Anda di halaman 1dari 76

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEKERJA PADA


PENGGUNAAN BODY HARNESS BAGI PEKERJA KETINGGIAN DENGAN
KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI PROYEK MEGA CITY BEKASI PT.
WIJAYA KUSUMA CONTRACTORS

OLEH :

IKA MUSTIKA NINGTIYAS


161010500057

STIKES KHARISMA PERSADA PAMULANG PROGRAM STUDI S1


KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT. atas segala kuasa dan

karunia yang diberikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Hubungan Kebisingan Dengan Keluhan Non-Auditory Pada Pekerja Di

PT. Wijaya Kusuma Contractors”. Skripsi ini di ajukan untuk memebuhi salah

satu syarat memperoleh gelar sarjanan Kesehatan Masyarakat pada program Studi

1 Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Kharisma Persada Pamulang.

Dalam menyelesaikan skripsi ini peneliti menyadari bahwa banyak

mendapat bantuan berupa bimbingan, arahan dan saran dari berbagai pihak. Untuk

itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Dr. (HC), Drs. H. Darsono selaku Ketua Yayasan Kharisma Persada yang

telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuuk kuliah di STIKes

Kharisma Persada Pamulang.

2. Dr. H. M. Hasan, SKM., M.Kes., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Kharisma Persada Pamulang yang telah banyak memberikan

arahan dan bimbingan selama proses belajar mengajar di STIKes Kharisma

Persada Pamulang.

3. Supriyatno ST. Selaku Project Manager Proyek Apartement Mega City

Bekasi yang telah memberikan izin dan kepercayaan kepada saya dalam

penelitian di tempat terkait sehingga saya dapat menyelsaikan penelitian ini.

4. Dwi Noviyanto dan Pebrian Ari, selaku pembimbing lapangan yang telah

bersedia meluangkan waktu dan membimbing saya sehingga mampu

menyelesaikan penyusunan penelitian ini.

ii
5. Muhammad Zulfikar Adha S.KM., M.KL, selaku dosen pembimbing I yang

telah banyak memberikan arahan dan bimbingan selama belajar mengajar di

STIKes Kharisma Persada.

6. Drs. Sudibyo., M. Kes, selaku pembimbing II dalam penyusunan skripsi yang

telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan inovasi.

7. Frida Kasumawati, SKM, M.Kes, selaku Kaprodi S1 Kesehatan Masyarakat

yang telah memberikan motivasi dan arahan sehingga mampu menyelesaikan

penyusunan penelitian ini.

8. Seluruh dosen dan staf tata usaha STIKes Kharisma Persada Pamulang yang

telah memberikan bimbingan dan arahan serta menjadi fasilitator dalam

kegiatan pendidikan.

9. Bpk. Budiyono dan Ibu Indah Kusumawati, selaku Raja dan Ratu (Orang

Tua) tercinta yang tidak pernah mengenal lelah dalam memberikan dukungan

doa, kasih sayang dan semangat.

10. Rafik Arifin dan Risma Sri Devi yang selalu meluangkan waktu untuk

menemani dan banyak memberikan motivasi, semangat serta dukungan

selama penyusunan Skripsi.

11. Kholidah Nur Saidah, Anisa Firdha dan Ersa Oktaviana Sugina, Elyta Niagha

selaku kakak dan teman baik yang telah banyak memberikan motivasi,

semangat serta dukungan.

12. Yuda Rizky Ridwana, Khairunisa dan Sulaiman Salim selaku sahabat yang

selalu menemani dan memberikan semangat serta dukungan.

iii
13. Mila Puspa Andini, Virginia Intan Lestari, Dewi Iryani dan Mutiara, Rendy

Martua Panggabean, Prabu Angger Widiatmo, Andhika Audriansyah selaku

teman seperjuangan semasa kuliah yang telah menemani dan memberikan

dukungan dalam penyusunan skripsi.

14. Paduan Suara Gita Dharma Persada yang telah menemani dan memberikan

semangat.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

dukungan, bimbingan dan arahan kepada peneliti.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Peneliti menerima kritik dan saran

yang bersifat membangun guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan semua khususnya

bagi peneliti sendiri, umumnya bagi mahasiswa STIKes Kharisma Persada

Pamulang prodi S1 Kesehatan Masyarakat.

Pamulang, 2020

Peneliti

iv
DAFTAR ISI

v
DAFTAR TABEL

vi
DAFTAR BAGAN

vii
DAFTAR LAMPIRAN

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi saat ini peningkatan teknologi dan industrialisasi di

perusahaan sering disertai dengan meningkatnya resiko bahaya di tempat kerja.

Adanya potensi bahaya di tempat kerja yang sewaktu- waktu terjadi dapat

menimbulkan kecelakaan. Kecelakaaan kerja adalah kejadian tidak terduga dan

tidak diharapkan. Dikatakan tidak terduga karena dibelakang peristiwa yang

terjadi tidak terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan, sedangkan tidak

diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material.

Permenaker No. 09 tahun 2016 ini mewajibkan kepada pengusaha

dan/atau pengurus untuk menerapkan Keselamatan dan Kesehatan kerja pada

pekerjaan di atas ketinggian. Penerapan K3 dapat dilakukan dengan

memastikan beberapa hal seperti perencanaan, prosedur kerja atau teknik

bekerja yang aman, APD, perangkat pelindung jatuh, dan angkur serta tenaga

kerja yang kompeten dan bagian K3.

Bekerja di ketinggian (working at heigth) adalah pekerjaan yang

dilakukan di tempat atau lokasi dimana ada potensi yang menyebabkan pekerja

terjatuh. Jarak minimum ketinggian agar bisa di kategorikan sebagai bekerja di

ketinggian, banyak yang menggunakan standar bekerja di ketinggian harus

memakai body harness untuk meminimalisir resiko kecelakaan yang akan

terjadi ketika bekerja di ketinggian (Saputra, 2016).

1
2

Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 2015,

diperkirakan secara global ada 60.000 kecelakaan kerja fatal per tahunnya.

Sekitar 1 dari 6 kecelakaan fatal yang dilaporkan, terjadi pada sektor

konstruksi. Health and Safety Executive (HSE) di Inggris tahun 2014

mengemukakan bahwa jenis pekerjaan dengan jumlah kematian tinggi yang

dialami oleh pekerja diantaranya yaitu roofers, carpenters, joiners dan

construction. Dari 142 kematian, penyebab utama disebabkan karena jatuh dari

ketinggian sebesar 45% lainnya merupakan kontak dengan mesin atau listrik

serta kejatuhan pada benda masing- masing presentase sebesar 7%. Sedangkan

kecelakaan non-fatal dengan luka berat yang terjadi karena jatuh dari

ketinggian, 27% karena terpeleset, tersandung dan terjatuh, 13% karena

kejatuhan benda, dan 9% karena pekerjaan handling (ILO, 2015).

Berdasarkan International Labour Organization (ILO) tahun 2017

melaporkan bahwa 860 pekerja mengalami kecelakaan dan penyakit akibat

kerja diseluruh dunia setiap harinya, 6.400 pekerja meninggal akibat

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja setiap harinya.

Jumlah kasus kecelakaan kerja pada tahun 2011 sampai 2014 di

Indonesia berjumlah 92.453 kasus dengan rincian pada 2011 berjumlah 9.891,

kasus tahun 2012 berjumlah 21.735, kasus tahun 2013 berjumlah 35.917, dan

kasus tahun 2014 berjumlah 24.910 (Kementerian Kesehatan, 2015). Pada

akhir 2015 tercatat 105.182 kasus kecelakaan kerja diantaranya 2.375 tercatat

mengalami kematian. Data yang didapat dari Pembinaan Pengawasan

Ketenagakerjaan dan Keselamatan Kerja (PPK dan K3 Kementerian


3

Ketenagakerjaan (Kemenaker) yaitu tahun ke tahun jumlah kecelakaan kerja

mengalami peningkatan sekitar 5-10 % tiap tahunnya, penyebab utama

kecelakaan kerja masih sama akibat rendahnya kesadaran akan pentingnya

penerapan K3 di kalangan industri dan masyarakat. Selama ini penerapan K3

masih dianggap sebagai beban biaya, bukan sebagai investasi untuk mencegah

terjadinya kecelakaan kerja. Dari data yang diperoleh bahwa 32% jumlah

kecelakaan kerja disumbangkan oleh kecelakaan dibidang konstruksi bangunan

(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, 2016).

Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi. Mengutip data Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, hingga akhir 2015

telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus. Sementara itu, untuk

kasus kecelakaan berat yang mengakibatkan kematian tercatat sebayak 2.375

kasus dari total jumlah kecelakaan kerja. Berdasarkan Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaanmencatat angka kecelakaan kerja di

Indonesia cenderung terus meningkat. Pada tahun 2016 kecelakaan kerja yang

terjadi sebanyak 101.367 kasus dan pada tahun 2017 mengalami peningkatan

yaitu tercatat sebanyak 123.000 kasus kecelakaan kerja.

Data kecelakaan di Proyek Pembangunan Apartemen Mega City Bekasi

PT Wijaya Kusuma Contractors (WKC), dilihat dari data kecelakaan kerja

hasilnya adalah terdapat 4 orang yang mengalami kecelakaan pada saat bekerja

dari 150 orang pekerja di Proyek Pembangunan Apartemen Mega City Bekasi

mulai dari periode Agustus 2019 sampai Maret 2020.


4

Dalam penelitian Agustina (2017) yang berjudul Faktor- Faktor Yang

Mempengaruhi Perilaku Pekerja Bangunan Dalam Menghindari Kecelakaan Di

Area Ketinggian Bangunan Di PT. Wijaya Kusuma Contractors (WKC)

Cikarang, Kota Bekasi Tahun 2017 hasil penelitian menunjukkan bahwa

Terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, sosialisasi, pengawasan dan

perilaku pekerja di area ketinggian dengan kejadian kecelakaan kerja pada

tenaga kerja di Proyek pembanunan apartemen mega city bekasi PT. Wijaya

kusuma contractors.

B. Rumusan Masalah

Menurut data statistik di Indonesia, 80% kecelakaan disebabkan oleh

tindakan tidak aman (tindakan dibawah standar) dan 20% oleh kondisi tidak

aman (kondisi di bawah standar). Seseorang yang bekerja pada ketinggian

sekitar 1,8 meter atau lebih termasuk bekerja di aktivitas berat. Sekitar 70%

pekerja di Proyek Pembangunan Apartemen Mega City Bekasi PT. Wijaya

Kusuma Kontraktors ketika bekerja di ketinggian tidak menggunakan peralatan

pelindung pribadi (full body Harness) dengan benar, pekerja di PT Wijaya

Kusuma Contractors berjumlah 4 orang atau sekitar 2,7% pekerja yang

mengalami kecelakaan kerja.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Proyek

Pembangunan Apartemen Mega City Bekasi PT. Wijaya Kusuma Contractor

bahwa masih ditemukan para pekerja yang masih belum mengetahui tentang
5

manfaat penggunaan Body Harness, bahaya bekerja diketinggian tanpa alat

pelindung diri (Body Harness) dan kecelakaan kerja

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah terdapat hubungan antara

pengetahuan dan perilaku pekerja pada penggunaan body harnest bagi pekerja

diketinggian dengan kejadian kecelakaan kerja di Proyek Mega City Bekasi

PT. Wijaya Kusuma Contractors?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku pekerja pada penggunaan

body harness bagi pekerja di ketinggian dengan kejadian kecelakaan kerja

di proyek Mega City Bekasi PT. Wijaya Kusuma Contractors.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pengetahuan tentang penggunaan body harness

pada tenaga kerja konstruksi Poyek Mega City Bekasi.

b. Mengetahui gambaran perilaku pekerja tentang penggunaan body

harness pada tenaga kerja konstruksi Proyek Mega City Bekasi.

c. Mengetahui gambaran kejadian kecelakaan kerja pada tenaga kerja

konstruksi Proyek Mega City Bekasi.

d. Menganalisis hubungan pengetahuan tentang penggunaan body harness

dengan kejadian kecelakaan kerja pada tenaga kerja kontruksi Proyek

Mega City Bekasi


6

e. Menganalisis hubungan perilaku pekerja tentang penggunaan body

harness dengan kejadian kecelakaan pada tenaga kerja konstruksi

Proyek Mega City Bekasi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Bagi penulis dapat menambah pengalaman dan pengetahuan terkait

pengetahuan dan perilaku penggunaan body harness pada pekerja di

ketinggian pada tenaga kerja konstruksi.

2. Bagi Tenaga Kerja

Bagi tenaga kerja diketinggian dapat memberikan informasi tentang

penggunaan body harnest untuk menurunkan kejadian kecelakaan kerja dan

dapat berkontribusi dalam upaya penurunan angka kecelakaan kerja pada

tenaga kerja konstruksi.

3. Bagi Institusi STIKes Kharisma Persada

Dapat menambah bahan kepustakaan dan informasi tentang pengetahuan

dan perilaku penggunaan body harnest dengann kejadian kecelakaan kerja

pada tenaga kerja kontstruksi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecelakaan Kerja

1. Definisi Kecelakaan Kerja

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 7 tahun

2017 tentang program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Indonesia, kecelakaan

kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk

kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja

atau sebaliknya (Permenaker, 2017). Ada dua faktor penting yang

menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja yaitu tindakan tidak aman

(unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition). Unsafe Action

adalah suatu perilaku membahayakan atau tidak aman yang dapat

menyebabkan terjadinya kecelakaan. Perilaku berbahaya adalah kegagan

(human failure) dalam mengikuti persyaratan dan prosedur kerja yang

benar sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Sedangkan,

Unsafe Condition adalah kondisi lingkungan kerja yang tidak baik atau

kondisi peralatan kerja yang berbahaya. Akibat yang ditimbulkan dari

Unsafe Condition yaitu dapat menimbulkan potensi bahaya (Kusumarini,

2017). Kecelakaan adalah suatu kejadian tidak terduga dan tidak

dikehendaki yang mengacaukan suatu aktivitas yang telah diatur. Tiak

terduga oleh karena latar belakang peristiwa itu tidak terdapat adanya unsur

kesengajaan, terlebih dalam bentuk perencanaan, peristiwa kecelakaan

7
8

disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan

sampai pada yang paling berat. (M. Sulakmono. 1997).

Menururt Suma’mur (1998). Kecelakaan adalah kejadian yang tidak

terduga dan tidak diharapkan. Sedangkan kecelakaan akibat kerja

berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Sedangkan menurut

Tarkawa (2008). Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak

dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan

kerugian baik waktu harta benda atau properti maupun korban jiwa yang

terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau berkaitan dengannya.

Menurut International Labour Organization (ILO), kecelakaan kerja di

Industri yang diklasifikasikan menurut jenis kecelakaan, agen penyebab

atau objek yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari

keparahannya) kejadian kematian atau kejadian yang dapat menyebabkan

kematian.

2. Penyebab Kecelakaan Kerja

Penggolongan penyebab kecelakaan kerja dibagi 2 yaitu :

a. Penyebab Langsung (Immediate Coauses)

Suatu keadaan yang bisa dilihat dan dirasakan secara langsung dibagi

dalam 2 kelompok yaitu :

1) Tindakan tidak aman (Unsafe acts)

Bentuk tindakan yang tidak sesuai dengan keamanan bekerja dan

berbahaya karena hal ini berkaitan dengan cara dan sifat pekerjaan.

Faktor-faktor dari tindakan tidak aman itu meliputi :


9

a) Tidak menggunakan alat pelindung diri (APD).

b) Cacat tubuh.

c) Keletihan dan kelesuan (Fatigue and boredomn).

d) Sikap dan tingkah laku ceroboh, sembrono, dan terlalu berani

tanpa mengikuti petunjuk.

e) Terbatasnya pengetahuan dan keterampilan.

2) Kondisi yang tidak aman (unsafe condition) Berbagai aspek kondisi

rawan dalam bekerja :

a) Mesin, peralatan dan bahan.

b) Lingkungan dan proses pekerjaan.

c) Sifat dan cara bekerja.

b. Penyebab Dasar (basic causes)

1) Kondisi Internal

a) Faktor manusia atau personal (personal factor).

b) Kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi.

c) Kurangnya atau lemahnya pengetahuan dan skill.

d) Motivasi yang tidak cukup atau salah.

2) Faktor lingkungan (environment factor)

a) Faktor Fisik : yaitu kebisingan, radiasi, penerangan, iklim.

b) Faktor Kimia : yaitu debu, uap logam, asap dan gas.

c) Faktor Biologi : yaitu bakteri, virus, parasit dan serangga


10

d) Ergonomi dan Psikologi. (Kruniawati, Sugiono dan Yniarti,

2012).

Kecelakaan kerja disebabkan 80% oleh unsafe act dan 20% disebabkan oleh

unsafe condition. Kecelakaan kerja pada pekerjaan konstruksi akan merugikan

bagi perusahaan maupun tenaga kerjanya sendiri. Perusahaan akan mengeluarkan

biaya ganti rugi untuk pekerjanya dan bagi pekerja mendapat luka, cacat, bahkan

kematian (Srijayanthi, Sudipta dan Putera, 2012).

3. Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja

Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja Menurut Surat Keputusan Direktur Jenderal

Pembinaan Hubungan Industrial Dan Pengawasan Ketenagakerjaan

Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor KEO.84/BW/1998

adalah :

a. Terbentur (pada umumnya menunjukkan kontak atau persinggungan

dengan benda tajam atau benda keras yang mengakibatkan tergores,

terpotong, tertusuk dan lain-lain).

b. Terpukul (pada umumnya karena yang jatuh, meluncur, melayang,

bergerak dan lain-lain).

c. Tertangkap pada, dalam dan diantara benda (terjepit, tergigit, tertimbun,

tenggelam dan lain-lain).

d. Jatuh dari ketinggian yang sama, jatuh dari ketinggian yang berbeda.

e. Tergelincir.

f. Terpapar (pada umumnya berhubungan dengan temperatur, tekanan

udara, getaram, radiasi, suara, cahaya, dan lain-lain).


11

g. Penghisapan, penyerapan (menujukkan proses masuknya bahan atau zat

berbahaya ke dalam tubuh, baik melalui pernafasan ataupun kulit dan

yang ada pada umunya berakibat sesak nafas, keracunan, mati lemas,

dan lain-lain).

h. Tersentuh aliran listrik.

Jenis-jenis kecelakaan yang terjadi pada bidang industri konstruksi

adalah antara lain sebagai berikut : Jatuh terpeleset, kejatuhan barang

dari atas, terinjak, terkena barang yang roboh, kontak dengan suhu

panas atau suhu dingin, terjatuh, terguling, terjepit, terlindas, tertabrak,

dan terkena benturan keras (Waruwu dan Yamita, 2016).

4. Pencegahan Kecelakaan Kerja

Pencegahan bertujuan untuk mengenal dan menemukan sebab-sebab

kecelakaan kerja, kekurangan dalam sistem atau proses produksi sehingga

dapat disusun rekomendasi cara pencegahan yang tepat. Kecelakaan kerja

yang terjadi dapat dicegah dengan beberapa pengendalian pokok, yaitu :

a. Eliminasi yaitu upaya atau usaha yang bertujuan untuk menghilangkan

bahaya secara keseluruhan.

b. Substitusi yaitu mengganti bahan, material atau proses yang beresiko

tinggi dengan bahan, material atau proses kerja yang berpotensi risiko

rendah.

c. Pengendalian rekayasa yaitu mengubah struktural lingkungan kerja atau

proses kerja untuk menghambat atau menutup jalannya transisi antara

pekerja dan bahaya.


12

d. Pengendalian administrasi yaitu mengurangi atau menghilangkan

kandungan bahaya dengan memenuhi prosedur atau intruksi.

Pengendalian tersebut tergantung pada perilaku manusia untuk

mencapai keberhasilan.

e. Alat pelindung diri yaitu upaya pengendalian terakhir yang berfungsi

sebagai alat untuk melindungi tenaga kerja dari potensi bahaya di

tempat kerja (Tarkawa, 2008).

B. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Menurut Bloom dan Skinner pengetahuan adalah kemampuan

seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam

bentuk bukti jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut

merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik

lisan atau tulisan (Notoatmodjo, 2003).

2. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan :

a. Usia

Usia dapat mempengaruhi daya tangkatp dan pola pikir, semakin

bertambah usia maka semakin tinggi daya tangkap dan pola pikirannya

sehingga pengetahuannya menjadi lebih baik (Erfandi, 2009).

b. Jenis Kelamin

Perempuan lebih sensitif dan mau menerima masukan yang baik

terutama masalah kesehatan.


13

c. Pendidikan

Mempengaruhi proses belajar, maka makin tinggi pendidikan makin

mudah orang tersebut meneriman berbagai informasi tentang kesehatan

(Erfandi, 2009).

d. Pekerjaan

Jenis pekerjaan yang sering berinteraksi lebih banyak pengetahuannya

dibandingkan dengan orang yang tanpa interaksi kepada orang lain

(Ratnawati, 2009).

e. Sumber Informasi

Semakin banyak seseorang mempunyai dan meneriman informasi maka

akan semakin luas pengetahuannya. Kemajuan teknologi dapat menjadi

jalan mudah seseorang mencari informasi (Erfandi, 2009).

3. Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya

satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam

rangkaian tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya

proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang

terjadi dalam rangkaian kegiatan tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak

yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan

antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek dibedakan atas

hubungan fungsional dan hubungan kerja. Karakteristik proyek konstruksi

dapat dipandang dalam tiga dimensi, yaitu unik, melibatkan sejumlah

sumber daya, dan membutuhkan organisasi. Dalam melaksanakan proses


14

penyelsaianya, suatu proyek harus sesuai dengan spesifikasi yang

diterapkan, sesuai itime schedule, dan sesuai biaya yang direncanakan

(Ervianto, 2004).

Menurut Soeharto (1995) terlihat bahwa ciri pokok proyek adalah:

a. Memiliki tujuan yang khusus, produk atau hasil akhir.

b. Jumlah biaya, sarana jadwal serta kriteria mutu dalam proses

mencapai tujuan yang telah ditentukan.

c. Bersifat sementara, dalam arti umumnya dibatasi oleh

selesainya tugas.

d. Non-rutin, tidak berulang-ulang. Jenis danintegritas kegiatan berubah

sepanjang proyek berlangsung.

Agar suatu proyek konstruksi dapat berjalan dengan lancar dan sesuai

dengan tujuan yang telah di tetapkan, maka dibutuhkan adanya suatu

manajemen proyek untuk mengatur dan mengontrol sumber daya yang

digunakan dalam mewujudkan suatu proyek. (Ervianto. 2005) menyatakan

bahwa manajemen proyek adalah suatu perencanaan, pelaksanaan,

pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga

berakhirnya proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek secara tepat waktu,

tepat biaya dan tepat mutu. Selain, itu, manajemen proyek juga dibutuhkan

agar tercapainya suatu efisiensi kerja yang baik.


15

4. Risiko

Kata Risiko dipercaya berasal dari bahasa arab yaitu “Rizk” yang

berarti “Hadiah yang tidak terduga dari surga”. Sedangkan kamus Webster

memberikan pengertian negatif yaitu “Kemungkinan kehilangan, luka,

kerugian atau kerusakan”. Dalam IEC/TC56 (AS/NZS 3931) Analisis

Risiko Sistem Teknologi, mengartikan risiko sebagai “Kombinasi dari

frekuensi, atau probabilitas munculnya, dan konsekuensi dari suatu

kejadian berbahaya yang spesifik”. (Cross, 1998).

Pengertian risiko menurut AS/NZS 4360:2004 adalah sebagai peluang

munculnya suatu kejadian yang dapat menimbulkan efek terhadap suatu

objek. Risiko diukur berdasarkan nilai likelihood (kemungkinan muculnya

sebuah peristiwa) dan Consequence (Dampak yang ditimbulkan oleh

peristiwa tersebut). risiko dapat dinilai secara kualitatif, semi-kuantitatif

atau kuantitatif.

Dalam buku Risk Assement and Management Handbook:for

Environmental, Health, and safety Profesional, risiko dibagi menjadi 5

(lima) macam, antara lain:

a. Risiko Keselamatan (Safety Risk)

Risiko ini secara umum memiliki ciri-ciri antara lain

probabilitas rendah (low Probability), tingkat pemaparan yang

tinggi (high-level-exposure), tingkat konsekuensi kecelakaan yang

tinggi (high-consequence accident), bersifat akut, dan

menimbulkan efek secara langsung. Tindakan pengendalian yang


16

harus dilakukan dalam respon tanggap darurat adalah dengan

mengetahui penyebabnya secara jelas danlebih fokus pada

keselamatan manusia dan pencegahan timbulnya kerugian

terutama pada area tempat kerja.

b. Risiko Kesehatan (Health Risk)

Risiko ini memiliki ciri-ciri antara lain memiliki probability

yang tinggi (high probability), tingkat pemajanan yang rendah

(low level exposure), konsekuensi yang rendah (low-consequence),

memiliki masa laten yang panjang (long- latency), delay effect

efek tidak langsung terlihat) dan bersifat kronik. Hubungan sebab

akibatnya tidak mudah ditentukan. Risiko ini fokus pada kesehatan

manusia terutama yang berada di luar tempat kerja atau fasilitas.

c. Risiko Lingkungan dan Ekologi (Environmental and Ecological

Risk)

Risiko ini memiliki ciri-ciri antara lain melibatkan interaksi

yang beragam antara populasi dan komunitas ekosistem pada

tingkat mikro maupun makro, ada ketidakpastian yang tinggi

antara sebab dan akibat, risiko ini fokus pada habitat dan dmpak

ekosistem yang mungkin bisa bermanifestasi jauh dari sumber

risiko.

d. Risiko Kesejahteraan Masyarakat (Public Welfare/Goodwill Risk)

Ciri dari risiko ini lebih beraitan dengan persepsi kelompok

atau umum tentang performance sebuah organisasi atau produk,


17

nilai property, estetika, dan penggunaan sumber daya yang

terbatas. Fokusnya pada nilai-nilai yang terdapat dalam

masyarakat dan persepsinya.

e. Risiko Keuangan (Financial Risk)

Ciri-ciri dari risiko ini antara lain memiliki risiko yang jangka

panjang dan jangka pendek dari kerugian Property, yang terkait

dengan perhitungan asuransi, pengembalian investasi. Fokusnya

diarahkan pada kemudahan pengoperasian dan aspek finansial.

Risiko ini pada umumnya menjadi pertimbangan utama,

khususnya bagi stakeholder seperti para pemilik

perusahaan/pemegang saham dalam setiap pengambilan keputusan

dan kebijakan organisasi, dimana setiap pertimbangan akan selalu

berkaitan dengan finansial dan mengakut pada tingkat efektivitas

dan efisiensi.

5. Bahaya

Hazard atau bahaya merupakan sumber potensi kerusakan atau situasi

yang berpotensi untuk menimbulkan kerugian. Sesuati disebut sebagai

sumber bahaya hanya jika risiko menimbulkan hasil yang negatif (Cross,

1998).

Bahaya diartikan sebagai potensi dari rangakaian sebuah kejadian untk

muncul dan menimbulkan kerusakan atau kerugian. Jika salah satu bagian

dari rantai kejadian hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi. Bahaya

terdapat dimana- mana baik di tempat kerja atau di lingkungan, namun


18

bahaya hanya akan menimbulkan efek jika terjadi sebuah kontak atau

eksposur. (Tranter, 1999).

Dalam terminology keselamatan dan kesehatan kerja (K3), bahaya

diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu :

a. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)

Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada timbulnya

kecelakaan yang dapat menyebabkan luka (injury) hingga

kematian, serta kerusakan Property perusahaan. Dampak bersifat

akut. Jenis bahaya keselamatan antara lain :

1) Bahaya Mekanik, disebabkan oleh mesin atau alat kerja

mekanik seperti tersayat, terjatuh, tertindih dan terpeleset.

2) Bahaya Elektrik, disebabkan peralatan yang mengandung arus

listrik.

3) Bahaya Kebakaran, disebabkan oleh substansi kimia yang

bersifat flammable (mudah terbakar).

4) Bahaya peledakan, disebabkan oleh substansi kimia yang

bersifat explosive.

b. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)

Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan,

menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja.

Dampaknya bersifat kronis. Jenis bahaya kesehatan anatara lain:

1) Bahaya Fisik, antara lain kebisingan, getaran, radiasi, ion dan

non pengion, suhu extrim dan pencahayaan.


19

2) Bahaya Kimia, antara lain yang berkaitan dengan material atau

bahan seperti antiseptik, aerosol, insektisida, dust, mist, fumes,

gas, vapor.

3) Bahaya Ergonomi, antara lain repetitive movement, statisc

posture, manual handling, dan postur jaggal.

4) Bahaya Biologi, antara lain yang berkaitan dengan makhluk

hidup yang berada di lingkungan kerja yaitu bakteri, virus,

protozoa dan fungi (jamur) yang bersifat patogen.

5) Bahaya Psikologi, antara lain beban kerja yang terlalu berat,,

hubungan dan kondisi kerja yang tidak nyaman.

c. Bahaya Pekerjaan di Ketinggian

Beberapa bahaya saat melakukan pekerjaan di ketinggian

menurut New British Standard (2005) yaitu :

1) Terjatuh (Falling Down)

2) Terpelesat (Slips)

3) Tersandung (Trips)

4) Kejatuhan material dari atas (Falling Object)

d. Alat Pelindung Diri Bekerja di Ketinggian

Perangkat pelindung jatuh terdiri atas perangkat pencegah

jatuh kolektif, perangkat penahan jatuh perorangan, dan perangkat

penahan jatuh kolektif. Berikut ini adalah penjelasan untuk

keduanya.
20

1) Perangkat pencegahan jatuh kolektif

Perangkat pelindung jath terdiri atas perngkat pencegah

jatuh kolektif, perangkat penahan jatuh perorangan, dan

perangkat penahan jatuh kolektif. Beriku tini adalah penjelasan

untuk keduanya.

a) Pagar kaki (toe board), pagar penjaga (guard rail)

pegangan tangan (hand railing)

(1) Tinggi pegangan tangan minimal 950 mm.

(2) Jarak antara pegangan pendegah jatuh tidak lebih dari

470 mm.

(3) Tersedia pengaman laintai pencegah benda jatuh (toe

board) cukup memadai.

b) Perangkat penahan jatuh perorangan (Personal Fall Arest

System)

Apabila perangkat jath kolektif tidak tersedia, maka

dapat digunakan perangkat penahan jatuh perorangan,

meliputi:

(1) Full Body Harness

Merupakan APD yang harus dirancang untuk

menyebarkan tenaga benturan/goncangan pada saat

jatuh melalui pundak, paha, dan pantat. Alat ini

dilengkapi untuk penyambungan tali pengikat, tali

pengaman atau penolong lain yang diperlukan.


21

Pemeriksaan kelayakan full body harness, antara lain:

(a) “D” Rind prediksi kerusakannya ialah retak,

bengkok, dan karat.

(b) Webbing, prediksi kerusakannya adalah berserabut,

serat putus, jahitan terlepas dan terpotong.

(c) Buckle, prediksi kerusakannya yaitu, kendor, slip,

melar, sisi tajam dan melengkung.

Gambar 2.1 Komponen Full Body Harness.


(sumber : Septiasary (2017)

(2) Lanyard

Lanyard adalah tali pendek yang lentur atau

anyaman tali yang digunakan untuk menghubungkan

full body harness ke anchorage point (tempat kaitan)

atau horizontal line atau rail (jalur kaitan). Syarat

lanyard yaitu:

(a) Panjang tali tidak melebihi 1,8 meter.

(b) Dilengkapi dengan kancing/hook pengait yang

dapat mengucni secara otomatis.


22

Gambar 2.2 Lanyard.


(Sumber: Septiasary, 2017)

(3) Anchorage Point

Merupakan suatu posisi pada struktu atau tempat

untuk mengaitkan lanyart pada posisi kerja yang

menetap (fixed position). Ketentuan anchorage point,

antara lain:

(a) Mampu menahan beban minimal 500 kg/pekerja

yang menggunakan kaitan tersebut.

(b) Posisi anchorage point lebih tinggi dibandingkan

dengan area kerja/lantai kerja.

Gambar 2.3 Penempatan lanyard pada anchorage


point. (sumber: Septiasary, 2017)
23

(4) Life Line

Life line adalah tali yang digantung secara vertikal

dimana salah atu ujungnya diikatkan pada benda atau

sstruktur, sehingga mampu menahan benda, da ujung

lainnya diikatkan pada lanyard atau full body harness.

Anchorage point, lanyard atau life line yang

digunakan harus kuat, stabil dan ditempatkan pada

posisi yang sesuai. Pemilihan posisi Anchorage harus

mempertimbangkan swing fall atau penduluan effect

(terjadi ayunan saat pekerja terjatuh), hal ini berisiko

pekerja membentur benda lainnya.

Untuk menjaga agar tidak terjadi penduluan effect

pekerja harus menjaga agar lanyard atau life line harus

tegak lurus dengan anchorage. Ketika pekerja bergeser

atau bergeral titik anchorage juga harus diganti dengan

anchorage yang tegak lurus dengan dirinya. Cara lain

yang dapat digunakan adalah dengan memasang

horizontal life line sehingga bila pekerja bergerak maka

posisi tambatan lanyard akan selalu terjaga tegak lurus

setiap saat.
24

c) Perangkat Perlindungan Jatuh Kolektif (collective fall

arrest system)

(1) Fall Containment System (Safety Nets)

Safety nets (jaring pengaman) seingkali digunakan

jika seluruh fixed barrier dan perangkat penahan jatuh

perorangan tidak dapat digunakan. Sistem ini dapat

digunakan apabila seluruh sisi bangunan gedung perlu

pengamanan, misalnya pada pekerjaan finishing

exterior, pekerja alumunium composite panel dan lain-

lain. Persyaratan safety nets, antara lain:

(a) Safety Nets harus ditempatkan kurang dari 30 kaki

diatas permukaan lantai.

(b) Safety Nets mampu menahan menangkap pekerja

yang terjatuh.

(c) Untuk mengetahui kekuratan Safety Nets, dapat

diuji dengan menjatuhkan karung berisi 400 pound

pasir dari permukaan kerja tertinggi.

(d) Pemeriksaan Safety Nets, dilakukan minimal

1x/minggu.

Beberapa fungsi Safety Nets, antara lain:

(a) Menahan benda jatuh agar tidak membahayakan

pekerja yang bekerja dibawahnya.


25

(b) Menahan pekerja yang jatuh agar jatuhnya tidak

terlalu tinggi.

(c) Wahana promosi perusahaan. Misalnya dengan

memberikan logo perusahaan berukuran besar

pada safety nets.

(d) Memberikan rasa aman bagi masyarakat yang

melintas disekitar proyek.

(e) Untuk menutup ketidak rapian proyek, sehingga

pandangan dari sisi luar hanya tampat safety net

saja.

(f) Mengurangi terapaan angin secara langsung.

Gambar 2.4 Safety Net


(sumber: Septiasary, 2017)
26

6. Manfaat Penggunaan Body Harness

Penggunaan Body Harness bermanfaat untuk mengurangi risiko

cedera fatal akibat terjatuh dari ketinggian. Body harness didesain untuk

melindungi seluruh bagian tubuh pekerja seperti bahu, paha bagian atas,

dada, dan panggul, sehingga lebih aman saat bekerja di ketinggian.

Penggunaan body harness dilengkapi D-Ring yang terletak di belakang dan

dapat dipasangkan ke Lanyard lifeline, dan komponen lain yang kompatibel

dengan body harness.

C. Perilaku

1. Definisi Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara,

menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.

Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia

adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,

maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Kholid, 2015).

Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar organisme (orang) namun dalam memberikan respon

sangat tergantung pada karakteristik ataupun faktor-faktor lain dari orang

yang bersangkutan (Azwar, 2016).


27

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Perilaku sehat dapat terbentuk karen aberbagai pengaruh atau

rangsangan yang berupa pengetahuan, sikap, pengalaman, keyakinan,

sosial, budaya, sarana, fisik, pengaruh atau rangsangan yang bersifat

internal. Kemudian menurut Green dalam (Notoatmodjo, 2014)

mengklasifikasikan menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku

kesehatan, yaitu :

a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

Merupakan faktor internal yang ada pada diri individu,

kelompok, danmasyarakat yang mempermudah individu

berperilaku seperti pengetahuan, sikap kepercayaan, nilai-nilai

dan budaya. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku

salah satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang atau over behavior.

b. Faktor Pendukung (Enabling Factor)

Yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak

tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,

misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.

c. Faktor Pendorong (Reinforcing Factor)

Yang terwujud dalam sikap dan perilaku kesehatan atau

petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku

masyarakat.
28

D. Tenaga Kerja di Ketinggian

1. Tenaga Kerja

Menurut pokok Ketenagakerjaan No. 14 tahun 1969 menyatakan

bahwa tenaga kerja ialah setiap orang yang dapat melakukan pekerjaan baik

di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau

jasa untuk memenuhi suatu kebutuhan masyarakat. Dalam hububgan ini

maka pembinaan tenaga kerja adalah peningkatan kemampuan efektivitas

tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan.

Menurut UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menyatakan

bahwa tenaga kerja ialah setiap orang yang dapat melakukan pekerjaan

guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi suatu

kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Menurut Dr. A. Hamzah SH

menyatakan bahwa tenaga kerja ialah meliputi tenaga kerja yang bekerja di

dalam maupunn di luar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya

dalam proses produksi tenaga kerja itu sendiri, baik tenaga fisik maupun

pikiran.

2. Definisi Bekerja di Ketinggian

Bekerja di ketinggian adalah kegiatan atau aktivitas pekerjaan yang

dilakukan oleh tenaga kerja pada tempat kerja di permukaan tanah atau

perairan yang terdapat perbedaan ketinggian dan memiliki potensi jatuh

yang menyebabkan tenaga kerja atau orang lain yang berada di tempat

kerja cedera atau meninggal dunia atau menyebabkan kerusakan harta

benda.
29

E. Penelitian Terkait

Tabel 2.1

No. Judul penelitian / penulis Desain Variabel Variabel Hasil penelitian


(tahun) penelitian bebas terikat
1. Hubungan Pengetahuan, Jenis Pengetahuan, Kecelakaan Terdapat
Sikap Dan Perilaku penelitian: sikap dan kerja hubungan perilau
Penggunaan Alat Pelindung kuantitatif perilaku penggunaan APD
Diri Dengan Kejadian Metode: Responden dengan kejadian
Kecelakaan Kerja Pada cross penelitian: kecelakaan kerja
Tenaga Kerja Bangunan Di sectional 62 pada tenaga kerja
Perumahan Hajimena Analisis: responden bangunan di
Lampung Selatan Oleh Deno bivariat perumahan
Madasa Subing Tahun 2018 hajimena
lampung

2. Faktor-Faktor Yang Jenis Pengetahuan, Kecelakaan Terdapat


Mempengaruhi penelitian : sikap, kerja hubungan antara
Pekerja Bangunan kuantitatif sosialisasi, pengetahuan,
Dalam Menghindari Metode : pengawasan, sikap, sosialisasi,
Kecelakaan Di Area cross perilaku pengawasan dan
Ketinggian sectional perilaku pekerja
Bangunan Di PT. Analisis : di area
Wijaya Kusuma bivariat ketinggian
Contractors (WKC) Responden dengan kejadian
Cikarang, Kota penelitian : kecelakaan kerja
Bekasi Oleh 70 pada tenaga kerja
Agustina Amoston responden di Proyek
Tahun 2017 pembanunan
apartemen mega
city bekasi PT.
Wijaya kusuma
contractors

3. Kepatuhan Pekerja Jenis Pengetahuan, Kepatuhan Terdapat


Ketinggian Dan penelitian : pengawasan, pekerja hubungan antara
Melaksanakan Analitik masa kerja ketinggian pengetahuan,
Standard Metode : dalam pengawasan dan
Operasional Di PT. cross melaksanakan masa kerja dalam
X Surabaya Oleh sectional SOP melaksanakan
Diki Bima Prasetio Analisis : SOP
Tahun 2019 bivariat
Responden
penelitian :
40
responden
30

4. Hubungan antara Jenis Motivasi kerja Kepatuhan Ada hubungan


motivasi kerja penelitian : penggunaan antara motivasi
dengan kepatuhan Analitik APD pada kerja degan
penggunaan APD Metode : pekerja kepathan
pada pekerja survey cross ketinggian penggunaan alat
di ketinggian di PT. sectional pelindung diri
X Yogyakarta oleh Analisis : pada pekerja
Tejo Adi Nugroho bivariat survey
tahun 2019 Responden Ketinggian PT. X
penelitian : Yogyakarta.
38
responden

5. Hubungan Jenis Kelelahan, Kecelakaan Ada hubungan


Kelelahan, Unsafe penelitian : unsafe kerja kelelahan, unsafe
Condition Dan Analitik condition, condition,
Praktik Penggunaan Metode : praktik praktik
APD Dengan cross penggunaan penggunaan APD
Kecelakaan Kerja sectional APD dengan
Pada Pekerja Analisis : kecelakaan kerja
Ketinggian Di PT. P bivariat di ketinggian
Semarang Oleh Devi Ratna Sari Responden
Tahun 2017 penelitian :
52
responden

F. Kerangka teori

Faktor Predisposisi :
Pengetahuan
Sikap
Perilaku
Kepercayaan
Kayakinan
Nilai-nilai

Faktor Pendukung :
Kecelakaan Kerja
- Sarana dan Prasarana

Faktor Pendorong
Prosedur Kerja
Bahaya
Resiko

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Perilaku Penggunaan Body Harness di Ketinggian Hasil Modifikasi Teori L. Green
(Notoatmodjo, S. 2012).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey

analitik. Survey analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali

bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan terjadi. Kemudian melakukan

analisis dinamika kolerasi antara fenomena atau antara faktor- faktor dan faktor

efek (Notoatmodjo, 2010).

B. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Penggunaan Body Harness

Kecelakaan kerja

Perilaku Penggunaan Body Harness

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

31
32

C. Definisi Oprasional

Tabel 3.1

Definisi Alat Skala


Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
Independen
Pengatahuan Segala sesuatu Kuesioner 1. Baik = 76% - 100% Ordinal
yang diketahui oleh Baik jika responden
pekerja tentang benar menjawab
penggunaan body pertanyaan 8-10
2. Cukup = 56% - 75%
harness
Cukup jika responden
benar menjawab
pertanyaan 6-7
3. Kurang = ≥55%
Kurang jika responden
benar menjawab
pertanyaan ≥ 5
(Arikunto, 2008)
Perilaku Tindakan pekerja Kuesioner 1. Perilaku positive, Ordinal
dalam menggunakan diberikan skor
body harness jawaban dri
pernyataan perilaku ≥
6 nilai median
2. Perilaku negative
diberi skor jawaban
dari pernyataan < 6
nilai median
(Azwar, 2012)
Dependen
Kecelakaan Suatu hal yang tidak Kuesioner 1 = Ya Ordinal
Kerja dikehendaki 2 = Tidak
sehingga (skala Guttman)
menimbulkan
kerugian seperti
cacat, cedera atau
bahkan kematian
yang dialami oleh
pekerja
33

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil

sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut,

(Notoatmodjo, 2010).

1. Ada hubungan antara pengetahuan penggunaan Body Harness dengan

kejadian kecelakaan kerja pada pekerja ketinggian di Proyek Mega

City Bekasi PT. Wijaya Kusuma Contractors.

2. Ada hubungan Perilaku penggunaan Body Harness dengan kejadian

kecelakaan kerja pada pekerja ketinggian di Proyek Mega City PT.

Wijaya Kusuma Contractors.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang akan diambil adalah Proyek Pembangunan

Apartemen Mega City Bekasi PT. Wijaya Kusuma Contractors Kota

Bekasi.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2020.


34

F. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah keseluruhan sampel penelitian atau objek

yang akan di teliti (Notoatmodjo, 2005), populasi penelitian ini adalah para

pekerja ketinggian di Proyek Pembangunan Apartemen Mega City Bekasi

PT. Wijaya Kusuma Contractors Kota Bekasi dengan jumlah pekerja 50

orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Total Samling.

Total Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel

sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total sampling

karena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100

seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya. Sampel yang

diambil dari penelitian ini adalah 50 orang.

G. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Pengumpulan Data

Menggunakan daftar pertanyaan yang disusun dalam kuesioner

tentang pengetahuan dan perilaku penggunaan Body Harness dan kejadian


35

kecelakaan yang diisi oleh responden. Alat pendukung yang dapat

digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Alat tulis

Alat yang digunakan untuk mencatat data-data penelitian.

b. Formulir Informed Consent

Formulir lembar persetujuan untuk responden apabila bersedia

dalam melakukan penelitian.

c. Kuesioner

Daftar pertanyaan yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas

sebagai alat untuk memperoleh data yang diperlukan untuk penelitian.

1) Uji validitas

Menurut Arikunto (2013) validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat-tingkat ketetapan atau kelebihan suatu

instrumen (kuesioner), suatu instrumen yang valid atau yang sahi

mempunyai validitas tinggi. Salah satu cara menguji validitas yaitu

dengan mengukur setiap pertanyaan atau pernyataan dalam

kuesioner. Teknik yang digunakan yaitu dengan cara mengkolerasi

setiap skor item dengan skor item variabel (interval validity)

kemudian hasil korelasi dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf

signifikan 0.05. Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat

mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secaar tepat.

Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh

mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran


36

tentang validitas yang dimaksud. Membandingkan indeks korelasi

product moment pearson dengan level signifikansi 5%, suatu item

instrument dapat diketahui kevalidannya. Apabila signifikasi hasil

koelasi dibawah 0.05 (5%), instrument dinyatakan valid.

Sebaliknya bila signifikasi hasil korelasi diatas 0.05 (5%) maka

instrumen dinyatakan tidak valid.

2) Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2017) menyatakan bahwa uji reliabilitas

adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan objek

yang sama, akan menghasilkan data yang dama. Uji reliabilitas

dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh pernyataan.

Untuk uji reliabilitas digunakan metode split half, hasilnya bisa

diliat dari nilai Correlation Between Forms. Hasil penelitian

reliabel terjadi apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang

berbeda, Instrument yang reliabel adalah instrumen yang bila

digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan

menghasilkan data yang sama. Metode yang digunakan adalah Split

Half, dimana instrument dibagi menjadi dua kelompok.

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara lengsung dengan memberikan

kuesioner kepada tenaga kerja bangunan di Proyek Pembangunan

Apartemen Mega City Bekasi PT. Wijaya Kusuma Contractors.


37

H. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Setelah dilakukan proses pengumpulan data kemudian data diubah ke

dalam bentuk tabel-tabel dan mengolah menggunakan software komputer.

Program komputer dalam pengolahan data terdiri dari :

a. Editing

Peneliti melakukan koreksi terhadap data yang telah diperoleh

untuk memastikan apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam

pengisian. Proses ini dilakukan dengan langkah-langkah yaitu identitas

responden, kelengkapan data, menentukan ada atau tidaknya kuesioner

yang sobek atau rusak, mengecek data yang diisi.

b. Coding

Pemberian kode yang berupa angka meupun simbol dari data yang

diperoleh berdasarkan variabelnya masing-masing untuk keperluan

analisis disebut Coding.

c. Tabulating

Pengelompokkan data menurut sifat-sifat yang ke dalam suatu tabel

tertentu disebut dengan Tabulating agar data mudah digunakan untuk

analisis sehingga dapat ditarik kesimpulan.

d. Entry Data

Memasukkan data yang telah diedit, diberi kode dan ditabulasi ke

dalam komputer untuk dilakukan analisis.


38

2. Analisis Data

Analisis statistika dalam program komputer untuk mengolah data yang

telah diperoleh menggunakan dua macam analisis data, yaitu analisis

univariat dan analisis bivariat.

a. Analisis Univariat

Analisis Univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik

dari variabel bebas dan terikat. Keseluruhan data yang ada dalam

kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis menggunaka uji statistik untuk

mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat

dengan menggunakan uji korelasi Spearman.

I. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2007) pengumpulan data dilakukan

dengan memperhatikan aspek-aspek etika sebagai berikut :

1. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Dengan kata

lain subjek penelitian terlebih dahulu diberi tahu oleh peneliti tentang

maksud dan tujuan terkati dengan tujuan penelitian, kemudian peneliti

meminta persetujuan responden untuk menjadi informan.


39

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Etika penelitian juga memberikan jaminan dalam menggunakan

subyek peneliti, dengan tidak atau mencantumkan nama pada lembar hasil

wawancara dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data

atau hasil peneliti yang disajikan untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak

akan mencantumkan nama informan tetapi dengan cara penulisan kode

pada lembar pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh

peneliti dan hanya digunakan untuk kegiatan penelitian serta tidak akan di

publikasikan tanpa subjek penelitian.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku

pekerja pada penggunaan body harness bagi pekerja ketinggian dengan

kejadian kecelakaan kerja di proyek Mega City Bekasi PT. Wijaya Kusuma

Contractors. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2020. Dengan jumlah

responden sebanyak 50 orang. Hasil penelitian ini merupakan hasil dari

analisa univariat dan bivariat

1. Analisa Univariat

Analisa Univariat, Adalah cara analisa dengan mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umunya analisis ini hanya

menghasilkan distribusi frekuensi data presentase dari tiap variabel.

Misalnya distribusi frekuensi responden berdasarkan usia, jenis kelamin,

tingkat pendidikan dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2012).

a. Karakteristik Responden

1) Tingkat Pendidikan

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan tingkat pendidikan

dengan jumlah responden sebanyak 50 responden. Pengelompokan

tingkat pendidikan berdasarkan pendidikan terakhir responden yaitu

SD, SMP, Dan SMA.

40
41

Tabel 4.1
Distribusi frekuensi Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase%


SD 23 46%
SMP 22 44%
SMA 5 10%
Total 50 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 di dapatkan hasil distribusi frekuensi

berdasarkan tingkat pendidikan responden. Didapatkan hampir

setengah dari responden memiliki tingkat pendidikan SD dengan 23

responden (46%), sedangan hampir setengah dari responden memiliki

tingkat pendidikan SMP sebanyak 22 responden (44%), dan sebagian

kecil responden memiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 5

responden (10%).

2) Tingkat Pengetahuan

Tabel 4.2
Distribusi frekuensi Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase%


Baik 42 84%
Cukup 7 14%
Kurang 1 2%
Total 50 100.0
42

Berdasarkan tabel 4.2 di dapatkan hasil distribusi frekuensi

berdasarkan tingkat Pengetahuan di dapatkan lebih setengah dari

responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 42

responden (84%), sedangkan sebagian kecil dari responden yang

memiliki tingkat pengetahuan yang cukup sebanyak 7 responden

(14%), dan sebagian kecil dari responden memiliki tingkat

pengetahuan yang kurang sebanyak 1 responden (2%).

3) Perilaku

Tabel 4.3
Distribusi frekuensi Gambaran Perilaku

Perilaku Frekuensi Persentase%


Positif 48 96%
Negatif 2 4%
Total 50 100.0

Berdasarkan tabel 4.4 di dapatkan hasil distribusi frekuensi

berdasarkan gambaran perilaku responden di dapatkan. Sebagian besar

responden memiliki perilaku yang positif sebanyak 48 responden

(96%), sedangkan sebagian kecil dari responden memiliki perilaku

negatif sebanyak 2 responden (4%).


43

4) Gambaran Kecelakan Kerja

Tabel 4.5
Distribusi frekuensi Gambaran Kecelakaan Kerja

Kecelakaan Kerja Frekuensi Persentase%


Minimal 49 98%
Maximal 1 2%
Total 50 100.0

Berdasarkan tabel 4.5 di dapatkan hasil distribusi frekuensi

berdasarkan gambaran kecelakaan kerja di dapatkan hasil, hampir

seluruh responden memiliki resiko kejadian kecelakaan kerja yang

minimal sebanyak 49 responden (98%), sedangkan sebagian kecil

responden memiliki resiko kejadian kecelakaan kerja yang maximal

sebanyak 1 responden (2%).

2. Analisis Brivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang menjelaskan tentang adakah

hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku pekerja pada penggunaan body

harness bagi pekerja ketinggian dengan kejadian kecelakaan kerja di proyek

Mega City Bekasi PT. Wijaya Kusuma Contractors yang berjumlah 50

responden. Skala yang digunakan yaitu ordinal, maka uji statistik yang

digunakan pada penelitian ini adalah uji Korelasi Rank Spearman.


44

a. Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan pekerja pada

penggunaan body harness bagi pekerja ketinggian dengan

kejadian kecelakaan kerja di proyek Mega City Bekasi PT

Wijaya Kusuma Conttactors.

Tabel 4.6 Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan pekerja pada


penggunaan body harness bagi pekerja ketinggian
dengan kejadian kecelakaan kerja di proyek Mega City
Bekasi PT Wijaya Kusuma Conrtactors

Kejadian Kecelakaan Kerja


Koefisien
Tingkat Total P-Value
Korelasi
Pengetahuan Minimal Maximal
N % N % N %
Baik 42 84.0 0 0 42 84.0

Cukup 7 14.0 0 0 7 14.0 0,006 0.381

Kurang 0 0 1 2.0 1 2.0

Total 49 98.0 1 2.0 50 100

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan tingkat pengetahuan pekerja

dengan penggunaan body harness bagi pekerja ketinggian dengan kejadian

kecelakaan kerja di proyek Mega City Bekasi PT Wijaya Kusuma

Contractors dari 50 responden menunjukan responden yang memiliki

tingkat pengetahuan tentang penggunaan body harness yang baik dengan

kejadian kecelakaan kerja yang minimal berjumlah 42 responden (84%),

sedangkan di dapatkan 7 responden (14%) yang memiliki tingkat

pengetahuan tentang penggunaan body harness yang cukup dengan


45

kejadian kecelakan kerja minimal, dan terdapat 1 responden (2%) yang

memiliki pengetahuan kurang tentang penggunaan body harness dengan

kejadian kecelakaan kerja yang maximal.

Dari hasil korelasi tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan

tentang penggunaan body harness yang baik pada pekerja dapat

meminimalisir kejadian kecelakaan kerja. Dengan hasil uji statistik di

peroleh P-Value 0,006, sehingga (p-value< α = 0,05) maka dapat di

simpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat

pengetahuan pekerja tentang penggunaan body harness dengan kejadian

kecelakaan kerja. Nilai koefisien korelasi pada uji statistik di dapatkan

0.381 sehingga dapat di ambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan

antara tingkat pengetahian pekerja tentang penggunaan body harness

dengan kejadian kecelakan kerja dengan kekuatan arah yang sedang.


46

b. Analisis Hubungan Perilaku pekerja pada penggunaan body

harness bagi pekerja ketinggian dengan kejadian kecelakaan

kerja di proyek Mega City Bekasi PT Wijaya Kusuma

Conttactors.

Tabel 4.7 Analisis Hubungan Perilaku pekerja pada penggunaan


body harness bagi pekerja ketinggian dengan kejadian
kecelakaan kerja di proyek Mega City Bekasi PT
Wijaya Kusuma Conrtactors

Kejadian Kecelakaan Kerja


Koefisien
Total P-Value
Perilaku Korelasi
Minimal Maximal
N % N % N %
Positif 48 96.0 0 0 48 96.0
0,000 0.700
Negatif 1 2.0 1 2.0 2 4.0

Total 49 98.0 1 2.0 50 100

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan perilaku pekerja pada penggunaan

body harness bagi pekerja ketinggian dengan kejadian kecelakaan kerja di

proyek Mega City Bekasi PT Wijaya Kusuma Conttactors pada 50

responden menunjukan bahwa responden yang memiliki perilaku positif

dengan kejadian kecelakaan kerja minimal terdapat 48 responden (98%),

sedangkan responden yang memiliki perilaku negatif dengan kejadian

kecelakaan kerja minimal terdapat 1 responden (2%), dan terdapat 1

responden (2%) yang memiliki perilaku negatif dengan kejadian

kecelakaan kerja maximal.


47

Dari hasil korelasi di atas dapat dilihat bahwa perilaku pekerja yang

positif dapat meminimalisir kejadian kecelakaan kerja pada pekerja. Dari

hasil uji statistik di peroleh P-Value 0,000 sehingga (p-value< α = 0,05)

maka dari itu dapat di simpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara

perilaku pekerja pada penggunaan body harness pada pekerja ketinggan

dengan kejadian kecelakaan kerja. Nilai koefisien korelasi pada hasil uji

statistik di dapatkan 0,700 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada

hubungan antara perilaku pekerja dengan penggunaan body harness pada

pekerja ketinggian dengan kejadian kecelakaan kerja dan dengan kekuata

arah hubungan yang kuat.

Tabel 4.8 Hasil Uji Korelasi Spearmanrank

Nilai Signifikan Koefisien Korelasi Keterangan


Korelasi signifikan sedang
0,006 0,381
dengan arah korelasi positif
Korelasi signifikan kuat dengan
0,000 0,700
arah korelasi positif

Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukan hasil signifikan sebesar 0,006

yang yang menyatakan bahwa terdapat korelasi atau Ha diterima sehingga

dapat diartikan sebagai terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat

pengetahuan pekerja tentang penggunaan body harness dengan kejadian

kecelakaan kerja dengan nilai korelasi sebesar 0,381 . Sedangkan hasil dari

nilai signifikan 0,000 yang menyatakan bahwa terdapat korelasi, sehingga

dapat di tarik kesimpulan yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara


48

perilaku pekerja pada penggunaan body harness pada pekerja ketinggan

dengan kejadian kecelakaan kerja dengan nilai korelasi sebesar 0,700.

B. Pembahasaan

Berdasarkan dengan penelitian yang telah dilakukan, maka Berdasarkan

dengan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memperoleh data

primer berupa suatu keadaan nyata dengan cara menyebarkan kuesioner

kepada 50 pekerja untuk mengetahui apakah terdapat hubungan tingkat

pengetahuan dan perilaku pekerja pada penggunaan body harness dengan

kejadian kecelakaan kerja di proyek Mega City Bekasi PT Wijaya Kusuma

Conrtactors. Data tersebut di jadikan tolak ukur untuk melakukan

pembahasaan dan sebagai hasil akhir sehingga dapat di jabarkan sebagai

berikut :

1. Analisa Univariat

a. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan,


tingkat pengetahuan pekerja, perilaku perkerja, dan gambaran
kecelakaan kerja

1) Tingkat pendidikan

Dari hasil distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan

di atas di dapatkan hampir setengah dari responden memiliki

tingkat pendidikan SD dengan 23 responden (46%), sedangan

hampir setengah dari responden memiliki tingkat pendidikan SMP

sebanyak 22 responden (44%), dan sebagian kecil responden

memiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 5 responden (10%).


49

Menurut Erfandi (2009) pendidikan sangat mempengaruhi

proses belajar mengajar dan penerimaan informasi seorang

individu, makin tinggi pendidikan yang individu dapat maka

makin mudan indvidu itu dapat memahami atau mencerna

informasi dengan baik.

Berdasarkan hal diatas di dapatkan hasil hampir setengah

dari responden memiliki tingkat pendidikan SD dengan 23

responden (46%). Peneliti menyimpulkan dari data diatas semakin

tinggi pendidikan seorang individu maka semakin tinggi juga

pengetahuan yang individu tersebut peroleh dan semakin tinggi

pendidikan individu maka semakin baik individu itu untuk

mencerna informasi yang dia dapat.

2) Tingkat Pengetahuan

Dari hasil distribusi frekuensi berdasarkan tingkat

pengetahuan di atas di dapatkan lebih setengah dari responden

memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 42 responden

(84%), sedangkan sebagian kecil dari responden yang memiliki

tingkat pengetahuan yang cukup sebanyak 7 responden (14%), dan

sebagian kecil dari responden memiliki tingkat pengetahuan yang

kurang sebanyak 1 responden (2%).


50

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah

kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang

diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan atau tulisan

,bukti atau tulisan tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu

stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan atau tulisan.

Berdasarkan hal di atas dapat di simpulkan lebih setengah

dari responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebanyak

42 responden (84%). Peneliti berpendapat bahwa pengetahuan

adalah sumber informasi yang dapat meminimalisir angka

kejadian kecelakaan kerja di suatu tempat, dimana pengetahuan

para pekerja sangatlah penting untuk para pekerja dapat

memahami standar oprasional prosedur untuk mengurangi angka

kecelakaan kerja.

3) Perilaku

Dari hasil analisis di atas di dapatkan hasil distribusi

frekuensi berdasarkan gambaran perilaku responden di dapatkan.

Sebagian besar responden memiliki perilaku yang positif sebanyak

48 responden (96%), sedangkan sebagian kecil dari responden

memiliki perilaku negatif sebanyak 2 responden (4%).

Menurut Kholid (2015) Perilaku adalah tindakan atau

aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang

sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa,

bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian


51

ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia

adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati

langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Berdasrkan hal diatas dapat di simpulkan Sebagian besar

responden memiliki perilaku yang positif sebanyak 48 responden

(96%). Peneliti berpendapat perilaku yang positif dari para pekerja

dapat mengurangi angka kejadian kecelakan kerja karena apabila

suatu individu mempunyai perilaku yang positif maka individu

tersebut dapat menaati peraturan atau SOP yang dapat mengurangi

angka kecelakaan kerja.

4) Kecelakaan Kerja

Dari hasil distribusi frekuensi di atas di dapatkan hasil,

hampir seluruh responden memiliki resiko kejadian kecelakaan

kerja yang minimal sebanyak 49 responden (98%), sedangkan

sebagian kecil responden memiliki resiko kejadian kecelakaan

kerja yang maximal sebanyak 1 responden (2%).

Menurut Tarkawa (2008), Kecelakaan kerja adalah suatu

kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga

semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu harta benda

atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu

proses kerja industri atau berkaitan dengannya.


52

Berdasarkan hal diatas dapat diambil kesimpulan sebagian

kecil responden memiliki resiko kejadian kecelakaan kerja yang

maximal sebanyak 1 responden (2%). Peneliti berpendapat bahwa

kecelakaan kerja dapat adalah suatu kejadian yang sangat tidak

ingginkan di suatu perusahaan atau tempat bekerja, kecelakaan

kerja dapat di minimalisir dengan memberikan pengetahuan

tenang standar operasional prosedur yang benar terhadap semua

karyawan atau pekerja.

2. Analisis Brivariat

a. Analisis hubungan pengetahuan tentang penggunaan body

harness dengan kejadian kecelakaan kerja pada tenaga kerja

kontruksi Proyek Mega City Bekasi

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan

menggunakan uji statistic spearmanrank untuk melihat hubungan

pengetahuan tentang body harness dengan kejadian kecelakaan

kerja pada tenaga kerja kontruksi Proyek Mega City Bekasi,

diperoleh nilai p-value = 0,006, sehingga (p-value < α = 0,05) maka

Ha diterima dan H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan dengan kejadian kecelakaan kerja

pada tenaga kerja kontruksi Proyek Mega City Bekasi.


53

Hasil penelian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Deno Madasa Subing Tahun 2018 di Perumahan Hajimena

Lampung Selatan dengan judul Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan

Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan Kejadian

Kecelakaan Kerja Pada Tenaga Kerja Bangunan. Hasil penelitian

menyebutkan terdapat hubungan perilaku penggunaan APD dengan

kejadian kecelakaan kerja pada tenaga kerja bangunan di perumahan

Hajimena Lampung Selatan.

Menurut International Labour Organization (ILO),

kecelakaan kerja di Industri yang diklasifikasikan menurut jenis

kecelakaan, agen penyebab atau objek yang dapat menyebabkan

cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya) kejadian

kematian atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian. Agen

penyebab tersebut terdiri dari factor internal yang didalamnya

menyebutkan lemahnya pengetahuan akan menyebabkan

kecelakaan kerja.

Berdasarkan hasil penelitian, penelitian terkait dan teori yang

mendukung, maka peneliti menyimpulkan pengetahuan bisa

mencegah kecelakaan kerja dikarenakan dengan pengetahuan yang

baik, pekerja akan lebih siap dan bisa meminimalisir kejadian

kecelakaan kerja.
54

b. Analisis hubungan perilaku pekerja tentang penggunaan body

harness dengan kejadian kecelakaan pada tenaga kerja

konstruksi Proyek Mega City Bekasi.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan

menggunakan uji statistic spearmanrank untuk melihat hubungan

perilaku pekerja tentang body harness dengan kejadian kecelakaan

kerja pada tenaga kerja kontruksi Proyek Mega City Bekasi,

diperoleh nilai p-value = 0,000, sehingga (p-value < α = 0,05) maka

Ha diterima dan H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara perilaku pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja

pada tenaga kerja kontruksi Proyek Mega City Bekasi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Deno Madasa Subing Tahun 2018 di Perumahan Hajimena

Lampung Selatan dengan judul Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan

Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan Kejadian

Kecelakaan Kerja Pada Tenaga Kerja Bangunan. Hasil penelitian

menyebutkan terdapat hubungan perilaku penggunaan APD dengan

kejadian kecelakaan kerja pada tenaga kerja bangunan di perumahan

Hajimena Lampung Selatan.


55

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang

menyebutkan keberhasilan pencegahan kecelakaan kerja dapat

dipengaruhi pada perilaku manusia itu sendiri untuk mencapai

keberhasilan dalam mencegah kecelakaan kerja yang dijelaskan

oleh Tarkawa, 2008.

Berdasarkan hasil penelitian, penelitian terkait dan teori yang

mendukung, maka peneliti menyimpulkan perilaku bisa mencegah

kecelakaan kerja dikarenakan pekerja dengan perilaku yang baik

seperti dengan selalu mengikuti prosedur kerja selama bekerja,

menggunakan APD (Full Body Harness) sesuai standar yang

berlaku diperusahaan serta selalu menjaga peralatan keselamatan

tetap berfungsi, pekerja akan lebih siap dan bisa meminimalisir

kejadian kecelakaan kerja.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Gambaran pengetahuan tentang penggunaan body harness pada

tenaga kerja konstruksi Poyek Mega City Bekasi.

Diketahui lebih setengah dari responden memiliki tingkat pengetahuan

yang baik sebanyak 42 responden (84%), sedangkan sebagian kecil dari

responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang cukup sebanyak 7

responden (14%), dan sebagian kecil dari responden memiliki tingkat

pengetahuan yang kurang sebanyak 1 responden (2%).

2. Gambaran perilaku pekerja tentang penggunaan body harness pada

tenaga kerja konstruksi Proyek Mega City Bekasi.

Diketahui sebagian besar responden memiliki perilaku yang positif

sebanyak 48 responden (96%), sedangkan sebagian kecil dari responden

memiliki perilaku negatif sebanyak 2 responden (4%).

3. Gambaran kejadian kecelakaan kerja pada tenaga kerja konstruksi

Proyek Mega City Bekasi.

Diketahui hampir seluruh responden memiliki resiko kejadian

kecelakaan kerja yang minimal sebanyak 49 responden (98%), sedangkan

sebagian kecil responden memiliki resiko kejadian kecelakaan kerja yang

maximal sebanyak 1 responden (2%).

56
57

4. Hubungan pengetahuan tentang penggunaan body harness dengan

kejadian kecelakaan kerja pada tenaga kerja kontruksi Proyek Mega

City Bekasi.

Diketahui nilai p-value = 0,006, sehingga (p-value < α = 0,05) dengan

nilai koefisien korelasi sebesar 0,381 disimpulkan bahwa ada hubungan

yang sedang antara pengetahuan dengan kejadian kecelakaan kerja pada

tenaga kerja kontruksi Proyek Mega City Bekasi.

5. Hubungan perilaku pekerja tentang penggunaan body harness

dengan kejadian kecelakaan pada tenaga kerja konstruksi Proyek

Mega City Bekasi.

Diketahui nilai p-value = 0,000, sehingga (p-value < α = 0,05) dengan

nilai koefisien korelasi sebesar 0,700 disimpulkan bahwa ada hubungan

yang kuat antara perilaku pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja pada

tenaga kerja kontruksi Proyek Mega City Bekasi.

B. Saran

1. Bagi Peneliti selanjutnya

Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar menambahkan

variabel independent lain yang berhubungan dengan kecelakaan kerja.


58

2. Bagi Tenaga Kerja

Peneliti menyarankan untuk tenaga kerja untuk mencari informasi

tentang penggunaan body harnest untuk menurunkan kejadian kecelakaan

kerja dan dapat berkontribusi dalam upaya penurunan angka kecelakaan

kerja pada tenaga kerja konstruksi.

3. Bagi Institusi

Peneliti menyarankan kepada STIKes Kharisma Persada unt bahan

kepustakaan dan informasi tentang pengetahuan dan perilaku penggunaan

body harnest dengann kejadian kecelakaan kerja pada tenaga kerja

kontstruksi.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S. 2013. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka


Cipta.

Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka


Karya.

AS/NZS. 2004. Risk Management Guidelines Companion to AS/NZS 4360:2004.


HB 436:2004, Standards Australia International, Sydney. Retrieved from
Standards New Zealand Database.

Azwar S. 2012. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Cross, Jean. 1998. Study Notes SESC9211 Risk Management. Singapore : DNV
Technology Centre.

Erfandi, 2009. Pengetahuan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Diunduh


17 Juli
2012.http://forbetterhealth.wordpress.com/2009/04/19/pengetahuan- dan-
faktor-faktor-yang-mempengaruhi.

Hidayat A.A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Penerbit Salemba Medika.

Hidayat, A.A. 2007, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Penerbit : Salemba Medika.

ILO (International Labour Organization), DatKecelakaan ekrja tahun 2015.


Jakarta: Departemen Kesehatan; 2013.

Kemenkes RI. 2015. Rencana strategis kementerian kesehatan tahun 2015—2019.


Jakarta.

New British Standard. 2005. Work at Height Regulation.

Notoatmodjo S. 2005. Promosi Kesehatan teori dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka


Cipta.

Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Notoatmodjo S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta:


PT. Rineka Cipta.
Peraturan Menteri Ketenagakerhaan Republik Indonesia No. 9 Tahun 2016.
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dalam Pekerjaan Pada Ketinggian.

Saputra, Deby S.E. 2016. Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap
Kionerja Pekerja Proyek Konstruksi Samasta Movenpick Hotel Dan
Resort Jimbaran Bali.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. bandung:


Alfabeta.

Sulaksmono, M. 1997. Manajemen Keselamatan Kerja. Penerbit Pustaka.


Surabaya.

Suma’mur P.K., 1998. Higyne Perusahaan dan Kesehatan Kerja. CV Haji


Masagung. Jakarta.

Tarkawa, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta : HARAPAN


PRESS.

Tranter, M. 1999. Occupational Hygiene and Risk Management, Australia : A


Multimedia Package. OH&S Press.
Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN (PSP)

Judul Penelitian

“Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku Pekerja Pada Penggunaan Body Harness

Bagi Pekerja Ketinggian Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Di Proyek Mega

City Bekasi PT. Wijaya Kusuma Contractors Tahun 2020”


Keterangan Ringkas Penelitian
Saya Ika Mustika Ningtiyas selaku mahasiswi STIKes Kharisma Persada,
Pamulang, Tangerang Selatan Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat akan
melakukan penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku Pekerja Pada
Penggunaan Body Harness Bagi Pekerja Ketinggian Dengan Tingkat Kecelakaan
Kerja Di Proyek Mega City Bekasi PT. Wijaya Kusuma Contractors Tahun 2020”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan perilaku
pekerja pada penggunaan body harness bagi pekerja ketinggian dengan kejadian
kecelakaan kerja di Proyek Mega City Bekasi PT. Wijaya Kusuma Contractors
Tahun 2020.
Perlakuan
Peneliti akan menerima persetujuan partisipasi dari responden terlebih
dahulu. Anda terpilih sebagai responden dala penelitian ini sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan. Kegiatan yang akan dilakukan yaitu pengisian kuesioner
(Angket) dengan estimasi waktu 2 hari.

Manfaat
Manfaat untuk anda yang terlibat dalam penelitian ini yaitu mendapatkan
informasi mengenai manfaat penggunaan Body Harness bagi pekerja ketinggian.
Bahaya Potensial
Tidak ada bahaya potensial yang diakibatkan oleh keterlibatan responden
dalam penelitian ini, oleh karena ini tidak dilakukan intervensi apapun melainkan
hanya pengisian kuesioner.
Hak untuk Undur Diri
Partisipasi anda bersifat sukarela, tanpa paksaan, dan bila tidak berkenan
sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri tanpa dienakan sanksi dalam bentuk
apapun.
Kerahasiaan Data
Jawaban dari setiap pertanyaan yang anda jawab pada kuesioner penelitian
ini akan dirahasiakan dan disimpan sebaik-baiknya oleh peneliti dan hanya
digunakan semata-mata untuk kepentingan akademik.
Contact Person Peneliti
Nama Peneliti : Ika Mustika Ningtiyas
No. Handphone 081382235789
Institusi : STIKes Kharisma Persada, Pamulang, Tangerang Selatan.
Lampiran 2
Informed Consent

Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku Pekerja Pada Penggunaan Body Harness


Bagi Pekerja Ketinggian Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Di Proyek Mega
City Bekasi PT. Wijaya Kusuma Contractors Tahun 2020

Dengan Hormat,
Saya adalah mahasiswa Kesehatan Masyarakat STIKes Kharisma Persada
Pamulang, Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan
untuk keperluan saya dan saya sangat mengharapkan kesediaan saudara untuk
menjadi responden dalam penelitian ini.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi responden
atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi responden,
silahkan saudara mengisi formulir ini dan saya memohon kesediaan saudara untuk
mengisi lembar kuesioner saya dengan jujur apa adanya, dan saya sangat berterima
kasih kepada responden yang bersedia mengisi formulir ini.
Nama Responden :
Usia :
Saya menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian yang
dilakukan oleh saudari :
Nama : Ika Mustika Ningtiyas
NIM 161010500057
Kerahasiaan informasi dan identitas saudara dijamin oleh peneliti anda dan
tidak akan disebarkan baik melalui media atau pun elektronik.

Pamulang, 16 Juni 2019

Penulis
No Pertanyaan Jawaban

1 Menurut sepengetahuan Anda, apakah a. Ya


pekerjaan yang sedang dilakukan b. Tidak
mengandung bahaya?

2 Menurut sepengetahuan Anda, apa yang a. Sesuatu yang dapat menimbulkan


dimaksud dengan bahaya ? kecelakaan/kerugian berupa cidera,
penyakit dan kerusakan.
b. Suatu kondisi yang terdapat di tempat
kerja dan harus selalu diperhatikan.

3 Mengapa bahaya itu bisa terjadi pada a. Tidak menaati prosedur yang ada
tempat Anda bekerja? b. Tidak tahu

4 Apa yang Anda lakukan untuk a. Hati-hati


mengantisipasi bahaya yang akan b. Menggunakan alat pelindung diri
terjadi?

5 Sejauh mana Anda mentaati peraturan a. Setiap saat ketika bekerja


perusahaan tentang potensi bahaya? b. Ketika ada pengawas

6 Apakah yang anda ketahui tentang Body a. Alat yang digunakan untuk
Harness? melindungi tubuh dari bahaya terjatuh
dari ketinggian
b. Kelengkapan yang wajib dibunakan
saat bekerja sesuai kebutuhan untuk
menjaga keselamatan dan kesehatan
pekerja itu sendiri

7 Jenis bahaya apa yang bisa terjadi ketika a. Gangguan pendengaran


Anda bekerja di atas ketinggian? b. Terjatuh

1. Pengetahuan
8 Menurut anda, apakah penting menggunakan a. ya
body harness saat sedang melakukan
b. Tidak
pekerjaan atau kegiatan bekerja di ketinggian?

9 Menurut anda, apakah kegunaan body a. Bekerja di ketinggian lebih aman


Harness? dan agar terhindar dari terjatuh
serta mengurangi tingkat
keparahan akibat jatuh
b. Tidak tahu

10 Saat kapan body harness digunakan? a. Setiap saat bekerja di ketinggian


b. Tidak tahu

2. Perilaku

No. Pertanyaan SL SR J TP
1. Apakah anda selalu mengikuti prosedur
kerja selama bekerja di ketinggian?
2. Apakah anda melakukan pekerjaan sesuai
dengan wewenang yang diberikan?
3. Apakah anda menggunakan APD (Full Body
Harness) sesuai standar yang berlaku di
perusahaan?
4. Apakah anda menjaga peralatan keselamatan
tetap berfungsi?
5. Apakah anda merapikan peralatan tidak pada
tempatnya?

Keterangan :

SL = Selalu SR = Sering J = Jarang

TP = Tidak Pernah
3. Kecelakaan kerja

Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tidak

Saya pernah mengalami kecelakaan kerja


ditempat kerja (ruang produksi pada
1
ketinggian), akibat benturan pada tubuh oleh
benda keras yang mengakibatkan cidera

Saya pernah terjatuh, yang mengakibatkan


2 saya cidera saat melakukan pekerjaan
ditempat kerja (ruang produksi pada
ketinggian)
Saya pernah mengalami keelakaan kerja
ditempat kerja akibat terganggunya
3
konsentrasi dari alat penghalus beton pada
kolom bangunan.
Saya pernah terkena arus listrik yang
4 mengakibatkan saya cidera saat melakukan
pekerjaan di ruang produksi (pada ketinggian)

Anda mungkin juga menyukai