelijk en de oorsprong van her Gezin . Dalam
karangan yang terakhir ini ia menerangkan tingkat – tingkat evolusi Bachofen mengenai
promiskuitas, mutriarkhat, patriarkhat, dan keluarga parental terurai di atas, dengan banyak
bahan contoh yang diambilnya terutama dari Indonesia.

5. TEORI EVOLUSI KEBUDAYAAN L.H MORGAN


Lewis H. Mogan mula – mula adalah seorang ahli hukum yang lama tinggal di suku Indian
Iroquois di daerarah Ulu Sungai St. Lawrence dan di sebelah selatan danau – danau besar
Ontario dan Erie sebagai pengacara bagi orang – orang Indian dalam soal – soal mengeni
tanah. Karangan etnografinya yang pertama terbit dalam tuhun 1851, berjudul League of the
Ho-de-no-Sau-nie or Iroquois. Dalam memperhatikan sistem kekerabatan itu Morgan
mendapatkan suatu cara untuk mengupas sistem kekerabatan dari semua suku bangsa di dunia
yang jumlahnya beribu – ribu itu, yang masing – masing sangat berbeda bentuknya. Menurut
Morgan, masyarakat dari semua bangsa di dunia sudah atau masih akan menyelesaikan proses
evolusi melalui delapan tingkat evolusi sebagai berikut:
a. Zaman Liar Tua, yaitu zaman sejak adanya manusia sampai ia menemukan api, dalam zaman
ini manusia hidup dari meramu, mencari akar – akar dan tumbuhan –tumbuhan liar.
b. Zaman Liar Madya, yaitu zaman sejak manusia menemukan api, sampai ia menemukan
senjata busur – panah, dalam zaman ini manusia mulai merubah mata pencaharian hidupnya
dari meramu menjadi pencari ikan disungai – sungai atau menjadi pemburu.
c. Zaman Liar Muda, yaitu zaman sejak manusia menemukan senjata busur – panah, sampai ia
mendapatkan kepandaian membuat barang – barang tembikar, dalam zaman ini mata
pencaharian hidupnya masih berburu.
d. Zaman Barbar Tua [6], yaitu zaman sejak manusia menemukan kepandaian membuat
tembikar sampai ia mulai berternak atau bercocok tanan.
e. Zaman Barbar Madya, yaitu zaman sejak manusia berternak atau bercocok tanam sampai ia
pandai membuat benda – benda dari logam.
f. Zaman Barbar Muda, yaitu zaman sejak menemukan kepandaian membuat benda-benda dari
logam, sampai ia mengenal tulisan.
g. Zaman peradaban purba [7].
h. Zaman Peradaban Masakini.
6. TEORI EVOLUSI RELIGI E.B TYLOR
Edward B. Tylor (1832-2927) adalah orang Inggeris yang mula – mula mendapatkan
pendidikan dalam kesusateraan dan perdaban Yunani dan Rum Klasik dan baru kemudian
tertarik dengan ilmu arkeologi. Sebagai orang yang dianggap memiliki kemahiran ilmu
arkeologi, dalam tahun 1856 ia turut dengan suatu exspedisi Inggeris untuk menggali benda-
benda arkeologi di mexiko. Dalam bukunya Primitive culture: Research into the Development
of Mythology, Philosophy, Religion, Language, Art and Custom, asal mula religi adalah
kesadaran manusia akan adanya jiwa. Kesadaran akan faham jiwa itu disebabkan karena dua
hal, yaitu:
a. Perbedaan yang tampak pada manusia antara hal – hal yang hidup dan hal – hal yang mati.
Satu organisma pada satu saat bergerak – gerak, artinya hidup, tetapi tak lama kemudian
organisma itu juga tak bergerak lagi, artinya mati. Maka manusia mulai sadar akan adanya
suatu kekuatan yang menyebabkan gerak itu, yaitu jiwa.
b. Peristiwa mimpi. Dalam mimpinya manusia melihat dirinya ditempat –tempat lain (bukan
ditempat dimana ia sedang tidur), maka manusia itu mulai membedakan antara tubuh
jasmaninya yang ada ditempat tidur, dan suatu bagian lain dari dirinya yang pergi ketempat -
tempat lain.
Bagian lain itulah yang disebut jiwa. Sifat abstrak dari jiwa itu menimbulkan keyakinan pada
manusia bahwa jiwa dapat hidup langsung, lepas dari tubuh jasmaninya. Pada waktu
hidup, jiwa itu masih tersangkut kepada tubuh jasmani dan hanya dapat meninggalkan tubuh
pada waktu manusia itu tidur atau pingsan. Karena pada saat serupa itu kekuatan hidup pergi
melayang, maka tubuh berada dalam keadaan lemah. Religi ini disebut animisme.
Tylor melanjutkan teorinya tentang asal mula religi dengan suatu uraian tentang evolusi
religi, yang berdasarkan cara berpikir evolusionisme. Animisme pada dasarnya merupakan
keyakinan kepada roh – roh yang mendiami alam semesta sekeliling tempat tinggal
manusia, merupakan bentuk religi yang tertua. Pada tingkat kedua dalam evolusi
religi, manusia yakin bahwa gerak alam yang hidup itu juga disebabkan adanya dibelakang
peristiwa – peristiwa dan gejala alam itu. Pada tingkat ketiga dalam evolusi religi, bersama
dengan timbulnya susunan kenegaraaan dalam masyarakat manusia. Timbul pula keyakinan
bahwa dewa – dewa alam itu juga hidup dalam suatu susunan kenegaraan, serupa dalam dunia
makhluk manusia. Maka terdapat pula suatu susunan pangkat dewa – dewa, mulai dari raja
sebagai dewa tertinggi, sampai dewa – dewa yang terendah pangkatnya.
Teori Evolusionisme Deterministik
Teori Evolusionisme Deterministik dapat dikatakan sebagai teori tertua di deretan teori
antropologi. Teori ini dikembangkan oleh Lewis Henry Morgan dan Edward Burnet Tylor.
Teori ini muncul dari anggapan adanya hukum universal yang mengendalikan perkembangan
semua kebudayaan manusia. Berdasarkan teori ini setiap kebudayaan mengalami fase-fase atau
evolusi. Lewis Henry Morgan (1818-1881) menggambarkan proses evolusi masyarakat dan
kebudayaan dengan delapan tahap evolusi universal yang dituangkan dalam karyanya dengan
judul Ancient Society.

7. Teori J.G FRAZER MENGENAI ILMU GAIB DAN RELIGI


J.G Frazer adalah ahli folklor Inggreris yang juga sangat banyak mempergunakan bahan
etnografi dalam karya-karyanya, dan yang karena itu dapat kita anggap juga sebagai salah
seorang tokoh pendekar ilmu antropologi. Makin terbelakang kebudayaan manusia, makin
sempit lingkaran batas akalnya. Soal - soal hidup yang tak dapat dipecahkan dengan
akal, dipecahkannya dengan _magic, ilmu gaib. Menurut Frazer, memang ada suatu perbedaan
besar antara ilmu gaib dan religi, Ilmu gaib adalah segala sistem tingkah laku dan sikap
manusia untuk mencapai suatu maksud dengan menguasai dan mempergunakan kekuatan-
kekuatan dan kaidah-kaidah gaib yang ada didalam alam.

8. MENGHILANGNYA TEORI-TEORI EVOLUSI KEBUDAYAAN


Pada akhir abad ke-19 mulai timbul kecaman-kecaman terhadap cara berfikir dan cara
berkerja para sarjana penganut evolusi kebudayaan. Kecaman mulai menyerang detail dan
unsur-unsur tertentu dalam berbagai karangan dari para penganut teori-teori tersebut, kemudian
meningkat menjadi serangan-serangan terhadap konsepsi dasar dari teori-teori tentang evolusi
kebudayaan manusia.

Anda mungkin juga menyukai