Disusun Oleh:
Pajak
Waluyo (2010:2), menyatakan bahwa pajak adalah iuran kepada negara (yang
dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung
dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.
Badan
adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha. Bentuk Badan dapat
berupa Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV), perseroan lainnya,
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik,
atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan
lainnya.
Jika penghasilan bruto setelah pengurangan biaya-biaya hasilnya rugi dan tidak
dikenakan Penghasilan Kena Pajak, maka kerugian dapat dikompensasi dengan
penghasilan Tahun Pajak berikutnya yang berlaku 5 tahun berturut-turut.
Maka, jumlah penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto dan
tidak mendapatkan fasilitas adalah:
Rp3.000.000.000 – Rp480.000.000 = Rp2.520.000.000,-.
- Setidaknya memiliki 40% saham yang dicatat dalam Bursa Efek Indonesia
untuk diperdagangkan.
- Paling tidak memiliki kepemilikan saham oleh 300 pihak publik, baik itu
badan maupun pribadi.
- Saham yang dimiliki masing-masing pihak hanya boleh kurang dari 5%
dari keseluruhan saham yang disetor penuh dan harus dipenuhi dalam
waktu 183 hari kalender dalam jangka satu tahun pajak.
Kemudian, PT ABC Tbk ini mencatat 40% saham, yakni, 400 ribu lembar saham
di Bursa Efek Indonesia yang dimiliki oleh 320 pihak dengan persentase
kepemilikannya maksimal 4,99%. Kondisi ini dilakukan selama 183 hari kalender
di satu tahun pajak. Jadi, PT ABC Tbk ini berhak mendapatkan penurunan tarif
hingga 5% lebih rendah.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjabaran diatas dapat kami simpulkan bahwa PPH Badan
merupakan pajak yang terutang oleh badan berkedudukan di Indonesia atas
penghasilan yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tahun pajak.
Untuk menghitung pajak penghasilan badan suatu perusahaan perlu dilakukan
koreksi fiskal terlebih dahulu atas laporan keuangan komersial. Subjek dan Objek
PPH Badan, Jenis-jenis PPH Badan, Ketentuan Perhitungan PPH Badan dan
TarifPPH Badan semua telah diatur dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (UU KUP).
DAFTAR PUSTAKA
Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma, S. S. M. B. K. A. P., 2019. BAB 1 SUBJEK DAN
OBJEK PAJAK. In: B. Setiawan, ed. PRAKTIKUM PAJAK PENGHASILAN (PPH BADAN).
Yogyakarta: Andi (Anggota IKAPI), pp. 1-7.